Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Republik dengan jumlah penduduk yang

mencapai angka 264 juta jiwa (BPS), sehingga menempati posisi keempat setelah

Tiongkok di posisi pertama, India posisi kedua dan Amerika Serikat di posisi

ketiga sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbanyak. Pertumbuhan

penduduk di Indonesia sudah dikenal sebagai Negara dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi. Berbagai upaya dari pemerintah telah dilakukan, namun

tetap saja hal tersebut tidak terhindarkan karena juga dipengaruhi oleh faktor

individu.

Kesejahteraan di Indonesia masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari

tingkat pendidikan Indonesia yang masih terbilang rendah. Meskipun akses untuk

pendidikan semakin diperluas, akan tetapi masih banyak warga Indonesia yang

tidak mampu atau tidak dapat menerima pendidikan secara mendalam. Indikator

peringkat pendidikan ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang masih buta

huruf.

Karena berbagai faktor seperti kepadatan penduduk dan tingkat

pendidikan yang rendah, maka semakin banyak kelompok yang termasuk dalam

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti yang tertulis dalam


Permensos RI nomor 8 tahun 2012 tentang Pedoman dan Pengelolaan Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial, terdapat 26 jenis PMKS, dan salah satunya adalah

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).

Menurut Pedoman Umum Pemberdayaan Keluarga tahun 2005,

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang wanita yang karena faktor

kemiskinannya, keterbelakangan dan kebodohannya mengalami gangguan

fungsional dalam kehidupan sosial dan atau ekonominya sehingga yang

bersangkutan mengalami kesulitan untuk menjalankan peranan sosialnya.

Seperti yang tertulis dalam lampiran Permensos RI nomor 8 tahun 2012,

bahwa Perempuan Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang perempuan dewasa

menikah, belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup

untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Yang memiliki kriteria

yaitu perempuan berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 59 (lima puluh

sembilan) tahun, istri yang ditinggal suami tanpa kejelasan, menjadi pencari

nafkah utama keluarga, dan berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk

kebutuhan hidup layak.

Banyaknya Perempuan Rawan Sosial Ekonomi juga

disebabkan oleh adanya hambatan seseorang untuk memanfaatkan

akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia, salah satu faktor

penghambatnya adalah dari dalam diri (internal) individu. Yaitu


rendahnya kualitas sumber daya manusia karena tingkat pendidikan

(keterampilan) atau kesehatan rendah atau ada hambatan budaya

(budaya kemiskinan). Menurut Lewis dalam Badrudin tahun 2009,

Kesenjangan social dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai

kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri.

Akibatnya, nilai-nilai luas seperti apatis, cenderung menyerah pada

nasib, tidak mempunyai daya juang, dan tidak mempunyai orientasi

kehidupan masa depan.

Rendahnya kapabilitas yang dimiliki setiap individu menjadi

faktor utama terhambatnya akses-akses yang seharusnya diterima.

Menurut Morgan, pengertian kapasitas adalah kemampuan,

keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai, hubungan, perilaku,

motivasi, sumber daya dan kondisi-kondisi yang memungkinkan

setiap individu, organisasi, jaringan kerja/sektor, dan sistem yang lebih

luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai tujuan

pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu.

Menurut Soelaiman (2007:112) kapabilitas (kemampuan)

adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan

seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental

ataupun fisik. Karyawan dalam suatu organisasi, meskipun dimotivasi

dengan baik, tetapi tidak semua memiliki kemampuan untuk bekerja

dengan baik. Kemampuan dan keterampilan adalah kecakapan yang


berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan oleh

seseorang pada waktu yang tepat. Maka dari itu, perlu adanya

pelatihan peningkatan kapabilitas individu guna meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dengan keterampilan dan kemampuan

yang dimiliki sehingga dapat melaksanakan peran sesuai dengan

fungsi sosialnya.

Membahas mengenai Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di

Indonesia, penduduk dengan PRSE terbanyak berada pada pulau Jawa

dan salah satunya ada di Kota Bandung. Menurut Data Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kelurahan Cibaduyut Kidul

Kecamatan Bojongloa Kidul tahun 2019 yang kami dapat dari

Praktikan Praktikum 1 STKS Bandung pada bulan April 2019,

menunjukkan bahwa di daerah tersebut kelompok Perempuan Rawan

Sosial Ekonomi memiliki jumlah paling banyak kedua setelah

kelompok Fakir Miskin yang disebabkan oleh rendahnya pendidikan,

perceraian/suami meninggal dunia, dan kurangnya kapabilitas

individu.

