Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kemalasan

Zaques (2008) menyatakan rasa malas diartikan sebagai keengganan

seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia

lakukan. Beberapa hal yang termasuk rasa malas diantaranya menolak tugas,

tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan

diri dari kewajiban, dan lain-lain. Kemalasan berarti tidak mengerjakan

sesuatu, kemalasan merupakan penghalang utama dari semua aktivitas

manusia individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan harus bisa memelihara

keseimbangan dan semua inderanya. Sifat malas merupakan bagian dari

bentuk-bentuk pikiran yang menghalangi timbulnya pengetahuan dalam

meningkatkan kualitas batin manusia. (Thursan, 2015).

Malas berbeda dengan lamban. Anak lamban masih memiliki kemauan

untuk melakukan sesuatu walaupun lama dalam prosesnya sedangkan anak

malas cendurung menunjukan tidak adanya kemauan. (Aziz,2016). Rasa malas

juga dapat berupa menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan,

suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban. Kemalasan dari anak

remaja adalah sebuah bentukan. Artinya perilaku itu dibentuk kembali

menjadi baik atau tidak malas.

10
11

Pembentukan kembali perilaku seseorang tadi sebetulnya sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bisa orang tua, teman, atau orang lain

sekitarnya. Jadi dalam merubah perilaku seseorang yang paling mendasar

adalah merubah persepsi dari orang tersebut. (Khudori, 2015).

Namun rasa malas berbeda dengan lamban. Anak lamban masih

memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu dalam proses belajarnya

sedangkan anak malas cenderung menunjukan tidak adanya kemauan.

Musbikin (2009) menyatakan bahwa malas belajar timbul dari beberapa sebab

yaitu faktor diri sendiri (intrinsik) dan faktor luar diri (ekstrensik). Rasa malas

yang timbul dalam diri anak dapat disebabkan oleh tidak adanya motivasi diri.

Selain itu kelelahan dalam beraktifitas dapat berakibat menurunnya kekuatan

fisik dan melemahnya kondisi psikis. Faktor dari luar anak (ekstrensik) atau

faktor eksternal disebabkan karena tidak adanya dukungan dari orang tua,

faktor kemisikinan, lingkungan yang tidak nyaman, dan fasilitas yang tidak

mendukung.

Kemalasan belajar adalah sikap seseorang yang cenderung enggan

untuk menerima, mempelajari hal-hal baru untuk dapat merubah sebuah

tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Kemalasan harus disembuhkan dengan cara-cara terntentu. Hal ini menuntut

pengajar memahami penyebab, sekaligus mencari solusi dari problema

tersebut. Dalam penelitian ini kemudian membahas kemalasan belajar berserta

faktor penyebabnya, khususnya pada usia remaja. (Rahmah, 2010 : 2)


12

2. Pengertian Pekerja Sosial

Pada dasar tidak ada definisi pekerja sosial atau perkerjaan sosial

(social work) yang baku, karena istilah pekerja sosial ini sangat berkaitan erat

dengan waktu, tempat, situasi, sudut pandang, atau perkembangan masyarakat

yang selalu berubah. Selain itu pekerja sosial merupakan profesi yang tidak

begitu dikenal karena istilah yang dipakai tidak spesifik dan juga pekerja

sosial biasanya menyangkut pekerjaan yang dilakukan dengan sukarela, tidak

dibayar, sehingga muncul kesan tidak profesioal. Pekerja sosial sendiri

merupakan orang yang membantu memecahkan persoalan kelompok untuk

keluar dari kesulitan yang dihadapi. (Miftachul, 2009).

Profesi ini memberikan pertolongan pelayanan sosial kepada individu,

kelompok dan masyarakat dalam upaya peningkatan kefungsian sosial dan

membantu memecahkan masalah-masalah sosial maka dapat disebut pekerjaan

sosial. Menurut morales (1982) pekerjaan sosial merupakan aktivitas yang

direncanakan untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut interaksi

orang dengan lingkungan sosialnya. Bertujuan untuk membantu orang atau

institusi sosial agar dengan interaksi sosial tersebut ia dapat menjalankan

tugas-tugas kehidupan dan fungsi sosialnya dengan lebih baik. (Haryanto

2010). Pengertian pekerja sosial yang dikemukakan oleh Charles Zastrow

dalam bukunya Social Problem, Service, and Current Issues (1982:12),

sebagai berikut:“Social work is the profesional activity of helping

individuals,groups, or communities to enhance or restore their capacity for

social functioning and to create societal conditions favorable to their goals.”


13

Yang arti dari pengertian di atas ialah Pekerjaan sosial adalah aktivitas

profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna

meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan

menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.Dari

pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus bisa menciptaan kondisi

masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga setiap keberfungsian

elemennya yang menjadi berbagai peran yang ada di dalam masyarakat,

menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif dengan relasirelasi yang ada

didalamnya untuk bisa memberikan ketertarikan di antara para pemegang

peran tersebut. (Huraerah 2008: 153).

Pengertian pekerja sosial menurut UU No. 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial ialah :

1) Pekerja sosial profesional didefinisikan sebagai yang bekerja, baik di

lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan

profesi pekerjaan sosial, kepedulian, dalam pekerjaan sosial yang

diperoleh pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman praktik pekerjaan

sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penangan

masalah sosial.

2) Pekerja sosial adalah suatu profesi yang membantu seseorang untuk

meningkatkan keberfungsiannya sebagai makhluk sosial.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pekerja sosial adalah

orang-orang yang memiliki keahlian di bidang pekerjaan sosial yang tugas

utamanya adalah menolong individu, keluarga, kelompok dan masyarakat


14

untuk meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial

dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai

tujuan tersebut. Pekerja sosial dipandang sebagai bidang keahlian (profesi),

yang berarti memiliki landasan keilmuan dan seni dalam praktik. Pekerja

sosial profesional dalam perlindungan anak adalah sesorang yang bekerja baik

dilembaga pemerintahan atau swasta yang memiliki kompetensi dan profesi

pekerjaan sosial serta kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh

melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk

melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial anak. (Riskar,

2017)

Peran pekerja sosial yang dapat dilakukan dalam intervensi pekerjaan

sosial sebagaimana dikemukakan oleh Bradford W. dan Charles R. dalam

Santoso (2015:89), yaitu sebagi berikut:

1) Peran sebagai Perantara ialah peran pekerja sosial bertindak diantara

klien atau penerima layanan dengan sistem sumber yang ada di badan

atau Lembaga pelayanan.

2) Peran sebagai Pendorong ialah peran ini paling sering digunakan

kerena peran ini dipahami oleh konsep pemberdayaan dan difokuskan

pada kemampuan, kapasitas dan kompetensi klien untuk menolong

dirinya sendiri.

3) Peran sebagai Perunding ialah peran yang diasumsikan ketika pekerja

sosial dan klien mulai bekerja sama.


15

4) Peran sebagai Penghubung ialah pekerja sosial bertindak untuk

mencapai kesepakatan yang memuaskan dan untuk berintervensi pada

bagian-bagian yang sedang konflik, termasuk didalamnya

membicarakan segala persoalan dengan cara kompromi dan

persuasive.

5) Peran sebagai Pelindung ialah profesi Pekerja Sosial dapat mengambil

peran melindungi klien dan orang-orang agar nyaman mengutarakan

masalahnya, beban dan fikirannya telepas dan merasa bahwa

masalahnya dapat dirahasiakan oleh Pekerja Sosial.

6) Peran sebagai Fasilitator ialah peran ini dilakukan oleh pekerja sosial

untuk membantu klien agar dapat berpartisipasi, berkontribusi,

mengikuti berbagai macam bimbingan dan ketermpilan dan

menyimpulkan apa yang tercapai oleh klien.

Dapat dipahami dari beberapa bentuk peran di atas bahwa seorang

pekerja sosial dalam rangka melakukan perannya sebagai seorang pekerja

sosial memiliki cara-cara tersendiri untuk mencari solusi dalam

mengembalikan keberfungsian sosial bagi individu, keluarga dan masyarakat

yang ditanganinya ditambah lagi dengan berbagai macam psikologi yang

berbeda-beda yang tentunya membutuhkan kerja keras dari seorang pekerja

sosial dalam menanganinya.

Pekerja sosial sebagai penyandang keahlian pekerjaan sosial, harus

memiliki kualifikasi sebagai berikut : (Wibawa, 2010)


16

1) Memahami, menguasai, dan menghayati serta menjadi figur

pemegang nilai-nilai sosio-kultural dan filsafat masyarakat.

2) Menguasai sebanyak mungkin dan sebaik mungkin sebagai

perspektif teoritis tentang manusia sebagai makhluk sosial.

3) Menguasai dan secara kreatif menciptakan berbagai metode

pelaksanaan tugas profesionalnya.

Seorang Pekerja Sosial tentu memiliki kompetensi-kompetensi

tersendiri guna tercapinya pelayanan sosial yang mampu mengembalikan

keberfungsian sosial individu atau kelompok. Kompetensi pekerja sosial

tersebut dapat dilihat yaitu sebagi berikut: (Wibawa,2010)

a) Mengidentifikasi dan melakukan assessment

b) Mengembangkan serta mengimplementasikan suatu rencana yang

bertujuan untuk mencapai kesejahteraan individu yang belandaskan

pada assessment masalah, eksplorasi tujuan, serta pengembangan

alternative pemecahan.

c) Mengembangkan atau pemperbaiki kemampuan orang dalam

menghadapi, memecahkan masalah, serta kemampuan diri klien.

d) Menghubungkan orang dengan sistem yang dapat memberikan sumber

pelayanan, maupun kesempatan.

e) Memberikan intervensi secara efektif dengan mengutamakan populasi

sasaran yang paling tentang atau terkena diskriminasi.

f) Mengembangkan efektifitas pelayanan serta meningkatkan

kemanusiawian kinerja sistem yang memberikan pelayanan, sumber


17

maupun kesempatan. Secara aktif berperan serta dengan pihak lain

untuk menciptakan memodifikasi, serta meningkatkan sistem pelayanan

yang ada agar responsif terhadap kebutuhan klien

g) Melakukan evaluasi sampai seberapa jauh tujuan yang telah

direncanakan dapat tercapai.

h) Secara terus menerus melakukan evaluasi atas pengembangan

profesionalisme melalui assement atau perilaku maupun keterampilan

prakteknya.

i) Memberikan kontribusi pada peningkatan mutu pelayanan dengan cara

mengembangkan landasan pengetahuan profesionalnya serta

menjunjung tinggi standar atau etika profesi.

Kompetensi yang dimiliki pekeja sosial dalam melakukan pelayanan

sosial bagi penerima manfaat atau orang-orang yang ketidakberfugsian sosial,

hal ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi pekerja sosial yang tugas

utamanya adalah membantu indivudu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam menghadapi persoalan hidup. Fokus utama pekerjaan sosial adalah

meningkatkan keberfungsian sosial (social functioning) melalui intervensi

yang bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi

penting bagi pekerjaan sosial yang merupakan pembeda antara pekerjaan

sosial dan profesi lainnya (Fitriyah 2011). Pekerja sosial memiliki suatu

konsep strategi tertentu untuk dapat mewujudkan keberfungsiannya dalam

menangani suatu permasalahan yang ia hadapi. Strategi ini dapat berbeda

antara pekerja sosial yang satu dengan pekerja sosial yang lainnya.
18

3. Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan

oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Sebuah strategi

mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Menurut

Marrus (2002) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana

yang berfokus pada tujuan jangka panjang suatu organisasi atau individu

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat tercapai. Selanjutnya Quinn (1999) mengartikan strategi sebagai suatu

bentuk atau rencana yang menintegritaskan tujuan-tujuan utama, kebijakan-

kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi satu

kesatuan yang utuh. Strategi yang dibuat dengan baik akan membantu

penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki menjadi suatu

bentuk untuk dan dapat bertahan.

Goldworthy dan Ashley (1996) mengusulkan tujuh aturan dasar dalam

merumuskan suatu strategi sebagai berikut :


19

a. Ia harus menjelaskan dan menginterpretasikan masa depan, tidak

hanya masa sekarang.

b. Arahan strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan

sebaliknya.

c. Startegi harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak semata-

mata pada pertimbangan keuangan.

d. Startegi harus mempunyai orientasi eksternal.

e. Fleksibilitas adalah sangat esensial

f. Startegi harus berpusat pada hasil jangan panjang.

Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelamahan

internal yang dapat mempengaruhi. Pola tujuan, kebijakan, program tindakan,

keputusan adalah salah satu bentuk dari sebuah strategi itu sendiri. (Bryson,

2001)

Peranan strategi dalam lingkungan organisasi memiliki peranan

penting untuk mencapai suatu tujuan karena startegi memberikan arah

tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut dilakukan agar tercapai tujuan

yang ingin dicapai. Menurut Grant (1999) staregi memiliki tiga peranan

penting dalam mengisi tujuan yaitu :

1) Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan. Strategi

merupakan suatu bentuk yang memberikan kesatuan hubungan antara

keputusan-keputusan yang diambil alih individu atau organisasi.


20

2) Strategi sebagai saran koordinasi dan komunikasi. Salah satu peranan

penting strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi adalah untuk

memberikan kesamaan arah.

3) Strategi sebagai target. Dimana konsep strategi akan digabungkan dengan

misi dan visi untuk menentukan dimana perusahaan berada dalam masa

yang akan datang.

Strategi pekerja sosial dalam menangani kemalasan belajar di Panti

Pelayanan Sosial Anak Taruna Yodha Sukoharjo merupakan suatu teknik,

metode, pola dan tujuan pendekatan keputusan dan tindakan dalam melakukan

sesuatu yang menyangkut hasil yang ingin dicapai dalam meningkatkan

keberfungsian sosial remaja penerima manfaat. Strategi sangat penting sebagai

pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksaan gagasan,

perencanaan dan eksekusi sebuah efektivitas dalam kurun waktu tertentu.

(Bryson, 2001).

Brill sebagaiman dikuti Jomo, Frans Wuryanto, (1986), dikemukakan

bahwa dalam praktik pekerja sosial ada empat belas majam teknik/strategi

pekerja sosial yaitu pembicaraan kecil, pengungkapan, dukungan, jaminan,

pertentangan, konflik, manipulasi, kesamaan, pemberian nasihat dan

bimbingan, kegiatan dan program, diskusi logis, hadiah dan hukuman,

permainan peran, pelatihan dinamika kelompok, pendidikan orang dewasa,


21

dan menumbuhkan kesadaran. Strategi pekerja sosial di Panti Pelayanan

Sosial Anak Taruna Yodha Sukoharjo yaitu bagaimana menangani

permasalahan remaja penerima manfaat yang memiliki sifat malas melalu

metode dan teknik-teknik pekerja sosial. (Haryanto, 2010)

B. Penelitian yang Relavan

Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dinilai relavan dengan

penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti antara lain :

1. Peran Pekerja Sosial Terhadap Anak-anak terlantar. (Skripsi : Fitriyah.

2011. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta). Hasil dari penelitian ini adalah peran pekerja sosial dalam

mengawasi, membina, serta memberikan perlindungan bagi anak terlantar.

Penelitian ini relavan dikarenakan berkaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti terkait peran pekerja sosial dalam mengani kemalasan

belajar pada remaja penerima manfaat. Adapun persamaan terletak pada

subjek yang akan diteliti yakni pekerja sosial. Dan perbedaan terletak pada

objek yang akan diteliti.

2. Peran Pekerja Sosial dalam Pembinaan Remaja. (Skripsi : Icha Fatma

Novita. 2016. Pendidikan luar sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta).


22

Hasil dari penelitian ini adalah peran pekerja sosial terhadap pembinaan

remaja, pengaruh pembinaan terhadap remaja, dan faktor pendukung dan

penghambat pembinaan terhadap remaja. Penelitian ini relavan

dikarenakan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

terkait peran pekerja sosial dalam menangani kemalasan belajar pada

remaja penerima manfaat. Adapun persamaan terletak pada subjek yang

akan diteliti yakni pekerja sosial dan objek yang akan diteliti. Dan

perbedaan terletak pada tempat penelitian.

3. Peran Pekerja Sosial di Panti Sosial. (Skripsi : Swastika Della Prabandewi.

2014. Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta). Pelaksanaan

kegiatan yang ada di salah satu panti sosial di DIY yang meliputi

pelayanan pemberian makanan bergizi, pelayanan fisik, pelayanan psikis,

dan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung peran pekerja sosial di panti

sosial yaitu adanya adanya kolaborasi dengan mahasiswa praktik yang ada

di panti, team work pekerja sosial yang saling mendukung. Penelitian

relavan diatas berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

terkait dengan peran atau strategi pekerja sosial menangani kemalasan

belajar pada remaja penerima manfaat. Adapun kesamaan terletak pada

subjek penelitian yaitu pekerja sosial dan perberdaan terletak pada objek

yang akan diteliti dan juga tempat penelitiannya.

4. Faktor-Faktor Kemalasan Belajar Peserta Didik Mengikuti Pembelajaran.

(Skripsi : Suharwati. 2019. PGSD. Universitas Negeri Yogyakarta). Hasil


23

penelitian ini dalah penyebab peserta didik malas dalam mengikuti

pembelajaran di SD Negeri Mentel 2 Kecamatan Tanjungsari Kabupaten

Gunungkidul yaitu karena peserta didik mengalami kesulitan dalam

mengikuti pembeajaran yang langsung, dan peserta didik tidak

memperhatikan guru. Penelitian relavan diatas berkaitan dengan penlitian

yang akan peneliti teliti yakni persoalan malas belajar. Adapun yang

membedakan yaitu tempat peneltian dan objek yang akan diteliti.

5. Peran Guru dalam Menanggulangi Kemalasan Anak Belajar Al-Qur’an.

(Skripsi: Siti Rofiqoh. 2016. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga).

Hasil penelitan ini adalah peran guru untuk menanggulangi kemalasan

anak belajar Al-qur’an adalah dengan delapan peran yaitu sebagai

pendidik, pengajar, pembimbing, penasehat, model dan teladan, pembawa

cerita, sebagai aktor dan sebagai evaluator. Subjek dalam penelitian ini

adalah Anak-anal di TPQ Raudatul Jannah Temanggung. Penelitian diatas

relavan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terkait

dengan peran atau strategi pekerja sosial menangani kemalasan belajar

pada remaja penerima manfaat. Adapun kesamaan terletak pada

permasalahn yang ingin diteliti yakni berkaitan dengan kemalasan belajar.

C. Kerangka berfikir
24

Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar

variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, kemudian

dianalisis, secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan variabel tersebut. (Sugiyono, 2009)

Gambar 2. Bagan Kerangka Berfikir

Remaja Malas
PEKERJA
Belajar
SOSIAL Masalah
Kemalasan Belajar Pada
Remaja di Panti
Pelayanan Sosial

Pembinaan dan Pendampingan penyelesaian

Proses strategi Pensos :


1. Pemberian motivasi
2. Pemberian penghargaan dan
hukuman
3. Pemberian Bimbingan

Terselesaikannya Masalah
dan Anak Menjadi Lebih
Baik
25

Pada kerangka berfikir diiatas dapat dijelaskan bahwa pekerja sosial

memiliki hubungan dengan persoalan pada remaja penerima manfaat yakni

kemalasan. Setelah persoalan ditemukan pekerja sosial memberikan

pembinaan dan pendampingan kepada remaja penerima manfaat. Proses

strategi pekerja sosial dilaksanakan 3 tahap pemberian motivasi, pemberian

penghargaan dan hukuman serta pemberian bimbingan dengan mengunakan

strategi pekerja sosial untuk menyelesaikan persoalan. Ketiga proses yang

sudah diselesaikan akan menghasilkan terselesainya permasalahan khususnya

dalam hal malas belajar pada remaja penerima manfaat di Panti Pelayanan

Sosial Anak Taruna Yodha Sukoharjo.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dapat diajukan pertanyaan

penelitian yang dapat menjawab permasalahan yang akan diteliti, sebagai

berikut :

1. Sikap malas belajar seperti apa yang terdapat pada remaja penerima

manfaat atau remaja putus sekolah di Panti Pelayanan Sosial Anak

Taruna Yodha Sukoharjo ?

2. Bagaimana strategi pekerja sosial yang ada di Panti Pelayanan

Sosial Anak Taruna Yodha Sukoharjo dalam proses pembinaan,

pendampingan dan pelayan pada remaja putus sekolah yang

memiliki sifat malas ?


26

3. Apa saja faktor pendukung pekerja sosial dalam menjalankan

strateginya menangani sikap malas belajar pada remaja penerima

manfaat di Panti Pelayanan Sosial Anak Taruna Yodha Sukoharjo ?

4. Apa saja faktor penghambat pekerja sosial dalam menjalankan

strateginya menangani sikap malas belajar pada remaja penerima

manfaat di Panti Pelayanan Sosial Anak Taruna Yodha Sukoharjo ?

Anda mungkin juga menyukai