Anda di halaman 1dari 66

BAB V

PENANGANAN MASALAH

5.1 Rencana Intervensi

Rencana intervensi merupakan suatu kegiatan untuk merencanakan bentuk

penanganan masalah yang dihadapi oleh klien HR. Berdasarkan asesmen yang

dilakukan oleh praktikan terhadap klien HR diperoleh fokus dari masalah klien

yang akan dilakukan penanganan yaitu kurangnya motivasi diri klien HR dalam

melaksanakan kegiatan rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan Kota Tasikmalaya,

maka praktikan menyusun rencana dan program intervensi untuk mengatasi

permasalahan klien HR sebagai berikut:

5.1.1 Tujuan Intervensi

1. Tujuan Umum

Secara umum, intervensi yang dilakukan untuk klien HR dilaksanakan

agar klien dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan dapat menjalankan

kegiatan dalam program rehabilitasi dengan progres yang baik dimana masalah

yang dihadapi klien adalah kurangnya motivasi diri klien mengikuti setiap

kegiatan dalam program rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan Kota Tasikmalaya

karena klien tidak sadar dirinya bermasalah serta kurangnya dukungan dari

keluarga, sehingga perkembangan pemulihan masalah klien sangat minim padahal

klien sudah 8 tahun berada di Yayasan Daarul Ihsan Kota Tasikmalaya. Oleh

karena itu, tujuan umum dari intervensi ini adalah meningkatkan motivasi diri

klien HR dalam menjalankan kegiatan rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan Kota

Tasikmalaya.

95
96

2. Tujuan Khusus

Tujuan intervensi secara khusus adalah:

a. Menyadarkan klien bahwa dirinya bermasalah.

b. Membantu klien menumbuhkan semangat untuk mengerjakan kegiatan

rehabilitasi dengan kesadaran dirinya.

c. Membantu klien agar dapat menjaga kebersihan dan kesehatan diri

d. Membantu klien agar dapat berkontribusi dan aktif dalam mengikuti kegiatan

serta dapat mengutarakan kepeduliannya dengan klien lainnnya.

e. Membantu klien agar dapat fokus melaksanakan kegiatan dan merasa nyaman

berada di Yayasan Daarul Ihsan.

f. Membantu menghubungkan kembali klien dengan keluarganya sehingga klien

tidak merasa dibuang keluarganya.

5.1.2 Sasaran Intervensi

Sasaran intervensi yang akan dilakukan oleh praktikan yaitu:

1. Klien HR

Klien HR adalah orang yang menjadi target praktikan dalam membantu

menangani masalahnya. Dalam hal ini klien mempunyai fokus masalah yaitu

Kurangnya Motivasi Diri Klien HR dalam Menjalankan Kegiatan Rehabilitasi di

Yayasan Daarul Ihsan Kota Tasikmalaya. Klien selalu terlihat malas dalam

melaksanakan setiap kegiatan. Selain itu, klien juga tidak fokus dan tidak aktif

ketika sedang mengikuti kegiatan. Hal ini disebabkan karena klien merasa dirinya
97

tidak bermasalah, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas serta klien merasa tidak

ada orang yang peduli dengannya.

2. Petugas

Petugas Yayasan Daarul Ihsan sangat berpengaruh terhadap pemecahan

masalah klien. Petugas mengawasi kegiatan klien setiap harinya sehingga petugas

diharapkan dapat memberikan motivasi kepada klien untuk bersemangat dalam

melaksanakan kegiatan agar tujuan dari kegiatan tersebut dapat tercapai sehingga

klien segera pulih. Selain itu petugas juga diharapkan memberi penguatan kepada

klien bahwa keluarganya pasti masih peduli salah satunya dengan menitipkan

klien ke petugas agar klien menjadi lebih baik lagi. Petugas juga seharusnya

menghubungkan kembali klien dengan keluarganya.

3. Keluarga

Keluarga merupakan salah satu sasaran intervensi dikarenakan keluarga

klien seakan tidak peduli dengan keadaan klien yang sangat membutuhkan

dukungan dari keluarganya. Dalam hal ini keluarga tidak pernah menjenguk atau

menanyakan kabar dari klien sejak 8 tahun yang lalu membuat klien merasa tidak

bersemangat, tidak memiliki tujuan hidup serta merasa tidak ada lagi orang yang

peduli dengan dirinya. Motivasi dan dukungan seharusnya datang dari orang-

orang terdekat klien terutama keluarganya. Dukungan sosial yang kuat dari

keluarga akan mempengaruhi perkembangan klien karena salah satu penyebab

kurangnya motivasi klien adalah klien merasa dibuang oleh keluarganya.

5.1.3 Alternatif Rencana Intervensi


98

Dalam upaya menyelesaikan masalah yang dialami oleh klien, maka

praktikan membuat alternatif rencana intervensi bagi klien yang diarahkan untuk

membantu meningkatkan motivasi klien dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi

di Yayasan Daarul Ihsan. Alternatif rencana intervensi terdiri dari kegiatan dan

teknik yang digunakan. Adapun alternatif rencana intervensi yang digunakan

praktikan untuk menangani masalah klien, diantaranya:

1. Menggunakan metode group work dengan teknik therapeutic group untuk

menyadarkan klien bahwa dirinya bermasalah. Dalam teknik ini, praktikan

melibatkan eks klien yang sekarang menjadi petugas di Yayasan Daarul Ihsan

untuk memberikan motivasi kepada klien agar menjalankan kegiatan

rehabilitasi dengan baik serta menyadarkan bahwa klien bermasalah dan

membutuhkan bantuan orang lain untuk memecahkan masalahnya agar dapat

berfungsi sosial kembali dengan baik.

2. Menggunakan metode case work dengan teknik support, positive

reinforcement, scheduling daily activity based on behaviour therapy dan

advice giving and counseling. Teknik ini digunakan untuk menumbuhkan

semangat pada diri klien untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi dengan

kesadaran dirinya. Praktikan bersama klien dan petugas membuat jadwal

kegiatan harian untuk menumbuhkan inisiatif dalam diri klien agar dapat

melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Praktikan

bekerjasama dengan petugas untuk memantau kegiatan yang dilaksanakan

oleh klien. Teknik ini digunakan agar perkembangan klien dalam

melaksanakan kegiatan dapat terukur.


99

3. Menggunakan metode case work dan group wok dengan metode support,

positive reinforcement, dan recreational group. Teknik ini digunakan untuk

melibatkan klien dalam kegiatan kelompok yang bertujuan agar klien dapat

bersosialisasi dengan temannya serta peduli dengan temannya. Kegiatan

kelompok dilaksanakan untuk mengurangi kebiasaan melamun klien karena

tidak ada kegiatan.

4. Menggunakan metode case work dan group work dengan teknik positive

reinforcement dan educational group. Teknik ini digunakan untuk

memberikan informasi kepada klien tentang cara hidup bersih dan cara

menjaga kesehatannya serta bahaya NAPZA. Teknik ini digunakan karena

klien tidak peduli dengan kesehatan dirinya serta klien belum sadar akan

bahaya NAPZA.

5. Menggunakan metode case work dengan teknik art therapy dan support.

Teknik ini digunakan untuk mengkatarsis atau mengekspresikan emosi klien.

Art therapy digunakan untuk menuangkan segala isi hati dengan bebas.

Dalam intervensi ini, media katarsis yang digunakan berupa kertas untuk

untuk menuangkan segala perasaannya di hari tersebut melalui gambar

ataupun tulisan.

6. Menggunkan metode case work dengan teknik home visit dan advice giving

and counseling. Teknik ini digunakan untuk menghubungkan kembali klien

dengan keluarganya karena selama 8 tahun klien menjalani program

rehabilitasi tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya. Selain itu,

kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada keluarga klien


100

tentang kondisi klien saat ini dan bagaimana dukungan keluarga yang harus

diberikan.

7. Menggunakan metode case work dan group work dengan teknik Recreational

Group, dan Positive Reinforcement. Teknik ini digunakan untuk mengurangi

rasa bosan klien dengan kegiatan rehabilitasi serta bertujuan untuk menjaga

kesehatan klien. Kegiatan olahraga yaitu berupa senam dan jalan sehat yang

dilaksanakan secara terjadwal.

8. Menggunakan metode group work dengan teknik recreational skill group.

Teknik ini digunakan untuk untuk mengisi waktu luang dan mengurangi rasa

bosan klien dengan kegiatan rehabilitasi serta untuk meningkatkan kognitif

dan keterampilan klien. Keterampilan yang diajarkan kepada anggota

kelompok adalah keterampilan dalam pembuatan makanan yang diajarkan

oleh salah satu petugas.

5.1.4 Program atau Kegiatan

Berdasarkan tujuan rencana intervensi yang telah dibuat oleh praktikan

dan klien maka dibentuk suatu progam yaitu Peningkatan Motivasi diri Klien HR

dalam Menjalankan Kegiatan Rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan Kota

Tasikmalaya. Program yang akan dilaksanakan melibatkan klien, petugas dan

praktikan agar tujuan dari program tersebut dapat tercapai. Praktikan, klien, dan

petugas saling bekerjasama agar tujuan intervensi dapat tercapai.

Program yang akan dilaksanakan terdiri dari beberapa kegiatan. Kegiatan

yang akan dilaksanakan berupa kegiatan kelompok dan kegiatan individu baik

yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Kegiatan
101

yang akan dilaksanakan dalam menjalankan program tersebut dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 5.1 Rencana Kegiatan Intervensi


Waktu Rencana Kegiatan Metode dan Teknik
Menyadarkan klien bahwa 1. Case work
dirinya bermasalah 2. Group work
3. Small Talk
4. Ventilation
5. Theraprutic Group
Menumbuhkan semangat 1. Case work
untuk mengerjakan kegiatan 2. Support
rehabilitasi dengan kesadaran 3. Positive Reinforcement
dirinya 4. Reassurance
5. Advice Giving and Counseling
6. Scheduling Daily Activity Based on
Behaviour Therapy
Jangka
Melibatkan klien dalam 1. Case Work
Pendek
kegiatan kelompok 2. Group Work
3. Recreational Group
4. Support
5. Positive Reinforcment
Edukasi hidup bersih dan 1. Case Work
sehat 2. Group Work
3. Positive Reinforcement
4. Educational Group
Edukasi bahaya NAPZA 1. Case Work
2. Group Work
3. Positive Reinforcment
4. Educational Group
Menulis atau menggambar 1. Case Work
2. Art Therapy
3. Positive Reinforcement
4. Support
Jangka Menghubungkan kembali 1. Case Work
Menengah klien dengan keluarganya 2. Home Visit
3. Advice Giving and Counseling
4. Support
Jangka Senam Pagi 1. Case Work
Panjang 2. Group Work
3. Recreational Group
4. Positive Reinforcement
Pelatihan pembuatan cilok 1. Case Work
2. Group Work
3. Recreational skill group
102

4. Positive Reinforcement
Sumber: Hasil Assesmen Praktikan Tahun 2019

5.1.5 Metode dan Teknik

Metode yang digunakan dalam proses penanganan masalah klien adalah

Metode Pekerjaan Sosial Individu dan Keluarga (Social Case Work) dan Metode

Pekerjaan Soial dengan Kelompok (Social Group Work).

Metode social case work bertujuan untuk membantu individu agar mereka

dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan membantu individu agar ia mampu

beradaptasi dengan individu lainnya juga lingkungan dimana ia berada. Metode

social case work digunakan melalui pendekatan langsung kepada klien. Melalui

penerapan metode ini diharapkan klien dapat memahami persoalannya dan

bersama praktikan mencari alternatif pemecahannya. Teknik-teknik yang

digunakan antara lain:

1. Advice Giving and Counseling

Teknik ini berhubungan dengan upaya memberikan pendapat yang

didasarkan pada pengalaman pribadi atau hasil pengamatan praktikan dan upaya

meningkatkan suatu gagasan yang didasarkan pada pendapat-pendapat atau

digambarkan dari pengetahuan professional. Dalam hal ini praktikan memberikan

nasihat tetapi tidak menggurui dan konseling kepada klien terhadap permasalahan

yang dihadapinya.

2. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)

Penguatan positif diartikan sebagai pemberian stimulus/rangsangan

(situasi, benda, kejadian, atau kata-kata) yang mengikuti perilaku, yang bertujuan

untuk memperkuat perilaku tersebut. Dalam hal ini praktikan memberikan


103

penguatan positif kepada klien ketika klien melaksanakan kegiatan rehabillitasi

dengan baik. Penguatan positif yang diberikan yaitu dalam bentuk ucapan, pujian,

ataupun benda.

3. Scheduling Daily Activity Based on Behavior Therapy

Penjadwalan aktivitas dilakukan untuk mengisi waktu klien dengan

kegiatan yang lebih produktif dan membiasakan klien untuk beraktivitas. Selain

itu juga mengurangi kepasifan kegiatan klien dan ketiadaan inisiatif. Pada

Scheduling Daily Activity Based on Behavior Therapy dibubuhkan dengan

pemberian motivasi kepada klien, serta pemberian positive reinforcement agar

klien lebih menikmati dalam melakukan kegiatan dan membangun konsep diri

yang lebih positif.

Tujuan pemberian terapi ini menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses

belajar. Dasar alasannya bahwa semua perilaku dapat dipelajari, termasuk perilaku

yang maladaptif. Jika perilaku belajar maladaptif sebelumnya sudah tersimpan

dalam memori, maka dengan menggunakan terapi ini perilaku belajar yang

tersimpan di dalam memori bisa dihapus dari ingatannya., dan perilaku yang lebih

efektif bisa diperoleh. Salah satu yang penting dalam modifikasi tingkah laku

adalah penekanannya pada tingkah laku yang bisa didefinisikan secara

operasional, diamati dan diukur.

4. Art Therapy

Art Therapy merupakan proses psikoterapi yang menggunakan seni

sebagai sarana bagi seseorang yang sulit mengkomunikasikan diri secara verbal.

Art therapy dapat dinilai sebagai suatu bentuk bahasa visual individu untuk
104

mengekspresikan pikiran dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Art therapy

digunakan sebagai sarana dalam pelepasan emosi (katarsis) dimana hal ini sebagai

pelepasan pengalaman yang menyakitkan dan mengganggu. Salah satu jenis art

therapy adalah seni visual. Seni visual yang dilakukan oleh praktikan dalam

intervensi terhadap klien adalah terapi menggambar dan menulis. Gambar dan

tulisan digunakan untuk memberikan kesempatan katarsis, membantu klien

memahami emosi yang dialami, menstimulasi agar bisa mengambil alih kendali

dan memfasilitasi pemahaman dan motivasi baru.

5. Home Visit

Home visit dilakukan untuk mengetahui kondisi keluarga karena selama 8

tahun klien berada di Yayasan Daarul Ihsan tidak pernah berkomunikasi lagi

dengan keluarga. Dalam kegiatan home visit juga bertujuan untuk memberikan

informasi kepada keluarga klien tentang kondisi klien saat ini.

Metode social group work merupakan suatu metode pekerjaan sosial yang

bertujuan untuk membantu individu-individu atau orang perseorangan dalam

meningkatkan keberfungsian sosial mereka melalui pengalaman dalam kelompok

yang bertujuan dan untuk mengatasi secara lebih efektif masalah-masalah pribadi

ataupun kelompok. Kelompok bertujuan yang dimaksud adalah bahwa kelompok

yang digunakan bukan kelompok alamiah atau kelompok yang sudah ada, akan

tetapi kelompok yang sengaja dibentuk. Ini berarti bahwa kelompok dibentuk

sesuai dengan permasalahan inividu dan tujuan individu menjadi anggota

kelompok. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:

1. Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group)


105

Kelompok penyembuhan terdiri dari orang-orang yang memiliki masalah

emosional yang agak berat, salah satunya adalah orang dengan gangguan jiwa.

Pemimpin kelompok dalam hal ini adalah petugas yang pernah menjadi klien di

Yayasan Daarul Ihsan, baik itu mantan klien dual diagnostik maupun mantan

klien orang dengan gangguan jiwa. Tujuan therapeutic group adalah membuat

anggota supaya dapat mengeksplorasi masalah-masalah mereka secara mendalam,

dan kemudian mengembangkan satu atau lebih strategi untuk mengatasi masalah

tersebut. Petugas yang merupakan ex klien memberikan motivasi kepada klien,

bercerita tentang pengalamannya, serta menyadarkan kepada klien bahwa klien

memiliki masalah.

2. Kelompok Rekreasi (Recreation Group)

Kelompok rekreasi bertujuan untuk memberikan kegiatan-kegiatan untuk

kesenangan. Dalam hal ini, kelompok rekreasi diterapkan untuk mengurangi rasa

bosan yang sering dikeluhkan klien serta sebagai hiburan bagi klien. Kegiatan

dalam kelompok rekreasi berupa permainan kelompok dan ice breaking. Selain

sebagai hiburan, kelompok rekreasi juga memiliki tujuan untuk mengakrabkan

klien.

3. Kelompok Rekreasi Keterampilan (Recreational Skill Group)

Kelompok rekreasi keterampilan bertujuan untuk meningkatkan beberapa

keterampilan dan pada waktu yang bersamaan memberikan pula kesenangan.

Dalam hal ini, keterampilan yang diajarkan kepada anggota kelompok adalah

keterampilan dalam pembuatan makanan yang diajarkan oleh salah satu petugas.

4. Kelompok Pendidikan (Educational Group)


106

Kelompok pendidikan berfokus untuk memperoleh pengetahuan dan

mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Dalam hal ini,

praktikan memberikan edukasi kepada klien tentang perilaku hidup bersih dan

sehat seperti cara mencuci tangan yang benar, mandi yang benar, menggosok gigi

yang benar serta edukasi bahaya rokok dan bahaya NAPZA.

5.1.6 Sistem Dasar Pekerjaan Sosial

Sistem dasar praktik pekerjaan sosial yang digunakan dalam penyusunan

rencana intervensi adalah:

1. Sistem Klien

Sistem klien adalah orang-orang yang telah memberikan kewenangan atau

meminta bantuan didalam usaha perubahan dan melibatkan diri mereka. Sudah

ada suatu persetujuan kerja atau kontrak dengan praktikan. Sistem klien dalam

intervensi ini adalah pihak yang diharapkan dapat menerima bantuan maupun

penanganan masalah. Sistem klien dalam hal ini adalah klien HR.

2. Sistem Sasaran

Sistem sasaran adalah orang yang mendapatkan manfaat dari dilakukannya

pengu bahan perilaku terhadap sistem klien dalam relasi pertolongannya. Pihak

yang dijadikan sasaran perubahan atau media yang dapat mempengaruhi proses

pencapaian tujuan pertolongan adalah orang-orang yang berpengaruh dalam

kehidupannya ataupun orang-orang yang berpengaruh didalam Yayasan Daarul

Ihsan. Pihak yang dijadikan sasaran perubahan atau media yang dapat

mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan adalah teman dekat klien

HR yaitu I dan keluarga klien.


107

3. Sistem Pelaksana Perubahan

Sistem pelaksana perubahan menunjuk pada sekelompok orang yang

tugasnya memberikan bantuan atas dasar keahlian yang berbeda dan bekerja sama

dengan sistem yang berbeda. Pelaksana perubahan yang utama adalah orang yang

bertanggung jawab. Pelaksana perubahan adalah seorang pemberi bantuan yang

secara khusus dipekerjakan untuk tujuan mengadakan perubahan berencana.

Dalam hal ini pratikan dan petugas merupakan pihak yang bertanggung jawab

untuk menindak lanjuti proses pertolongan klien HR.

4. Sistem Kegiatan

Sistem kegiatan dalam hal ini yaitu kegiatan yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan mempengaruhi sistem sasaran. Praktikan dalam hal ini

bekerjasama dengan seluruh sistem kegiatan yang sudah ada di panti Yayasan

Daarul Ihsan. Sistem kegiatan berfungsi sebagai pendukung bagi klien secara

formal dan memberikan pengaruh terhadap diri dan perilaku klien. Sehingga

dalam hal ini dapat membantu praktikan melancarkan kegiatan intervensi dan

mencapai tujuan yang diharapkan.

5.2 Pelaksanaan Intervensi

Praktikan melakukan intervensi selama tiga minggu setelah sebelumnya

dilakukan persetujuan intervensi antara praktikan, klien, dan petugas. Sebelum

melaksanakan intervensi praktikan sudah membangun trust building terlebih

dahulu dengan klien. Praktikan juga menjelaskan tujuan dari proses intervensi
108

yang akan dilaksanakan oleh praktikan terhadap klien. Pelaksanaan intervensi

oleh praktikan mengguunakan metode case work dan group work dengan

menggunakan beberapa teknik intervensi. Penjelasan pelaksanaan intervensi yang

telah dilaksanakan dengan metode case work dan group work serta beberapa

teknik adalah sebagai berikut:

5.2.1 Metode Case Work

1. Advice Giving and Counseling

Advice giving and counseling dilaksanakan selama 4 kali dengan tema

yang berbeda. Jadwal advice giving and counseling yang dilaksanakan dalam

intervensi terhadap klien dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.2 Jadwal Pelaksanaan Konseling Klien HR


No. Waktu Tema Tujuan
1. Selasa, 22 Perilaku Membiasakan klien untuk hidup bersih
Oktober 2019 Hidup sehingga dapat meminimalisir
Bersih terjadinya penyakit yang biasanya
menyerang klien karena tidak dapat
menjaga kebersihan.
2. Senin, 28 Oktober Relasi Meningkatkan keharmonisan klien
2019 dengan dengan keluarga karena salah satu
Keluarga penghambat perkembangan klien dalam
melaksanakan program reabilitasi
adalah ketidak harmonisan klien dengan
keluarga.
3. Rabu, 30 Oktober Relasi Meningkatkan keakraban dengan teman
2019 dengan di Yayasan Daarul Ihsan karena klien
Teman HR tidak memiliki teman dekat dan
tidak peduli dengan temannya.
4. Kamis, 31 Keyakinan Meningkatkan keyakinan spirtual klien
Oktober 2019 Spiritual agar klien rajin beribadah terutama
sholat dan dzikir karena hal tersebut
merupakan bagian dari terapi dalam
program rehabilitasi di Yayasan Daarul
Ihsan.
109

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa konseling dengan klien

HR dilaksanakan selama 4 kali. Berikut uraian proses dan hasil yang telah

dilaksanakan yaitu:

a. Sesi 1

Gambar 5.1 Konseling Sesi 1


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

1) Hari/tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019

2) Waktu : 10.00

3) Tempat : Mushola Yayasan Daarul Ihsan

4) Tema : Hidup Bersih dan Sehat

5) Proeses :

Kegiatan konseling pertama dilaksanakan untuk memberikan nasihat dan

pendapat, pengalaman pribadi atau hasil pengamatan praktikan yang didasarkan

pada pendapat-pendapat atau digambarkan dari pengetahuan professional.

Konseling dengan tema hidup bersih dan sehat dilakukan oleh praktikan karena

kebiasaan hidup tidak baik yang sering dilakukan oleh klien sehingga
110

menyebabkan munculnya penyakit. Kebiasaan hidup klien yang tidak baik

diantaranya adalah jarang mengganti pakaiannya, jarang mandi, serta mandi tidak

pakai sabun. Hal tersebut menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan yaitu klien

mengalami penyakit kulit akibat kebiasaan buruk tersebut.

Proses dalam konseling pertama mengarah kepada tanya jawab, berikut

pertanyaan didalam konseling pertama yaitu:

a) Berapa kali sehari anda mandi?

b) Kapan saja waktu untuk anda mandi?

c) Apakah anda mandi menggunakan sabun?

d) Sabun apa yang anda gunakan untuk mandi?

e) Kapan saja waktu anda mengganti pakaian?

f) Mengapa anda harus mengganti pakaian?

6) Hasil :

Dari berbagai pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan dapat

disimpulkan bahwa jawaban dari setiap pertanyaan tersebut yaitu klien mandi

sehari satu kali di pagi hari atau bahkan tidak jarang pula klien selama sehari

penuh tidak mandi. Klien menuturkan bahwa ia terkadang mandi menggunakan

sabun cuci baju atau detergen. Klien jarang mengganti pakaiannya karena menurut

klien baju yang dipakai masih kering. Menurut klien, baju yang kering merupakan

baju yang bersih.

Jawaban yang telah disampaikan oleh klien dapat disimpulkan bahwa klien

belum sadar dan belum paham makna hidup bersih dan sehat. Praktikan memberi

nasihat kepada klien tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Praktikan memberi
111

nasihat dengan merefleksikan terhadap kondisi klien, seperti “Bapak itu kakinya

gatal ya sampai pada luka-luka gitu, sakit ngga? Nah itu gatal-gatalnya

disebabkan karena tubuhnya tidak bersih, jarang mandi jadi kumannya nempel di

tubuh. Akhirnya gatal-gatal.”

