Anda di halaman 1dari 16

PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.

12, Nomor 2, November 2013

PEKERJA SOSIAL FUNGSIONAL: KOMPETENSI DAN PERMASALAHANNYA


(SUATU TELAAHAN TENTANG KINERJA PEKERJA SOSIAL FUNGSIONAL DALAM
MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
DI INDONESIA)

Helly Ocktilia
Fungsional Dosen Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
helly.ocktilia@yahoo.com

Abstract
The development of social welfare is a form to implementation of development in order to achieve
quality of life of human being in Indonesia, particularly for the Client of Social Welfare Service. To
implement of it, requires a reliable and powerful actors. One of them is the social work profession.
In carrying out its role, functional social workers are required to have sufficient competence. This
paper is intended to gain an overview of the functional social worker performance as well as
competence and problems in implementing social welfare development. The method used in this
paper is the literature study. The research results show that in performing basic tasks, functions and
roles of functional social workers often collide with competence of social work that must be
possessed. Educational background of functional social worker that non-profession social work,
while on the other hand, the opportunities and the chance to develop themselves through education
and training is relatively limited, raises a variety of internal and external problems that faced by
functional social workers.
Keywords: the development of social welfare, functional social worker, competence and
social workers problems.

Abstrak

Pembangunan kesejahteraan sosial, merupakan wujud pelaksanaan pembangunan untuk mencapai


kualitas hidup manusia Indonesia seutuhnya, khususnya Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS). Penyelenggarannya, memerlukan pelaku yang handal dan tangguh. Salah satunya adalah
profesi pekerjaan sosial. Dalam melaksanakan peranannya, pekerja sosial fungsional dituntut untuk
memiliki kompetensi yang memadai. Tulisan ini ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang
kinerja pekerja sosial fungsional serta kompetensi dan permasalahannya dalam melaksanakan
pembangunan kesejahteraan sosial. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah studi
kepustakaan. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan
peranannya pekerja sosial fungsional seringkali berbenturan dengan kompetensi pekerjaan sosial
yang harus dimilikinya. Latar belakang pendidikan pekerja sosial fungsional yang non profesi
pekerjaan sosial, sementara di sisi lain peluang dan kesempatan untuk mengembangkan diri melalui
pendidikan dan pelatihan relatif terbatas, memunculkan berbagai permasalahan internal dan eksternal
yang dihadapi oleh pekerja sosial fungsional.

Kata kunci: pembangunan kesejahteraan sosial, pekerja sosial fungsional, kompetensi dan
permasalahan pekerja sosial

Pendahuluan terencana dan berkesinambungan. Berkaca


Pembangunan pada dasarnya merupakan pada pengalaman Indonesia pada akhir
proses panjang untuk meningkatkan kualitas dasawarsa 1950-an pembangunan yang
hidup manusia yang dilaksanakan secara dilaksanakan lebih kepada upaya untuk

117
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

mendongkrak pertumbuhan ekonomi, akan diakses oleh para pemerlu pelayanan


tetapi bila ditelaah lebih jauh ternyata kesejahteraan sosial, khususnya kelompok-
pertumbuhan ini hampir tidak menyentuh pada kelompok yang kurang beruntung seperti
mereka yang berada di bawah garis penyandang cacat, orang miskin, anak jalanan,
kemiskinan, harus diakui bahwa taraf serta kelompok-kelompok lain yang
kesejahteraan rakyat Indonesia masih belum mengalami masalah psikososial, disfungsi
maksimal. Berdasarkan pengalaman tersebut sosial atau ketunaan sosial.
maka untuk memacu dan mempertahankan
pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan Efektifitas Kementerian Sosial dalam
kesejahteraan, pendekatan pembangunan harus menjalankan berbagai program kesejahteraan
mempertimbangkan aspek-aspek sosial yang sosial sangat ditentukan oleh para pelaku di
dirancang dan dilaksanakan dengan saling dalamnya, salah satunya adalah para Pekerja
mengisi, saling melengkapi dan memperkuat sosial. Siapakah yang dimaksud dengan
satu sama lain. Pekerja Sosial? Dalam Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2007 dinyatakan bahwa
Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan
Pekerja Sosial adalah seseorang yang
ada artinya jika kelompok rentan penyandang
mempunyai kompetensi profesional dalam
masalah sosial belum dapat terlayani dengan
pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui
baik. Untuk itu pembangunan bidang
pendidikan formal atau pengalaman praktek di
kesejahteraan sosial terus dikembangkan
bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial
bersama dengan pembangunan ekonomi.
yang diakui secara resmi oleh Pemerintah dan
Pembangunan kesejahteraan sosial adalah
melaksanakan tugas profesional pekerjaan
usaha yang terencana dan melembaga yang
sosial. Pada sisi lain Undang-undang Nomor
meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan
11 tahun 2009 menyatakan bahwa Pekerja
pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan
Sosial Profesional adalah seseorang yang
manusia, mencegah dan mengatasi masalah
bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun
sosial, serta memperkuat institusi-institusi
swasta yang memiliki kompetensi dan profesi
sosial (Suharto,1997). Pembangunan
pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam
kesejahteraan sosial berjalan manakala pelaku
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui
dari pembangunan tersebut dapat menjalankan
pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman
fungsinya dengan baik. Lalu siapa aktor utama
praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan
dari pembangunan kesejahteraan sosial di
tugas-tugas pelayanan dan penanganan
Indonesia? Dalam era desentralisasi banyak
masalah sosial.
pihak yang turut berperan dalam mencapai
keberhasilan pembangunan kesejahteraan
Di Indonesia secara garis besar dikenal dua
sosial, mulai dari Pemerintahan Pusat melalui
jenis Pekerja Sosial, yaitu Pekerja Sosial yang
Kementrian Sosial RI, Pemerintahan daerah
diangkat dalam jabatan Fungsional Pekerja
melalui dinas-dinas kesejahteraan sosial/unit-
Sosial (Pejabat Fungsional Pekerja
unit pelaksana teknis, maupun lembaga-
Sosial/JFPS), yang bekerja di instansi
lembaga non pemerintah seperti organsasi-
pemerintahan dan berstatus sebagai Pegawai
organisasi sosial dan lembaga swadaya
Negeri Sipil (PNS) dan Pekerja Sosial yang
masyarakat yang bergerak di bidang pelayanan
tidak diangkat dalam jabatan Fungsional
kesejahteraan sosial.
Pekerja Sosial. Pekerja Sosial ini pada
umumnya bekerja baik di instansi pemerintah
Kementerian Sosial sebagai salah satu pelaku
(PNS), maupun di lembaga-lembaga
dalam pembangunan kesejahteraan sosial
pelayanan sosial swasta milik masyarakat
mengemban amanat konstitusional yang cukup
atau bekerja langsung di masyarakat (Non
besar. Negara telah membangun dan
PNS).
menyelenggarakan berbagai program
pembangunan kesejahteraan sosial yang dapat

120
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Upaya pengembangan profesionalisme pekerja Metode


sosial telah dilaksanakan dengan melalui
berbagai pendekatan, baik dalam tataran Tulisan ini menggunakan metode studi
kebijakan/perundang-undangan, peningkatan kepustakaan sebagai dasar untuk memperoleh
kapasitas pekerja sosial melalui berbagai data dan informasi terkait dengan kompetensi
pendidikan dan pelatihan, juga upaya untuk dan permasalahan yang dihadapi oleh pekerja
meningkatkan pengakuan terhadap sosial fungsional. Menurut Mestika Zed
profesionalisme pekerjaan sosial melalui (2004), studi pustaka adalah serangkaian
sertifikasi pekerja sosial yang sudah kegiatan yang berkenaan dengan metode
diberlakukan mulai. Menurut Widhiowati pengumpulan data pustaka, membaca dan
(2012) penataan ulang, penguatan dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
pengembangan profesi pekerjaan sosial untuk
kepentingan profesionalisme penyelenggaraan Hasil dan Pembahasan
kesejahteraan sosial guna menjamin kualitas, Periodisasi Perkembangan Kebijakan
efektifitas, ketanggapan, akuntabilitas, Jabatan Pekerja Sosial Fungsional
keterbukaan pelayanan dan kegiatan Penetapan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial
kesejahteraan sosial perlu terus dilakukan terus berkembang melalui berbagai rangkaian
dengan mempertimbangkan terumuskannya ketentuan baik pengaturan kesejahteraan,
(1) Undang-undang atau Peraturan Pemerintah pengaturan operasional, maupun pengaturan
tentang Pekerjaan Sosial, (2) Reorganisasi pembinaan karier Pekerja Sosial. Pengaturan
sistem pendidikan dan latihan pekerjaan kesejahteraan atau remunerasi bagi pekerja
sosial, (3) Pengembangan dan penerbitan buku sosial fungsional diatur dalam Peraturan
teks, literature dan bacaan pekerjaan sosial dan Presiden R.I Nomor 61 tahun 2007 tentang
kesejahteraan sosial, (4) Penetapan standar Tunjangan jabatan fungsional Pekerjaan
kompetensi Pekerja Sosial Fungsional dan Sosial. Sedangkan pengaturan operasional
rangkaian kegiatan untuk mencapai standar mengacu kepada Keputusan Presiden R.I
kompetensi tersebut. Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
Bagaimana eksistensi pekerja sosial
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
fungsional dalam menyokong pelaksanaan
Negara Nomor Kep/03/M-PAN/2004 tentang
tugas terkait berbagai program pembangunan
Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya dan
kesejahteraan sosial? Apakah dalam
Panduan Pekerja Sosial di lingkungan
melaksanakan tugas dan perannya sebagai
Kementerian Sosial R.I Tahun 1988.
pekerja sosial fungsional telah sesuai dengan
Pengaturan Pembinaan karier Pekerja Sosial
kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh
termuat didalam Keputusan Menteri Sosial
seorang pekerja sosial profesional? Bagaimana
Nomor 10/HUK/2009 tentang Pedoman
kompetensi pekerja sosial yang memiliki
Pembinaan Teknis JFPS dan Keputusan
basis pendidikan non pekerjaan sosial?
Menteri Sosial Nomor 43/HUK/2009 tentang
Berbagai pertanyaan ini menjadi pekerjaan
Diklat JFPS.
rumah bagi kita semua yang turut berperan
dalam melahirkan para pekerja sosial
Payung hukum yang menaungi profesi
profesional di Indonesia.
pekerjaan sosial di Indonesia sudah cukup
jelas. Di jajaran Pemerintahan upaya untuk
Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh memperkuat legalisasi profesi pekerjaan sosial
gambaran tentang bagaimana kompetensi terus menerus dilakukan. Perkembangan
pekerja sosial fungsional di Indonesia dan apa terakhir lahirnya Keputusan Menteri Sosial R.I
permasalahan yang dihadapi oleh pekerja 108/HUK/2009 tentang Sertifikasi Bagi
sosial fungsional dalam melaksanakan tugas Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga
dan fungsinya. Kesejahteraan Sosial menjadi bukti bagaimana

121
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

upaya pengembangan profesi secara dinamis perubahan, melainkan pula lingkungan atau
terus menerus dilakukan situasi sosial dimana klien berada, termasuk
didalamnya “orang-orang penting lain”
Kompetensi Pekerja Sosial Professional (significant others) yang mempengaruhi klien.
Gore, seorang professor pekerjaan sosial dari Fokus utama pekerjaan sosial adalah
Tata Institute of Social Science di India, meningkatkan keberfungsian sosial (social
pernah membahas bahwa ciri-ciri yang jelas functioning) melalui intervensi yang bertujuan
dari pekerjaan sosial adalah ketergantungan atau bermakna. Keberfungsian sosial
kepada personel yang terlatih secara merupakan pembeda antara pekerjaan sosial
professional yang mempunyai keahlian- dengan profesi lainnya. “ Social functioning to
keahlian dan pengetahuan untuk be a central purpose of social work and
menyelesaikan masalah masyarakat. (Midgley, intervention was seen as the enhancement of
1981). Mengacu pada definisi tersebut terlihat social functioning” demikian Skidmore,
bahwa penyelesaian masalah-masalah sosial Thackeray and Farley (19991) dalam Suharto
akan sangat ditentukan oleh bagaimana (2010). Keberfungsian sosial dapat diartikan
profesionalisme dari pekerja sosial. Pekerja sebagai kemampuan orang, baik individu,
sosial professional menjadi tokoh sentral yang kelompok atau masyarakat dalam memenuhi
ikut andil dalam mempengaruhi kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial
perkembangan praktek pekerjaan sosial sesuai tugas-tugas kehidupannya. Keluarga,
melalui landasan pengetahuan, nilai dan organisasi sosial, dan komunitas juga
keterampilan yang dimilikinya. dikatakan dapat berfungsi sosial, bila mereka
mampu menjalankan peranan-peranannya
Makna pekerjaan sosial bukan hanya kegiatan
sesuai dengan status sosial, tugas-tugas dan
amal, kegiatan kemanusiaan atau
tuntutan norma-norma lingkungan sosialnya.
kedermawanan (charity/filantropy)
sebagaimana yang muncul pada tahap-tahap
Dalam bukunya “Membangun Masyarakat
awal perkembangannya, tetapi pekerjaan
Memberdayakan Masyarakat” Edi Suharto
sosial diartikulasikan sebagai profesi atau
(2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah
keahlian di bidang pertolongan kemanusiaan
profesi kemanusiaan, secara garis besar ada
yang didasari oleh kerangka pengetahuan
empat tugas profesi pekerjaan sosial, yaitu:
(body of knowledge), kerangka nilai (body of
1. Meningkatkan kapasitas orang dalam
value) dan kerangka keterampilan (body of
mengatasi masalah yang dihadapi klien.
skill) yang diperoleh melalui pendidikan
Dalam menjalankan tugas ini pekerja
formal dan pengalaman praktek profesional.
sosial mengidentifikasi hambatan-
Ketiga perangkat tersebut membentuk
hambatan klien dalam menjalankan tugas-
pendekatan pekerjaan sosial dalam membantu
tugas kehidupan dan menggali kekuatan-
kliennnya. Secara konvensional, tugas utama
kekuatan yang ada pada diri klien guna
pekerja sosial adalah melaksanakan pelayanan
mengembangkan solusi dan rencana
kemanusiaan baik pada setting lembaga
pertolongan.
(seperti lembaga pelayanan rehabilitasi
2. Menggali dan menghubungkan sumber-
penyandang cacat, lembaga perlindungan
sumber yang tersedia di sekitar klien.
anak, panti sosial bagi manusia lanjut usia,
Beberapa tugas pekerja sosial yang terkait
dsb), maupun masyarakat, misalnya menjadi
dengan peran ini antara lain: a) membantu
pengembang masyarakat/community developer
klien menjangkau sumber-sumber yang
yang menyelenggarakan program
diperlukannnya; b) mengembangkan
pemberdayaan komunitas lokal.
program pelayanan sosial yang mampu
memberikan manfaat optimal bagi klen; c)
Pekerja sosial berbeda dengan profesi lain, meningkatkan komunikasi diantara para
saat menghadapi klien, seorang pekerja sosial petugas kemanusiaan; dan d) mengatasi
tidak hanya melihat klien sebagai target

122
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

hambatan-hambatan dalam proses 3. Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi yang


pelayanan sosial bagi klien. muncul dan terus berkembang, karena
3. Meningkatkan jaringan pelayanan sosial. mampu memenuhi kebutuhan orang dan
Tujuan dari tugas ini adalah untuk aspirasinya diakui masyarakat.
menjamin bahwa sistem kesejahteraan 4. Pelaksanaan praktek pekerjaan sosial harus
sosial berjalan secara manusiawi, sensitif disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat
terhadp kebutuhan warga setempat dan dimana praktek tersebut dilaksanakan.
efektif dalam memberikan pelayanan 5. Pengetahuan yang dipelukan untuk praktek
sosial terhadap masyarakat. pekerjaan sosial ditentukan oleh tujuan,
4. Mempromosikan keadilan sosial melalui fungsi dan permasalahan yang dihadapi.
pengembangan kebijakan sosial. 6. Internalisasi nilai dan pengetahuan
Menjalankan tugas ini, pekerja sosial profesional merupakan kebutuhan vital
mengidentifikasi isu-isu sosial dan bagi para pekerja sosial profesional.
implikasinya bagi kehidupan masyarakat. 7. Keterampilan profesi pekerjaan sosial
Kemudian pekerja sosial membuat naskah diekspresikan melalui kegiatan-kegiatan
kebijakan (policy paper) yang memuat yang dilakukan oleh pekerja sosial
rekomendasi-rekomendasi bagi professional.
pengembangan kebijakan-kebijakan baru
maupun perbaikan atau pergantian Pelaksanaan praktik pekerjaan sosial selalu
kebijakan-kebijakan lama yang tidak melibatkan pekerja sosial dalam level mikro,
berjalan efektif. Selain itu, dalam mezzo maupun makro. Mengacu pada
melaksanakan peran ini, pekerja sosial pendapat Midgley (1995), Gray (1997), dan
juga bisa menterjemahkan kebijakan- Cox (2001) dalam Adi (2001), bahwa dalam
kebijakan publik ke dalam program dan melaksanakan pembangunan sosial ada tiga
pelayanan sosial yang dibutuhkan klien. level/tataran yang memerlukan keterlibatan
pekerja sosial, yaitu:
Pekerjaan sosial adalah aktivitas professional 1. Level mikro. Pada tataran ini, pendekatan
untuk menolong individu, kelompok dan pekerjaan sosial merujuk pada berbagai
masyarakat dalam meningkatkan atau keahlian untuk mengatasi masalah
memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi individual. Masalah sosial yang ditangani
sosial dan menciptakan kondisi-kondisi umumnya berkenaan dengan trauma
masyarakat yang kondusif untuk mencapai psikologis, seperti: konseling trauma dari
tujuan tersebut (Zastrow, 1999 dalam Sukoco tindak kekerasan, masalah penyesuaian
(1991). Artinya seorang pekerja sosial diri, apatisme hingga gangguan mental.
professional akan mengarahkan bentuk Pendekatan mikro lebih bersifat
intervensinya untuk meningkatkan rehabilitatif dan remedial (penyembuhan).
keberfungsian sosial dan kemandirian 2. Level mezzo. Pada level ini titik berat
individu, kelompok, maupun masyarakat yang adalah pada upaya komunitas yang bekerja
menjadi sasaran pelayanannya. Untuk itu sama guna menghadapi permasalahan
menurut Skidmore dan Thackeray (1982) yang ada di tingkat komunitas. Pendekatan
masih dalam Sukoco (1991), aktivitas yang dilakukan adalah melalui intervensi
professional pekerja sosial harus dilandasi komunitas dengan mengembangkan
oleh berbagai komponen profesi seperti program yang bersifat preventif, proaktif,
berikut: dan kreatif pada berbagai jenis organisasi
1. Pekerjaan sosial sama seperti yang lainnya layanan masyarakat, seperti:
mempunyai fungsi memecahkan masalah pengembangan masyarakat, perencanaan
(problem solving function) komunitas, pendidikan masyarakat, dsb
2. Praktek pekerjaan sosial merupakan suatu 3. Level makro. Pada level ini pendekatan
seni yang dilandasi oleh pengetahuan yang digunakan lebih kepada level
ilmiah, nilai, dan ketrampilan. normatif dimana praktisi kesejahteraan

123
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

sosial dalam arti luas terlibat dalam pekerjaan sosial dan/atau penyelenggaraan
berbagai upaya perencanaan dan kesejahteraan sosial.
pembuatan kebijakan sosial, bagaimana
seorang pakar kesejahteraan sosial Pengetahuan Pekerjaan Sosial
berusaha mempengaruhi proses pembuatan Pekerja sosial dalam memberikan pelayanan
kebijakan dan pengambilan keputusan di sosial harus mempergunakan pengetahuan-
level yang lebih makro dari komunitas pengetahuan ilmiah yang sudah teruji
lokal sehingga warna proses perencanaan validitasnya. Menurut Morales and Sheafor
dan pembuatan kebijakan yang lebih (1983) dalam Sukoco (1991, pengetahuan
memperhatikan unsur partisipasi publik, didefinisikan sebagai “Knowledge may be
desentralistik, dan demokratis. generally definied as the acquaintance with or
theoretical or practical uncderstanding of
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun some branch of sicience, art, learning or other
2009 dinyatakan bahwa penyelenggaraan are involving study, research or practical and
kesejahteraan sosial adalah upaya yang the acquisition of skills”. Pengetahuan pada
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang umumnya dihasilkan dari riset dan praktek
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan yang sudah teruji ketepatan dan kebenarannya.
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial Secara garis besar pengetahuan pekerjaan
guna memenuhi kebutuhan dasar setiap sosial dapat dikelompokkan ke dalam tiga
warganegara yang meliputi rehabilitasi sosial, golongan, sesuai dengan aspek intervensi
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan pekerjaan sosial, yaitu: Pertama, pengetahuan
perlindungan sosial. Mengacu pada tentang klien, baik klien sebagai individu,
penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai kelompok maupun masyarakat; Kedua,
suatu upaya maka diperlukan sumber daya pengetahuan tentang lingkungan sosial, yaitu
manusia kesejahteraan sosial yang handal, pengetahuan yang berkaitan dengan
terampil dan bertanggung jawab untuk masyarakat dan kebudayaan (society and
penyelenggaraannnya. Sumber daya manusia culture), dan ketiga, pengetahuan tentang
yang dimaksud adalah SDM yang bekerja, profesi pekerjaan sosial professional, yang
baik di lembaga pemerintah maupun swasta meliputi pengetahuan tentang: diri sebagai
yang memiliki kompetensi dan profesi seorang pekerja sosial (self), profesi
pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam (profession), dan intervensi (intervention).
pekerjaan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman Hepworth dan Larsen (1982) dalam Sukoco
praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan (1991), memberikan empat kelompok
tugas-tugas pelayanan dan penanganan pengetahuan pekerjaan sosial:
masalah sosial. Pertama, tingkah laku manusia dalam
lingkungan sosial (Human Behavior in the
Surat Keputusan Mendiknas Nomor Social Environment). Kelompok pengetahuan
045/U/2002. tentang Kurikulum Inti ini mencakup pengetahuan tentang: (1)
Perguruan Tinggi mengemukakan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan manusia, (2)
"Kompetensi adalah seperangkat tindakan Permasalahan yang dilalami manusia, (3)
cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki Sumber-sumber dan kebutuhan yang
seseorang sebagai syarat untuk dianggap diperlukan dalam setiap tahap perkembangan,
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan (4) interaksi antara individu dengan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu". lingkungannya, (5) kekuatan dan motivasi
Dalam kaitannya dengan profesi pekerjaan manusia,(6) faktor-faktor yang perlu
sosial, maka standar kompetensi yang harus dikembangkan, dan 7) perencanaan dan
dimiliki meliputi pengetahuan, nilai dan pelaksanaan program yang efektif.
keterampilan pekerjaan sosial dalam praktik Kedua, Kebijakan Sosial (Social Policy),
meliputi pengetahuan tentang: (1) Perumusan

124
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

kebijakan sosial yang berkaitan sistem Sumber-sumber nilai pekerjaan sosial pada
pelayanan, baik dari pemerintah maupun prinsipnya dapat dikelompokkan ke dalam
swasta, (2) Misi dan etika profesi dalam hal empat elemen nilai yaitu:
kebijakan sosial, (3) Partisipasi pekerja sosial Pertama, Nilai masyarakat (Societal values).
dalam memanfaatkan dan mengembangkan Pengetahuan pekerjaan sosial dapat diperoleh
kebijakan sosial guna meningkatkan darimana saja, tetapi pekerja sosial perlu
fungsionalitas individu, kelompok dan menyaringnya untuk disesuaikan dengan nilai
masyarakat, (4) Komitmen pekerjaan sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Apa
terhadap keadilan sosial, (5) Permasalahan yang dipraktekan dalam masyarakat belum
kesejahteraan sosial, dan (6) Ketimpangan tentu merupakan kegiatan untuk melaksanakan
distribusi/akses/kesempatan, sumber, barang, nilai sebaliknya nilai belum tentu merupakan
pelayanan yang diperoleh kelompok minoritas, hal yang dipraktekan di dalam masyarakat.
atau kelompok yang kurang beruntung. Jadi nilai masyarakat bisa menjadi sumber
Ketiga, Metode-metode pekerjaan sosial nilai bagi para praktisi kesejahteraan sosial
(Social Work Methods). Pekerja sosial di Kedua, Kode etik (Code of ethic). Kode etik
dalam melaksanakan misi dan tujuan merupakan rumusan tentang perilaku yang
profesinya, perlu memiliki pengetahuan dianggap baik dan perlu perlu ditunjukkan
tentang metode-metode pekerjaan sosial yang oleh anggota profesi dalam melaksanakan
meliputi: (1) Cara-cara untuk meningkatkan tugas-tugasnya. Kode etik dibuat agar para
keberfungsian sosial kliennya, (2) Proses anggotanya tidak melakukan malpraktek.
pemecahan masalah, (3) Peranan-peranan Tujuan dan fungsi kode etik adalah (1)
yang dilaksanakan pekerja sosial dalam proses melindungi reputasi profesi dengan jalan
pemecahan masalah, dan (4) Interview, memberikan criteria-kriteria yang dapat diikuti
negosiasi, dan interaksi. untuk mengatur tingkah laku anggotanya; (2)
Keempat, Penelitian (Research). Penelitian di secara terus menerus meningkatkatkan
dalam kerangka pengetahuan pekerjaan sosial kompetensi dan kesadaran tanggung jkawab
semakin lama dirasakan semakin penting. bagi para anggota di dalam melaksanakan
Hasil penelitian ilmiah akan merupakan praktek; dan (3) melindungi masyarakat dari
kekuatan bagi perkembangan pengetahuan praktek-praktek yang tidak kompeten. Kode
profesi tersebut Etik pekerjaan sosial pada prinsipnya
mengatur empat hal, yaitu: Perilaku dan sifat-
Nilai-Nilai Pekerjaan Sosial sifat utama sebagai Pekerja Sosial, Tanggung
Nilai mempunyai pengaruh yang sangat besar jawab etik Pekerja Sosial terhadap klien,
di dalam praktek pekerjaan sosial. Pincus dan Tanggung jawab etik Pekerja Sosial terhadap
Minahan (1973) dalam Sukuco (1991) sejawat, Tanggung jawab etik Pekerja Sosial
menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan, terhadap Badan sosial yang mempekerjakan,
preferensi ataupun asumsi mengenai apa yang Tanggung jawab etik Pekerja Sosial terhadap
diinginkan atau dianggap baik oleh manusia. profesi, Tanggung jawab etik Pekerja Sosial
Nilai yang dianut oleh seseorang dapat terhadap masyarakat, Tujuan lembaga dimana
menentukan sikap dan tindakan dalam pekerja sosial bekerja (Agency Purpose).
berinteraksi dengan orang lain. Pekerja sosial Pekerja sosial harus mengikuti peraturan-
di dalam melaksanakan tugas-tugasnya selalu peraturan yang berlaku di dalam lembaga
dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi pekerja pekerja soisal tersebut bekerja.
sosial (personal values), nilai-nilai profesi Ketiga, Teori (Theory). Teori dianggap baik
pekerjaan sosial (proffesion values), dan nilai jika dapat berfungsi sebagai nilai. Teori-teori
klien atau kelompok klien (the values of a pekerjaan sosial juga mengandung unsur-
client or client group). unsur nilai yang dapat dijadikan sumber bagi
pembentukan kerangka nilai pekerjaan sosial.
Nilai-nilai teori pekerjaan sosial
dikelompokkan menjadi: (1) nilai tentang

125
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

konsepsi orang; (2) nilai tentang masyarakat; Keterampilan-keterampilan yang perlu


dan (3) nilai yang berkaitan dengan interaksi dimiliki oleh Pekerja Sosial untuk dapat
orang melaksanakan praktek pekerjaan sosial dengan
baik menurut Zastrow (1999) adalah sebagai
Keterampilan Pekerjaan Sosial berikut: observasi situasi dan kegiatan,
Kompetensi pekerjaan sosial tidak hanya Pengumpulan data, analisis data, identifikasi
diperoleh melalui pemahaman tentang permaslahan sosial, mendengarkan,
berbagai teori atau ilmu kesejahteraan sosial, berkomunikasi, dengan efektif,
tetapi juga terkait dengan unsur praktek. wawancara/interview, memberikan informasi,
Bagaimana seorang pekerja sosial professional berinteraksi dengan orang lain, penjelasan
bisa mengaplikasikan berbagai teori yang mengenai perasaan dan sikap, penjelasan
diperolehnya dalam setting praktek pekerjaan mengenai implikasi yang dipilih, dorongan
sosial. Penerapan suatu teori atau pengetahuan dan bimbingan, motivasi-motivasi lain,
membutuhkan keterampilan, sehingga setiap mengajarkan hal-hal yang lain,
profesi memerlukan keterampilan. mengidentifikasi tujuan, memilih strategi
Keterampilan merupakan komponen penting itervensi yang tepat, memonitor pemerataan
di dalam kerangka referensi pekerjaan sosial, penyebaran pelayanan, mengadakan kontrak,
sebab keterampilan pada prinsipnya melakukan advokasi, berhubungan dengan
merupakan alat untuk memadukan antara kolega/teman sejawat, mencatat kasus, dan
pengetahuan dan nilai-nilai pekerjaan sosial. mengasesmen kegiatan-kegiatan intervensi.
Keterampilan pekerjaan sosial adalah
Selain itu dalam konteks pengembangan
kemampuan para pekerja sosial untuk
masyarakat, keterampilan dasar (Body of Skill)
menetapkan suatu mosi, di dalam kaitannya
yang harus dimiliki Pekerja Sosial menurut
dengan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Widhiowati,dkk dalam makalah yang
Sosial (PPKS) baik individu, keluarga,
disajikan dalam Seminar Internasional Social
kelompok maupun masyarakat, sehingga dapat
Work Update (2010) adalah keterampilan
dijadikan pedoman dalam melaksanakan
dalam melakukan komunikasi personal,
proses intervensi sosial, yang perubahannya
memfasilitasi kelompok dan pertemuan,
didasarkan kepada nilai dan pengetahuan
melakukan pendidikan masyarakat,
pekerjaan sosial. Keterampilan pekerja sosial
menyediakan sumber bagi struktur dan proses-
diekspresikan dalam salah satu atau lebih
proses masyarakat, membuat tulisan, memberi
metoda pekerjaan sosial generalis yaitu
motivasi, meningkatkan antusiasme dan
penggunaan rasa tanggung jawab, kesadaran,
mengaktifkan masyarakat, mengatasi konflik-
keahlian, dan disiplin diri dalam berelasi
konflik serta melakukan negosiasi dan
dengan para pemerlu pelayanan kesejahteraan
mediasi, memainkan peran perwakilan/
sosial.
representasi advokasi, melakukan presentasi
Kompetensi praktek pekerjaan sosial terlihat publik, bekerja dengan media massa,
pada penguasaan keterampilan untuk manajemen dan organisasi, dan melakukan
menggunakan metoda dan teknik pekerjaan penelitian
sosial. Keterampilan pekerjaan sosial pada
dasarnya merupakan kemampuan memahami Perbedaan utama antara pekerja sosial yang
peranan pekerja sosial dan kemampuan untuk professional dengan non professional adalah
membantu klien baik individu, keluarga, pada penguasaan keterampilan dan
kelompok maupun masyarakat , agar mau pengetahuan para pekerja sosial. Jika
berpartisipasi di dalam proses pemecahan dibandingkan, perbedaan antara pekerja sosial
masalah maupun kemampuan meningkatkan professional dan non professional, maka
keberfungsian sosial mereka. pertama, yang non professional masih banyak
memerlukan keterampilan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan sosial.

126
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Perbedaan yang kedua adalah pada pemilikan mendukung keberhasilan pembangunan


kerangka pengetahuan yang terorganisasi di kesejahteraan sosial,
dalam suatu sistem yang disebut sebagai
Para pekerja sosial yang direkrut menjadi
kerangka teori (body of theory). Kemahiran
pegawai negeri sipil (PNS) akan didudukkan
menggunakan keterampilan dalam
pada posisi struktural maupun fungsional.
melaksanakan tugas dan menangani kasus
Pekerja sosial fungsional biasanya melekat
tergantung kepada penguasaan kerangka teori
pada badan-badan sosial professional atau
tersebut. Kerangka teori akan diperoleh
Unit-unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada
melalui jenjang pendidikan formal seperti
dalam struktur Kementrian Sosial RI maupun
perguruan tinggi atau kegiatan pendidikan dan
Pemerintahan Daerah. Berdasarkan hal
latihan.
tersebut maka jelas bahwa secara resmi
Negara Indonesia mengakui signifikansi apa
Perkembangan Pekerja Sosial Fungsional yang disebut dengan pekerja sosial fungsional.
di Indonesia Konsekuensinya akan dibutuhkan pekerja
Bagaimana Kementerian Sosial sosial profesional dalam jumlah yang cukup
mendefinisikan, mempersepsikan dan banyak mengingat perkembangan
mengarahkan pekerja sosial ke arah permasalahan kesejahteraan sosial yang terus
profesionalisme? Salah satu peran penting meningkat, namun dalam kenyataanya
yang dilakukan adalah melalui kebutuhan akan pekerja sosial professional
penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Tinggi untuk mendampingi program dan kegiatan
kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan kesejahteraan sosial tidaklah mudah. Terdapat
professional seperti Sekolah Tinggi keterbatasan jumlah pekerja sosial profesional
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, dan rendahnya kemampuan anggaran untuk
maupun pengelolaan Balai Besar Pendidikan mempekerjakan Pekerja Sosial Professional
dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial dalam jumlah yang banyak sehingga
(BBPPKS) yang melaksanakan pendidikan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi. Solusi
dan pelatihan untuk mencetak pekerja sosial yang ditempuh adalah memanfaatkan tenaga
yang memiliki kompetensi professional. non professional pekerjaan sosial yang dilatih
Sekolah Tinggi kesejahteraan Sosial (STKS) menjadi pekerja professional melalui
Bandung sebagai Lembaga Pendidikan tinggi pendidikan dan pelatihan pekerjaan sosial.
Kedinasan di bawah Kementrian sosial RI
yang menyelenggarakan program pendidikan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009
Diploma IV pekerjaan sosial, sampai tahun tentang Kesejahteraan Sosial membedakan
2009 telah menghasilkan lulusan pekerja empat jenis sumber daya manusia yang
sosial profesional sebanyak 10.790 orang. bekerja di bidang kesejahteraan sosial yaitu
Alumni STKS Bandung tersebar di berbagai Tenaga Kesejahteraan Sosial, Pekerja Sosial
Instansi Pemerintah, swasta maupun lembaga- Professional, Relawan Sosial dan Penyuluh
lembaga internasional, seperti UNHCR, Sosial. Jika mengacu pada peraturan tersebut
UNICEF, dan lain-lain. Dari jumlah tersebut maka yang dimaksud Pekerja Sosial
terlihat bahwa cukup banyak pekerja sosial profesional adalah mereka yang memiliki
professional yang telah digodok secara formal kompentensi yang diperoleh dari pendidikan
sehingga memiliki basic pendidikan pekerjaan formal atau pengalaman praktik dan diakui
sosial, belum lagi para pekerja sosial yang secara resmi oleh pemerintah dan lebih
telah memperoleh pendidikan dan pelatihan berfokus pada pekerja sosial fungsional atau
dari berbagai Balai Besar Pendidikan dan Pegawai Negeri Sipil.
Pelatihan Kesejahteraan Sosial di Indonesia.
Ini tentunya menjadi asset sumber daya Untuk menjadi seorang Pekerja Sosial
manusia yang sangat potensial dalam haruslah memiliki kompetensi profesional
meliputi pengetahuan, ketrampilan dan

127
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

nilai/sikap untuk melaksanakan praktek Kondisi empiris menunjukkan bahwa rasio


pekerjaan sosial melalui Pendidikan dan pekerja sosial pada Kementerian Sosial dan
Pelatihan, agar calon Pekerja Sosial Instansi Sosial Kabupaten/Kota/Propinsi tidak
Fungsional tersebut mampu memenuhi sebanding dengan permasalahan sosial yang
tuntutan tugas formal sebagaimana dijabarkan terus berkembang dan semakin kompleks
dalam surat Keputusan Menpan untuk sehingga pelayanan sosial kurang optimal.
menjamin kesetaraan mereka standar dengan Kabag Pembinaan Jabatan Fungsional Peksos
profesi Pekerjaan sosial, maka bagi PNS yang Biro Organisasi dan Kepegawaian
akan diangkat menjadi Pejabat Fungsional Kementerian Sosial mengatakan jumlah
Pekerja Sosial wajib untuk mengikuti dan pekerja sosial yang tersebar di Pemerintah
lulus “Pendidikan dan Pelatihan Sertifikasi Daerah dan Rumah Sakit seluruh Indonesia
Pekerja Sosial Tk. Terampil”. Berdasarkan sebanyak 3000 orang dan 550 orang
Kerangka Acuan Kegiatan Diklat Sertifikasi diantaranya berada di Kementrian Sosial RI
Jabatan Fungsional Pekerja Sosial tingkat dan diakuinya masih sangat minim yang
Terampil, persyaratan untuk mengikuti diklat memiliki latar belakang keilmuan
tersebut adalah: kesejahteraan sosial. Kondisi di daerah pun
1. CPNS/PNS yang akan diangkat dalam tidak berbeda jauh, sebagai contoh SDM
Jabatan Fungsional Pekerja Sosial. Kesejahteraan Sosial yang ada dan bertugas di
2. Pendidikan minimal SLTA /Sederajat, Provinsi Papua dan Papua Barat. Dari jumlah
sampai dengan Sarjana Muda/ Diploma tenaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah
III. (TKSP) yang ada sebanyak 784 (Tujuh Ratus
3. Pangkat minimal Pengatur Muda, Delapan Puluh Empat) yang berpendidikan
golongan ruang II/a. profesi pekerjaan sosial hanya 13 (tiga belas)
4. Bagi PNS yang akan diangkat dari orang pegawai. ini menunjukkan bahwa
jabatan lain, pernah bekerja di unit kelemahan SDM kesejahteraan Sosial telah
pelayanan kesejahteraan sosial, minimal 2 terjadi di lingkungan Dinas Kesejahteraan
tahun. Sosial di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Demikian pula dengan Dinas Sosial Provinsi
Dengan mengedepankan pendekatan profesi Jawa Timur, Jumlah tenaga pekerja sosial
pekerjaan sosial, maka usaha pengembangan fungsional yang dimiliki oleh Dinas Sosial
jabatan fungsi pekerja sosial akan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008
mendapatkan tempat yang terhormat dari sebanyak 85 orang yang tersebar di UPT/panti
berbagai proses pembangunan kesejahteraan sosial Dinas Sosial Provinsi JawaTimur
sosial. Pengembangan jabatan fungsional dengan daya tampung klien 3.065 orang,
pekerja sosial akan memberikan nuansa dan sesuai ratio ideal standar pelayanan sosial
karakteristik pekerjaan bagi seluruh institusi dimana 1 (satu) orang pekerja sosial
sosial dan sekaligus memberikan standar fungsional menangani 5 (lima) orang klien,
terhadap ukuran kinerja yang dapat terukur maka dengan jumlah tenaga pekerja sosial
dan bersifat kompetitif. oleh karena itu para fungsional yang bertugas melakukan
pengambil kebijakan ditingkat provinsi, identifikasi, pendampingan psikososial dalam
kabupaten dan kota melalui Kepala Dinas proses rehabilitasi sosial saat ini masih kurang
Kesejahteraan Sosial masing-masing harus memadai, idealnya tersedia 300 orang pekerja
memberikan apresiasi terhadap pengangkatan sosial fungsional (www4.shoutmix.com). Hal
jabatan fungsional pekerja sosial sebagaimana ini mengakibatkan profesionalisme pelayanan
yang dituangkan dalam Keputusan Menteri sosial tidak dapat optimal disamping secara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : manajemen proses rehabilitasi sosial dan
KEP/03/M.PAN/I/2004 tentang Jabatan pemberdayaan masyarakat penyandang
Fungsional Pekerja Sosial dan angka masalah sosial belum mendapatkan dukungan
kreditnya. optimal dari Pemerintah.

128
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Selanjutnya bagaimana perangkat hukum sebuah panti selama 20 tahun lebih), (3)
sudah siap, pedoman pembinaan teknis sudah kurang keberanian mencoba ranah/jenis
diatur dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor layanan lain, sehingga pengetahuan dan
10/HUK/2007 dan Pedoman Pendidikan dan pengalaman tidak berkembang, dan (4)
Pelatihan sudah diatur juga dalam Keputusan sebagian jabatan fungsional pekerja sosial
Menteri Sosial RI Nomor 43/HUK/2007. belum menguasai IT seperti computer.
Kedua keputusan Menteri Sosial ini telah
memberikan peluang dan ruang untuk Bila kita bandingkan dengan kompetensi
mengatasi berbagai permasalahan pekerjaan sosial yang harus dimiliki pekerja
Kesejahteraan Sosial yang timbul baik dari sisi sosial, dimana seorang pekerja sosial harus
proses keberlangsungannya maupun dari sisi memiliki: pertama, kerangka pengetahuan
kelemahan sumber daya manusia (SDM) tentang klien, lingkungan sosial, dan profesi
kesejahteraan sosial yang ada saat ini. pekerjaan sosial professional, kedua,
memahami elemen-elemen nilai dalam
Permasalahan Pekerja Sosial Fungsional Praktek Pekerjaan Sosial; dan ketiga,
Kebutuhan akan pekerja sosial professional penguasaan keterampilan pekerjaan sosial.
untuk mendampingi program dan kegiatan
kesejahteraan sosial tidaklah mudah. Terdapat Kompetensi pekerjaan sosial tersebut
keterbatasan jumlah pekerja sosial profesional selayaknya dapat ditunjukkan melalui kinerja
bila dibandingkan permasalahan sosial yang pekerja sosial fungsional namun kembali pada
muncul dan semkin kompleks. Banyak berbagai kendala yang dihadapi hasil
kendala dan permasalahan yang dihadapi penelitian menunjukan bahwa penampilan
dalam upaya untuk mengembangkan kinerja pekerja sosial di lembaga-lembaga
professionlisme pekerjaan sosial di Indonesia. pelayanan sosial cukup memprihatinkan,
Permasalahan yang muncul bisa dilihat dari karena hanya 11,95 % pekerja sosial dari 223
aspek internal maupun aspek eksternal responden penelitian yang menguasai dan
pekerjaan sosial. mampu melaksanakan praktik pekerjaan sosial
berdasarkan pengetahuan, nilai/etika,
Permasalahan Internal metode/teknik serta keterampilan pekerjaan
Permasalahan internal pekerja sosial sosial (Disertasi Chazalli H Situmorang,
fungsional yang paling dirasakan adalah 2009). Untuk itu perlu pengkajian yang lebih
lemahnya penguasaan kompetensi pekerjaan mendalam tentang berbagai hambatan dan
sosial. Hal ini terjadi karena terbatasnya kendala yang dialami oleh pekerja sosial
jumlah pekerja sosial professional yang fungsional di Indonesia dalam melaksanakan
memiliki dasar keilmuan pekerjaan sosial yang tugas pokok dan fungsinya. Pengkajian ini
memadai, sehingga rekruitmen untuk sangat penting untuk memperoleh gambaran
pemenuhan kebutuhan tenaga pekerja sosial tentang kompetensi dan kinerja dari Pejabat
akhirnya bersifat longgar. Pendidikan dan fungsional pekerja sosial sehingga diperoleh
pengalaman praktik di bidang kesejahteraan solusi tentang bagaimana pendidikan dan
sosial seringkali diabaikan. Akibat lebih lanjut pelatihan perlu dikembangkan dan bagaimana
maka kinerja pekerja sosial menjadi lemah. sertifikasi pekerja sosial dilaksanakan bagi
Hasil telaahan Forum Pekerja Sosial Provinsi Pejabat fungsional pekerja sosial.
Jawa Timur (2008), menunjukkan beberapa
kelemahan internal yang dialami oleh jabatan Permasalahan external
Fungsional Pekerja Sosial, sebagai berikut: (1) Permasalahan eksternal yang seringkali
malas membuat/melaksanakan kewajiban muncul dalam pelaksanaan tugas pekerja
administratif (membuat DUPAK), (2) sosial fungsional terkait pada berbagai
mengalami kejenuhan/monoton dalam tugas kebijakan, penyebaran, kesempatan dan
yang sama, sehingga etos kerja menurun peluang yang bisa diperoleh pekerja sosial
(sebagai gambaran, sudah ada yang bekerja di fungsional untuk mengembangkan dirinya.

129
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Adanya persepsi bahwa fungsional pekerja


1. Rekruitmen Pekerja Sosial sosial hanya merupakan posisi kedua ,
Program kepegawaian yang mengarah tidaklah mengherankan jika banyak PNS
pada rekruitmen CPNS khususnya untuk kurang tertarik menjadi fungsional pekerja
posisi pekerja sosial professional belum sosial, sehingga populasi pekerja sosial
mendapat prioritas, selain itu belum tidak bertambah bahkan terus berkurang
adanya Pekerja Sosial Fungsional yang seiring tibanya masa pensiun dan tidak
ditempatkan di tingkat kecamatan juga adanya pengkaderan fungsional pekerja
menghambat kelancaran proses sosial yang baru.
pelaksanaan tugas
6. Minimnya Diklat bagi Jabatan Fungsional
2. Sebaran Pekerja Sosial Fungsional Pekerja Sosial
Penyebaran Pekerja Sosial Fungsional di Kegiatan-kegiatan diklat kesejahteraan
UPT tidak merata, tidak tersedia uraian sosial yang diselenggarakan, masih belum
tugas sesuai jenjang kepangkatan Pekerja banyak melibatkan fungsional pekerja
Sosial Fungsional. Belum seluruh UPT sosial, baik sebagai perencana, pelaksana,
memiliki Peksos Madya yang bisa nara sumber, peserta maupun evaluator.
membimbing Peksos dibawah tingkat
jabatannya. 7. Rendahnya Tunjangan Fungsional
Tunjangan fungsional pekerja sosial,
3. Diklat Fungsional terutama tingkat pemula yang relatif sama
Pendidikan dan Pelatihan Pekerjaan Sosial dengan tunjangan staf biasa, sedangkan
Fungsional relatif terbatas sekali, terutama fungsional pekerja sosial tidak memiliki
untuk pekerja sosial fungsional daerah, tunjangan staf dengan tugas dan tanggung
peluang untuk memperoleh kesempatan jawab yang relatif lebih banyak.
pendidikan dan latihan profesi sangat
terbatas. Disamping itu belum ada jenjang 8. Batas Usia Pensiun Setara dengan Staf
Diklat sesuai tingkatan. Batas usia pensiun masih sama dengan staf
biasa, belum menyamai pejabat fungsional
4. Disfungsional Pekerja Sosial dari profesi lain.
Sebagai lembaga pelayanan publik yang
harus mengedepankan kepuasan yang 9. Kode Etik Pekerja Sosial Fungsional
dilayani, Dinas-dinas Sosial/UPT masih Sampai dengan saat ini belum ditetapkan
menggambarkan kaya struktur kode etik bagi Pekerja Sosial Fungsional
dibandingkan kaya fungsi. Idealnya, dalam memberikan pelayanan social,
sebuah institusi pelayanan sosial lebih idealnya yang menyusun kode etik tersebut
menekankan pada minim struktur namun adalah Organisasi yang mewadahi Pekerja
kaya fungsi. Hal ini menimbulkan Sosial Fungsional yang sampai saat ini
beberapa implikasi antara lain, pegawai belum terbentuk.
lebih tertarik sebagai pejabat struktural
dibanding pejabat fungsional, termasuk 10. Standar kompetensi Pekerja Sosial
pilihan lebih baik menjadi staf biasa Fungsional
dibandingkan menjadi fungsional pekerja Sampai dengan saat ini belum ditetapkan
sosial yang memiliki kewajiban lebih adanya pengaturan yang menetapkan
banyak dengan perbedaan tunjangan yang standar kompetensi Pekerja Sosial
tidak signifikan. Fungsional dan rangkaian kegiatan untuk
mencapai standar kompetensi tersebut.
5. Misspersepsi Posisi Jabatan Fungsioanal
Pekerja Sosial

130
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Berbagai permasalahan teknis yang terkait tentang Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan
dengan pelaksanaan tugas pekerja sosial Angka Kreditnya dan Keputusan Bersama
fungsional, seperti: pembinaan pegawai belum Menteri Sosial dan Kepala BAKN nomor:
mampu mengakomodir para pekerja sosial 05/HUK/2004, Nomor: 09 tahun 2004 tentang
yang mengalami kesulitan dalam membuat Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
laporan DUPAK, fasilitas ATK di masing- Pekerja Sosial dan Angka Kreditnya, ditambah
masing UPT sebagian besar tidak lengkap, Kepmensos RI nomor: 10/HUK/2007 tentang
sarana dan prasarana pelayanan dan Pembinaan Teknis Jabatan Fungsional Pekerja
rehabilitasi yang tidak disesuaikan dengan Sosial dan nomor: 43/HUK/2007 tentang
akselerasi tuntutan kebutuhan klien dan Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
stakeholder, bahkan cenderung terjadi Fungsional Pekerja Sosial, juga ikut
penurunan mempengaruhi kinerja pekerja sosial
fungsional. Akumulasi dari permasalahan
Dengan demikian, tidak mengherankan jika tersebut, bersinergi menciptakan seorang
capaian proporsi ideal 1:5 antara pekerja sosial fungsional pekerja sosial yang stagnan,
dan klien yang disebutkan dalam Kepmensos monoton dan bahkan tidak percaya diri.
no. 50/HUK/2004 dan Perubahan Kepmenkes
dan Kesos nomor: 193/Menkes-Kesos/III/2000 Simpulan
tentang Standardisasi Panti Sosial, dari dulu Pemahaman tentang kedalaman makna
sampai sekarang tidak pernah dapat dicapai. pembangunan kesejahteraan sosial
Bahkan, yang lebih memprihatinkan, beberapa sebagaimana yang diamanatkan dalam
UPT di lingkup Dinas Sosial belum memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
fungsional pekerja sosial. Jika ada yang tentang Kesejahteraan Sosial dalam pasal 1
memiliki fungsional pekerja sosial pun undang-undang ini telah memberikan apresiasi
seringkali tidak memadai dalam hal kuantitas kepada kita semua bahwa hasil akhir yang
dan kualitas. Sebagai contoh di Dinas Provinsi diharapkan dalam pembangunan kesejahteraan
jawa Timur, dari 23 UPT masih terdapat 7 sosial adalah terpenuhinya kebutuhan
UPT yang sama sekali tidak memiliki material, spiritual, dan sosial warganegara
fungsional Pekerjaan Sosial. Sementara 78 agar dapat hidup layak dan mampu
orang fungsional pekerja sosial yang dimiliki mengembangkan diri, sehingga dapat
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur tersebar di melaksanakan fungsi sosialnya.
23 UPT dengan komposisi yang tidak
seimbang, 1 (orang) Pekerja Sosial Fungsional Eksistansi para pelaku Pembangunan
rata-rata menangani lebih dari 10 klien. Kesejahteraan Sosial di dalam menerapkan
Padahal, sebuah lembaga layanan, baru bisa praktek pekerjaan sosial, memiliki kontribusi
disebut lembaga layanan profesional bila yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian
terdapat tenaga ahli sesuai bidang tugasnya. tujuan pembangunan Kesejahteraan Sosial.
Akan berbeda proses dan kualitas antara Oleh karena itu para pengambil kebijakan
lembaga layanan yang memiliki fungsional ditingkat provinsi, kabupaten dan kota melalui
pekerja sosial dan yang belum ada fungsional Kepala Dinas Sosial masing-masing harus
pekerja sosial. Untuk menuju sebuah fungsi memberikan apresiasi terhadap pengangkatan
yang profesional, tidaklah mudah, unsur-unsur jabatan fungsional pekerja sosial sebagaimana
personal Pekerja Sosial Fungsional apalagi yang dituangkan dalam Keputusan Menteri
persoalan sistem, sangat mempengaruhi. Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Kep/03/M.Pan/I/2004 tentang Jabatan
Sistem pembinaan pegawai yang kurang Fungsional Pekerja Sosial dan angka
kompetitif serta tidak adanya reward dan kreditnya.
punishment yang jelas pada tataran praktek
walaupun semuanya sudah jelas diatur dalam Berbagai permasalahan yang muncul dalam
Kepmenpan nomor: KEP/03/M.PAN/1/2004 penyelenggaraan kesejahteraan sosial di

131
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Indonesia saling berinterdependensi dengan membutuhkan tenaga tersebut dapat


lemahnya kompetensi pekerjaan sosial yang dengan mudah mengakses data yang
dimiliki oleh pekerja sosial fungsional. disajikan mencakup jenis dan jenjang
Berbagai upaya telah dirintis oleh pemerintah jabatan PSF serta lokasi kerjanya.
mulai dari penguatan hukum, pemberian
tunjangan fungsional yang telah melalui 3. Penyusunan dan pengembangan kurikulum
beberapa kali penyesuaian, berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan PSF sesuai
pendidikan dan pelatihan, serta dengan perkembangan kebutuhan dan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 108 permasalahan sosial yang semakin
Tahun 2009 tentang sertifikasi bagi pekerja kompleks, baik pada level pendidikan
sosial professional dengan salah satu formal seperti STKS Bandung atau
tujuannya adalah tujuan untuk memberikan melalui Balai-Balai Diklat Pekerjaan
pengakuan atas kualifikasi dan kompetensi Sosial yang dikelola oleh Kementrian
Pekerja Sosial Professional dan Tenaga Sosial RI. Khusus Penyusunan kurikulum
Kesejahteraan Sosial. Namun untuk lebih BBPPKS, kurikulum yang disusun
mengetahui dan memahami tentang gambaran seyogyanya disesuaikan dengan jenis dan
umum pelaksanaan tugas jabatan fungsional jenjang jabatan PSF.
pekerja Sodial tentunya perlu berbagai kajian
dan penelitian lebih lanjut dari berbagai 4. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan
institusi pendidikan maupun pemerintahan. bagi PSF secara berjenjang mulai dari
tingkat terampil sebagai dengan tingkat
Melihat dinamika permasalahan yang muncul ahli. Kegiatan dilaksanakan secara rutin
terkait dengan keberadaan Pekerja Sosial sehingga dapat menjangkau dan terjangkau
Fungsional, beberapa rekomendasi yang oleh PSF yang berada di seluruh wilayah
diajukan: tanah air.

1. Reidentifikasi Pekerja Sosial Fungsional 5. Fasilitasi pengembangan asosiasi/


(PSF) di Indonesia berdasarkan jenjang organisasi atau Forum komunikasi PSF
jabatan dan latar belakang Pengembangan asosiasi/organisasi/orum
pendidikan/pengalaman praktek pekerjaan dilakukan untuk membantu meningkatkan
sosial. kemampuan organisasi PSF dalam
Identifikasi dan klasifikasi PSF sasaran membentuk kebijakan, menata struktur
utamanya adalah para pekerja sosial organisasi, dan manajemen sehingga
fungsional di lembaga kesejahteraan sosial berdampak positif bagi peningkatan
(Dinas sosial/UPT) yang bekerja kapasitas dan kinerja PSF.
melaksanakan program/kegiatan
Kementerian Sosial, dinas sosial dan/atau 6. Diselenggarakannya berbagai kegiatan
yang melakukan kerjasama dengan kajian atau penelirtian terhadap
organisasi non pemerintah/LSM/Orsos. perkembangan profesi pekerjaan sosial di
Indonesia khususnya para Pekerja Sosial
2. Penyusunan dan Publikasi Data PSF Fungsional (PSF), sehingga update data
Penyusunan dan publikasi data PSF maupun keilmuan pekerjaan sosial dapat
dimaksudkan agar pihak-pihak yang selalu dapat dikembangkan.

132
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

Daftar Pustaka

Budi Rahman Hakim . 2010. Rethinking Social Work Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Uversitas Indonesia.
Dwi Heru Sukoco. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Uversitas Indonesia.
Edi Suharto. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: C.V Afabeta.
----------------. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandun : C.V Afabeta.

----------------. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: P.T Refika


Aditama.

Ife, James Williams. 2010. Community Development: Community Based Alternatives in an age of
Globalisation. Logman, Australia: Logman
Isbandi Rukminto Adi 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.
Jakarta: RIMBOOKS PT. Wahana Semesta Indonesia.
--------------------------------. 2001. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.

Mestika Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Midgley, James. 1981. Professional Imperialism: Social work in The Third World. London:
Heinemann Educational Books Ltd.

Widhiowati, Didiet dan Herawati, Guntur T Aritonang, Diana H (2010). Kompetensi Pekerjaan
Sosial dalam pengenbangan Masyarakat. Bandung: Seminar Internasional Social Work Update

Zastrow, Charles H. 1999. The Practice of Social Work. Pacific Grove: Brooks/Cole.

Sumber lain:

Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial


Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
Keputusan Menpan Nomor: Kep/03/M-PAN/2004 tentang Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya
Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2007 tentang Tunjangan jabatan fungsional Pekerjaan
Sosial
Keputusan Menteri Sosial Nomor: 10/HUK/2007 tentang Pembinaan Teknis Jabatan Fungsional
Pekerja Sosial.
Kepmensos RI Nomor: 43/HUK/2007 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Fungsional Pekerja Sosial
Keputusan Menteri Sosial RI 108/HUK/2009 tentang Sertifikasi Bagi Pekerja Sosial Profesional dan
Tenaga Kesejahteraan Sosial.
http://www.depsos.go.id

133
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013

http:/www.bnsp-indonesia.org
http:/www. www4.shoutmix.com
Kurikulum Program Pendidikan Diploma IV Profesi Pekerjaan Sosial Tahun 2009. Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung
Situmorang, Chazali H. (2009). Disertasi: Kebijakan Nasional tentang Mutu Pekerja Sosial (Studi
Evaluasi tentang Implementasi Kebijakan Pekerja Sosial Pemerintah Pusat dan Daerah).
Jakarta
Widhiowati, Didiet 2012. Makalah: Peningkatan Kinerja dan Profesionalisme Pekerja Sosial
Fungsional (JFPS) melalui Sertifikasi Pekerja Sosial di Indonesia. Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

134

Anda mungkin juga menyukai