Maka dari itu, kami tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas

Terhadap Kesejahteraan Sosial Perempuan Rawan Sosial Ekonomi Di Kelurahan

Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung” untuk mengetahui

manfaat pelatihan peningkatan kapasitas terhadap individu dan seberapa besar


pengaruhnya terhadap pencapaian kesejahteraan Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi yang ada di daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang diajukan


adalah:

1. Bagaimana pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap kapasitas

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul?

2. Bagaimana pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap Kesejahteraan

Sosial Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul?

3. Bagaimana penerapan Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul?

4. Bagaimana perubahan atau perkembangan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

di Kelurahan Cibaduyut Kidul setelah menerima Pelatihan Peningkatan

Kapasitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:

1. Pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap kapasitas Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul

2. Pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap Kesejahteraan Sosial

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul


3. Penerapan Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap Perempuan Rawan

Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul

4. Perubahan atau perkembangan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di

Kelurahan Cibaduyut Kidul setelah menerima Pelatihan Peningkatan

Kapasitas

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis,

yakni sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat menjadi

tambahan ilmu pengetahuan dan pemikiran guna memperkaya ilmu

pengetahuan pekerjaan sosial terutama dalam menangani permasalahan

perempuan rawan sosial ekonomi dan juga memperluas wawasan serta

pengetahuan tentang pengaruh pelatihan peningkatan kapasitas terhadap

kesejahteraan sosial perempuan rawan sosial ekonomi di kota Bandung.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan secara praktis dapat digunakan

sebagai landasan empiris pada perumusan pelatihan peningkatan kapasitas

perempuan rawan sosial ekonomi di Kota Bandung. Selain itu, hasil dari

penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pemerintah kota Bandung

dalam menanggulangi masalah perempuan rawan sosial ekonomi.


BAB II

KAJIAN KONSEPTUAL

2.1 Penelitian Terdahulu

Roostian Moordiani dan Christiana Noviani, 2018. Efektivitas

Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Penyuluh Mendukung Pembangunan

Jawa Tengah.

Hasil evaluasi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah

pelatihan diketahui bahwa jawaban post test lebih kecil dari jawaban pre test

sebanyak 36 orang (negative rank). Jawaban post test lebih banyak dari

jawaban pre test sebanyak 121 orang (positive rank). Terdapat 23 peserta

dengan jawaban benar saat pre test sama dengan jawaban post test (ties).

Berdasarkan hasil tes statistik diperoleh signifikasi lebih kecil dari tabel, yaitu

0,00 < 0,05. Hal ini berarti bahwa pelatihan peningkatan kapasitas efektif

dalam meningkatkan pengetahuan penyuluh berkaitan dengan dunia pertanian.

Salah satu indikator pelatihan efektif adalah adanya peningkatan pengetahuan

dari peserta pelatihan (Mardiyanto dan Prastuti, 2016).

2.2 Teori yang relevan

2.2.1 Kajian tentang pengaruh

1. Pengertian Pengaruh

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.


“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang

atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang.” Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul

dari sesuatu, baik itu orang maupun bendaserta segala sesuatu yang ada di

alam sehingga memengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

b. Menurut para ahli.

Hugiono dan Poerwantana “pengaruh merupakan dorongan atau

bujukandan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek”, sedangkan

menurut Badudu dan Zain “pengaruh adalah daya yang menyebabkan

sesuatu terjadi, sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu

yang lain dan tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang

lain” dan Louis Gottschalk mendefinisikan pengaruh sebagai suatu efek

yang tegar dan membentuk terhadap pikiran dan perilaku manusia baik

sendiri-sendiri maupun kolektif.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengaruh adalah suatu reaksi yang timbul dan dapat berupa tindakan atau

keadaan dari suatu perlakuan akibat dorongan untuk mengubah atau

membentuk suatu keadaan kearah yang lebih baik

Maka dalam penelitian ini, pengaruh yang diharapkan adalah

suatu kondisi terciptanya kesejahteraan perempuan rawan sosial ekonomi

di Kelurahan Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul Kota

Bandung setelah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas.


2.2.2 Kajian Tentang Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Menurut Widodo (2015:82), pelatihan merupakan serangkaian

aktivitas individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara

sistematis sehingga mampu memiliki kinerja yang professional di

bidangnya. Sedangkan menurut Rivai dan Sagara (2011:212), pelatihan

adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk

mencapai tujuan organisasi. Dan menurut Rachmawati (2008:210).

Pelatihan merupakan wadah lingkungan bagi karyawan, dimana mereka

memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan

dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian pelatihan adalah sebuah proses untuk meningkatkan

kompetensi individu dan dapat melatih kemampuan, keterampilan,

keahlian dan pengetahuan individu guna melaksanakan pekerjaan seacara

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Maka dalam penelitian ini, kami sebagai peneliti berharap

pelatihan dapat meningkatkan kompetensi serta melatih kemampuan,

keterampilan, keahlian dan pengetahuan perempuan rawan social

ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul,

Kota Bandung.
2.2.3 Kajian Tentang Peningkatan Kapasitas

1. Pengertian Peningkatan Kapasitas

Menurut UNDP (United Nations Development Program) dan

CIDA ( Canadian International Development Agency) dalam Milen

memberikan pengertian peningkatan kapasitas sebagai: proses dimana

individu, kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat meningkatkan

kemampuan mereka untuk (a) menghasilkan kinerja pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi (core functions), memecahkan masalah, merumuskan

dan mewujudkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dan (b)

memahami dan memenuhi kebutuhan pembangunan dalam konteks yang

lebih luas dalam cara yang berkelanjutan.

Menurut Grindle, Pengembangan Kapasitas (capacity building)

merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam

strategi meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan responsivitas kinerja

pemerintah.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian peningkatan kapasitas adalah suatu proses dimana individu,

kelompok, organisasi, institusi dan masyarakat dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menghasilkan kinerja,

memecahkan suatu masalah dan mencapai tujuan tertentu dengan efisien,

efektif dan responsif.


Maka dari itu, dalam penelitian ini kami berharap bahwa akan

terjadi peningkatan kapasitas individu dalam kelompok perempuan rawan

sosial ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa

Kidul, Kota Bandung dengan indikator meningkat dan berkembangnya

kemampuan mereka untuk menghasilkan kinerja yang baik, dapat

memecahkan masalah sehingga mencapai tujuan kesejahteraan sosial.

2.2.4 Kajian Tentang Kesejahteraan

1. Pengertian Kesejahteraan

a. Menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak

dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya.

b. Menurut para Ahli

Kesejahteraan dapat berarti: (a) di bidang ekonomi,

pemberdayaan orang yang dianggap satu kesatuan. (Lihat

kemakmuran ekonomi dan fungsi kesejahteraan sosial.), (b)

Penyediaan layanan sosial di berbagai bidang, untuk kepentingan

masyarakat individu. Penggunaan ini memiliki ide yang sama dengan

negara kesejahteraan, (c) Kesejahteraan sosial adalah suatu kondisi di

mana seseorang merasa nyaman, damai, bahagia, dan mampu

memenuhi kebutuhan mereka


Menurut Pre-conference working committee for the XVth

International Conference of Social Welfare, “Kesejahteraan sosial

adalah usaha sosial secara keseluruhan yang terorganisir dan

memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kehidupan orang

berdasarkan konteks sosial. Ini termasuk kebijakan dan layanan yang

berkaitan dengan berbagai kehidupan di masyarakat seperti

pendapatan, jaminan sosial, kesehatan , perumahan, pendidikan,

rekreasi, tradisi budaya, dll “.

Dan juga pengertian Kesejahteraan Sosial menurut Friedlander

dan Suud (2006:8) , “Kesejahteraan sosial merupakan system yang

terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial,

yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan

kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan

yang memuaskan, dan hubungan-hubungan personal dan sosial yang

memberi kesempatan kepada mereka untuk memperkembangkan

seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

Maka dalam penelitian ini, kami berharap perempuan rawan

sosial ekonomi yang telah menerima pelatihan dapat

mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan diri dan keluarganya sehingga dapat mencapai

kesejahteraan sosial mereka.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survey.

Menurut Faenkel dan Wallen (1990), Metode Penelitian Survey merupakan

penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan

melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek

dari populasi. Dalam penelitian ini, Metode Survey digunakan untuk mengetahui

bagaimana Pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas terhadap Kesejahteraan

Sosial PRSE di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul Kota

Bandung dengan mengumpulkan data menggunakan angket dan wawancara

kepada beberapa responden yang merupakan kelompok PRSE di daerah tersebut.

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional ini untuk memperjelas pengertian dan membatasi

ruang lingkup konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini guna

menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan hal-hal yang terdapat dalam

judul,sehingga peneliti merumuskan defenisi operasional sebagai berikut :

1) Pengaruh

Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu reaksi dari

kelompok PRSE yang timbul dan dapat berupa tindakan atau keadaan

setelah menerima pelatihan peningkatan kapasitas sehingga ada dorongan


untuk mengubah atau membentuk keadaan diri mereka kearah yang lebih

baik dan mencapai kesejahteraan sosial

2) Pelatihan Peningkatan Kapasitas

Pelatihan Peningkatan Kapasitas yang dimaksud adalah proses

pengembangan kompetensi dan keterampilan bagi kelompok PRSE di

Kelurahan Cibaduyut Kidul sehingga mengalami suatu keadaan dimana

kelompok tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan

mereka untuk menghasilkan kinerja, memecahkan suatu masalah dan

mencapai tujuan tertentu dengan efisien, efektif dan responsif.

3) Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial dalam penelitian ini mengarah kepada kondisi dimana

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial PRSE sehingga dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, dan dapat melaksanakan

fungsi sosialnya.

4) Kelurahan Cibaduyut Kidul

Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung

merupakan daerah yang memiliki jumlah kelompok PRSE yang tinggi di

Kota Bandung dan dengan pertimbangan itulah, peneliti memilih daerah

tersebut sebagai Lokasi Penelitian.

3.3 Sumber Data

Sumber utama dalam penelitian ini adalah Keluarga Miskin di Kota

Bandung dengan menggunakan sumber data sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer


Sumber data primer yaitu informan yang dapat memberikan informasi secara

langsung. Informan dalam penelitian ini adalah warga Kota Bandung

khususnya yang tinggal di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa

Kidul, Kota Bandung

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada

peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari dokumen.

Dalam penelitian ini digunakan catatan catatan atau file dari Praktikan STKS

Bandung yang sedang melaksanakan Praktikum 1 di daerah tersebut serta

beberapa dokumentasi sebagai data pelengkap.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (1998:57), Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantita (jumlah) dan karakteristik

(ciri-ciri) tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa

Kidul, Kota Bandung.

2. Sampel

Penarikan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sensus

menurut Arikunto (2012:104) jika jumlah populasi kurang dari 100

responden, maka jumlah sampel diambil secara keselurahan. Jumlah populasi

dalam penelitan tentang Pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas PRSE di


Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung ini

sejumlah 34 orang, maka peneliti mengambil 100% dari jumlah populasi yang

ada.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1) Angket/Kuisioner

Angket/Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, angket dibagikan

kepada 34 PRSE di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul

Kota Bandung dengan mendatangi rumah-rumah responden secara langsung.

2) Observasi

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

secara langsung kondisi responden beserta lingkungannya. Dalam penelitian

ini, peneliti mengamati bagaimana kondisi fisik responden, rumah serta

sumber-sumber daya yang ada di sekitar responden. Peneliti juga mengamati

bagaimana hubungan responden dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan

untuk melengkapi data yang tidak didapat dari angket dan studi dokumentasi.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan untuk mendapatkan data sekunder.

Data sekunder yang kami dapat berasal dari Praktikan STKS Bandung berupa

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Cibaduyut

Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung. Studi dokumentasi ini


dilakukan guna melengkapi data yang tidak didapat melalui teknik Angket

dan Observasi.

3.6 Uji Validitas

Uji Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

muka atau face validity. Face validity adalah penilaian para ahli terhadap suatu

alat ukur. Teknik pengukuran dalam face validity dilakukan dengan cara

mengkonsultasikan kebenaran alat ukur kepada ahli yang dalam hal ini adalah

dosen pembimbing yang telah ahli dalam bidang pekerjaan sosial dan merupakan

seorang pekerja sosial professional. Face validity adalah validitas yang

berhubungan dengan apa yang Nampak dalam mengukur sesuatu, dan bukan

terhadap apa yang seharusnya diukur.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data Kuantitatif yaitu menganalisa data secara rinci dalam bentuk angka dari

jawaban responden atas pertanyaan penelitian untuk mendapatkan deskripsi

tentang masalah penelitian. Dalam penelitian ini, teknik analisis data digunakan

untuk menganalisa data secara rinci jawaban dari pertanyaan tentang pengaruh

pelatihan peningkatan kapasitas PRSE di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan

Bojongloa Kidul Kota Bandung.

3.8 Jadwal Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian tentang pengaruh

pelatihan peningkatan kapasitas PRSE di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan

Bojongloa Kidul, Kota Bandung disajikan dalam tabel seperti berikut:


Tabel 3.1: Jadwal Penelitian Pengaruh Pelatihan Peningkatan Kapasitas
PRSE di Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul,
Kota Bandung tahun 2019
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Tahun 2018
Jan Feb Mei Juni Juli Agt
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Penjajakan
4 Penyusunan Instrumen
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan dan Analisis
Data
7 Pengesahan hasil
8 Sidang KIA
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai