Anda di halaman 1dari 9

PENGATURAN PRAKTIK

PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DI INDONESIA


Herlina Astri
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI

Naskah diterima: 26 Agustus 2013


Naskah direvisi: 4 Oktober 2013
Naskah diterbitkan: 14 Desember 2013

Abstract: Professional Social Workers (Social Workers) in Indonesia is not widely demonstrated its role yet.
Besides not widely recognized as a professional profession who has specific standards, the institutional existence
of Social Workers also have not much seen. Social Workers in Indonesia have not received assurance of legal
protection in practice. This study uses literature study to examine further clarity on the legal protection of Social
Workers professional practice. It is very important to ensure the professionalism, effectiveness, and accountability
of social services provided.
Keywords: Social worker, legal basis, professional practice.

Abstrak: Profesi Pekerja Sosial (Peksos) profesional di Indonesia memang belum banyak menunjukkan
perannya. Selain belum dikenal secara luas sebagai profesi profesional yang memiliki standar khusus, eksistensi
Peksos secara kelembagaan juga belum banyak terlihat. Peksos di Indonesia belum mendapatkan jaminan
pelindungan hukum dalam praktiknya. Kajian ini menggunakan studi literatur untuk menelaah lebih jauh
kejelasan pelindungan hukum pada praktik Pekerja Sosial profesional. Hal ini sangat penting untuk menjamin
profesionalisme, efektivitas, dan akuntabilitas pelayanan sosial yang diberikan.
Kata kunci: Pekerja sosial, landasan hukum, praktik profesional.

Pendahuluan manusianya maupun lingkungan sosialnya.


Saat ini begitu banyak fenomena yang terjadi Di Indonesia profesi Peksos memang belum
di Indonesia. Salah satunya adalah fenomena banyak menunjukkan perannya. Selain belum
permasalahan sosial, seperti konflik di masyarakat, dikenal secara luas sebagai profesi profesional
tawuran pelajar, demo yang berujung anarkis, yang memiliki standar khusus, eksistensi Peksos
pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, secara kelembagaan juga belum banyak terlihat.
kekerasan terhadap anak, dan tingkat kesejahteraan Selama ini banyak orang yang bekerja mengaku
buruh yang minim. Permasalahan sosial yang berprofesi Peksos, namun ternyata tidak memiliki
semakin dinamis dan kompleks tersebut, menuntut latar belakang pendidikan pekerjaan sosial. Sebab
tangan-tangan terampil, baik melalui pendekatan salah satu standar sebuah pekerjaan dapat disebut
individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. profesi ada pendidikan yang melatarbelakanginya.
Ini harus dilakukan oleh para profesional yang Umumnya yang tidak memiliki latar belakang
memiliki basis pendidikan dan latar belakang pendidikan pekerjaan sosial tapi memberikan banyak
pengetahuan terhadap permasalahan sosial tersebut. kontribusi dalam pelayanan sosial akan disebut
Tujuannya untuk memudahkan semua orang Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS).
dengan hak yang sama untuk mengakses pelayanan Menteri Sosial, Salim Segaf Al-Jufri mengatakan
sosial dasar, terutama dalam pemerataan taraf bahwa Indonesia masih memerlukan tambahan 155
kesejahteraan dan kualitas hidup yang memadai. ribu Peksos.1 Saat ini memang hanya tersedia 15
Terkait dengan uraian di atas, Pekerja Sosial ribu orang  yang bertugas untuk menangani masalah
(Peksos) merupakan salah satu profesi yang dapat sosial dan bencana.2 Sementara itu di tahun 2012
dilibatkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut jumlah Peksos yang tersertifikasi diperkirakan
dengan semua keahlian yang dimiliki. Keahlian ini hanya ratusan orang saja.3 Para Peksos yang sudah
bukan dari sisi objeknya saja, tetapi juga melingkupi
1 Derizon Yazid, Indonesia kekurangan 155 ribu pekerja
semua sisi bagaimana permasalahan tersebut terjadi, sosial, Senin, 29 April 2013 04:05 WIB, http://www.
faktor apa saja yang menyebabkannya, dan lain- antaranews.com/berita/371827/indonesia-kekurangan-155-
lain. Keahlian seorang pekerja sosial sangat luas ribu-pekerja-sosial, diakses tanggal 13 Juli 2013.
untuk melakukan penelaahan masalah baik dari sisi 2
Ibid.
3
Ibid.

Herlina Astri, Pengaturan Praktik Pekerja Sosial Profesional | 155


mendedikasikan waktu, pikiran, dan tenaga, patut Sebagai sebuah aktivitas profesional, Zastrow
mendapat apresiasi dan peningkatan kesejahteraan (1999:24) mengemukakan bahwa pekerjaan sosial
hidup yang layak. Selama ini, Peksos di Indonesia didasari oleh kerangka pengetahuan (body of
belum mendapatkan jaminan untuk keamanan dan knowledge), kerangka nilai (body of value), dan
kesejahteraannya. Bahkan keberadaan dan peran kerangka keahlian (body of skill). Ketiga komponen
Peksos sering dianggap rendah akibat tidak adanya tersebut dibentuk dan dikembangkan secara eklektik
landasan hukum yang memayungi kegiatan mereka dari beberapa ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi,
di masyarakat.  antropologi, filsafat, politik, dan ekonomi. Ketiganya
Untuk mengatur para Peksos dalam berpraktik hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan
baik di dalam ruangan maupun di lapangan, pengalaman profesional. Pengetahuan-pengetahuan
diperlukan adanya payung hukum yang dapat dalam praktik pekerjaan sosial sangat dipengaruhi
mengatur kewajiban dan hak seorang Peksos dalam oleh nilai pribadi pekerja sosial, nilai profesi pekerjaan
bersikap dan bertindak. Termasuk di dalamnya sosial, nilai klien, dan nilai masyarakat.
terdapat kejelasan pelindungan yang diberikan dan Pekerja sosial sebagai pemberi bantuan
sanksi yang diperolehnya, saat melakukan praktik pelayanan sosial tentunya sudah harus paham tentang
pertolongan dalam masyarakat. Para Peksos di prosedur dalam melaksanakan praktik pekerjaan
Indonesia sangat membutuhkan legalitas dan sosial, metode-metode yang harus digunakan dan
pengakuan dari pemerintah akan keberadaannya. Hal yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah-
ini sangat penting untuk menjamin profesionalisme, masalah yang dihadapi oleh klien.
efektivitas, dan akuntabilitas pelayanan sosial yang Tan dan Envall (2000:5) mendefinisikan
diberikan. pekerjaan sosial, sebagai berikut:
Berdasarkan uraian tersebut, muncul sebuah Pekerjaan sosial merupakan cara untuk mendorong
pertanyaan “Bagaimana mengembangkan dan pemecahan masalah terkait dengan relasi
menguatkan profesi Peksos Profesional di Indonesia”. kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayaan dan
Sebab dengan mengembangkan dan menguatkan pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat.
Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan
profesi ini, diharapkan praktik Peksos Profesional
sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi
di Indonesia akan memiliki aturan dan payung
pada titik (atau situasi) di mana orang berinteraksi
hukum yang jelas dalam implementasinya. dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi
manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi
Konstruksi Disiplin Ilmu Pekerjaan Sosial pekerjaan sosial.
Disiplin ilmu pekerjaan sosial mengandung
bagian dari ilmu sosiologi dan psikologi. Secara Dalam pelaksanaan praktik pekerjaan sosial,
sosiologi, Peksos lebih banyak diarahkan untuk yaitu seorang Peksos harus berpegang teguh pada
mengkaji interaksi antarindividu, kelompok, prinsip dan kode etik yang menjadi landasan dalam
dan masyarakat. Ilmu sosiologi yang digunakan memberikan bantuan pelayanan kepada klien.
Peksos dibatasi untuk melakukan penelitian Beberapa prinsip pekerjaan sosial, yaitu:
dengan menunjukkan masalah-masalah sosial dan 1. Acceptance artinya seorang peksos harus
melakukan observasi ke masyarakat. Sedangkan menerima klien apa adanya, memahami
secara psikologi, Peksos dibatasi untuk terlibat jalan pikiran klien, nilai-nilai klien, berbagai
dengan diri klien dalam mempelajari faktor-faktor kebutuhan klien dan perasaan klien;
biologis dan faktor-faktor sosial yang berhubungan 2. Non-judgemental, artinya seorang peksos tidak
dengan pola perilaku klien sebagai seorang boleh berprasangka negatif terhadap klien,
individu. Dengan demikian, sebenarnya menjadi tidak boleh menilai klien dari sisi negatifnya,
seorang Peksos yang profesional harus mempunyai tapi melihat klien dari sisi strength based-nya;
wawasan dan pengetahuan yang luas tentang klien, 3. Individualization, artinya seorang pekerja
lingkungan sosial, dan pengetahuan tentang profesi sosial harus menyikapi dan mengapresiasi
Peksos itu sendiri. sifat dan tingkah laku klien yang unik. Karena
Menurut O.Connor, et.al (2003:1): setiap klien yang memiliki karakter sifat yang
Social work practice seeks to promote human berbeda antara klien yang satu dengan klien
well-being and to redress human suffering and yang lainnya;
injustice. Practitioners aim to mobilize the force 4. Self Determination, adalah memberikan
of the individual, community and state to address kebebasan mengambil keputusan oleh klien.
the process by which individual and groups are Penting bagi klien untuk memilih keputusan
marginalized or diminished in thei capacity to yang tepat menurut dirinya sendiri. Jadi peran
participate as citizen. pekerja sosial di sini memberikan pandangan,

156 | Aspirasi Vol. 4No. 2, Desember 2013


pendapat serta solusi yang terbaik. Namun manajemen krisis, informasi dan rujukan,
klienlah yang memutuskan apa yang terbaik integrasi pengungsi, pengembangan peringatan
bagi dirinya; dini masyarakat.
5. Genuine/congruence, artinya dalam hal ini 6. Pekerjaan sosial sekolah. Kegiatan yang
seorang peksos harus menjadi dirinya sendiri, dilakukan berupa: konseling penyesuaian
tidak menjadi pribadi yang dibuat-buat sekolah, manajemen perilaku pelajar, manajemen
serta tidak mementingkan diri pribadi saat tunjangan biaya pendidikan, pengorganisasian
melakukan praktik pekerjaan sosial; makan siang murid, peningkatan partisipasi
6. Mengontrol keterlibatan emosional, berarti keluarga dan masyarakat dalam pendidikan.
peksos mampu bersikap objektif dan netral. 7. Pekerjaan sosial industri. Kegiatan yang
Jadi seorang peksos dalam hal ini harus dilakukan berupa: program bantuan pegawai,
mengedepankan sikap empati dari sikap penanganan stres dan burn-out, penempatan
simpatinya, harus mampu mengontrol diri dan relokasi kerja, perencanaan pensiun,
dalam merespons klien, memahami keadaan tanggung jawab sosial perusahaan.
klien serta memandang respons klien sebagai
hal yang wajar dengan melihat situasi dan Profesi Pekerja Sosial Profesional
kondisi yang dihadapi klien; dan Sebelum mengenal lebih jauh tentang
7. Kerahasiaan (confidentiality), Peksos harus profesi Peksos, perlu dibedakan terlebih dahulu
menjaga kerahasiaan informasi seputar pemahaman tentang ‘kesejahteraan sosial’ dan
identitas, isi pembicaraan dengan klien, ‘pekerjaan sosial’. Dolgoof dan Feldstein (2007:4)
pendapat profesional lain atau catatan-catatan menyatakan bahwa, “Social welfare is all social
kasus mengenai diri klien. interventions intended to enhance or maintain the
social functioning of human beings. Social work
Ketujuh prinsip tersebut merupakan landasan
is a professional occupation that delivers social
sekaligus batasan pekerjaan sosial dalam melakukan
welfare services”. Dari pendapat ini terlihat jelas
intervensi dengan kliennya sesuai dengan setting
bahwa kesejahteraan sosial merupakan ilmu yang
yang ditemukan. Terkait dengan hal ini, Suharto
membidangi suatu pekerjaan, sedangkan pekerjaan
(2008:114) menyebutkan bahwa ada beberapa
sosial lebih terkait dengan profesi pekerjaan yang
setting pekerjaan sosial yang dapat diperhatikan
dilakukan.
dalam memberikan proses pertolongan kepada
Peksos merupakan profesi yang memberikan
klien, yaitu:
bantuan dan pelayanan kepada individu maupun
1. Keluarga dan pelayanan anak. Kegiatan
kelompok yang memiliki permasalahan. Fokus
yang dilakukan dapat berupa: penguatan
utamanya adalah semua aspek yang menyebabkan
keluarga, konseling keluarga, pemeliharaan
terjadinya permasalahan sosial dan memberikan
anak dan adopsi, perawatan harian, pencegahan
solusi yang kongkret untuk penyelesainnya.
penelantaran dan kekerasan dalam rumah
Peksos memiliki kode etik saat berpraktik baik
tangga.
dalam pelayanan sosial kepada individu kelompok,
2. Kesehatan dan rehabilitasi. Kegiatan yang
komunitas, maupun masyarakat. Praktik Peksos
dilakukan berupa: pendampingan pasien
meliputi micro (pekerja sosial melakukan
di rumah sakit, pengembangan kesehatan
praktik untuk menyelesaikan masalah individu
masyarakat, kesehatan mental, rehabilitasi
atau perorangan), mezzo (praktik pekerja sosial
vokasional, rehabilitasi pecandu obat dan
menyelesaikan masalah keluarga dan kelompok
alkohol, pendampingan ODHA, Harm
kecil lainnya), macro (pekerja sosial melakukan
Reduction Programmes.
praktik untuk menyelesaikan masalah kelompok
3. Pengembangan masyarakat. Kegiatan
yang lebih besar dan bekerja sama dengan organisasi
yang dilakukan berupa: perencanaan sosial,
atau komunitas untuk membuat perubahan sosial
pengorganisasian masyarakat, revitalisasi
dan kebijakan sosial).
ketetanggaan, perawatan lingkungan hidup,
Peksos profesional mendapat tantangan
ketahanan sosial, penguatan modal sosial dan
yang sangat besar, yaitu bagaimana menangani
ekonomi kecil.
dan menyelesaikan masalah sosial yang ada di
4. Pelindungan sosial. Kegiatan yang dilakukan
masyarakat dengan segenap keahlian, kemampuan
berupa: skema asuransi sosial, bantuan sosial,
dan pengetahuan yang dimiliki tentang pekerjaan
social fund, jaring pengaman sosial.
sosial. Salah satu lembaga pendidikan tinggi yang
5. Pelayanan kedaruratan. Kegiatan yang
telah menyelenggarakan pendidikan untuk calon-
dilakukan berupa: pengorganisasian bantuan,
calon Peksos profesional adalah Sekolah Tinggi

