Helly Ocktilia
Fungsional Dosen Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
helly.ocktilia@yahoo.com
Abstract
The development of social welfare is a form to implementation of development in order to achieve
quality of life of human being in Indonesia, particularly for the Client of Social Welfare Service. To
implement of it, requires a reliable and powerful actors. One of them is the social work profession.
In carrying out its role, functional social workers are required to have sufficient competence. This
paper is intended to gain an overview of the functional social worker performance as well as
competence and problems in implementing social welfare development. The method used in this
paper is the literature study. The research results show that in performing basic tasks, functions and
roles of functional social workers often collide with competence of social work that must be
possessed. Educational background of functional social worker that non-profession social work,
while on the other hand, the opportunities and the chance to develop themselves through education
and training is relatively limited, raises a variety of internal and external problems that faced by
functional social workers.
Keywords: the development of social welfare, functional social worker, competence and
social workers problems.
Abstrak
Kata kunci: pembangunan kesejahteraan sosial, pekerja sosial fungsional, kompetensi dan
permasalahan pekerja sosial
117
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
120
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
121
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
upaya pengembangan profesi secara dinamis perubahan, melainkan pula lingkungan atau
terus menerus dilakukan situasi sosial dimana klien berada, termasuk
didalamnya “orang-orang penting lain”
Kompetensi Pekerja Sosial Professional (significant others) yang mempengaruhi klien.
Gore, seorang professor pekerjaan sosial dari Fokus utama pekerjaan sosial adalah
Tata Institute of Social Science di India, meningkatkan keberfungsian sosial (social
pernah membahas bahwa ciri-ciri yang jelas functioning) melalui intervensi yang bertujuan
dari pekerjaan sosial adalah ketergantungan atau bermakna. Keberfungsian sosial
kepada personel yang terlatih secara merupakan pembeda antara pekerjaan sosial
professional yang mempunyai keahlian- dengan profesi lainnya. “ Social functioning to
keahlian dan pengetahuan untuk be a central purpose of social work and
menyelesaikan masalah masyarakat. (Midgley, intervention was seen as the enhancement of
1981). Mengacu pada definisi tersebut terlihat social functioning” demikian Skidmore,
bahwa penyelesaian masalah-masalah sosial Thackeray and Farley (19991) dalam Suharto
akan sangat ditentukan oleh bagaimana (2010). Keberfungsian sosial dapat diartikan
profesionalisme dari pekerja sosial. Pekerja sebagai kemampuan orang, baik individu,
sosial professional menjadi tokoh sentral yang kelompok atau masyarakat dalam memenuhi
ikut andil dalam mempengaruhi kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial
perkembangan praktek pekerjaan sosial sesuai tugas-tugas kehidupannya. Keluarga,
melalui landasan pengetahuan, nilai dan organisasi sosial, dan komunitas juga
keterampilan yang dimilikinya. dikatakan dapat berfungsi sosial, bila mereka
mampu menjalankan peranan-peranannya
Makna pekerjaan sosial bukan hanya kegiatan
sesuai dengan status sosial, tugas-tugas dan
amal, kegiatan kemanusiaan atau
tuntutan norma-norma lingkungan sosialnya.
kedermawanan (charity/filantropy)
sebagaimana yang muncul pada tahap-tahap
Dalam bukunya “Membangun Masyarakat
awal perkembangannya, tetapi pekerjaan
Memberdayakan Masyarakat” Edi Suharto
sosial diartikulasikan sebagai profesi atau
(2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah
keahlian di bidang pertolongan kemanusiaan
profesi kemanusiaan, secara garis besar ada
yang didasari oleh kerangka pengetahuan
empat tugas profesi pekerjaan sosial, yaitu:
(body of knowledge), kerangka nilai (body of
1. Meningkatkan kapasitas orang dalam
value) dan kerangka keterampilan (body of
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
skill) yang diperoleh melalui pendidikan
Dalam menjalankan tugas ini pekerja
formal dan pengalaman praktek profesional.
sosial mengidentifikasi hambatan-
Ketiga perangkat tersebut membentuk
hambatan klien dalam menjalankan tugas-
pendekatan pekerjaan sosial dalam membantu
tugas kehidupan dan menggali kekuatan-
kliennnya. Secara konvensional, tugas utama
kekuatan yang ada pada diri klien guna
pekerja sosial adalah melaksanakan pelayanan
mengembangkan solusi dan rencana
kemanusiaan baik pada setting lembaga
pertolongan.
(seperti lembaga pelayanan rehabilitasi
2. Menggali dan menghubungkan sumber-
penyandang cacat, lembaga perlindungan
sumber yang tersedia di sekitar klien.
anak, panti sosial bagi manusia lanjut usia,
Beberapa tugas pekerja sosial yang terkait
dsb), maupun masyarakat, misalnya menjadi
dengan peran ini antara lain: a) membantu
pengembang masyarakat/community developer
klien menjangkau sumber-sumber yang
yang menyelenggarakan program
diperlukannnya; b) mengembangkan
pemberdayaan komunitas lokal.
program pelayanan sosial yang mampu
memberikan manfaat optimal bagi klen; c)
Pekerja sosial berbeda dengan profesi lain, meningkatkan komunikasi diantara para
saat menghadapi klien, seorang pekerja sosial petugas kemanusiaan; dan d) mengatasi
tidak hanya melihat klien sebagai target
122
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
123
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
sosial dalam arti luas terlibat dalam pekerjaan sosial dan/atau penyelenggaraan
berbagai upaya perencanaan dan kesejahteraan sosial.
pembuatan kebijakan sosial, bagaimana
seorang pakar kesejahteraan sosial Pengetahuan Pekerjaan Sosial
berusaha mempengaruhi proses pembuatan Pekerja sosial dalam memberikan pelayanan
kebijakan dan pengambilan keputusan di sosial harus mempergunakan pengetahuan-
level yang lebih makro dari komunitas pengetahuan ilmiah yang sudah teruji
lokal sehingga warna proses perencanaan validitasnya. Menurut Morales and Sheafor
dan pembuatan kebijakan yang lebih (1983) dalam Sukoco (1991, pengetahuan
memperhatikan unsur partisipasi publik, didefinisikan sebagai “Knowledge may be
desentralistik, dan demokratis. generally definied as the acquaintance with or
theoretical or practical uncderstanding of
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun some branch of sicience, art, learning or other
2009 dinyatakan bahwa penyelenggaraan are involving study, research or practical and
kesejahteraan sosial adalah upaya yang the acquisition of skills”. Pengetahuan pada
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang umumnya dihasilkan dari riset dan praktek
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan yang sudah teruji ketepatan dan kebenarannya.
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial Secara garis besar pengetahuan pekerjaan
guna memenuhi kebutuhan dasar setiap sosial dapat dikelompokkan ke dalam tiga
warganegara yang meliputi rehabilitasi sosial, golongan, sesuai dengan aspek intervensi
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan pekerjaan sosial, yaitu: Pertama, pengetahuan
perlindungan sosial. Mengacu pada tentang klien, baik klien sebagai individu,
penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai kelompok maupun masyarakat; Kedua,
suatu upaya maka diperlukan sumber daya pengetahuan tentang lingkungan sosial, yaitu
manusia kesejahteraan sosial yang handal, pengetahuan yang berkaitan dengan
terampil dan bertanggung jawab untuk masyarakat dan kebudayaan (society and
penyelenggaraannnya. Sumber daya manusia culture), dan ketiga, pengetahuan tentang
yang dimaksud adalah SDM yang bekerja, profesi pekerjaan sosial professional, yang
baik di lembaga pemerintah maupun swasta meliputi pengetahuan tentang: diri sebagai
yang memiliki kompetensi dan profesi seorang pekerja sosial (self), profesi
pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam (profession), dan intervensi (intervention).
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman Hepworth dan Larsen (1982) dalam Sukoco
praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan (1991), memberikan empat kelompok
tugas-tugas pelayanan dan penanganan pengetahuan pekerjaan sosial:
masalah sosial. Pertama, tingkah laku manusia dalam
lingkungan sosial (Human Behavior in the
Surat Keputusan Mendiknas Nomor Social Environment). Kelompok pengetahuan
045/U/2002. tentang Kurikulum Inti ini mencakup pengetahuan tentang: (1)
Perguruan Tinggi mengemukakan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan manusia, (2)
"Kompetensi adalah seperangkat tindakan Permasalahan yang dilalami manusia, (3)
cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki Sumber-sumber dan kebutuhan yang
seseorang sebagai syarat untuk dianggap diperlukan dalam setiap tahap perkembangan,
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan (4) interaksi antara individu dengan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu". lingkungannya, (5) kekuatan dan motivasi
Dalam kaitannya dengan profesi pekerjaan manusia,(6) faktor-faktor yang perlu
sosial, maka standar kompetensi yang harus dikembangkan, dan 7) perencanaan dan
dimiliki meliputi pengetahuan, nilai dan pelaksanaan program yang efektif.
keterampilan pekerjaan sosial dalam praktik Kedua, Kebijakan Sosial (Social Policy),
meliputi pengetahuan tentang: (1) Perumusan
124
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
kebijakan sosial yang berkaitan sistem Sumber-sumber nilai pekerjaan sosial pada
pelayanan, baik dari pemerintah maupun prinsipnya dapat dikelompokkan ke dalam
swasta, (2) Misi dan etika profesi dalam hal empat elemen nilai yaitu:
kebijakan sosial, (3) Partisipasi pekerja sosial Pertama, Nilai masyarakat (Societal values).
dalam memanfaatkan dan mengembangkan Pengetahuan pekerjaan sosial dapat diperoleh
kebijakan sosial guna meningkatkan darimana saja, tetapi pekerja sosial perlu
fungsionalitas individu, kelompok dan menyaringnya untuk disesuaikan dengan nilai
masyarakat, (4) Komitmen pekerjaan sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Apa
terhadap keadilan sosial, (5) Permasalahan yang dipraktekan dalam masyarakat belum
kesejahteraan sosial, dan (6) Ketimpangan tentu merupakan kegiatan untuk melaksanakan
distribusi/akses/kesempatan, sumber, barang, nilai sebaliknya nilai belum tentu merupakan
pelayanan yang diperoleh kelompok minoritas, hal yang dipraktekan di dalam masyarakat.
atau kelompok yang kurang beruntung. Jadi nilai masyarakat bisa menjadi sumber
Ketiga, Metode-metode pekerjaan sosial nilai bagi para praktisi kesejahteraan sosial
(Social Work Methods). Pekerja sosial di Kedua, Kode etik (Code of ethic). Kode etik
dalam melaksanakan misi dan tujuan merupakan rumusan tentang perilaku yang
profesinya, perlu memiliki pengetahuan dianggap baik dan perlu perlu ditunjukkan
tentang metode-metode pekerjaan sosial yang oleh anggota profesi dalam melaksanakan
meliputi: (1) Cara-cara untuk meningkatkan tugas-tugasnya. Kode etik dibuat agar para
keberfungsian sosial kliennya, (2) Proses anggotanya tidak melakukan malpraktek.
pemecahan masalah, (3) Peranan-peranan Tujuan dan fungsi kode etik adalah (1)
yang dilaksanakan pekerja sosial dalam proses melindungi reputasi profesi dengan jalan
pemecahan masalah, dan (4) Interview, memberikan criteria-kriteria yang dapat diikuti
negosiasi, dan interaksi. untuk mengatur tingkah laku anggotanya; (2)
Keempat, Penelitian (Research). Penelitian di secara terus menerus meningkatkatkan
dalam kerangka pengetahuan pekerjaan sosial kompetensi dan kesadaran tanggung jkawab
semakin lama dirasakan semakin penting. bagi para anggota di dalam melaksanakan
Hasil penelitian ilmiah akan merupakan praktek; dan (3) melindungi masyarakat dari
kekuatan bagi perkembangan pengetahuan praktek-praktek yang tidak kompeten. Kode
profesi tersebut Etik pekerjaan sosial pada prinsipnya
mengatur empat hal, yaitu: Perilaku dan sifat-
Nilai-Nilai Pekerjaan Sosial sifat utama sebagai Pekerja Sosial, Tanggung
Nilai mempunyai pengaruh yang sangat besar jawab etik Pekerja Sosial terhadap klien,
di dalam praktek pekerjaan sosial. Pincus dan Tanggung jawab etik Pekerja Sosial terhadap
Minahan (1973) dalam Sukuco (1991) sejawat, Tanggung jawab etik Pekerja Sosial
menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan, terhadap Badan sosial yang mempekerjakan,
preferensi ataupun asumsi mengenai apa yang Tanggung jawab etik Pekerja Sosial terhadap
diinginkan atau dianggap baik oleh manusia. profesi, Tanggung jawab etik Pekerja Sosial
Nilai yang dianut oleh seseorang dapat terhadap masyarakat, Tujuan lembaga dimana
menentukan sikap dan tindakan dalam pekerja sosial bekerja (Agency Purpose).
berinteraksi dengan orang lain. Pekerja sosial Pekerja sosial harus mengikuti peraturan-
di dalam melaksanakan tugas-tugasnya selalu peraturan yang berlaku di dalam lembaga
dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi pekerja pekerja soisal tersebut bekerja.
sosial (personal values), nilai-nilai profesi Ketiga, Teori (Theory). Teori dianggap baik
pekerjaan sosial (proffesion values), dan nilai jika dapat berfungsi sebagai nilai. Teori-teori
klien atau kelompok klien (the values of a pekerjaan sosial juga mengandung unsur-
client or client group). unsur nilai yang dapat dijadikan sumber bagi
pembentukan kerangka nilai pekerjaan sosial.
Nilai-nilai teori pekerjaan sosial
dikelompokkan menjadi: (1) nilai tentang
125
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
126
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
127
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
128
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Selanjutnya bagaimana perangkat hukum sebuah panti selama 20 tahun lebih), (3)
sudah siap, pedoman pembinaan teknis sudah kurang keberanian mencoba ranah/jenis
diatur dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor layanan lain, sehingga pengetahuan dan
10/HUK/2007 dan Pedoman Pendidikan dan pengalaman tidak berkembang, dan (4)
Pelatihan sudah diatur juga dalam Keputusan sebagian jabatan fungsional pekerja sosial
Menteri Sosial RI Nomor 43/HUK/2007. belum menguasai IT seperti computer.
Kedua keputusan Menteri Sosial ini telah
memberikan peluang dan ruang untuk Bila kita bandingkan dengan kompetensi
mengatasi berbagai permasalahan pekerjaan sosial yang harus dimiliki pekerja
Kesejahteraan Sosial yang timbul baik dari sisi sosial, dimana seorang pekerja sosial harus
proses keberlangsungannya maupun dari sisi memiliki: pertama, kerangka pengetahuan
kelemahan sumber daya manusia (SDM) tentang klien, lingkungan sosial, dan profesi
kesejahteraan sosial yang ada saat ini. pekerjaan sosial professional, kedua,
memahami elemen-elemen nilai dalam
Permasalahan Pekerja Sosial Fungsional Praktek Pekerjaan Sosial; dan ketiga,
Kebutuhan akan pekerja sosial professional penguasaan keterampilan pekerjaan sosial.
untuk mendampingi program dan kegiatan
kesejahteraan sosial tidaklah mudah. Terdapat Kompetensi pekerjaan sosial tersebut
keterbatasan jumlah pekerja sosial profesional selayaknya dapat ditunjukkan melalui kinerja
bila dibandingkan permasalahan sosial yang pekerja sosial fungsional namun kembali pada
muncul dan semkin kompleks. Banyak berbagai kendala yang dihadapi hasil
kendala dan permasalahan yang dihadapi penelitian menunjukan bahwa penampilan
dalam upaya untuk mengembangkan kinerja pekerja sosial di lembaga-lembaga
professionlisme pekerjaan sosial di Indonesia. pelayanan sosial cukup memprihatinkan,
Permasalahan yang muncul bisa dilihat dari karena hanya 11,95 % pekerja sosial dari 223
aspek internal maupun aspek eksternal responden penelitian yang menguasai dan
pekerjaan sosial. mampu melaksanakan praktik pekerjaan sosial
berdasarkan pengetahuan, nilai/etika,
Permasalahan Internal metode/teknik serta keterampilan pekerjaan
Permasalahan internal pekerja sosial sosial (Disertasi Chazalli H Situmorang,
fungsional yang paling dirasakan adalah 2009). Untuk itu perlu pengkajian yang lebih
lemahnya penguasaan kompetensi pekerjaan mendalam tentang berbagai hambatan dan
sosial. Hal ini terjadi karena terbatasnya kendala yang dialami oleh pekerja sosial
jumlah pekerja sosial professional yang fungsional di Indonesia dalam melaksanakan
memiliki dasar keilmuan pekerjaan sosial yang tugas pokok dan fungsinya. Pengkajian ini
memadai, sehingga rekruitmen untuk sangat penting untuk memperoleh gambaran
pemenuhan kebutuhan tenaga pekerja sosial tentang kompetensi dan kinerja dari Pejabat
akhirnya bersifat longgar. Pendidikan dan fungsional pekerja sosial sehingga diperoleh
pengalaman praktik di bidang kesejahteraan solusi tentang bagaimana pendidikan dan
sosial seringkali diabaikan. Akibat lebih lanjut pelatihan perlu dikembangkan dan bagaimana
maka kinerja pekerja sosial menjadi lemah. sertifikasi pekerja sosial dilaksanakan bagi
Hasil telaahan Forum Pekerja Sosial Provinsi Pejabat fungsional pekerja sosial.
Jawa Timur (2008), menunjukkan beberapa
kelemahan internal yang dialami oleh jabatan Permasalahan external
Fungsional Pekerja Sosial, sebagai berikut: (1) Permasalahan eksternal yang seringkali
malas membuat/melaksanakan kewajiban muncul dalam pelaksanaan tugas pekerja
administratif (membuat DUPAK), (2) sosial fungsional terkait pada berbagai
mengalami kejenuhan/monoton dalam tugas kebijakan, penyebaran, kesempatan dan
yang sama, sehingga etos kerja menurun peluang yang bisa diperoleh pekerja sosial
(sebagai gambaran, sudah ada yang bekerja di fungsional untuk mengembangkan dirinya.
129
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
130
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Berbagai permasalahan teknis yang terkait tentang Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan
dengan pelaksanaan tugas pekerja sosial Angka Kreditnya dan Keputusan Bersama
fungsional, seperti: pembinaan pegawai belum Menteri Sosial dan Kepala BAKN nomor:
mampu mengakomodir para pekerja sosial 05/HUK/2004, Nomor: 09 tahun 2004 tentang
yang mengalami kesulitan dalam membuat Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
laporan DUPAK, fasilitas ATK di masing- Pekerja Sosial dan Angka Kreditnya, ditambah
masing UPT sebagian besar tidak lengkap, Kepmensos RI nomor: 10/HUK/2007 tentang
sarana dan prasarana pelayanan dan Pembinaan Teknis Jabatan Fungsional Pekerja
rehabilitasi yang tidak disesuaikan dengan Sosial dan nomor: 43/HUK/2007 tentang
akselerasi tuntutan kebutuhan klien dan Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
stakeholder, bahkan cenderung terjadi Fungsional Pekerja Sosial, juga ikut
penurunan mempengaruhi kinerja pekerja sosial
fungsional. Akumulasi dari permasalahan
Dengan demikian, tidak mengherankan jika tersebut, bersinergi menciptakan seorang
capaian proporsi ideal 1:5 antara pekerja sosial fungsional pekerja sosial yang stagnan,
dan klien yang disebutkan dalam Kepmensos monoton dan bahkan tidak percaya diri.
no. 50/HUK/2004 dan Perubahan Kepmenkes
dan Kesos nomor: 193/Menkes-Kesos/III/2000 Simpulan
tentang Standardisasi Panti Sosial, dari dulu Pemahaman tentang kedalaman makna
sampai sekarang tidak pernah dapat dicapai. pembangunan kesejahteraan sosial
Bahkan, yang lebih memprihatinkan, beberapa sebagaimana yang diamanatkan dalam
UPT di lingkup Dinas Sosial belum memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
fungsional pekerja sosial. Jika ada yang tentang Kesejahteraan Sosial dalam pasal 1
memiliki fungsional pekerja sosial pun undang-undang ini telah memberikan apresiasi
seringkali tidak memadai dalam hal kuantitas kepada kita semua bahwa hasil akhir yang
dan kualitas. Sebagai contoh di Dinas Provinsi diharapkan dalam pembangunan kesejahteraan
jawa Timur, dari 23 UPT masih terdapat 7 sosial adalah terpenuhinya kebutuhan
UPT yang sama sekali tidak memiliki material, spiritual, dan sosial warganegara
fungsional Pekerjaan Sosial. Sementara 78 agar dapat hidup layak dan mampu
orang fungsional pekerja sosial yang dimiliki mengembangkan diri, sehingga dapat
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur tersebar di melaksanakan fungsi sosialnya.
23 UPT dengan komposisi yang tidak
seimbang, 1 (orang) Pekerja Sosial Fungsional Eksistansi para pelaku Pembangunan
rata-rata menangani lebih dari 10 klien. Kesejahteraan Sosial di dalam menerapkan
Padahal, sebuah lembaga layanan, baru bisa praktek pekerjaan sosial, memiliki kontribusi
disebut lembaga layanan profesional bila yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian
terdapat tenaga ahli sesuai bidang tugasnya. tujuan pembangunan Kesejahteraan Sosial.
Akan berbeda proses dan kualitas antara Oleh karena itu para pengambil kebijakan
lembaga layanan yang memiliki fungsional ditingkat provinsi, kabupaten dan kota melalui
pekerja sosial dan yang belum ada fungsional Kepala Dinas Sosial masing-masing harus
pekerja sosial. Untuk menuju sebuah fungsi memberikan apresiasi terhadap pengangkatan
yang profesional, tidaklah mudah, unsur-unsur jabatan fungsional pekerja sosial sebagaimana
personal Pekerja Sosial Fungsional apalagi yang dituangkan dalam Keputusan Menteri
persoalan sistem, sangat mempengaruhi. Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Kep/03/M.Pan/I/2004 tentang Jabatan
Sistem pembinaan pegawai yang kurang Fungsional Pekerja Sosial dan angka
kompetitif serta tidak adanya reward dan kreditnya.
punishment yang jelas pada tataran praktek
walaupun semuanya sudah jelas diatur dalam Berbagai permasalahan yang muncul dalam
Kepmenpan nomor: KEP/03/M.PAN/1/2004 penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
131
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
132
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Daftar Pustaka
Budi Rahman Hakim . 2010. Rethinking Social Work Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Uversitas Indonesia.
Dwi Heru Sukoco. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Uversitas Indonesia.
Edi Suharto. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: C.V Afabeta.
----------------. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandun : C.V Afabeta.
Ife, James Williams. 2010. Community Development: Community Based Alternatives in an age of
Globalisation. Logman, Australia: Logman
Isbandi Rukminto Adi 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.
Jakarta: RIMBOOKS PT. Wahana Semesta Indonesia.
--------------------------------. 2001. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.
Mestika Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Midgley, James. 1981. Professional Imperialism: Social work in The Third World. London:
Heinemann Educational Books Ltd.
Widhiowati, Didiet dan Herawati, Guntur T Aritonang, Diana H (2010). Kompetensi Pekerjaan
Sosial dalam pengenbangan Masyarakat. Bandung: Seminar Internasional Social Work Update
Zastrow, Charles H. 1999. The Practice of Social Work. Pacific Grove: Brooks/Cole.
Sumber lain:
133
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
http:/www.bnsp-indonesia.org
http:/www. www4.shoutmix.com
Kurikulum Program Pendidikan Diploma IV Profesi Pekerjaan Sosial Tahun 2009. Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung
Situmorang, Chazali H. (2009). Disertasi: Kebijakan Nasional tentang Mutu Pekerja Sosial (Studi
Evaluasi tentang Implementasi Kebijakan Pekerja Sosial Pemerintah Pusat dan Daerah).
Jakarta
Widhiowati, Didiet 2012. Makalah: Peningkatan Kinerja dan Profesionalisme Pekerja Sosial
Fungsional (JFPS) melalui Sertifikasi Pekerja Sosial di Indonesia. Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.
134