Praktikan juga memberi nasihat bahwa ketika mandi hendaknya

menggunakan sabun mandi karena detergen merupakan sabun yang dikhususkan

untuk mencuci baju. Praktikan juga memberikan nasihat kepada klien untuk selalu

mengganti pakaiannya minimal satu kali sehari. Idikator bahwa baju tersebut

bersih bukan hanya kering. Baju yang telah dipakai seharian akan kotor karena

sudah terkena keringat dan debu.

Setelah memberikan nasihat praktikan memberikan pertanyaan yang sama

seperti pertanyaan yang ditanyakan sebelumnya. Jawaban yang diberikan sudah

berbeda dari sebelumnya. Klien menyadari bahwa sebaiknya mandi sehari dua

kali menggunakan sabun mandi dan mengganti pakaiannya minimal sehari sekali

agar badan sehat, sembuh dari penyakit kulit dan tidak akan mengalami penyakit

kulit lagi.

b. Sesi 2

Gambar 5.2 Konseling Sesi 2


112

Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

1) Hari/tanggal : Senin, 28 Oktober 2019

2) Waktu : 16.00

3) Tempat : Halaman Depan Yayasan Daarul Ihsan

4) Tema : Relasi dengan Keluarga

5) Proeses :

Kegiatan konseling kedua dilaksanakan untuk memberikan nasihat dan

pendapat, pengalaman pribadi atau hasil pengamatan praktikan yang didasarkan

pada pendapat-pendapat atau digambarkan dari pengetahuan professional.

Konseling dengan tema relasi dengan keluarga dilakukan oleh praktikan karena

salah satu penyebab klien mengalami gangguan jiwa adalah karena relasi yang

kurang baik dengan keluarganya. Klien sering bertengkar dengan saudaranya,

terutama kakak tirinya karena berebut harta warisan. Hal tersebut menyebabkan

ketidak harmonisan hubungan dengan sesama anggota keluarga.

Proses dalam konseling kedua mengarah kepada tanya jawab, berikut

pertanyaan didalam konseling kedua yaitu:

a) Sedang apa anda berada di Yayasan Daarul Ihsan?

b) Siapa yang mengantar anda di Yayasan Daarul Ihsan?

c) Kapan terakhir anda bertemu dengan keluarga?

d) Siapa anggota keluarga yang paling anda rindukan? Apa alasannya?

e) Apakah pernah terdapat konflik dalam keluarga? Apa alasannnya?

f) Siapa anggota keluarga yang sering berbeda pendapat dengan anda?

g) Bagaimana anda menyikapi perbedaan pendapat tersebut?


113

6) Hasil :

Berdasarkan jawaban yang telah disampaikan oleh klien, dapat

disimpulkan bahwa:

a) Klien berada di Yayasan Daarul Ihsan karena sedang bermasalah yaitu

masalah dengan keluarga.

b) Klien diantar oleh kakak ke Yayasan Daarul Ihsan dan dijanjikan akan

bertemu dengan teman yang banyak.

c) Klien terakhir bertemu dengan keluarga 8 tahun yang lalu.

d) Klien sangat merindukan ibunya karena ibunya sangat baik.

e) Menurut klien keluarga klien biasanya mengalami konflik. Ketika terdapat

konflik ayahnya selalu marah-marah. Solusi yang diberikan adalah hanya

dengan berdiam diri sampai ayahnya berhenti marah.

f) Menurut klien ia selalu akur dengan keluarganya dan tidak pernah ada

masalah atau konflik dalam keluarga.

Jawaban yang diberikan oleh klien tersebut sangat tidak berkorelasi satu

dengan yang lainnya. Klien mengatakan bahwa ia berada di Yayasan Daarul Ihsan

karena sedang memiliki masalah keluarga. Namun, di pertanyaan lain klien

mengungkapkan bahwa ia tidak pernah memiliki masalah dengan keluarganya.

Dari jawaban yang berbeda tersebut praktikan memberikan nasihat bahwa klien

berada di Yayasan Daarul Ihsan agar menjadi seseorang yang lebih baik lagi, rajin

sholat, rajin mengaji, dan memiliki banyak teman. Praktikan juga mengatakan

bahwa keluarga klien tidak membuang klien, kakaknya hanya menitipkan kepada

Yayasan Daarul Ihsan agar klien menjadi seseorang yang lebih baik lagi hingga
114

suatu saat nanti keluarga klien akan datang menjemput klien dan bangga

mempunyai anggota keluarga seperti klien. Praktikan memberikan support kepada

klien bahwa klien pasti akan menjadi seseorang yang baik.

Klien memahami nasihat dari praktikan. Menurut klien, relasi dengan

keluarga harus baik. Sesama anggota keluarga harus akur dan harus saling

menyemangati. Ia juga akan bersemangat mengikuti kegiatan rehabilitasi di

Yayasan Daarul Ihsan agar ia bisa segera bertemu dengan keluarganya. Klien

berpendapat bahwa keluarga klien tidak membuang klien. Keluarga klien masih

menyayanginya. Klien memahami bahwa keluarganya sedang sibuk. Oleh karena

itu, belum ada waktu untuk menjenguk klien. Klien yakin suatu saat nanti

keluarga klien akan datang menjemput klien

c. Sesi 3

Gambar 5.3 Konseling Sesi 3


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

1) Hari/tanggal : Rabu, 30 Oktober 2019

2) Waktu : 16.00

3) Tempat : Teras Yayasan Daarul Ihsan

4) Tema : Relasi dengan Teman


115

5) Proeses :

Kegiatan konseling ketiga dilaksanakan untuk memberikan nasihat dan

pendapat, pengalaman pribadi atau hasil pengamatan praktikan yang didasarkan

pada pendapat-pendapat atau digambarkan dari pengetahuan professional.

Konseling dengan tema relasi dengan teman dilakukan oleh praktikan karena klien

sering menyendiri dan tidak memiliki banyak teman di Yayasan Daarul Ihsan. Hal

tersebut menyebabkan ketidaknyamanan klien berada di Yayasan Daarul Ihsan

karena ia merasa tidak mempunyai teman. Proses pada kegiatan konseling ketiga

yaitu:

a) Membuat klien merasa nyaman dan leih santai dengan posisinya

b) Klien diajak untuk berpikir rasional bahwa pemikiran klien yang

menunjukkan sikap berdiam diri, menghindar dari teman-temannya karena

merasa terganggu, tidak peduli dengan temannya, dan lebih sering bergaul

hanya dengan satu orang temannya merupakan pemikiran yang salah dan

harus diubah. Klein mengucapkan bahwa “Saya bisa hidup walaupun tidak

punya banyak teman”.

c) Melihat kemampuan klien untuk menguji bagaimana pendapatnya yang

irasional dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti “Yakin anda bisa hidup

tanpa teman? Siapa yang selama ini mencuci baju anda disini? Siapa yang

masak untuk anda disini?”.

d) Praktikan menunjukkan ketidak logisan pemikiran tersebut bahwa pemikiran

itu salah. Pernyataan untuk menunjukkan ketidaklogisan diantaranya “Kalau

anda tidak mau berbagi dengan teman dan tidak peduli dengan teman,
116

bagaimana jika teman anda memperlakukan hal yang sama? Teman anda

tidak mau mencucikan baju anda. Anda harus mencuci baju sendiri, anda

harus masak sendiri agar anda bisa makan.”

e) Menunjukkan bahwa pemikiran itu adalah salah dan akan menghambat

perkembangan klien dalam mengikuti program rehabilitasi. Hal tersebut

ditunjukkan dengan pernyataan “Jika anda akan terus seperti itu maka anda

akan tetap berada disini selamanya karena kategori orang yang dapat

kembali ke keluarga adalah orang tersebut sudah mampu melaksanakan

aktivitas tanpa disuruh serta membantu petugas seperti membantu memasak,

memotong kayu, dan mencuci baju”.

f) Mengajarkan kepada klien bagaimana menerapka pendekatan ilmiah pada

cara berpikir sehingga meminimalkan gagasan irasionalnya.

6) Hasil :

Hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan konseling tentang relasi

dengan teman adalah:

a) Klien memahami bahwa pemikiran klien selama ini adalah salah

b) Klien memahami apa yang harus ia lakukan agar dapat mengikuti kegiatan

rehabilitasi dengan baik.

c) Klien memahami bahwa teman sangat penting dalam membantu klien.

d. Sesi 4
117

Gambar 5.4 Konseling Sesi 4


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

1) Hari/tanggal : Kamis, 31 Oktober 2019

2) Waktu : 16.00

3) Tempat : Mushola Yayasan Daarul Ihsan

4) Tema : Keyakinan Spiritual

5) Proeses :

Kegiatan konseling keempat dilaksanakan untuk memberikan nasihat dan

pendapat, pengalaman pribadi atau hasil pengamatan praktikan yang didasarkan

pada pendapat-pendapat atau digambarkan dari pengetahuan professional.

Konseling dengan tema keyakinan spiritual dilakukan oleh praktikan karena klien

malas melaksanakan ibadah sebagai umat beragama dan ibadah merupakan bagian

dari terapi dalam kegiatan rehabilitasi.

Proses dalam konseling keempat mengarah kepada tanya jawab, berikut

pertanyaan didalam konseling pertama yaitu:

a) Apa agama anda?

b) Apa kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai umat beragama?

c) Berapa kali anda sholat dalam sehari?

d) Mengapa anda harus sholat?

e) Bagaimana cara agar anda masuk surga?

6) Hasil :

Jawaban yang disampaikan oleh klien yaitu:

a) Klien beragama islam

b) Kewajiban umat beragama islam adalah sholat dan mengaji


118

c) Sholat harus dilaksanakan 5 waktu dalam sehari

d) Sholat harus dilaksanakan karena wajib dan merupakan perintah Allah SWT

e) Cara agar masuk surga adalah ibadah yang rajin, membantu sesama, dan

berbakti kepada kedua orang tua.

Jawaban yang telah diberikan oleh klien kemudian praktikan refleksikan

dengan perilaku klien. Praktikan juga memberikan positive reinforcement melalui

pujian karena klien mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.

Praktikan merefleksikan dengan pertanyaan “Jadi yang sekarang anda lakukan

sudah benar belum? Apakah anda sudah benar dalam beribadah? Apakah anda

tau tujuan dari ibadah? Apakah sudah layak anda kembali ke keluarga? Jika

anda lebih memilih tidur daripada beribadah berarti anda belum layak untuk

kembali ke keluarga”.

Dari hal tersebut klien memahami bahwa perilakunya selama ini salah.

Klien juga memahami apa yang seharusnya ia lakukan sekarang agar dapat segera

kembali ke keluarganya. Setelah kegiatan ini, klien membuat video yang berisi

ucapan terimakasih dan permohonan maaf kepada keluarga karena klien selama

ini memiliki banyak salah dengan keluarga terutama karena klien selalu marah

ketika diingatkan untuk beribadah.

2. Scheduling Daily Activity Based on Behaviour Therapy

a. Proses

Penjadwalan aktivitas dilakukan untuk mengisi waktu klien dengan

kegiatan yang lebih produktif dan membiasakan klien untuk beraktivitas. Selain

itu juga untuk mengurangi kepasifan klien dalam melaksanan kegiatan serta
119

ketiadaan inisiatif klien untuk melaksanakan kegiatan. Hal ini dilaksanakan

karena kurangnya motivasi klien dalam melaaksanakan kegiatan rehabilitasi di

Yayasan Daarul Ihsan.

Kegiatan Scheduling Daily Activity Based on Behavior Therapy

dilaksanakan selama tiga minggu dengan melibatkan praktikan, petugas, dan

klien. Praktikan dan petugas bekerja sama untuk memantau aktivitas klien agar

perkembangan klien terukur. Proses kegiatan Scheduling Daily Activity Based on

Behavior Therapy yang dilaksanakan oleh klien dibagi menjadi beberapa sesi

yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.3 Proses Scheduling Daily Activity Based on Behaviour Therapy


Pertemuan Kegiatan Tujuan Target Perilaku
Pertemuan I Menentukan Praktikan, Berkomitmen dengan
(Minggu ke aktivitas untuk petugas, dan dan jadwal harian yang
I) Jadwal kegiatan klien ikut serta telah disepakati
harian dalam penentuan bersama.
jadwal harian
yang akan
dilakukan.
Pertemuan Penjelasan Memaparkan Petugas mengetahui
II (Minggu Scheduling Daily teknik pemberian teknik pelaksanaan
ke I) Activity Based on kegiatan klien. jadwal harian yang
Behavior Therapy akan diberikan kepada
(Jadwal kegiatan klien.
harian)
Pertemuan Evaluasi Mengontrol dan Petugas dan Praktikan
III Sesi I Scheduling Daily mengevaluasi memantau
(Minggu ke Activity Based on jalannya jadwal perkembangan perilaku
I) Behavior Therapy kegiatan klien dan klien
mengetahui perubahan
positif pada dirinya.
Pertemuan Evaluasi Mengontrol dan Petugas dan Praktikan
IV Sesi II Scheduling Daily mengevaluasi memantau
(Minggu ke Activity Based on jalannya jadwal perkembangan perilaku
II) Behavior Therapy kegiatan klien dan klien
mengetahui perubahan
positif pada dirinya
Pertemuan Evaluasi Mengontrol dan Petugas dan Praktikan
120

V Sesi III Scheduling Daily mengevaluasi memantau


(Minggu ke Activity Based on jalannya jadwal perkembangan perilaku
III) Behavior Therapy kegiatan klien dan klien
mengetahui perubahan
positif pada dirinya

b. Hasil

1) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan bersama dengan petugas dan klien untuk

menenentukan aktivitas untuk jadwal kegiatan harian yang harus dilaksanakan

oleh klien. Jadwal dan aktivitas yang harus dilaksanakan dapat dilihat dalam tabel

5.4 berikut:

Tabel 5.4 Jadwal Kegiatan Harian Klien HR


JAM KEGIATAN KETERANGAN
03.30- Bangun tidur, 1. Menyiapkan sajadah dan sarung sendiri
05.30 wudhu, sholat 2. Setelah sholat melipat sarung yang telah
subuh dan dzikir dipakai
3. Tidak tidur ketika dzikir
4. Diberikan pujian ketika melaksanakan
kegiatan dengan baik
06.00- Olahraga 1. Diajak untuk aktivitas fisik dan diberi pujian
09.00 ketika melakukannya
Mandi 1. Diminta untuk mandi dengan sabun
2. Mengganti pakaian setelah mandi
3. Diberikan pujian ketika klien sudah mandi
Makan 1. Mengantri ketika mengambil makanan
2. Mau mengambil makanan dan minuman
sendiri
3. Menyimpan piring dan gelas kotor di tempat
yang disediakan
4. Diberi pujian ketika tertib makan
09.00- Menggambar bebas 1. Menggambar bebas menggunakan krayon apa
11.00 atau menulis yang ingin digambar
2. Menuliskan apa yang ingin ditulis klien
3. Jika tidak mau, diajak untuk menuliskan
surat-surat pendek (AL-Quran Juz 30) atau
121

JAM KEGIATAN KETERANGAN


menuliskan artinya
Mengikuti kegiatan 1. Mengikuti perintah petugas/praktikan
kelompok 2. Tidak berdiam diri/aktif dalam mengikuti
kegiatan
11.00- Sholat duhur dan 1. Menyiapkan sajadah dan sarung sendiri.
12.30 dzikir 2. Setelah sholat melipat sarung yang telah
dipakai.
3. Tidak tidur ketika dzikir
4. Diberikan pujian ketika mau sholat dan
melipat kembali sarung yang telah dipakai
serta tidak tidur ketika dzikir
13.00- Makan snack 1. Membuang sampah dari snack sendiri
13.30 2. Diberi pujian ketika melaksanakannya
13.30- Istirahat siang 1. Jika klien merasa lelah bisa beristirahat
14.30
14.30- Sholat asar dan 1. Menyiapkan sajadah dan sarung sendiri.
16.30 dzikir 2. Setelah sholat melipat sarung yang telah
dipakai
3. Tidak tidur ketika dzikir
4. Diberikan pujian ketika mau sholat dan
melipat kembali sarung yang telah dipakai
serta tidak tidur ketika dzikir
Mandi 1. Diminta untuk mandi dengan sabun
2. Mengganti pakaian setelah mandi
3. Diberikan pujian ketika klien sudah mandi
Makan 1. Mengantri ketika mengambil makanan
2. Mau mengambil makanan dan minuman
sendiri
3. Menyimpan piring dan gelas kotor di tempat
yang disediakan
4. Diberi pujian ketika tertib makan
17.00- Sholat maghrib dan 1. Menyiapkan sajadah dan sarung sendiri dan
20.00 dzikir merapikannya kembali
2. Fokus ketika dzikir
3. Diberikan pujian ketika melaksnakan
kegiatan dengan baik dan benar
20.00- Istirahat 1. Klien diberi pujian ketika telah melakukan
03.30 aktivitas seharian
2. Meyakinkan klien bahwa klien memiliki
122

JAM KEGIATAN KETERANGAN


harapan untuk masa depannya
Sumber: Hasil Diskusi Praktikan, Klien dan Petugas

2) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan untuk menjelaskan Scheduling Daily Activity

Based on Behaviour Therapy atau jadwal kegiatan harian yang sudah dibuat pada

hari sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan agar klien mengetahui tugas-tugas yang

harus dilaksanakan dan petugas memahami kegiatan yang harus dilaksanakan oleh

klien sehingga mempermudah pemantauan kegiatan klien.

Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan bahwa praktikan dan petugas

harus bekerjasama untuk terus memantau kegiatan klien sehingga perkembangan

klien dapat terukur. Setiap hari praktikan harus mengingatkan klien untuk

melaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan sehingga tertanam kebiasaan

dalam diri klien untuk melaksanakan kegiatan karena inisiatif dari diri sendiri.

Petugas membantu praktikan untuk mengamati kegiatan klien yang tidak bisa

dijangkau oleh praktikan seperti kegiatan sholat karena tempat sholat laki-laki dan

perempuan dipisah sehingga praktikan tidak dapat mengamati kegiatan tersebut.

Dalam setiap minggunya akan dilaksanakan evaluasi terhadap jalannya

kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh klien. Evaluasi kegiatan tersebut bertujuan

untuk mengukur keberhasilan dari tujuan Scheduling Daily Activity Based on

Behaviour Therapy.

3) Pertemuan III Sesi I


123

Pertemuan III sesi I dilaksanakan untuk memantau perkembangan klien

dalam melaksanakan aktivitas yang telah dijadwalkan. Perkembangan klien di

minggu I intervensi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.5 Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Harian Minggu Ke 1


JAM KEGIATAN PELAKSANAAN
03.30- Bangun tidur, wudhu, 1. Masih harus dibangunkan dan disuruh untuk sholat
05.30 sholat subuh dan subuh
dzikir 2. Menyiapkan sarung dan merapikan kembali
3. Mengantuk ketika dzikir
06.00- Olahraga 1. Tidak mau melaksanakan olahraga dan lebih memilih
09.00 duduk sambil melamun
Mandi 1. Sudah melaksanakan mandi pagi tapi terkadang
menggunakan detergen
2. Mengganti pakaian setelah mandi
Makan 1. Tertib ketika makan (mengambil makanan sendiri dan
menyimpan piring kotor di tempatnya)
2. Menghabiskan makanan
09.00- Menggambar bebas 1. Masih harus diberi motivasi untuk mau menulis atau
11.00 atau menulis menggambar
2. Masih selalu beralasan tidak bisa
Mengikuti kegiatan 1. Terlibat dalam kegiatan kelompok tetapi tidak aktif
kelompok 2. Mengikuti perintah petugas/praktikan
11.00- Sholat dzuhur dan 1. Melaksanakan sholat setiap hari tetapi masih harus
12.30 dzikir disuruh
2. Tidak fokus ketika dzikir
13.00- Makan snack 1. Belum membuang sampah snack sesuai tempatnya
13.30
13.30- Istirahat siang 1. Klien tidur siang
14.30
14.30- Sholat ashar dan 1. Klien melaksanakan sholat ashar dan masih harus
16.30 dzikir disuruh
2. Tidak fokus ketika dzikir
Mandi 1. Masih jarang mandi sore karena beralasan tidak ada
handuk dan tidak ada sabun
Makan 1. Tertib ketika makan (mengambil makanan sendiri dan
menyimpan piring kotor di tempatnya)
124

2. Menghabiskan makanan
17.00- Sholat maghrib, isya 1. Klien melaksanakan sholat maghrib dan isya
20.00 dan dzikir walaupun masih disuruh
2. Klien tidak fokus ketika berdzikir
20.00- Istirahat 1. Klien masih belum tepat waktu ketika istirahat malam
03.30 2. Lebih banyak melamun
Sumber: Hasil Pengamatan Praktikan dan Petugas

Berdasarkan tabel 5.5 tersebut dapat disimpulkan bahwa pada minggu

pertama masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan dengan baik

oleh klien. Kegiatan tersebut diantaranya adalah sholat, mandi, olahraga, menulis

dan menggambar. Pada minggu pertama, terhitung klien 5 hari berturut-turut

mengantuk ketika sholat subuh, tidak melaksanakan sholat jumat, tidak pernah

mengikuti olahraga, dan hanya 1 kali mandi sore.

4) Pertemuan IV Sesi II

Pertemuan IV sesi III dilaksanakan untuk memantau perkembangan klien

dalam melaksanakan aktivitas yang telah dijadwalkan. Perkembangan klien di

minggu ke dua intervensi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.6 Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Harian Minggu Ke 2


JAM KEGIATAN PELAKSANAAN
03.30- Bangun tidur, wudhu, 1. Bangun sendiri untuk sholat subuh
05.30 sholat subuh dan 2. Menyiapkan sarung dan merapikan
dzikir kembali
3. Mengantuk ketika dzikir
06.00- Olahraga 1. Mengikuti kegiatan olahraga namun hanya
09.00 fokus pada 5 menit pertama
Mandi 1. Sudah melaksanakan mandi pagi
2. Mengganti pakaian setelah mandi
Makan 1. Tertib ketika makan (mengambil makanan
sendiri dan menyimpan piring kotor di
tempatnya)
2. Menghabiskan makanan
09.00- Menggambar bebas 1. Sudah mau untuk menulis atau
125

JAM KEGIATAN PELAKSANAAN


11.00 atau menulis menggambar
2. Terkadang masih beralasan tidak bisa
Mengikuti kegiatan 1. Terlibat dalam kegiatan kelompok
kelompok 2. Aktif dalam kelompok
3. Mengikuti perintah petugas/praktikan

11.00- Sholat dzuhur dan 1. Melaksanakan sholat dzuhur karena


12.30 dzikir inisiatif sendiri
2. Tidak fokus ketika dzikir
13.00- Makan snack 1. Belum membuang sampah snack sesuai
13.30 tempatnya
13.30- Istirahat siang 1. Klien tidur siang
14.30
14.30- Sholat ashar dan 1. Klien melaksanakan sholat ashar tetapi
16.30 dzikir terkadang masih harus disuruh
2. Tidak fokus ketika dzikir
Mandi 1. Masih harus selalu disuruh dan diingatkan
untuk mandi sore
Makan 1. Tertib ketika makan (mengambil makanan
sendiri dan menyimpan piring kotor di
tempatnya)
2. Menghabiskan makanan
17.00- Sholat maghrib, isya 1. Klien melaksanakan sholat maghrib dan
20.00 dan dzikir isya karena inisiatif sendiri
2. Klien tidak fokus ketika berdzikir
20.00- Istirahat 1. Klien masih belum tepat waktu ketika
03.30 istirahat malam
Sumber: Hasil Pengamatan Praktikan dan Petugas

Berdasarkan tabel 5.6 tersebut dapat disimpulkan bahwa pada minggu

kedua terdapat beberapa peningkatan pada diri klien dalam melaksanakan

kegiatan yang telah dijadwalkan. Diantaranya yaitu klien sudah mulai berinisiatif

untuk melaksanakan sholat walaupun dalam berdzikir masih belum fokus, klien

mandi pagi setiap hari dan mengganti pakaiannya, klien sudah mau melaksanakan

kegiatan olahraga walaupun hanya fokus pada 5 menit pertama, klien sudah mau
126

menulis atau menggambar walaupun terkadang masih beralasan tidak bisa, klien

sudah melaksanakan mandi sore (terhitung 3 kali mandi sore dalam seminggu),

dan klien sudah tidak melamun sebelum tidur.

5) Pertemuan V Sesi III

PertemuanV sesi III dilaksanakan untuk memantau perkembangan klien

dalam melaksanakan aktivitas yang telah dijadwalkan. Perkembangan klien di

minggu I intervensi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.7 Pelaksanaan Jadwal Harian Minggu Ke 3


JAM KEGIATAN PELAKSANAAN
03.30- Bangun tidur, 1. Bangun sendiri untuk sholat subuh
05.30 wudhu, sholat subuh 2. Menyiapkan sarung dan merapikan kembali
dan dzikir 3. Fokus berdzikir hanya pada 5 menit pertama
06.00- Olahraga 1. Mengikuti kegiatan olahraga sampai selesai
09.00 Mandi 1. Sudah melaksanakan mandi pagi
2. Mengganti pakaian setelah mandi
Makan 1. Tertib ketika makan (mengambil makanan
sendiri dan menyimpan piring kotor di
tempatnya)
2. Menghabiskan makanan
09.00- Menggambar bebas 1. Sudah mau untuk menulis atau menggambar
11.00 atau menulis bahkan belum disuruh sudah meminta kertas dan
krayon
Mengikuti kegiatan 1. Terlibat dalam kegiatan kelompok
kelompok 2. Aktif dalam kelompok
3. Mengikuti perintah petugas/praktikan
11.00- Sholat dzuhur dan 1. Melaksanakan sholat dzuhur karena inisiatif
12.30 dzikir sendiri
2. Fokus berdzikir hanya pada 5 menit pertama
13.00- Makan snack 1. Membuang sampah snack sesuai tempatnya
13.30
13.30- Istirahat siang 1. Klien tidur siang
14.30
14.30- Sholat ashar dan 1. Klien melaksanakan sholat ashar
16.30 dzikir 2. Fokus dzikir hanya pada 5 menit pertama
Mandi 1. Ada inisiatif untuk mandi sore tetapi tidak
menggunakan sabun karena di kamar mandi
tidak ada sabun
Makan 1. Mengambil makanan sendiri dan menyimpan
piring kotor di tempatnya
2. Menghabiskan makanan
127

17.00- Sholat maghrib, isya 1. Klien melaksanakan sholat maghrib dan isya
20.00 dan dzikir karena inisiatif sendiri
2. Fokus berdzikir hanya 5 menit pertama
20.00- Istirahat 1. Klien tidur tepat waktu
03.30
Sumber: Hasil Pengamatan Praktikan dan Petugas

Berdasarkan tabel 5.7 tersebut dapat disimpulkan bahwa pada minggu ke

tiga terdapat beberapa peningkatan pada diri klien dalam melaksanakan kegiatan

yang telah dijadwalkan. Diantaranya yaitu klien sudah mulai berinisiatif untuk

melaksanakan sholat walaupun dalam berdzikir hanya fokus pada 5 menit

pertama, klien sudah mau melaksanakan kegiatan olahraga dan mengikuti sampai

selesai, klien membuang sampah snack sesuai tempatnya, klien sudah

melaksanakan mandi sore tetapi tidak menggunakan sabun (terhitung 5 kali dalam

seminggu), dan klien sudah tidur tepat waktu.

3. Art Therapy

a. Proses

Art therapy merupakan terapi yang digunakan sebagai sarana dalam

pelepasan emosi (katarsis) dimana hal ini sebagai pelepasan pengalaman yang

menyakitkan dan mengganggu. Proses dalam pelaksanaan art therapy adalah

sebagai berikut:

a) Membuat klien merasa nyaman dan santai dengan posisinya

b) Praktikan menunjukkan kertas dan krayon untuk menggambar

c) Praktikan menyampaikan fungsi dari kertas dan krayon tersebut

d) Praktikan meminta klien untuk menggambar bebas atau dengan tema yang

telah ditentukan diatas kertas menggunakan krayon tersebut


128

e) Jika klien menolak, tetap berikan support bahwa klien pasti bisa. Praktikan

memberikan pilihan lain yaitu untuk menuliskan perasaannya, menuliskan

pengalamannya, ataupun menuliskan kegiatan yang telh dilaksanakan.

f) Apabila klien tetap menolak, praktikan memberikan pilihan lain untuk

menulis surat-surat pendek dalam Al-Quran (Juz 30) beserta artinya.

g) Praktikan bertanya maksud dari tulisan atau gambar yang telah dibuat

h) Praktikan memberikan positive reinforcement ketika klien sudah selesai

menggambar.

Kegiatan art therapy dilaksanakan selama 5 kali dengan jadwal sebagai

berikut:

Tabel 5.8 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Art Therapy


N WAKTU PEMBAHASAN
O
1. Sesi 1 (Jumat, 18 Menggambar dengan tema yang ditentukan yaitu
Oktober 2019) pohon, rumah, dan orang
2. Sesi 2 (Minggu, Menggambar bebas, apa yang dirasakan klien pada
20 Oktober 2019) hari tersebut
3. Sesi 3 (Senin, 21 Menuliskan perasaan klien atau kegiatan yang
Oktober 2019) dilaksanakan pada hari tersebut
4. Sesi 4 (Rabu, 23 Menggambar bebas, apa yang dirasakan klien pada
Oktpber 2019) hari tersebut
5. Sesi 5 (Jumat, 25 Menulis surat pendek dalam Al-Quran yang dihafal
Oktober 2019) oleh klien
6. Sesi 6 (Senin, 28 Menggambar dengan tema yang ditentukan yaitu
Oktober 2019) keluarga
Sumber: Hasil Intervensi Klien HR

b. Hasil

Kegiatan art therapy menghasilkan gambar ataupun tulisan sebagai bentuk

ungkapan emosi atau perasaan yang sedang dialami oleh klien untuk

mempermudah praktikan menganalisis perasaan atau emosi yang dirasakan klien


129

karena klien termasuk seseorang yang sulit untuk mengungkapkan perasaan atau

emosinya secara verbal atau langsung. Hasil dari kegiatan art therapy yang sudah

dilaksanakan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.9 Hasil Kegiatan Art Therapy


NO WAKTU HASIL PERKEMBANGAN HAMBATAN
1. Sesi 1 Klien menggambar pohon, Klien mau Klien masih tidak
rumah, dan orang dengan menggambar percaya diri dan
urutan pertama pohon, walaupun masih mengeluhkan bahwa
kedua rumah, dan ketiga harus diberi support dirinya tidak bisa
orang. dari praktikan. menggambar sesuai
dengan perintah
praktikan.
2. Sesi 2 Klien menggambar Klien sudah mau Klien masih ragu-
perlengkapan makan menggambar dan ragu dalam
berupa piring, gelas, mampu menggambar dan
sendok, dan garpu dengan mengungkapkan mengeluhkan tidak
diwarnai krayon warna perasaannya. bisa melakukannya.
orange.
3. Sesi 3 Klien menulis kegiatan Klien mampu Klien tidak mampu
yang telah dilaksanakan menuliskan apa yang menjelaskan apa
pada hari tersebut mulai ada di pikirannya yang ditulis.
dari bangun tidur hingga walaupun masih
pukul 16.00. harus diarahkan.
4. Sesi 4 Klien menggambarkan dua Klien mampu
orang dengan ekspresi mengungkapkan
mengantuk dan diberi perasaannya melalui
warna merah dan hijau. gambar tanpa harus
diarahkan.
5. Sesi 5 Klien menuliskan surat Klien mampu
pendek dalam Al-Quran menuliskan surat
yang dihafal yaitu surat Al- pendek dalam Al-
Fatihah. Quran yang ia hafal.
6. Sesi 6 Klien menggambarkan Klien mampu
berbagai macam ekspresi menceritakan kondisi
yang diberi keterangan keluarganya melalui
nama anggota keluarga gambar. Awalnya,
dibawahnya. Ekspresi yang klien selalu
digambarkan yaitu sedih, mengatakan bahwa
130

senang, dan ceria. Ekspresi hubungan antara


sedih digambarkan untuk dirinya dengan
ayah, ekspresi senang keluarga baik-baik
digambarkan untuk ibu, saja. Namun, hasil
dan ekspresi ceria gambar menunjukkan
digambarkan untuk perbedaan.
saudara-saudaranya
Berdasarkan tebel 5.9 dapat disimpulkan bahwa kegiatan art therapy

menghasilkan gambar dan tulisan yang berisi ungkapan emosi atau perasaan klien.

Setiap gambar dan tulisan tersebut memiliki makna yang berbeda. Makna dari

gambar dan tulisan yang telah dibuat oleh klien yaitu:

1) Sesi 1 (Jumat, 18 Oktober 2019)

Gambar 5.5 Hasil Art Therapy Sesi 1


Sumber: Kegiatan Art Therapy Klien

Kegiatan art therapy sesi 1 menghasilkan gambar rumah, orang dan pohon

seperti yang terlihat pada gambar 5.5. Gambar pertama yang digambar oleh klien

yaitu gambar pohon dan gambar terakhir yang digambar yaitu gambar orang.

Gambar tersebut mengandung makna bahwa klien saat ini sedang merindukan

rumah dan orang-orang yang berada di sekitar rumahnya. Disisi lain, rumah

merupakan bentuk tempat berlindung serta pohon berarti menyejukkan. Dalam hal
131

ini, klien merindukan rumah yang berfungsi seperti pada umumnya, yaitu tempat

berlindung. Sebelum klien berada di Yayasan Daarul Ihsan, rumah klien tidak

berfungsi seperti pada umumnya. Rumah klien tidak nyaman sebagai tempat

berlindung karena di dalam rumah tersebut, banyak sekali konflik yang muncul

antar sesama anggota keluarga, terutama dengan kakak tirinya. Oleh karena itu,

klien lebih sering berada di luar rumah dan jarang pulang. Klien biasanya

melamun dibawah pohon pohon karena pohon membawa kesejukan dan berada

dibawah pohon membuat klien merasa tenang.

2) Sesi 2 (Minggu, 20 Oktober 2019)

Gambar 5.6 Hasil Art Therapy Sesi 2


Sumber: Kegiatan Art Therapy Klien

Kegiatan art therapy sesi 2 menghasilkan gambar alat-alat makan yang

terdiri dari piring, gelas, sendok, dan seperti yang terlihat pada gambar 5.6.

Gambar tersebut memiliki makna bahwa klien ingin makan secara teratur. Hal ini

dirasakan oleh klien karena klien seringkali merasakan lapar namun bukan jadwal

makan sehingga klien harus menahan rasa lapar tersebut. Terlebih lagi, ketika pagi

hari setelah mandi biasanya teman-teman klien diberi uang untuk membeli snack
132

namun klien tidak mendapatkan uang seperti teman-temannya karena keluarga

klien tidak membiayai klien di Yayasan Daarul Ihsan sehingga tidak ada jatah

uang yang bisa klien gunakan untuk membeli seperti teman-temannya. Oleh

karena itu, apabila praktikan memberikan positive reinforcement berupa makanan,

klien menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan.

3) Sesi 3 (Senin, 21 Oktober 2019)

Gambar 5.7 Hasil Art Therapy Sesi 3


Sumber: Kegiatan Art Therapy Klien

Kegiatan art therapy sesi 3 klien menuliskan kegiatan yang telah

dilaksanakan pada hari tersebut seperti yang terlihat pada gambar 5.7.

Berdasarkan tulisan tersebut dapat diartikan bahwa pada hari Senin, 21 Oktober

2019 klien merasa sedang bahagia. Klien mengikuti setiap kegiatan yang

dilaksanakan pada hari tersebut.

4) Sesi 4 (Rabu, 23 Oktober 2019)


133

Gambar 5.8 Hasil Art Therapy Sesi 4


Sumber: Kegiatan Art Therapy Klien

Kegiatan art therapy sesi 4 menghasilkan gambar orang yang sedang

mengantuk seperti yang terlihat pada gambar 5.8. Gambar tersebut memiliki

makna bahwa pada hari Rabu, 23 Oktober 2019 klien merasa sedang tidak

bersemangat. Klien tidak bisa tidur nyenyak pada malam harinya dikarenakan ada

teman klien yang bertengkar sehingga mengganggu tidur klien. Oleh karena itu,

pada hari tersebut klien merasa mengantuk dan tidak bersemangat mengikuti

kegiatan rehabilitasi.

5) Sesi 5 (Jumat, 25 Oktober 2019)

Gambar 5.9 Hasil Art Therapy Sesi 5


Sumber: Kegiatan Art Therapy Klien

Kegiatan art therapy sesi 5 klien menuliskan isi salah satu surat dalam Al-

Quran yaitu surat Al-Fatihah seperti yang terlihat pada gambar 5.9. Pada kegiatan

art therapy ini praktikan meminta klien untuk menuliskan perasaannya pada hari

tersebut. Klien menuliskan surat Al-Fatihah karena sebelumnya klien sudah

menelpon keluarganya dan mendapatkan semangat dari keluarganya bahwa klien


134

akan dijemput ketika klien sudah menjadi orang yang baik terutama klien rajin

beribadah dan belajar mengaji serta menghafalkan surat-surat pendek dalam Al-

Quran. Gambar tersebut mencerminkan bahwa klien lebih bersemangat agar dapat

kembali ke keluarganya.

6) Sesi 6 (Senin, 28 Oktober 2019)

Gambar 5.10 Hasil Art Therapy Sesi 6


Sumber: Kegiatan Art Therapy Klien

Kegiatan art therapy sesi 6 menghasilkan gambar beberapa ekspresi dan

diberi keterangan anggota keluarganya seperti yang terlihat pada gambar 5.10.

Ekspresi senang digambarkan untuk ibunya, ekspresi sedih digambarkan untuk

ayahnya, dan ekspresi ceria digambarkan untuk adiknya. Gambar tersebut

memiliki makna bahwa ibu klien merupakan seseorang yang baik kepada klien

oleh karena itu klien menggambarkannya dengan ekspresi senang. Ekspresi sedih

digambarkan untuk ayahnya karena ayahnya selalu marah-marah sedangkan

ekspresi ceria digambarkan untuk adiknya karena klien selalu akur dengan

adiknya sehingga jarang terjadi konflik dengan adiknya. Dari kegiatan art therapy

tersebut dapat diketahui hubungan antara klien dengan keluarganya.


135

4. Home Visit

a. Proses

Gambar 5.11 Kegiatan Home Visit


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Kegiatan home visit dilaksanakan pada hari Minggu, 22 September 2019.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang

diperlukan dalam assesmen atau pemahaman masalah klien. Selain itu, kegiatan

home visit juga dilaksanakan sebagai bentuk intervensi yang dilakukan untuk

menangani permasalahan yang dialami oleh klien. Dalam hal ini, kegiatan home

visit dilakukan untuk mengetahui kondisi keluarga klien karena selama 8 tahun

klien berada di Yayasan Daarul Ihsan, tidak pernah ada komunikasi dengan

keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, home visit

dilakukan untuk memberikan informasi kepada klien tentang kondisi klien saat ini
136

serta memberikan nasihat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keluarga klien

selama klien di rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan.

Praktikan mengunjungi rumah klien hanya bersumber pada pernyataan klien

tentang dimana alamat rumahnya serta data alamat klien yang dimiliki oleh

Yayasan Daarul Ihsan. Ketika sampai di alamat yang diberikan oleh klien dan

Yayasan Daarul Ihsan, sekarang alamat tersebut sudah bukan tempat tinggal

keluarga klien lagi. Bangunan tersebut sekarang sudah dijual dan menjadi miliki

orang lain. Dari pemilik rumah tersebut praktikan mengetahui informasi alamat

rumah saudara klien yang ternyata berada di samping rumah tersebut. Saudara

klien tersebut merupakan kakak dari ibu klien. Saudara klien tidak mengetahui

informasi tentang kehidupan klien secara rinci. Oleh karena itu, praktikan diberi

alamat rumah kakak klien dan diarahkan untuk bertemu dengan kakak klien.

Di rumah kakak klien, praktikan bertemu dengan saudara-saudara klien.

Dari pertemuan tersebut, saudara-saudara klien menceritakan kehidupan klien

sebelum berada di Yayasan Daarul Ihsan. Selain itu, praktikan juga memberikan

pemahaman kepada saudara-saudara klien apa yang seharusnya dilakukan oleh

keluarga terhadap klien. Praktikan menjelaskan kondisi klien sekarang yang

memiliki motivasi atau semangat hidup yang rendah karena 8 tahun tidak ada

komunikasi dengan keluarganya sehingga klien merasa dibuang oleh keluarganya.

Praktikan memberikann nasihat bahwa seharusnya, orang-orang seperti

klien yang mengalami gangguan jiwa membutuhkan dukungan dari keluarga agar

klien cepat pulih. Dukungan tersebut tidak hanya dalam bentuk material saja,

tetapi dalam bentuk dukungan sosial seperti komunikasi yang rutin dan
137

memberikan semangat kepada klien bahwa klien mampu melewati rehabilitasi

yang sedang dijalani saat ini. Selain itu, praktikan juga memberikan informasi

bahwa orang dengan gangguan jiwa bukan merupakan aib untuk keluarganya. Ia

sama seperti orang-orang yang memiliki sakit fisik pada umumnya. Hanya saja,

bagian tubuh yang bermasalah berada di otak sehingga mempengaruhi

perilakunya karena otak merupakan sistem syaraf pusat.

Kegiatan home visit ditutup dengan pembuatan video pendek oleh keluarga

klien. Video tersebut berisi ucapan motivasi dan semangat untuk klien agar tetap

bersemangat mengikuti kegiatan rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan. Keluarga

klien menuturkan bahwa mereka masih peduli dengan klien dan suatu saat nanti

klien akan dijemput oleh keluarga ketika klien sudah rajin dan mengikuti kegiatan

dengan baik.

b. Hasil

Kegiatan home visit menghasilkan informasi tentang klien dan keluarga

klien. Hasil dari kegiatan home visit diantaranya:

1) Menurut keluarga klien, klien merupakan seorang yang pekerja keras. Ia

berhasil mengembangkan bisnis keluarganya.

2) Hubungan klien dengan kakak tiri tidak baik karena saling berebut harta

warisan.

3) Hubungan dengan anggota keluarga lain baik. Terutama dengan ibu dan

adiknya.

4) Hubungan dengan tetangga dan teman sebagian besar baik, namun terdapat

beberapa tetangga dan teman yang bermasalah dengan klien.


138

5) Kondisi ekonomi keluarga klien termasuk kategori menengah keatas. Sempat

bangkrut ketika klien mulai mengalami gangguan jiwa namun saat ini sudah

kembali. Keluarga klien memiliki toko material dan toko sembako yang

cukup besar.

6) Keluarga tidak memahami klien merupakan korban penyalahgunaan NAPZA.

7) Keluarga tidak memahami bahwa gangguan jiwa merupakan salah satu

dampak yang ditimbulkan karena penyalahgunaan NAPZA.

8) Keluarga klien memahami hak dan kewajiban klien selama menjalani

rehabilitasi namun hak klien tidak terpenuhi. Hak tersebut berupa dukungan

sosial dan dukungan material.

9) Keluarga klien tidak memberikan dukungan sosial maupun dukungan

material dalam bentuk apapun selama klien menjalani rehabilitasi.

10) Keluarga klien berencana menjenguk klien namun sulit untuk mengatur

waktu karena pekerjaan.

11) Keluarga klien berharap klien menjadi normal setelah keluar dari Yayasan

Daarul Ihsan.

12) Keluarga berencana memberikan kesempatan klien untuk bekerja mengelola

peternakan domba milik keluarga.

5.2.2 Metode Group Work

1. Kelompok Rekreasi (Recreational Group)

Kelompok rekreasi bertujuan untuk memberikan kegiatan-kegiatan untuk

kesenangan. Dalam hal ini, kelompok rekreasi diterapkan untuk mengurangi rasa
139

bosan yang sering dikeluhkan klien serta sebagai hiburan bagi klien. Kegiatan

dalam kelompok rekreasi yang dilakukan diantaranya:

a. Jalan Sehat

1) Proses

Gambar 5.12 Kegiatan Jalan Sehat


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Kegiatan jalan sehat dilaksanakan dilaksanakan dua kali selama proses

intervensi yaitu pada hari Jumat, 12 Oktober 2019 dan hari Jumat, 18 Oktober

2019 oleh praktikan bersama klien dan petugas. Kegiatan ini dilaksanakan dengan

mengelilingi lingkungan sekitar Yayasan. Klien berbris dengan rapi, kemudian

berjalan dengan teratur sesuai dengan rute yang telah ditentukan oleh praktikan.

Selain sebagai kegiatan olahraga, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi rasa

bosan yang sering dikeluhkan oleh klien. Klien merasa bosan karena setiap hari ia

hanya berada di dalam Yayasan. Jalan sehat juga merupakan sarana bagi praktikan

untuk mengetahui antusiasme klien dalam melaksanakan kegiatan tersebut.


140

2) Hasil

Kegiatan jalan sehat memberikan kesenangan bagi klien. Klien sangat

bersemangat mengikuti kegiatan jalan sehat. Hasil yang diperoleh dari kegiatan

jalan sehat yaitu:

Tabel 5.10 Hasil Kegiatan Jalan Sehat


No Hari, Tanggal Hasil
1. Jumat, 12 1. Klien HR bersemangat mengikuti kegiatan jalan
Oktober 2019 sehat
2. Praktikan berjalan di samping klien
3. Klien HR bercerita kepada praktikan bahwa ia
merasa sangat senang bisa berkeliling lingkungan
sekitar yayasan karena selama 9 tahun berada di
yayasan klien HR hanya melaksanakan aktifitas
didalam yayasan. Klien HR dulu pernah diberi
kepercayaan keluar dari yayasan untuk mengambil
kelapa di kebun sekitar lingkungan yayasan.
4. Praktikan memberikan positive reinforcement kepada
klien HR berupa acungan jempol dan berkata “Pak
HR hebat, bisa kuat jalan jauh”.
2. Jumat, 18 1. Klien HR bersemangat mengikuti kegiatan jalan
Oktober 2019 sehat
2. Klien HR berjalan bersama klien WA
3. Selama perjalanan, klien HR dan klien WA saling
bercerita namun praktikan tidak mengetahui dengan
jelas apa yang mereka ceritakan karena intonasinya
tidak jelas.
4. Klien HR tampak tersenyum-senyum ketika bercerita
dengan klien WA
5. Rute kegiatan jalan sehat kali ini adalah ke arah
lapangan. Klien bercerita bahwa klien ingat dulu
klien berolahraga di lapangan tersebut.
141

Sumber: Hasil Observasi Praktikan 2019

b. Senam

1) Proses

Gambar 5.13 Kegiatan Senam Pagi


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019
Senam pagi merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan

metode group work dengan teknik recreational group dan metode case work

dengan teknik support. Recreational group bertujuan untuk memberikan kegiatan-

kegiatan untuk kesenangan. Dalam hal ini, kelompok rekreasi diterapkan untuk

mengurangi rasa bosan yang sering dikeluhkan klien serta sebagai sarana untuk

menjaga kesehatan fisiknya.

Kegiatan senam pagi dilaksanakan sebagai bagian dari proses pemecahan

masalah klien. Dalam kegiatan rehabilitasi di Yayasan Daarul Ihsan, aktivitas

olahraga tidak dilaksanakan secara efektif sehingga klien sering kali mengeluhkan

rasa bosan dengan kegiatan sehari-hari. Kegiatan senam pagi dilaksanakan setiap

satu minggu sekali selama intervensi. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh klien di

Yayasan Daarul Ihsan. Dalam kegiatan ini senam yang dilakukan berupa senam

ringan yang lebih bayak meggunakan gerakan low impact. Musik yang
142

ditampilkan dalam kegiatan ini merupakan permintaan dari klien yaitu musik

dangdut yang semakin menambah semarak dan semangat untuk senam.

2) Hasil

Kegiatan senam pagi membuat klien menjadi lebih semangat dalam

mengikuti kegiatan di Yayasan Daarul Ihsan. Klien sangat antusias dalam

mengikuti kegiatan senam pagi walaupun awalnya klien enggan untuk mengikuti

kegiatan tersebut. Kegiatan senam pagi membuat klien menjadi lebih bersemangat

untuk mengikuti kegiatan yang lainnya. Hasil kegiatan senam pagi yang diikuti

oleh Klien HR dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.11 Hasil Kegiatan Senam Pagi


No Hari, Tanggal Hasil
1. Senin, 14 Oktober 1. Klien HR hanya diam ditempat dan melihat
2019 teman-teman di sekitarnya.
2. Praktikan menegur klien karena klien hanya diam.
Praktika menegur klien dengan kalimat “ayo ikuti
gerakan senamnya, biar ngga ngantuk.”
3. Klien HR mengikuti gerakan senam setelah
ditegur oleh praktikan, namun hanya bertahan 5
menit setelah ditegur. Setelah itu, klien bergerak
namun tidak sesuai dengan instruksi dari
praktikan yang menjadi instruktur senam.
2. Senin, 21 Oktober 1. Terdapat inisiatif dalam diri klien HR untuk baris
2019 menyesuaikan instruksi dari praktikan tanpa
diatur.
2. Posisi barisan klien HR masih sama, yaitu di
belakang temannya I.
3. Klien HR tampak bersemangat mengikuti senam
pagi.
4. Klien HR tampak tersenyum-senyum sendiri di
tengah-tengah kegiatan.
5. Klien HR mengikuti gerakan sesuai instruksi dari
instruktur senam hanya pada 5 menit pertama.
Setelah itu, gerakan sesuai kemauan klien.
3. Senin, 28 Oktober 1. Terdapat inisiatif dalam diri klien HR untuk baris
2019 menyesuaikan instruksi dari praktikan tanpa
143

diatur.
2. Klien HR berada di barisan belakang dan
berjauhan dengan klien I. Sebelumnya, setiap
kegiatan enam klien HR selalu baris di dekat
klien I.
3. Klien HR tampak bersemangat mengikuti senam
pagi.
4. Klien HR mengikuti kegiatan sampai selesai
sesuai dengan instruksi praktikan.
4. Kamis, 31 1. Terdapat inisiatif dalam diri klien HR untuk baris
Oktober 2019 menyesuaikan instruksi dari praktikan tanpa
diatur.
2. Klien HR berada di barisan depan
3. Klien HR tampak bersemangat mengikuti senam
pagi.
4. Klien HR mengikuti kegiatan sampai selesai
sesuai dengan instruksi praktikan.
Sumber: Hasil Observasi Praktikan 2019

c. Permainan Tebak Kata

1) Proses

Gambar 5.14 Permainan Tebak Kata


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Kelompok rekreasional dengan tebak kata merupakan salah satu teknik yang

digunakan dalam melakukan intervensi terhadap klien. Kegiatan kelompok

rekreasional dilakukan dengan melaksanakan ice breaking. Kegiatan ini

dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Oktober 2019 di mushola Yayasan Daarul Ihsan.
144

Kegiatan ini bertujuan untuk melatih konsentrasi, ingatan dan kerjasama klien.

Dalam kegiatan ini, klien dibagi menjadi 2 kelompok dan berbaris menjadi 2

banjar. Klien yang berada di barisan paling belakang akan diberi kertas yang

berisi rangkaian kalimat kemudian ia harus menyampaikan ke teman di depannya

dengan cara berbisik. Proses tersebut dilakukan sampai ke teman yang berada di

barisan paling depan. Klien yang berada di barisan paling depan harus

menyampaikan kalimat apa yang ia dengar dari temannya.

2) Hasil

Hasil dari permainan tebak kata yang diikuti oleh klien HR diantaranya

yaitu:

a) Klien HR dapat mengikuti kegiatan dengan baik

b) Klien HR mampu menghafal kalimat yang diinstruksikan

c) Klien HR dapat memahami aturan dalam permainan tersebut.

d. Lomba Makan Kerupuk dan Estafet Air

1) Proses

Gambar 5.15 Kegiatan Perlombaan


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019
145

Kelompok rekreasional dengan lomba-lomba merupakan salah satu teknik

yang digunakan dalam melakukan intervensi terhadap klien. Kegiatan ini

dilaksanakan pada hari rabu, 30 Oktober 2019 di lapangan Yayasan Daarul Ihsan.

Lomba yang dilaksanakan yaitu lomba makan kerupuk dan lomba estafet air.

Kegiatan ini dilaksanakan di lapangan Yayasan Daarul Ihsan.

Lomba makan kerupuk dilakukan untuk melihat bagaimana klien dapat jujur

sesuai dengan peraturan yang ada serta untuk melihat pula bagaimana usaha klien

dalam menghabiskan kerupuk yang telah disiapkan. Lomba makan kerupuk

dilaksanakan dengan cara mengikat kaki klien dengan tali rafia yang terdapat

kerupuk. Klien harus menyesuaikan tinggi kerupuk sampai sejajar dengan mulut

dengan cara menaikkan kaki.

Lomba estafet air dilakukan untuk melihat bagaimana kerjasama antar klien

dengan klien lainya. Lomba estafet air dilaksanakan dengan membagi klien

menjadi dua kelompok. Klien baris berbanjar ke belakang. Klien yang berada di

barisan paling depan bertugas mengambil air di ember dengan piring kemudian di

estafetkan ke klien yang berada di barisan belakangnya dan seterusnya.

Diakhir klien diberikan hadiah bagi yang menang sebagai bentuk reward

karena telah mengikuti kegiatan dengan baik dan diberikan hadiah pula bagi klien

yang jujur, paling bersemangat, paling kompak serta diberikan pula punishment

bagi klien yang curang ketika melakukan lomba.

2) Hasil

Hasil dari lomba makan kerupuk dan estafet air yang diikuti oleh klien HR

yaitu klien HR awalnya mengikuti peraturan dalam perlombaan, namun lama-


146

lama klien HR tidak mengikuti aturan dalam permainan. Aturan yang dilanggar

yaitu klien mengambil kerupuk yang digantung menggunakan tangan. Seharusnya

kerupuk tidak boleh dipegang dengan tangan. Dalam perlombaan estafet air, klien

HR dapat mengikuti peraturan dengan baik.

e. Unjuk Bakat Klien

1) Proses

Gambar 5.16 Kegiatan Unjuk Bakat


Klien
Sumber:
Kegiatan unjuk bakat Dokumentasi
merupakan salah Praktikan 2019kelompok rekreasional.
satu kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bakat klien dan meningkatkan

kepercayaan diri klien. Kegiatan ini dilaksanakan di mushola Yayasan Daarul

Ihsan pada hari Jumat, 1 November 2019. Kegiatan unjuk bakat diikuti oleh

seluruh klien dengan menampilakan bermain gitar, membaca puisi, dan membaca

al-quran. Kegiatan dimulai dengan melakukan pembukaan dilanjutkan dengan

menawarkan kepada klien yang ingin maju untuk yang pertama, bagi klien yang

memiliki keberanian untuk maju pertama kali akan diberikan reward. Selanjutnya

masing-masing klien menampilkan bakat sesuai dengan minatnya. Pada setiap

penampilan klien, diakhir akan diberikan positve reinforcement berupa pujian dan

applause dari klien maupun praktikan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa

percaya diri dan penghargaan kepada klien yang tampil dalam kegiatan ini.
147

2) Hasil

Hasil dari kegiatan unjuk bakat klien yang diikuti oleh klien HR diantaranya

yaitu:

a) Klien HR awalnya tidak mau menampilkan bakatnya karena malu dan

menganggap bahwa ia tidak mempunyai bakat.

b) Klien HR menampilkan bakatnya yaitu mengaji.

c) Klien HR lancar dalam membaca Al-Quran.

d) Suara klien tidak lantang karena malu

e) Klien HR ingin mengulangi kegiatan unjuk bakat tersebut dengan mengaji

yang lebih lancar dan lebih baik.

2. Kelompok Rekreasi Pendidikan (Recreational Skill Group)

a. Pelatihan Membuat Cilok

1) Proses

Gambar 5.17 Pelatihan Pembuatan Cilok


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Pelatihan ketrampilan membuat cilok dilakukan di saung yayasan dan

diikuti oleh seluruh klien praktikan di Yayasan Daarul Ihsan. Pelatihan ini
148

dilakukan untuk memberikan keterampilan bagi klien sekaligus untuk mengisi

waktu luang klien. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 dan 29 Oktober

2019. Klien dilibatkan langsung dalam pembuatan cilok utamanya dalam tahap

membentuk bulat-bulat. Dalam kesempatan ini klien bersemangat untuk membuat

cilok dan diawal praktikan memancing klien untuk berbicara mengenai

pengetahuan awal berkaitan dengan kudapan cilok seperti kapan terakhir makan,

terbuat dari apa dan bagaimana rasanya.

Kegiatan pelatihan membuat cilok hari kedua dilakukan sebagai lanjutan

dari pelatihan membuat cilok yang sebelumnya telah dilakukan. Kali ini

mendatangkan langsung pelatih pembuat cilok dari Purwakarta yang juga

merupakan seorang kenalan praktikan. Pelatih diundang bertujuan untuk untuk

mengajarkan lebih jauh berkaitan dengan proses pembuatan cilok. Dalam

pertemuan kali ini, klien mengolah langsung pembuatan cilok mulai dari tahap

pencampuran tepung, pemasukan bumbu-bumbu, pengadonan, pembulatan hingga

perebusan kesemuanya dilakukan langsung oleh tangan klien. Hal ini juga

dilakukan untuk melihat bagaimana kemampuan klien dalam membuat cilok yang

sebelumnya telah diajarkan. Diakhir kegiatan colok yang telah dibuat bersama

dimakan pula secara bersama-sama.

2) Hasil

Hasil dari kegiatan pelatihan membuat cilok yang diikuti oleh klien HR

diantaranya yaitu

a) Klien HR dapat membuat cilok sesuai dengan instruksi praktikan

b) Klien HR terampil dalam membuat cilok


149

c) Klien HR tampak senang ketika diajarkan membuat cilok

3. Kelompok Pendidikan (Educational Group)

a. Edukasi Mencuci Tangan yang Benar

1) Proses

Gambar 5.18 Edukasi Mencuci Tangan


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019
Edukasi cara mencuci tangan dengan benar merupakan salah satu kegiatan

yang dilaksanakan dengan metode group work dengan teknik educational grup.

Educational group berfokus untuk memperoleh pengetahuan dan mempelajari

keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Dalam hal ini, praktikan

memberikan edukasi kepada klien tentang perilaku hidup bersih dan sehat yaitu

cara mencuci tangan yang benar. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan oleh praktikan bahwa klien sering sakit karena perilaku

hidup tidak sehat salah satunya adalah kebiasaan tidak mencuci tangan dengan

benar.

Kegitan edukasi cara mencuci tangan yang benar dilaksanakan pada hari

Kamis, 10 Oktober 2019 dengan diikuti oleh seluruh klien dan dipandu oleh

praktikan. Kegiatan dilakukan dengan memberikan edukasi dan praktik mencuci


150

tangan yang benar sesuai dengan petunjuk dari Kementrian Kesehatan RI. Selain

diberi pengetahuan tentang bagaimana cara mencuci tangan yang benar serta

manfaatnya, klien juga langsung mempraktekkan mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun. Praktek mencuci tangan dilaksanakan di halaman belakang

masjid. Dalam mengajarkan klien cara mencuci tangan dengan benar, praktikan

menggunakan media berupa lagu cara mencuci tangan yang benar agar mudah

diingat oleh klien.

2) Hasil

Hasil dari kegiatan edukasi cara mencuci tangan dengan benar yang diikuti

oleh klien HR diantaranya yaitu:

a) Klien HR melamun ketika dijelaskan cara mencuci tangan dengan benar.

b) Praktikan menegur klien HR karena tidak memperhatikan penjelasan cara

mencuci tangan dengan benar.

c) Praktikan mendampingi klien HR di sebelahnya dan mencontohkan cara

mencuci tangan dengan benar.

d) Setelah ditegur dan diberi contoh, klien HR melakukukan kegiatan sesuai

dengan yang dicontohkan oleh praktikan.

b. Edukasi Bahaya Merokok

1) Proses
151

Gambar 5.19 Edukasi Bahaya Rokok


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Kegiatan dilakukan dengan menggunakan video edukasi berkaitan dengan

bahaya merokok dan satu buah cuplikan film pendek tentang korban

ketergantungan rokok yang mengalami kanker bibir. Kegiatan ini ini dilakukan

karena banyaknya klien yang selalu mencari puntung rokok. Kegiatan ini diikuti

oleh seluruh klien pada hari Selasa, 22 Oktober 2019 di ruang tengah Yayasan

Daarul Ihsan dengan menggunakan media laptop. Dalam kegiatan ini klien

diarahkan untuk mendengarkan dan memahami video kemudian diakhir akan

ditanyakan terkait kesimpulan dari film yang telah ditontonya itu. Diakhir

kegiatan masing-masing klien ditanyakan terkait pendapat setelah melihat video.

2) Hasil

Hasil dari kegiatan edukasi bahaya merokok yang diikuti oleh klien HR

diantaranya yaitu:

a) Klien HR fokus menonton video edukasi tentang bahaya rokok.

b) Tidak ada inisiatif dari diri klien HR untuk menyampaikan isi dari video

edukasi, tetapi Klien HR mampu menyimpulkan isi dari video edukasi

tersebut.

c. Edukasi Bahaya NAPZA

1) Proses
152

Gambar 5.20 Edukasi Bahaya NAPZA


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Kegiatan edukasi bahaya NAPZA dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Oktober

2019. Kegiatan ini dilaksanakan karena banyaknya klien yang belum sadar akan

bahaya NAPZA. Kegiatan dilakukan dengan memberikan berita update mengenai

permasalahan korban penyelahgunaan NAPZA di Indonesia yang jumlahnya terus

meningkat disetiap tahunya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat

seberapa kritis dan bagaimana klien merespon berita yang disampaikan. Laman

berita di printout dan dibagikan kepada klien. Masing-masing klien diberikan

kesempatan untuk membaca berita yang telah di print kemudian di akhir

ditanyakan terkait poin apa yang bisa diambil dari bacaan yang dibaca. Klien

sebagian besar dapat membaca dengan baik dan beberapa diantaranya dapat

menyimpulkan hal penting dari dan fakta penting dari berita yang dibaca.

2) Hasil

Hasil dari kegiatan edukasi bahaya NAPZA yang diikuti oleh klien HR

diantaranya yaitu:

a) Klien HR tidak fokus mendengarkan berita yang dibacakan oleh temannya

b) Klien HR melamun ketika temannya membacakan berita

c) Klien HR memahami isi dari berita tersebut setelah membacanya sendiri

d) Klien HR menyadari bahwa dampak NAPZA sangat berbahaya bisa

menyebabkan kematian

d. Bimbingan Spiritual

1) Proses
153

Gambar 5.21 Bimbingan Spiritual


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Bimbingan spiritual merupakan salah satu bentuk kegiatan kelompok

edukasi. Kegiatan ini dilaksanakan di Mushola Yayasan Daarul Ihsan pada hari

Sabtu, 2 November 2019 setelah sholat maghrib. Bimbingan spiritual merupakan

kegiatan rutin yang dilaksanakan satu minggu sekali dan diikuti oleh semua klien.

Kegiatan ini membahas pentingnya sholat. Pembahasan tentang pentingnya sholat

dilaksanakan karena sebagian besar klien tidak memahami arti sholat serta tujuan

sholat sehingga masih banyak klien yang malas untuk sholat. Penceramah

memberikan motivasi kepada klien untuk rajin sholat.

2) Hasil

Hasil dari kegiatan edukasi melalui bimbingan spiritual yang diikuti oleh

klien HR diantaranya yaitu:

a) Klien HR menyimak ceramah yang diberikan olah ustadz dengan baik.

b) Klien HR memahami isi dari ceramah yang diberikan.

c) Klien memahami bahwa sholat wajib dilaksanakan oleh umat muslim.

d) Klien memahami cara sholat yang benar.

e) Klien memahami manfaat sholat untuk kehidupan sehari-hari.


154

f) Klein harus rajin sholat agar dapat segera kembali ke keluarga.

g) Klien menyadari bahwa salah satu penyebab ia bermasalah adalah karena

jarang sholat.

h) Klien menyadari bahwa sholat mempengaruhi hubungan sosial dengan

keluarganya.

4. Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group)

a. Proses

Gambar 5.22 Kegiatan Therapeutic Group


Sumber: Dokumentasi Praktikan 2019

Therapeutic group merupakan kelompok yang terdiri dari orang-orang yang

memiliki masalah emosional yang agak berat, salah satunya adalah orang dengan

gangguan jiwa. Pemimpin kelompok ini memerlukan keterampilan/keahlian

dalam persepsi, pengetahuan tentang perilaku manusia, dinmika kelompok, dan

melakukan konseling kelompok serta menggunakan kelompok untuk mengubah


155

perilaku. Pemimpin kelompok ini adalah petugas yang pernah menjadi klien di

yayasan Daarul Ihsan, baik itu eks klien dual diagnostik maupun eks klien orang

dengan gangguan jiwa.

Tujuan therapeutic group adalah membuat anggoota supaya dapat

mengeksplorasi masalah-masalah mereka secara mendalam, dan kemudian

mengembangkan satu atau lebih strategi untuk mengatasi masalah tersebut.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Oktober 2019. Dalam kegiatan ini,

petugas sebagai ketua kelompok menyampaikan motivasi kepada klien, bercerita

tentang pengalamannya, serta menyadarkan kepada klien bahwa klien memiliki

masalah. Kunci agar klien bisa pulih dan kembali ke masyarakat adalah yakin,

rajin dan ikhlas. Klien harus yakin bahwa dirinya bermasalah dan bisa keluar dari

masalah tersebut. Klien harus rajin menjalankan program rehabilitasi agar cepat

pulih, diantaranya adalah rajin sholat, rajin mandi, rajin dzikir, rajin mencuci,

rajin membantu petugas. Klien harus ikhlas menjalani setiap kegiatan rehabilitasi

agar cepat pulih.

b. Hasil

Hasil dari kegiatan therapeutic group melalui sharing dan motivasi oleh

petugas yang diikuti oleh klien HR diantaranya yaitu:

1) Klien HR tidak dapat menyimpulkan isi pesan yang disampaikan oleh

petugas.

2) Klien HR fokus mendengarkan petugas hanya di 10 menit pertama.

Selanjutnya, klien HR melamun.


156

3) Klien HR harus ditanya berulang-ulang tentang apa informasi yang telah

disampaikan oleh petugas supaya benar-benar memahami isi dari sharing dan

motivasi yang diberikan oleh petugas. Klien HR memahami isi dari kegiatan

setelah ditanya kurang lebih 3 kali oleh praktikan.

4) Klien HR menyadari bahwa dirinya sedang bermasalah. Klien memaknai

masalah yang dialaminya yaitu masalah dengan keluarga. Hal ini terdapat

peningkatan dari sebelumnya. Sebelumnya, ketika klien ditanya tentang

sedang apa kien di yayasan dan apa tujuannya klien hanya menjawab “tidak

tahu”.

5.3 Evaluasi

Evaluasi merupakan unsur penting yang harus dilakukan dalam kegiatan

penanganan masalah sosial. Evaluasi merupakan suatu tahap untuk menilai atau

melihat sampai seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam

evaluasi, praktikan melakukan pengkajian terhadap proses intervensi serta

menganalisis keberhasilan atau kegagalan intervensi yang telah dilakukan. Uraian

kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

5.3.1 Evaluasi Proses

1. Kontak dan Kontrak

Proses pertolongan pertama yang dilakukan praktikan terhadap klien yaitu

kontak dan kontrak. Pada tahap kontak dan kontrak, praktikan mendapatkan

kepercayaan yang baik dari klien dan berjalan dengan baik karena intensitas

kegiatan bersama yang cukup banyak antara praktikan dan klien. Proses kontrak

juga berjalan dengan baik. Klien HR beredia untuk menjadi klien dengan mengisi
157

inform concern tanpa paksaan. Kendala yang dialami selama proses kontak dan

kontrak adalah penyesuaian diri praktikan untuk berkomunikasi dengan klien

yang mengalami gangguan jiwa.

2. Assesmen

Tahap assesmen merupakan proses untuk menggali sebab-akibat masalah

yang dialami klien. Dalam tahap assesmen, praktikan mengalami kesulitan untuk

mendapatkan informasi dari klien karena klien merupakan seseorang yang tertutup

atau introvert. Klien juga hanya fokus berkomunikasi hanya pada 5 menit pertama

saja. Selanjutnya klien tidak dapat menangkap isi dari pembicaraan, sehingga

praktikan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan informasi yang

valid dari klien.

3. Intervensi

Proses pertolongan selanjutnya adalah tahap intervensi. Proses intervensi

yang dilakukan secara umum berjalan dengan baik. Klien memahami dan bekerja

sama dengan baik untuk melakukan setiap teknik intervensi. Klien mematuhi

peraturan yang tekah disepakati bersama dalam proses intervensi. Proses

intervensi sedikit terhambat karena praktikan tidak dapat memantau klien ketika

klien berada di ruangan atas. Namun, hal tersebut dapat ditangani dengan bantuan

petugas untuk memantau kegiatan klien di ruangan atas berhubungan dengan

jadwal kegiatan harian yang telah dibuat bersama-sama.

5.3.2 Evaluasi Hasil


158

Proses intervensi yang telah dilaksanakan menghasilkan beberapa

perubahan perilaku klien yang berkaitan dengan fokus masalah klien. Perubahan

tersebut diantaranya:

1. Mingu Ke 1

a. Klien melaksanakan sholat subuh walaupun masih harus dibangunkan dan

diperintah oleh petugas

b. Klien mandi pagi setiap hari

c. Klien mengganti bajunya walaupun masih dilaksanakan 2 hari sekali

d. Klien tertib ketika makan

2. Minggu Ke 2

a. Klien melaksanakan sholat karena inisiatif dari diri sendiri walaupun

terkadang masih tidak fokus ketika berdzikir

b. Klien mandi pagi setiap hari

c. Klien mengganti baju setiap hari

d. Klien mau mengungkapkan perasaannya melalui gambar walaupun masih

harus didukung oleh praktikan

e. Klien mau mengikuti kegiatan olahraga walaupun hanya fokus pada 5 menit

pertama

3. Minggu Ke 3

a. Klien melaksanakan sholat subuh karena inisiatif sendiri dan mulai fokus

dalam berdzikir

b. Klien mandi pagi setiap hari

c. Klien mengganti baju setiap hari


159

d. Klien mandi sore (terhitung 5 kali dalam seminggu)

e. Klien menyadari dan memahami arti hidup bersih dan sehat

f. Klien mau mengungkapkan perasaannya melalui gambar ataupun tulisam

karena inisiatif sendiri

g. Klien lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan teman-temannya dan

peduli dengan temannya, bahkan klien memiliki teman dekat baru yaitu WA

h. Klien mengikuti pengajian rutin yang dilaksanakan setiap sekali dalam

seminggu

Secara umum, perubahan perilaku yang dialami oleh klien HR dapat dilihat

dalam tabel 5.12 berikut:

Tabel 5.12 Evaluasi Hasil Intervensi Klien HR


Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Klien jarang mandi Klien mandi pagi setiap hari
Klien jarang mengganti pakaian Klien mengganti pakaian setiap hari
Klien jarang melaksanakan sholat Klien melaksanakan sholat setiap hari
Klien tidak mengikuti olahraga Klien mengikuti kegiatan olahraga
Klien tidak mengikuti pengajian Klien mengikuti pengajian
Klien sering melamun Klien aktif dalam kegiiatan kelompok
Klien tidak memiliki teman dekat dan Klien memiliki 1 teman dekat yaitu
tidak peduli dengan temannya WA
Sumber: Hasil Observasi Praktikan 2019

5.4 Terminasi dan Rujukan

5.4.1 Terminasi
160

Terminasi merupakan tahap terakhir dalam proses pertolongan. Terminasi

atau pengakhiran proses pertolongan dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 November

2019. Praktikan menemui klien HR setelah sholat ashar di Mushola Yayasan

Daarul Ihsan. Praktikan mengapresiasi perkembangan yang telah dicapai oleh

klien. Praktikan juga menjelaskan kepada klien bahwa waktu pelaksanaan

praktikum dan pelaksanaan pertolongan terhada klien sudah berakhir. Namun,

praktikan juga menjelaskan kepada klien bahwa klien masih dapat melanjutkan

relasi pertolongan dengan petugas. Praktikan memberikan nasihat kepada klien

agar klien tidak merasa malu dan sungkan untuk bertanya atau meminta bantuan

kepada petugas.

5.4.2 Rujukan

Praktikan merujuk klien dalam mengatasi masalahnya agar melanjutkan

penanganan kasusnya kepada petugas di Yayasan Daarul Ihsan. Hal ini dilakukan

agar perubahan perilaku yang dialami oleh klien dapat terus dipertahankan atau

bahkan dapat ditingkatkan.

Rujukan diseabkan karena keterbatasan waktu yang dmiliki oleh praktikan,

sedangkan klien masih membutuhkan arahan dan dukungan dari orang di

sekitarnya untuk membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien.

Praktikan memberikan data-data atau informasi hasil assesmen maupun hasil

intervensi yang telah dilakukan agar dimanfaatkan oleh petugas untuk membantu

dalam proses pemecahan masalah klien.

Anda mungkin juga menyukai