Herlina Astri, Pengaturan Praktik Pekerja Sosial Profesional | 157


Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Peksos 2. Sebagai pemungkin (enabler)
di Indonesia juga mempunyai lembaga-lembaga Peranan ini sering digunakan dalam profesi
yang menaungi serta melindunginya, seperti Ikatan Peksos sebab merupakan konsep awal dari
Pendidikan Pekerja Sosial Indonesia (IPPSI), Ikatan pemberdayaan. Peksos memfokuskan pada
Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI), kemampuan, kapasitas, dan kompeten si klien
Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial (LSPS), atau penerima pelayanan untuk menolong
Forum Komunikasi Mahasiswa Pekerjaan Sosial  dirinya sendiri. Peksos akan mengidentifikasi
Indonesia (FORKOMKASI), Badan Akreditasi  tujuan, memfasilitasi untuk berkomunikasi,
Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS), Ikatan  mengkohesifkan dan mensinergikan suatu
Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM), Ikatan Relawan hubungan, serta memberikan peluang untuk
Indonesia dan Konsorsium Pekerja Sosial Indonesia pemecahan masalah/menyelesaikan konflik.
(KPSI). 3. Sebagai penengah (mediator)
Peksos bertindak untuk mencari kesepakatan,
Peranan Pekerja Sosial Profesional meningkatkan rekonsiliasi berbagai perbedaan,
Peranan adalah sekumpulan kegiatan altruistis untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan,
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang dan untuk berintervensi pada bagian-bagian
telah dilakukan bersama antara penyedia dan yang sedang konflik, termasuk di dalamnya
penerima pelayanan (J.Marbun, 2011:154). Peranan membicarakan segala persoalan dengan cara
merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang kompromi dan persuasif. Peranan yang
untuk menggunakan kemampuannya dalam situasi dilakukan oleh pekerja sosial adalah membantu
tertentu. Dalam profesi Peksos profesional, peranan menyelesaikan konflik di antara dua sistem atau
ini tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan lebih, menyelesaikan pertikaian antara keluarga
peranan yang dilakukan oleh profesi lain sebagai dan klien/ penerima pelayanan, dan memperoleh
mitra kerja. hak-hak korban.
Selanjutnya J. Marbun (2011:154) menguraikan 4. Sebagai pembela (advocator)
beberapa variabel yang menentukan peranan Peksos Istilah advokat (pembela) memang berasal dari
profesional, yaitu: profesi hukum. Tetapi, peranan advokat dalam
1. Pendekatan dualistis dalam pekerjan sosial: pekerjaan sosial berbeda dengan advokat dalam
perubahan dan pengembangan personal, serta ranah hukum. Advokat pada ranah pekerjaan
perubahan dan pengembangan sebagai satu sosial dibatasi oleh kepentingan yang timbul
kesatuan. dari klien atau penerima pelayanan. Peksos
2. Fungsi-fungsi praktik pekerjaan sosial akan menjadi juru bicara, memaparkan
yang saling berkaitan: pencegahan dengan dan berargumentasi tentang masalah klien
mengembangkan penelitian, analisis, penyusunan atau penerima pelayanan apabila diperlukan,
dan pengembangan kebijakan, program dan membela kepentingan korban untuk menjamin
pelayanan kesejahteraan sosial. sistem sumber, memberikan pelayanan yang
dibutuhkan, atau merubah kebijakan sistem
Peranan yang dilakukan oleh Peksos
yang tidak responsif terhadap kepentingan
profesional dalam masyarakat/badan/lembaga/panti
korban.
sosial akan sangat bervariasi. Hal ini tergantung
5. Sebagai perunding (conferee)
pada permasalahan sosial yang sedang ditangani.
Peranan ini termasuk di dalamnya eksplorasi
Situasi yang dialami para Peksos profesional
dan pengertian yang jelas tentang masalah,
tersebut, dipertegas oleh pernyataan Bradford W.
menghubungkan dan menekankan asesmen yang
Sheafor dan Charles R. Horejsi (2003:55) bahwa
merupakan satu kesatuan masalah, merancang
peranan yang akan dilakukan seorang Peksos
tujuan untuk mengurangi tekanan, membuat
profesional sangat beragam, antara lain:
strategi alternatif yang umum, evaluasi hasil,
1. Sebagai perantara (broker)
implementasi strategi dan terminasi atau
Peksos bertindak di antara klien atau penerima
pengakhiran pelayanan. Keterampilan yang
pelayanan dengan sistem sumber (bantuan
diperlukan pada peranan perunding adalah
materi dan non materi tentang pelayanan)
keterampilan umum yang digunakan dalam
yang ada di badan/lembaga/panti sosial.
praktik pekerjaan sosial seperti keterampilan
Selain sebagai perantara Peksos juga berupaya
mendengarkan, probing, penguatan/refleksi,
membentuk jaringan kerja dengan organisasi
dan lain-lain.
pelayanan sosial untuk mengontrol kualitas
pelayanan sosial tersebut.

158 | Aspirasi Vol. 4No. 2, Desember 2013


6. Sebagai pelindung (guardian) memiliki misi dan visi, baik untuk kepentingan
Profesi Peksos dapat melindungi klien atau perorangan maupun kepentingan kelompok atau
penerima pelayanan, dan orang yang berisiko masyarakat.
tinggi terhadap kehidupan sosial. Dengan Menjadi seorang Peksos profesional harus
demikian klien atau penerima pelayanan memahami seluruh subsistem dalam sistem
akan merasa nyaman untuk mengutarakan kesejahteraan sosial secara menyeluruh, agar
masalahnya, melepaskan beban pikirannya, dan dapat melaksanakan peran sesuai dengan tanggung
sebagainya. jawabnya. Peksos profesional harus memiliki suatu
7. Sebagai fasilitator (facilitator) kerangka kerja yang dapat diaplikasikan untuk
Fasilitator bertugas untuk membantu klien membimbing pemahaman maupun aksi responsif
atau penerima pelayanan untuk berpartisipasi, terhadap keanekaragaman masalah-masalah sosial.
berkontribusi, terlibat dalam keahlian baru, dan Kemampuan untuk memiliki respons positif ini
merumuskan kesepatakan yang telah dicapai merupakan tuntutan logis yang harus dipenuhi
bersama (Parson, et al. 1994:12). Peksos oleh seorang Peksos profesional. Kemampuan
memberikan pelayanan sosial sesuai dengan untuk memiliki respons positif inilah yang disebut
kebutuhan dan masalah yang dihadapi klien dengan kompetensi pokok bagi Peksos profesional
atau penerima pelayanan. Hal ini bertujuan agar dalam menjalankan praktik pertolongannya.
klien atau penerima pelayanan dapat berpikir Namun demikian, ternyata sampai saat ini
dengan baik mengenai apa yang dibutuhkan Indonesia memang belum mempunyai undang-
selama proses intervensi dilakukan. undang yang menjadi payung hukum bagi praktik
8. Sebagai inisiator (initiator) Peksos profesional tersebut. Undang-undang ini
Menurut Zastrow, inisiator merupakan peranan sangat dibutuhkan untuk mengatur pelaksanaan
yang memberikan perhatian pada masalah tugas dan fungsi Peksos profesional. Termasuk di
atau hal-hal yang berpotensi untuk menjadi dalamnya mengatur kewajiban lembaga-lembaga
masalah (2000:75). Oleh karena itu Peksos pelayanan sosial, baik milik pemerintah maupun
yang berperan sebagai inisiator harus berupaya swasta untuk mempekerjakan Peksos profesional
memberikan perhatian pada isu-isu yang sesuai dengan besarnya beban kasus yang dihadapi.
dialami klien atau penerima pelayanan. Peksos Peksos profesional membutuhkan undang-undang
harus mampu menyadarkan badan/lembaga/ untuk melindunginya dalam berpraktik melaksanakan
panti sosial dan masyarakat setempat akan peranan-peranan pada setting pekerjaan sosial yang
masalah dan kebutuhan-kebutuhan klien atau berbeda-beda.
penerima pelayanan. Akibatnya, selama ini Peksos profesional di
9. Sebagai negosiator (negotiator) Indonesia mayoritas belum mendapatkan pengakuan
Peranan ini banyak dilakukan pada klien atau akan posisinya, baik di masyarakat maupun lembaga-
penerima pelayanan yang mengalami konflik lembaga pelayanan sosial pemerintah dan swasta.
dan membutuhkan penyelesaian masalah Holil Soelaiman (2011:32) mengungkapkan bahwa:
dengan cara kompromi. Tujuannya agar tercapai Yang ada adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
kesepakatan yang menguntungkan antarkedua berperan sebagai penyuluh sosial di masyarakat atau
belah pihak sehingga dapat digunakan untuk sebagai pejabat fungsional pekerja sosial di lembaga-
memecahkan masalah yang dihadapi klien atau lembaga pelayanan sosial, yang menjalankan
tugas dan fungsi administrasi pemerintahan dan
penerima pelayanan. Namun demikian, posisi
pembangunan di bidang kesejahteraan sosial.
inisiator hanya berada di salah satu pihak yang
berkonflik, berbeda dengan posisi mediator Kondisi tersebut semakin membuat masyarakat
yang harus netral antarkedua belah pihak. tidak mengenal sosok, peran, dan kinerja Peksos
profesional, sebagai suatu hal yang mudah dibedakan
Pekerja Sosial Profesional domain profesionalnya dari domain profesi lainnya.
Awalnya pekerjaan sosial merupakan kegiatan Secara awam masyarakat di Indonesia
philantropis dan charity work (pekerjaan tanpa memahami Peksos sebagai profesi yang melakukan
pamrih dengan pola atas belas kasihan). Dalam pekerjaan amal atau pekerjaan kemanusiaan. Sebab
perkembangannya, para penggiat Peksos profesional selama ini, kebijakan dan orientasi pendidikan
di Inggris berupaya mengembangkan eksistensi peksos peksos di Indonesia memang tidak berupaya untuk
dengan menyusun metode yang sistematis dan terukur. mengenalkan eksistensi Peksos kepada masyarakat.
Hal ini berdampak positif pada pelaksanaan praktik Status Peksos hanya diperuntukkan bagi Pegawai
peksos profesional karena proses pemberian bantuan Negeri Sipil (PNS) atau tenaga kontrak yang
dapat dilakukan secara terorganisir, terkoordinir, bekerja di panti-panti sosial, yang berada di bawah

Herlina Astri, Pengaturan Praktik Pekerja Sosial Profesional | 159


naungan Kementerian Sosial. Dengan demikian Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial (LSPS), dan
pola pikir masyarakat tidak berubah mengikuti memiliki surat izin untuk melakukan praktik dan
perkembangan yang terjadi dalam dunia Peksos. menjalankan tugasnya. Peksos profesional harus
Hal ini juga semakin diperparah dengan kondisi memiliki fokus kerja terhadap interaksi manusia dan
dimana para Peksos yang berstatus PNS justru memiliki etos kerja yang tinggi dalam memberikan
mengerjakan pekerjaan administrasi pemerintahan pelayanan kepada semua pihak. Hal ini bertujuan
saja. untuk menyadarkan masyarakat agar menguatkan dan
Orientasi pendidikan di Indonesia juga lebih meningkatkan peran pentingnya dalam mewujudkan
banyak diarahkan pada pemberian pengetahuan komitmen kesejahteraan sosial.
untuk mengejar kualifikasi dan ijazah, bukan untuk Dalam melaksanakan proses pertolongan
meningkatkan penguasaan keahlian mengerjakan kepada klien atau penerima pelayanan, banyak
tugas dan fungsi profesinya. Ini pun menjadi salah peran Peksos profesional yang harus dilakukan.
satu penyebab masyarakat tidak mengenal dan Beberapa peran tersebut tidak dapat berdiri sendiri,
mengetahui perkembangan Peksos di Indonesia. terkadang untuk satu kasus pertolongan seorang
Selain itu Indonesia juga belum memiliki undang- Peksos profesional harus menggabungkan beberapa
undang yang mengatur praktik Peksos profesional peranan. Fokus utamanya adalah meningkatkan
dalam masyarakat. keberfungsian sosial (social functioning) melalui
Secara yuridis, sosok Peksos profesional intervensi yang berkesinambungan. Keberfungsian
telah dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor sosial merupakan resultan dari interaksi individu
11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. dengan berbagai sistem sosial di masyarakat,
Disebutkan pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 seperti sistem pendidikan, sistem keagamaan,
Ayat (1) bahwa: sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan
Pekerja sosial profesional adalah seseorang yang sosial dan seterusnya.
bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun
swasta yang memiliki kompetensi dan profesi Kebutuhan akan Kebijakan Pengaturan Praktik
pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan Pekerja Sosial Profesional
sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, Meninjau Undang-Undang Nomor 11 Tahun
dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, ternyata belum
untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial. ada pasal yang mengatur tentang kedudukan,
tugas dan fungsi Peksos profesional. Pada Pasal
Namun demikian, kriteria Peksos profesional 33 hanya menerangkan mengenai jenis Sumber
yang disebutkan dalam UU tersebut masih Daya Manusia (SDM) kesejahteraan sosial dan
menimbulkan banyak kontroversi tersendiri. Pasal 34 hanya mencantumkan tentang pendidikan,
Di satu sisi tersirat bahwa semua orang yang pelatihan promosi, tunjangan dan penghargaan.
memiliki perhatian dan memberikan kontribusi Holil Soelaiman (2011:30) menyebutkan bahwa
terhadap masalah-masalah sosial dapat diakui inilah yang menjadi acuan utama perlu dibuatnya
sebagai Peksos profesional, meskipun tidak berlatar undang-undang khusus terkait profesi Peksos
belakang pendidikan pekerjaan sosial. Sedangkan profesional, yang akan mengatur tentang:
di sisi lainnya, harus diakui bahwa negara mulai a. Siapa yang disebut sebagai Peksos profesional;
memberikan perhatian dan mengakui eksistensi b. Bagaimana persyaratan rekrutmen dilakukan;
Peksos profesional. c. Bagaimana kualifikasi dan jenjang pendidikannya;
Sesungguhnya untuk dapat diakui sebagai d. Bagaimana kedudukan, tugas dan fungsinya;
Peksos profesional, seseorang harus memiliki e. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban
latar belakang pendidikan pekerjaan sosial seorang Peksos profesional; serta
dan memperoleh sertifikat dari badan penguji f. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban
kompetensi keahlian pekerjaan sosial.  Kompetensi lembaga-lembaga pelayanan sosial yang
ini akan membedakan Peksos profesional dengan menggunakan Peksos profesional sesuai dengan
tenaga sosial atau Peksos lain yang tidak memiliki beban kerjanya (jenis dan jumlah klien atau
latar belakang pendidikan pekerjaan sosial. Salah penerima pelayanan), dan sebagainya.
satu pencapaian yang diharapkan tentunya untuk
mendorong Peksos profesional agar memiliki standar Beberapa poin tersebut merupakan garis besar
praktik dalam keahliannya di lapangan. pekerjaan sosial, yang menunjukkan bahwa memang
Peksos profesional dituntut memiliki pengetahuan diperlukan aturan yang tegas untuk menjamin
dan keterampilan tentang pekerjaan sosial, lulus secara optimal pelaksanaan praktik pekerjaan sosial.
sertifikasi Peksos sosial yang diselenggarakan oleh Pembentukan Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial

160 | Aspirasi Vol. 4No. 2, Desember 2013


Indonesia (LSPSI) dan Badan Akreditasi Lembaga Ini diarahkan untuk mengembangkan standar yang
Kesejahteraan Sosial (BALKS) ditempuh untuk khas dari profesi Peksos profesional.
menjadi pengendali praktik Peksos profesional di
Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mendukung Pengembangan dan Penerbitan Literatur
perkembangan lembaga pelayanan kesejahteraan Pekerjaan Sosial
sosial untuk menjalankan fungsinya secara baik. Dalam mengembangkan dan menerbitkan
literatur-literatur pekerjaan sosial di Indonesia, tidak
Reorganisasi Sistem Pendidikan Pekerjaan jarang mengalami benturan-benturan dengan nilai
Sosial dan norma sosial-budaya masing-masing daerah.
Pendidikan pekerjaan sosial juga menghadapi Oleh karena itu, Thomson (2005:72) menyarankan
tantangan yang sangat besar, khususnya terkait tiga cara untuk menyelaraskan teori atau bagian
dengan standar kurikulum pendidikannya. Hal ini dari teori yang cocok untuk kepentingan praktik
menyebabkan beberapa lembaga pendidikan yang pekerjaan sosial. Ketiga cara tersebut, yaitu:
menyelenggarakan pendidikan pekerjaan sosial a. Select; pengetahuan tidak dapat digunakan
tidak seragam. Jika dilihat dari animo peserta didik, seluruhnya, sehingga harus dipilah, dipilih, dan
ternyata tidak terlalu banyak yang mendaftarkan diri ditentukan, aspek-aspek pengetahuan dasar yang
di lembaga-lembaga pendidikan pekerjaan sosial. diperlukan sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Barangkali penyebabnya adalah sosialisasi yang b. Integrate; cara ini digunakan pada dua
kurang sehingga informasi mengenai pekerjaan sosial level, yaitu: pertama, adanya perbedaan
memang sedikit sekali diterima oleh masyarakat. untaian pengetahuan yang dibutuhkan untuk
Selain itu kesiapan SDM, sarana dan prasarana diintegrasikan (misalnya: psikologi, sosiologi,
pendidikannya, juga masih sangat minim. Menurut dan filsafat ilmu), sehingga terkait satu
Holil Soelaiman (2011:22) lembaga pendidikan sama lain. Kedua, adanya kebutuhan untuk
pekerjaan sosial di Indonesia umumnya kurang mengintegrasikan antara teori dan praktik,
memiliki tenaga pendidik dan pembimbing praktik untuk menjamin bahwa pengetahuan formal
lapangan, yang memiliki kemampuan akademik diadaptasi untuk disesuaikan dengan situasi
dan keahlian praktik yang andal. Padahal kesiapan khusus yang sedang dilakukan. Di sini teori
SDM memegang peranan yang sangat penting untuk perlu disesuaikan untuk langkah atau tindakan
menghasilkan para Peksos profesional. Sarana dan yang akan dilakukan.
prasana pendukung pendidikan pekerjaan sosial c. Reflect; penggunaan pengetahuan tidak
juga banyak yang belum terpenuhi. Untuk lembaga cukup sederhana sehingga membutuhkan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan untuk dibayangkan pada tindakan dan
pekerjaan sosial umumnya hanya menyediakan akibat-akibatnya. Hal ini akan sangat baik
ruang kelas saja, tanpa didukung oleh laboratorium untuk belajar menyesuaikan rencana proses
lapangan. Padahal laboratorium lapangan sangat pertolongan pada klien atau penerima
dibutuhkan untuk mempraktikkan teknik-teknik pelayanan secara selaras dan serasi.
dalam proses pertolongan klien atau penerima
Melalui ketiga cara tersebut diharapkan
pelayanan. Hal ini juga masih menjadi salah satu
profesi Peksos profesional di Indonesia mampu
kendala dalam pengembangan kerangka kerja
mengembangkan dan memperbanyak literatur
praktik Peksos profesional.
pekerjaan sosial diperuntukkan khusus bagi proses
Saat ini baru terdapat 37 perguruan tinggi
pertolongan di Indonesia. Beberapa literatur
yang menyelenggarakan program studi Pekerjaan
pekerjaan sosial juga masih berasal dari penulis luar,
Sosial/Kesejahteraan Sosial, baik yang dimiliki
yang belum disesuaikan dengan kondisi sosial-budaya
pemerintah maupun swasta yang diikat dalam
Indonesia. Padahal, dalam memberikan pelayanan
Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial (IPPSI). Untuk
sosial harus disesuaikan dengan kondisi sosial-budaya
ke depannya program pendidikan pekerjaan sosial
masyarakat setempat. Ini sangat penting agar tidak
agar dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga pada
melanggar nilai dan norma yang dianut oleh klien
program S2 dan S3-nya dapat menerima calon
atau penerima pelayanan. Dengan memahami kondisi
peserta didik dari S1 yang bukan hanya berasal dari
sosial-budaya setempat akan memudahkan Peksos
lulusan pekerjaan sosial, tetapi bidang ilmu lainnya
profesional diterima dan diakui oleh masyarakat.
yang masih dalam satu rumpun ilmu sosial. Selain
Praktik pekerjaan sosial yang dilakukan oleh Peksos
itu program pendidikan Peksos profesional juga
profesional di Indonesia tentu harus menggunakan
harus meningkatkan porsi praktik lapangan sampai
dan mengembangkan teori dalam kerangka nilai, etik,
dengan 30% dari jumlah SKS untuk masing-masing
dan budaya Indonesia.
program pendidikan (Holil Soelaiman, 2011:34).

Herlina Astri, Pengaturan Praktik Pekerja Sosial Profesional | 161


Kompetisi dengan Pekerja Sosial Asing (legalitas) bagi profesi Peksos profesional dalam
Tidak ada yang salah dengan sebuah kompetisi melaksanakan praktiknya, serta meningkatkan
di dalam dunia kerja, salah satu contoh adalah kinerja dan standar pelayanan Pekerjaan Sosial
kompetisi yang dihadapi Peksos Indonesia dengan dalam menangani permasalahan sosial di Indonesia.
datangnya Peksos Asing. Persaingan dalam era Dengan adanya perundang-undangan yang mengatur
globalisasi sebaiknya tidak menyingkirkan Peksos tentang praktik Peksos, aktivitas praktik Pekerjaan
Indonesia dan menggantinya dengan Peksos Asing. Sosial dapat lebih memaksimalkan keberhasilan
Namun kenyataan yang terjadi saat ini memang lebih program Pembangunanan Kesejahteraan Sosial
banyak Peksos Asing yang bekerja di Indonesia, sebagaimana yang dimanatkan pada pembukaan
dibandingkan dengan Peksos Indonesia sendiri. UUD 1945.
Banyak hal yang tertinggal baik dari segi kompetensi,
kualifikasi, maupun pelindungan hukum yang jelas. Saran
Semestinya mulai dipikirkan untuk mencari solusi Dari beberapa penjelasan yang telah
yang tepat dalam menjawab persoalan ini. disampaikan mengenai kebutuhan legalitas praktik
Sekali lagi dimunculkan bahwa memang Peksos professional di Indonesia, maka ada
praktik Peksos di Indonesia tidak memiliki aturan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan
main yang jelas. Kualifikasi dan kompetensinya untuk segera merumuskan Undang-Undang
pun masih jauh tertinggal jika dibandingkan tersebut, yaitu pertama, sebagian besar Peksos
dengan Peksos Asing. Dengan demikian tuntutan profesional tergabung dalam IPSPI, yang bekerja
untuk mengembangkan dan menguatkan Peksos baik di di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
di Indonesia harus terus dilakukan. Baik itu dalam Nasional maupun Internasional, di instansi
penegasan peraturan hukumnya, maupun tahapan- pemerintah, di lembaga pelayanan sosial baik
tahapan yang harus dilakukan untuk meningkatkan milik pemerintah maupun masyarakat (swasta).
kualifikasi dan kompetensi Peksos itu sendiri. Kondisi ini menunjukkan perlunya diseragamkan
aturan praktik Peksos profesional, untuk menjamin
Simpulan terpenuhinya kebutuhan klien atau penerima
Banyak pilar penting yang telah dibangun layanan yang sebaik-baiknya. Dengan demikian,
untuk mengembangkan praktik Pekerjaan Sosial di pengaturan praktik Peksos profesional dapat
Indonesia. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang memberikan kejelasan hak, kewajiban, dan sanksi,
Kesejahteraan Sosial, menjadi panduan utama untuk Peksos, klien atau penerima pelayanan,
dalam penciptaan kerangka sistem kesejahteraan dan lembaga-lembaga pelayanan sosial. Undang-
sosial di Indonesia. Sistem kesejahteraan sosial, undang tersebut sangat diperlukan sebagai legal
sebagaimana terkandung dalam UU No. 11 Tahun substance dalam melakukan aktivitas praktik
2009 ini merupakan arah sistematis dalam mencapai pekerjaan sosial di Indonesia
kondisi yang akan dituju. Kedua, permasalahan sosial yang makin
Dikaitkan dengan praktik Peksos profesional kompleks dan meningkat jumlahnya, menuntut
sebagai profesi terdepan dalam pelayanan dan tersedianya SDM (Sumber Daya Manusia) yang
pertolongan sosial, maka Undang-Undang berfungsi kompeten untuk meningkatkan keberdayaan
untuk mengatur para Peksos profesional dalam dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi
melaksanakan praktik pelayanannya sehingga individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
tercapai keseimbangan sesuai dengan asas dan Dalam implementasinya, proses tersebut
prinsip bernegara. Sebagai ujung tombak dan memerlukan standar praktik sebagai payung
profesi terdepan dalam pelaksanaan pembangunan hukum bagi para Peksos profesional dalam
kesejahteraan sosial, Peksos di Indonesia belum mempraktikan proses pertolongannya. Dengan
memenuhi tujuan yang diharapkan. Selain masih demikian, hal itu akan mampu meminimalisir
mengalami kendala dalam mengatur kualifikasi dan malpraktik Peksos profesional dan melindungi hak-
meningkatkan kompetensinya, Peksos di Indonesia hak klien atau penerima pelayanan.
juga belum memiliki payung hukum yang kuat Ketiga, penyelenggaraan kesejahteraan sosial
untuk mengimplementasikan praktik pertolongan. yang diamanatkan UU Nomor 11 Tahun 2009
Hal ini bukan ditujukan sebagai eksklusivitas tentang Kesejahteraan Sosial, belum mengatur
profesi tertentu, namun lebih kepada upaya untuk standar praktik Peksos profesional di Indonesia.
memajukan profesi Peksos profesional agar sejajar Oleh karena itu dibutuhkan Undang-Undang yang
atau bahkan lebih maju dari profesi lainnya. dapat mengakomodir kebutuhan terhadap standar
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi, praktik Peksos
tersebut, sangat diperlukan pedoman formal profesional di Indonesia.

162 | Aspirasi Vol. 4No. 2, Desember 2013


Keempat, makin banyaknya jumlah Pekerja DAFTAR PUSTAKA
Sosial Asing (dari luar Indonesia) yang melakukan
praktik di Indonesia berdampak pada perlunya
menetapkan peraturan perundang-undangan
praktik profesi Peksos profesional di Indonesia. Buku
Aturan dibutuhkan agar dapat mengatur standar Dolgoff, Ralph & Feldstein, Donal. 2007. Understanding
praktik, hak, kewajiban, dan kompetensi Peksos Social Welfare: A Search for Social Justice. Boston:
agar Peksos di Indonesia mendapatkan hak dan Pearson.
kewenangan maksimal, serta tidak ‘tersingkir’ oleh Marbun, J. 2011. Strategi Pekerjaan Sosial dalam
kehadiran Pekerja Sosial Asing. Hal ini tentu saja Penanganan Masalah Kontemporer. Bagian dari
sekaligus akan melindungi para Peksos yang lahir buku “Pekerjaan Sosial di Indonesia: Sejarah
dari negeri sendiri. dan Dinamika Perkembangannya.” Yogyakarta:
Samudra Biru.
O’Connor, Ian, et.al. 2003. Social Work and Social Care
Practice. London: Sage Publication.
Parsons, J. Ruth., Jorgensen James D., Hernandez,
Santos H. 1994. The Integration of Social Work
Practice. Pacific Grove: Broke/Cole.
Sheafor, Bradford W., & Horejsi, Charles R. 2003.
Techniques and Guideline for Social Work Practice.
Boston: Allyn & Bacon.
Soelaiman, Holil. 2011. Praktik dan Pendidikan
Pekerjaan Sosial (Sejarah dan Masa Depan).
Bagian dari buku “Pekerjaan Sosial di Indonesia:
Sejarah dan Dinamika Perkembangannya.”
Yogyakarta: Samudra Biru.
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan
Publik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial
dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara
Kesejahteraan (Welfare State) di Indonesia. Bandung:
CV. Alfabeta.
Tan, Ngoh-Tiong & Envall, Ellis. 2000. Sosial Work:
Challenges in the New Millenium. Switzerland:
IFSW Press.
Zastrow, Charles H. 1999. The Practice of Social Work.
Pacific Grove: Brooks/Cole.

Internet
Derizon Yazid. Indonesia Kekurangan 155 Ribu Pekerja
Sosial http://www.antaranews.com/berita/371827/
indonesia-kekurangan-155-ribu-pekerja-sosial,
diakses tanggal 13 Juli 2013.

Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial

Herlina Astri, Pengaturan Praktik Pekerja Sosial Profesional | 163

Anda mungkin juga menyukai