Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andini Kartika Sari

Nim : 190902013

Mata Kuliah : Pekerja Sosial Industri

Peran Pekerja sosial Industri di Indonesia.

Zastrow (2004) dalam Introduction to Social Work and Social Welfare, telah
menggambarkan bahwa profesi utama yang paling berperan dalam pembangunan kesejahteraan
sosial adalah Pekerjaan Sosial. Selain itu, Zastrow pun menjelaskan bahwa pekerjaan sosial
sebagai suatu profesi memiliki fungsi dan tugas pokok untuk memberikan pelayanan dalam rangka
mencapai keberfungsian sosial orang melalui proses interaksi sosial. “Pekerjaan Sosial adalah
sebagai profesi terdepan dalam pemberian pelayanan sosial untuk membantu orang, baik secara
individual, kelompok, keluarga, maupun masyarakat, dalam memecahkan rnasalah sosial yang
dihadapinya. Tanggung jawab inilah yang menjadi misi utama Pekerja Sosial. Misi utama Pekerja
Sosial bukan sekedar membantu pemecahan masalah, tetapi juga menciptakan kondisi-kondisi
kemasyarakatan pokok yang menunjang pencapaian tujuan itu. Hal tersebut dibutuhkan manusia
agar mampu mengarungi kehidupan secara fungsional dalam menghadapi perubahan sosial yang
cepat ini.” (Zastrow, 2004: 13).

Di samping itu, kesejahteraan sosial adalah sistem program suatu negara, manfaat, dan
layanan yang membantu orang, ekonomi, pendidikan, dan kebutuhan kesehatan yang mendasar
untuk pemeliharaan masyarakat. Reid (1995) menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai "ide,
bahwa ide menjadi salah satu dari masyarakat yang layak yang menyediakan kesempatan untuk
bekerja, memberikan keamanan yang wajar dari keinginan dan penyerangan, mengutamakan
kejujuran dan evaluasi berdasarkan pada jasa individu, dan ekonomi produktif dan stabilitas".
Bidang praktek dalam pekerjaan sosial termasuk anak-anak dan keluarga, lansia, disabilitas,
kesehatan, kesehatan mental, penyalahgunaan zat, sekolah, dan koreksional. Konteks lain untuk
praktek pekerjaan sosial adalah pekerjaan sosial pedesaan, polisi pekerjaan sosial, dan forensik
pekerjaan sosial.

Peran Pekerja Sosial Industri Pekerjaan Sosial Industri (PSI) dapat didefinisikan sebagai
lapangan praktik Pekerjaan Sosial yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan
kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metode
pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individu dan
lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini, PSI menangani beragam kebutuhan
individu dan keluarga, relasi dalam perusahaan, serta relasi lain yang lebih luas antara tempat kerja
dan masyarakat yang dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate
Social Responsibility (CSR). (Suharto, 2006; dalam Suharto 2009) Pekerja Sosial sebagai agen
perubahan yang bertugas mewujudkan keberfungsian sosial masyarakat agar terciptanya
kesejahteraan sosial memiliki peran-peran tersendiri dalam menjalankan praktiknya. Dalam dunia
industri, pekerja sosial memiliki tugas serta peranan tersendiri. Bidang tugas Pekerja Sosial yang
bekerja dalam dunia industry dijelaskan oleh Johnson (1984:263-264), sebagai berikut:

1. Kebijakan, perencanaan dan administrasi. Bidang ini umumnya tidak melibatkan pelayanan
sosial secara langsung. Sebagai contoh, perusahaan tidak melibatkan kebijakan untuk peningkatan
karir, pengadministrasian program-program tindakan afirmatif, pengkoordinasian program-
program jaminan sosial dan bantuan sosial bagi para pekerja, atau perencanaan kegiatan-kegiatan
sosial dalam departemen-departemen perusahaan.

2. Praktik langsung dengan individu, keluarga dan populasi khusus. Tugas Pekerja Sosial dalam
bidang ini meliputi intervensi krisis (crisis intervention), asesmen (penggalian) masalahmasalah
personal dan pelayanan rujukan, pemberian konseling bagi pecandu alkohol dan obatobatan
terlarangm pelayanan dan perawatan sosial bagi anak-anak pekerja dalam perusahaan atau
organisasi serikat kerja, dan pemberian konseling bagi pensiunan atau pekerja yang menjelang
pension.

3. Praktik yang mengkombinasikan pelayanan sosial langsung dan perumusan kebijakan sosial
bagi perusahaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan Pekerja Sosial industry dalam
perusahaan sangatlah luas cakupannya. Tidak hanya sekedar menangani dampak dari pemanfaatan
teknologi saja, tapi berbagai aspek seperti dampak dari meningkatnya jumlah karyawan, peran
Pekerja Sosial untuk menjawab isu pemberhentian karyawan dan pada saat perasaan tidak aman
timbul pada pegawai (declining mode), dan juga pada saat terjadi conflict of interest pada
karyawan seperti konflik karyawan dengan serikat kerja, dengan masyarakat lokal, dengan
pemerintah, maupun dengan lembaga swadaya masyarakat yang berhubungan dengan perusahaan.
Semua hal tersebut direalisasikan dalam bentuk pelayanan yang diberikan Pekerja Sosial industri.
Pekerja Sosial industri di Indonesia memiliki peran yang penting dalam memanusiawikan
dunia industri. Dengan banyaknya permasalahan dalam dunia industri di Indonesia, seperti jumlah
angkatan kerja yang besar namun kualitas kerja yang relative rendah, kesehatan dan keselamatan
kerja yang belum sepenuhnya diterapkan perusahaan, adanya isu gender, kebijakan yang tidak
mendukung, serta hal-hal lain yang mengganggu dan mengahambat kesejahteraan pekerja,
membuka lapangan atau bidang garapan bagi Pekerja Sosial industri. Hanya saja kesadaran
perusahaan dan stakeholder terkait yang berada dalam duni industry belum paham betul dan sadar
akan kebutuhan Pekerja Sosial industry di Indonesia. Oleh itu diperlukan lebih banyak penyebaran
informasi dan juga bukti nyata dari praktik Pekerja Sosial industry. Begitu pula dengan Pekerja
Sosial industry dan lembaga terkait yang memiliki andil dalam eksistensi dari peran Pekerja Sosial
industry. Perlu lebih banyak lagi sosialisasi dan penyajian data pasti mengenai Pekerja Sosial,
seperti dengan mengesahkan RUU mengenai Pekerja Sosial sebagai payung hukum sehingga
posisi Pekerja Sosial di Indonesia menjadi lebih diakui dan jelas bidang intervensinya, khusunya
Pekerja Sosial industri. Lulusan atau mereka yang memiliki dasar pendidikan pekerjaan sosialpun
diharapkan memiliki kompetensi yang cukup, diantaranya dengan mengikuti sertifikasi pekerjaan
sosial, untuk bekerja dalam sector yang menjadi garapan pekerjaan sosial dan tentunya harus
diiringi dengan rasa percaya diri dan bangga atas profesi Pekerja Sosial. Karena jika bukan dimulai
dari diri sendiri, siapa lagi yang akan memperkenalkan Pekerja Sosial di kancah nasional?

Perkembangan pekerja sosial di Indonesia berawal dari nilai gotong royong masyrakat
sebagai sistem pelayanan sosial. Gotong royong dianggap sebagai nilai paling dasar dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketika terjadi penjajahan Belanda, pemerintah Belanda
memandang pelayanan sosial hanya beruapa kegiatan amal, sehingga pelaksanaannya diserahkan
kepada badanbadan swasta misalnya Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Missi Katholik, dan
sebagainya. Pada masa penjajahan jepang, kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia semakin
memburuk, dan lembaga-lembaga pelayanan sosial yang sudah dibentuk tidak berjalan
sebagaimana mestinya . Pada masa kemerdekaan, sebagai pencerminan akan pentingnya
kesejahteraan sosial dan praktik pekerjaan sosial dalam bentuk pelayanan sosial, maka dibentuklah
Kementrian Sosial pada 19 agustus 1945. Pada masa ini, pelayanan sosial dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat. Sebelumnya pelayanan masyarakat dilakukan oleh masyrakat itu
sendiri dengan nilai gotong royong, kemudian beralih oleh swasta pada masa penjajahan Belanda,
dan setelah kemerdekaan hingga sekarang, pelayanan sosial dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat. Di Indonesia, kesejahteraan sosial dibahas dalam perundang-undangan.
Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi
masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang
dapat dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial
yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial
(UU No 11 Tahun 2009 pasal 1dan 2). Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembangunan nasional dimana pembangunan kesejahteraan sosial berperan aktif
dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Hal ini karena pada prinsipnya konstruksi
pembangunan kesejahteraan sosial terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk
memajukan kondisi kehidupan manusia melalui koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam
mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Apabila dilihat dari pengertiannya,
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan seseorang, keluarga atau
kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani,
rohani dan sosial) secara memadai dan wajar (Dinas Sosial Provinsi DIY, 2005). Berbagai
permasalahan kesejahteraan sosial yang muncul pada masyarakat Indonesia saat ini, meliputi :
menurunnya tingkat ekonomi, penyimpangan norma dan perilaku, meningkatnya masalah sosial,
menurunnya kualitas kesehatan, dan meningkatnya kriminalitas.

Sektor-sektor yang membutuhkan pekerja sosial antara lain untuk keperluan medis di
rumah sakit, industri, forensik di lembaga pemasyarakatan (LP) atau badan pemasyarakatan
(bapas), pekerja sosial klinis di Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Napza, pekerja sosial,
spesialis perlindungan anak serta spesialis manajemen bencana. Walaupun sebagian besar
masyarakat masih tidak mengetahui profesi pekerjaan sosial, namun keberadaan pekerja sosial kini
semakin dikuatkan dengan adanya sertifikasi kompetensi pekerja sosial dan tenaga kesejahteraan
sosial. Pemberian sertifikasi difasilitasi pemerintah melalui Lembaga Sertifikasi Pekerjaan Sosial
(LSPS) yang dapat menerbitkan lisensi. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) akan diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) yang akan memperkuat eksistensi
profesi pekerja sosial, sekaligus menjadi landasan kebutuhan pekerja sosial profesional di
Indonesia, yang digaji oleh pemerintah. Satu tahun terakhir ini, parlemen akan segera
mengesahkan undang-undang (act) tentang standard kompetensi pekerja sosial medis yang akan
memperkuat profesi tersebut. Kondisi eksistensi pekerja sosial di Indonesia dengan Malaysia
hampir mirip. Dilihat dari sejarah perkembangannya pun berdekatan, hanya berbeda beberapa
tahun. Namun, jika dilihat dari pekerja sosial medis di Malaysia sudah cukup berkembang, di
negaranya, dibandingkan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai