Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Penyuluh Dakwah

1. Pengertian Peran

Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemain

sandiwara, tukang lawak pada pemain makyong, tingkah yang diharapkan dimiliki

oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Pengertian peran menurut Soejono

Soekanto peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia


1
menjalankan suatu peranan. Sedangkan menurut Merton, defenisi peran adalah

“Complement of role relationship which person habve by virtue of occupying

aparticular status” atau dengan kata lain pelengkap kedudukan seseorang yang

memilki kedudukan atau status social tertentu. Dalam hal ini peran merupakan

perilaku individu dalam strktur social dan mencakup aspek dinamis dari kedudukan

yang akan memberikan fasilitas tertentu sesua dengan peranan tersebut. 2

Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian peran adalah aspek

dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbara peran adalah

seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

sesuai kedudukan dalam, suatu system. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa

kita dan kita siapa.

1
Puline Pudjiastiti, Sosiologi (Jakarta: Gramedia, 2008), Hal. 41
2
Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Ed, I, Cet; I, Jakarta Kencana 2016), Hal.
199
Peran juga di dalam Bahasa Indonesia diartikan: “yang diperbuat, tugas, hal

yang besar pengaruhnya pada setiap peristiwa”. Diartikan yang diperbuat peran

ialah suatu bentuk perbuatan yang berpengaruh pada suatu peristiwa, karena

peranmerupakan suatu kondisi dimana seseorang yang menjalankan peran tersebut

menjalankan hal-hal ihwal yang dapat member pengaruh pada suatu peristiwa.

Peran merupakan aspek dinamis dari keuddukan, yaitu seseorang yang

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Artinya apabila seseorang meaksanakan

hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan

suatu peran.

Peran lebih menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah

proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup tiga hal antara lain:

1) Peran meiputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang

dalam masyarakat. Jadi, peran di sini bisa berarti peraturan membibing

seseorang dalam masyarakat

2) Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam masyarakat.

3) Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting bagi struktur

social masyarakat.

Teori Peran Menurut para ahli

1) Peran menurut soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang dilaksakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, dia menjalakan peranan. Perbedaan antara

kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.


Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya.

2) Sedangkan menurut Merton (dalam Raho 2007 : 67) mengatakan bahwa

peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan

masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran

disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat

peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran

yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusu.

3) Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer

2003: 55) teori peran yang memberikan suatu kerangka konseptual dalam

studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa perean itu

“melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau

tindakan” (h. 143).

2. Pengertian Penyuluh

Margono Selamet menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah

untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada

yang tidak berdaya dan atau yang mengembangkan daya yang sudah dimiliki

menjadi bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Penyuluhan merupakan

sebuah intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara

sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan

mengambil keputusan dengan baik. Penyuluhan dapat pula diartikan: proses

perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat


kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar

terjadi perubahan perilaku pada diri semua (individu, kelompok, kelembagaan)

yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujutnya kehidupan yang

semakin berdaya, mandiri, dan partisipatip yang semakin sejahtera

berkelanjutan.Penyuluh adalah orang yang ahli dalam hal penyuluhan dan

bimbingan konseling, membantu klien atau konseling dengan metode dan teknik-

teknik tertentu yang bermura pada terselesaikannya masalah klien atau konseling

dan penyuluh efektif adalah merek yang dapat menciptakan hubungan yang bersifat

membantu dan tanpa tekanan dengan kliennya, sehingga penyuluh dan klien sama-

sama dapat merasa tenteram dan aman untuk saling berhubungan secara bebas dan

spontan.3

a. Sifat penyuluh dakwah

Seorang penyuluh hendaklah memiliki sifat-sifat luwes, hangat, dapat

menerima orang lain, mengenal dirinya sendri, tidak berpura pura, menghargai

orang lain, tidak mau menang sendiri, dan oblektif. Dalam usaha menguraikan

sifat sifat penyuluh yang efektif, cara yang baik adalah dengan memadukan

hasil hasil penelitian, pendapat para ahli, pengalaman pribadi, dan akal sehat.

Dan tujuan penyuluh adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan tingkat

kemakmuran, maka umumnya penyuluhan di tujukan untuk adanya perubahan

sikap mental dan cara bekerja. Penyuluhan biasanaya mengkombinasikan

3
https//nitesulistiana.wordpros.com/penyuluhan/penyuluhan narkoba. 16-02-2018. 22.41
belajar sambil berbuat, dimana contoh-contoh nyata diajukan sehingga

masyarakat terstimuli untuk meniru dan meningkatkan keterampilan.4

Walaupun tidak ada pola yang tegas tentang sifat-sifat atau ciri ciri

kepribadian yang harus dimiliki pleh penyuluh yang aktif, tetapi sekurang-

kurangnya seorang penyuluh hendaknya memiliki sifat luwes, hangat, dapat

menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain,

mengenal diri sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain, tidak ingin

menang sendiri, dan objektif.

Cara yang lebih berguna untuk menunjukan sifat-sifat kepribadian yang

diinginkan dalam diri penyuluh adalah dengan dengan menguraiakan tiga

bidang penyuluhan dimana sifat-sifat kepribadian itu menonjol yaitu sebagai

berikut:

1) Penyuluh sebagai model

Penampilan model dapat dilalukan dalam semua suasana belajar, pada

dasarnya penampilan model itu merupakan cara belajar yang dilakukan

dengan jalan meniru perbuatan perbuatan atau tingkah laku penyuluh serta

mengambil hal-hal yang diyakinkan baik menjaji miliknya sendiri. Proses ini

tidak bisa dihindari dan diluar kekusasaan penyuluh. Oleh sebab itu, penyuluh

hendaknya selalu menyadari dan menerima dirinya, Nilai-nilainya, berbagai

tingkah lakunya, sehingga penampilannya itu merupakan model yang mantap

4
A munro, et. Al. Penyuluh (konseling), terj. Erwan unti dan prayitno (Air tawar chalia,
indonesia, 1983), hlm. 30
yang berguna bagi hubungan pemecahan masalah secara efektif. Sifat-sifat

seperti terbuka, tidak berat sebelah, tidak menilai, peka terhadap masalah

orang lain dan selalu ingin membantu itu hendaknya dapat dilihat secara nyata

dalam kaitannya dengan usaha pemberian bantuan secara efektif itu.

2) Hubungan penyuluh

Secara umum telah diterima oleh para petugas dilapangan dan para ahli

Bahwa hubungan antara penyuluh klien merupakan salah satu aspek penting

dalam penyuluhan. Penyuluhan yang efektif dalah mereka yang dapat

menciptakan hubungan yang bersifat membantu dan tanpa tekanan dengan

klinnya, sehingga penyuluh dan klien itu sama-sama dapat merasa tenteram

dan aman unuk saling berhubungan secara bebas dan spontan. Hubungan itu

sendiri dapat berfungsi sebagai obat, dan hal ini sebagian besar tergantung

pada apakah penyuluh mampu bersikap tanpa topeng (tidak berpura pura).

3) Keberanian untuk melakukan penyuluh

Untuk memberikan bantuan kepada orang lain, penyuluh memerlukan

keberanian dan kepercayaan terhadap diri sendri. Seringkali unuk mudahnya.

Seorang penyuluh menghindar dari usaha memberikan bantuan dengan

mengabaikan pemerintah bantuan, mengemukakan alasan tidak mau terlibat

dengan urusan orang lain, atau memberikan penilaian bahwa keadaan orang

yang meminta bantuan itu sudah tidak dapat di tolong lagi, tidak sebenarnya,

tidak penting, atau di luar kemampuan penyuluh. Jika anda benar-benar

mempunyai keteguhan hati untuk membantu orang lain, anda harus berani
memikul tanggung jawab dan menghadap ketidak tentuan. Seseorang yang

sungguh-sungguh yang ingin menjadi penyuluh yang efektif harus mau

menerima tanggung jawab dan ketidakpastian ini serta berani menempatkan

dirinya sendiri berdiri dalam suasanan yang menanggung resiko, baik resiko

pribadi, resiko yang menyangkut perasaaan, resiko yang menyangkut

hubungan dengan orang lain, maupun resiko jabatan. Sekali lagi ditegaskan

penyuluh harus menyiapkan diri untuk berfungsi.5

b. Macam-macam penyuluh

1) Derektif Konseling

Penyuluhan dengan layanan dalam bentuk direktif konseling, dalam

aktifitasnya konselor yang paling berperan dari pada klien. Konselor

berupaya mengarahkan klien berdasarkan pada masalah masalah yang

dihadapinya, cara pelayanan ini merupakan cara yang paling mudah untuk

dilakukan. Dengan modal kesedian untuk menolong serta perhatian dan kasih

sayang yang penuh terhadap klien konselor dapat memberikan bantuan,

mungkin mendasar kepada kesimpulan-kesimpulan orang lain.

2) Direktif Non Konseling

Penyuluhan dengan pelayanan dengan bentuk non direktif ini adalah

suatu penyuluhan dimana klien yang sangat memegang peran di dalam segala

aktivitas di dalamnya. Dalam hal ini konselor seolah-olah pasif dalam

melaksanakan interviunya akan tetapi konselor akan di tuntut untuk selalu


5
Ibid,hlm.38-41
mengerti tentang emosi-emosi dari klien. Pengertian akan emosidariklien ini

adalah merupakan suatu kunci keberhasilan dari pelaksananaan koneling itu.6

Kegiatan penyuluh merupakan proses komunikasi dua arah, ada

komunikator dan komunikan yang selalu berhubungan dalam suatu intraksi

disitu pihak komunikator (penyuluh) berusaha mempengaruhi komunikasi

agar terjadi perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan

tidsk mengeti menjadi mengerti serta diharapkan terjadi perubahan tindakan

prilaku. Komunikasi dan penyuluhan sangat di tentukan oleh bentuk

hubungan antar penyuluh selaku komunikator dengan sasaran yaitu remaja

atau masyarakat selaku komunikan. Jika diantara kedua belah pihak terjadi

penyesuaian, komunikasi akan berjalan lancar. Dalam hal ini komunikator

senantiasa harus mencoba mencapai kesesuaian dengan komunikan, dimana

arti dari suatu yang disampaikan harus merupakan ati dari suatu yang

disampaikan harus merupakan juga arti yang diterima komunikan.7

Penyuluh dapat berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat, agar

masyarakat mampu memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh,

penyuluh harus mampu memahami masyarakat dan emosi mereka. Penyuluh

harus mengerti akan kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan

untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan

6
Ali, teknik-teknik Bimbingan dan penyuluh, (PT bina ilmu, surabaya, 1986) hlm 63
7
Zulkarnain nasution, komunikasi untuk penyuluh, (Jakarta: Fakultas ekonomi indonesia,
denagan orang lain dalam hal intraksi dan asosiasi, pengendalian dan

kekuasaan dan cinta dan kasih sayang.8

c. Fungsi penyuluh

Melihat dari peranan penyuluh agama sebagaimana diuraikan tersebut

bahwa tugas pokok penyuluh agama adalah melakukan dan mengembangkan

kegiatan bimbingan atau penyuluh agama dan pembangunan melalui bahasa

agama. Sedang fungsi dari penyuluh agama adalah:

1) Fungsi informatif dan edukatif

Penyuluh agama memposisikan dirinya sebagai da’i yang

berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan

mendidik masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan

sunnah nabi Saw.

2) Fungsi konsultatif

Penyuluh agama menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan-

persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat secara umum.

Penyuluh agama menjadi tempat bertanya dan tempat mengadu bagi

Masyarakat untuk memecahan dan menyelesaikan masalah dengan

nasehatnya.

8
Jalaluddin Rahmad Psikologi Komunikasi(Bandung, PT remaja kosdakarya, 2005) hlm. 14
3) Fungsi Adfokatif

Penyuluh agama memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk melakukan

kegiatan pembelaan terhadap umat/masyarakat binaan terhadap berbagai

ancaman, gangguan hambatan dan tantangan yang merugikan akidah,

mengganggu ibadah dan merusak ahklak.9

d. Sasaran penyuluh

Dalam perakteknya, kegiatan keagaman, baik pengajian, majelis taklim

dan sejenisnya merupakan kegiatan pengajaran atau pendidikan agama Islam

yang paling pleksibel dan tidak terkait oleh waktu, ia terbuka terhadap segala

usia, lapisan atau strata sosial dan jenis klamin, mulai anak anak remaja sampai

dewasa. Waktu penyelenggaraannya bisa dilakukan pada pagi hari, siang, sore

ataupu malam. Tempat pengajarannya bisa dilakukan di rumah, masjid, gedung

dan lain lain. Selain itu kegiatan keagamaan itu memiliki dua fungsi sekaligus,

yakni sebagai lembaga dakwah dan sebagai lembaga pendidikan non normal.

Adapun kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi penyuluh

antara lain:

1. Masyarakat Transmigrasi

2. Lembaga Kemasyarakatan

3. Generasi Muda Pramuka

4. Kelompok Anak, Orang Tua, dan Wanita

5. Kelompok Masyarakat Industri


9
file:///D:/materi%20proposal/Skripsi%20Maulana%20Jadi%20%20peran%20penyuluhan.pdf
6. Kelompok Profesi Inrehabilitasi

e. Metode penyuluh

Metode sebgai kaifat (cara kerja) dalam keseluruhan peroses upaya

untuk mewujutkan islam yang sebenarnya dalam kehidupan pribadi maupun

masyarakat, diperlukan suatu rumusan cara yang bijaksana (hikmah), untuk

mengantarkan kepada tujuan yang dicapai.

1) Metode pembinaan dengan lisan

Metode bil lisan adalah suatu cara kerja yang mengikutin sifat dn

potensi lisan dalam mengutarakan sesuatu cita-cita pandangan dan pendapat

tentang suatu hal (Islam). Metode bil lisan atau yang sering disebut metode

ceramah adalah menyampaikan bahasa secara lisan oleh tenaga penyuluh.

Sedangkan peran audien sbagai penerima pesan mendengar, memperhatikan

dan mencatat informasi yang disampaikan penyuluh agama.

Dalam pelaksanaan penyuluhan, ceramah merupakan metode yang

dominan atau banyak dipakai oleh para penyuluh agama, khususnya dalam

pengajian majelis taklim sehingga metode ceramah ini telah sangat

membudaya, seolah olah hanya cara ini yang hanya dapat dipakai, terutama

dalam masyarakat pedesaan yang perlengkapan penyuluhannya sangat

terbatas dan sederhana. Namun secara oprasional metode ceramah sebagai

salah satu pengembangan dari fungsi penyuluh agama.


2) Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab dalam penyuluhan merupakan salah satu metode

penyampaian dengan cara mendorong sasaran penyuluhan untuk menyatakan

pendapat atau masalah yang dirasa belum dimengerti, dan penyuluh agama

sebagai penjawabnya. Metode ini sebagai Feed Back atau umpan balikantara

jamaah dan penyuluh agama , berguna untuk mengurangi kesalahan

pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat dan menerangkan hal-hal yang

belum dimengerti.

Jadi tanya jawab yang dapat dinilai efektif sebagai metode penyuluhan

yaitu dapat menjawab dengan baik dan jelas, dapat menjawab dan

menyelesaikan masalah, dan apabila pertanyaan menghendaki jawaban yang

bersifat tuntunan praktis, dapat dilaksanaakan.

Metode tanya jawab ini dapt dikembangkan menjadi metode

konsultatif, yakni jamaah minta fatwa atau konsultasi kepada penyuluh

tentang suatu masalah yang dihadapi, dengan harapan penyuluh dapat

memberikan solusi dan alternative pemecahan.

3) Metode pembinaan dengan tangan (Bil yaad)

Metode bil yaad adalah suatu cara kerja yang mengupayakan

terwujutnya ajaran islam dalam kehidupan pribadi dan social dengan

mengikuti cara dan prosedur kerja potensi manusia yang berupa pikiran, hati,

lisan dan tangan fisik yang Nampak dalam keutuhan kegiatan operasional.

Penekananya sedikit bicara banyak kerja (amal nyata), oleh karenanya


metode ini sangat kompleks dibanding dengnan penggunaan metode pebinaan

lainnya, sebab melibatkan keteguhan akidah, keutuhan wawasan islam,

ketrampilan menterjemahkan ajaran islam dalam bentuk kongkrit serta

kemampuan membaca perubahan keadaan umat secara menyeluruh. Adapun

cara kerja bil yaad ini secara oprasional sering disebut dengan cara

penyantunnan, yakni tindakn praktis yang tujuannya membimbing, membina

dan membela kaum dhuafa dibidang ekonomi, baik pribadi ataupun

kelompok. Teknik oprasionalnya dapat dilakukan, antara lain:

a) Pemberian beberapa keterampilan/skill agar dapat mengelola

sumber daya alam pemberian allah.

b) Penyedian modal, sebagai sarana awal untuk memulai usaha. 10

3. Pengertian Dakwah

Secara etimologi (lughah), kata dakwah berasal dari bahasa arab yaitu:

“da’a, yad’u, da’watan” yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, dan

menjemput. Selain itu dakwah juga bermakna memotivasi dan membimbing.

Menurut Jum’ah Amin ‘Abd al-‘Aziz (dalam Abdullah, 2012: 7) dakwah dalam

makna lebih luas menakup tiga hal:

a. Al-Nida’a. , artinya memanggil atau mengundang

b. Al-Du’a ila syai’b. , artinya meneyru atau mendorong kepada sesuatu;

c. Al-Da’wah ila qadiyahc. , artinya membela terhadap yang hak dan batil.11

10
http:// Yani Ahmad. Wordpress.com/Rencana-kerja penyuluh agama/ 13-28-13-20./04.2018
11
file:///D:/materi%20proposal/penyuluhan%20dan%20dakwah.pdf
Untuk mengajak manusia kepada jalan Allah (Al Islam) dapat dilakukan

dengan berbagai cara termasuk dengan penyuluhan, tetapi tentu saja cara-cara atau

metode dakwah tersebut harus berpedoman kepada petunjuk Allah sebagaimana

firman-Nya dalam surah An Nahl ayat 125 sebagai berikut:

ۚ
َ ‫ بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ إِ َّن َربَّكَ ه‬W‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ۖ ِة َو َجا ِد ْلهُم‬
‫و أَ ْعلَ ُم بِ َمن‬WWُ ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
َ ِّ‫يل َرب‬ ُ ‫| ا ْد‬

|]125:‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِه َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدينَ [ النحل‬
َ

artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya

dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk”. (Depag

RI: 1996 : 421).12

Dakwah menurut istilah merupakan suatu aktivitas yang mempunyai tujuan

tertentu yang unsur-unsurnya meliputi materi dakwah, tujuan dakwah, tata cara

dakwah, pelaksanaan dakwah, sasaran atau obyek dakwah. Berdasarkan hal itu

dakwah akan menjadi suatu definisi yang jami’, mani’ apabila mencakup lima unsur

di atas. Dengan demikian, dakwah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang

mendorong manusia memeluk agama islam melalui cara yang bijaksana dengan

materi ajaran islam agar mereka mendapatkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat

(Amin, 1997: 8-10)

12
Qur’an Surah An Nahl Ayat 125. (Depag RI: 1996 : 421).
Menurut Syaikh Abdullah Ba’lawi (dalam Saputra, 2011: 2), dakwah

maksudnya mengajak, membimbing, dan memimpin orang yang belum mengerti

atau sesat untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, serta menyuruh mereka

berbuat baik dan melarang mereka berbuat buruk agar mereka mendapat kebahagian

di dunia dan di akhirat. Perwujudan dakwah dalam hal ini bukan sekedar

meningkatkan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan saja,

tetapi menuju pada pelaksanaan sasaran yang lebih luas. Dakwah harus lebih

berperan menuju pada pelaksanaan ajaran Islam secara menyuluruh dalam aspek

politik, ekonomi, sosial maupun budaya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah memiliki

pengertian yang luas. Dakwah tidak hanya berarti mengajak dan menyeru umat

manusia agar memeluk agama Islam, melainkan juga upaya membina masyarakat

Islam agar berjalan ke jalan TuhanNya dengan berpegan teguh pada al-Qur’an dan

Hadits, agar nantinya manusia selamat di dunia dan di akhirat. Dakwah juga

mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari’at islam

yang telah ditetapkan Allah swt.13

a. Tujuan Dan Prinsip Dakwah

Tujuan dapat dirtikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kadar

tertentu dengan segala usaha yang dilakukan. Tujuan memiliki tiga batasan, yaitu

hal yang hendak dicapai, jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang

diinginkan dan ingin dituju. Dengan demikian kegiatan dakwah merupakan suatu
13
KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam
rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan dalam hal ini

dimaksudkan memberi arah, pedoman, metode bagi aktivitas dakwah. Oleh

karena itu juru dakwah harus memahami tujuan akhir dari semua kegiatan dakwah

yang dilaksanakannya.

Menurut M. Arifin tujuan dakwah yaitu meumbuhkan pengertian, kesadaran,

penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh juru dakwah

atau penerang agama (Arifin, 1997: 47). Tujuan dakwah juga untuk menegaskan

ajaran Islam kepada setiap insani baik individu maupun masyarakat sehingga

ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran

Islam tersebut.

Adapun prinsip-prinsip dakwah yang diambil dari pemikiran Jumi’ah Amin

‘Abdul, Aziz. Prinsip-prinsip dapat dijadikan strategi, metode, atau teknik untuk

mencapai dakwah yang efektif. Prinsipprinsip tersebut antara lain sebagai berikut

(Aziz, 2009: 175-190):

a. Memberi keteladanan sebelum berdakwah

b. Mengikat hati sebelum menjelaskan

c. Mengenalkan sebelum member beban

d. Bertahap dalam pembebanan

e. Memudahkan bukan menyulitkan

f. Masalah pokok sebelum yang kecil

g. Membesarkan hati sebelum member ancaman

h. Memberi pemahaman bukan mendikte


i. Menddik, bukan meelanjangi

j. Muridnya gur bukan muridnya buku14

b. Metode Dakwah

Metode berasal dari dua kata yaitu ‘’meta’’ (melalui) dan ‘’hodos’’ (jalan,

cara). Dengan demikian, dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa

metode berasal dari bahasa Jerman methodicay artinya ajaran tentang metode.

Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang

dalam bahasa Arab disebut thariq. Secara terminologi metode berarti cara yang

telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud (dalam

Saputra, 2011: 242).

Dari paparan di atas dapat diambil konklusi bahwa metode dakwah

merupakan cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator)

kepada mad’u (penerima pesan) untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah

dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus

bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang

mulia atas diri manusia.

Adapun macam-macam metode dakwah antara lain:

1) Metode Al-Hikmah
14
file:///D:/materi%20proposal/penyuluhan%20dan%20dakwah.pdf
Metode dakwah al-Hikmah (wisdom) yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah metode dakwah dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan da’i yang

bernilai islami. Menurut M. Natsir, metode hikmah digunakan sebagai metode

dakwah untuk semua golongan , golongan cerdik. Oleh karena itu metode

dakwah al-Hikmah bisa berarti hikmah dalam berbicara sesuai keadaan mad’u

yang dihadapi seperti dalam ceramah. Begitu pula hikmah ketika dakwah

dengan akhlak dan metode memberi contoh (Aripudin, 2011: 72).

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah

merupakan kemampuan dan ketepatan dalam memilih, memilah dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-Hikmah

merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta

realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh

karena itu, al-Hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara

kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

2) Metode Al-Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafal mujadalah artinya memintal, melilit,

berdebat dan perdebatan. Dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna

menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan

untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui

argumentasi yang disampaikan. Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa

pengertian al-mujadalah. Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang

dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang
mengharuskan lahirinya permusuhan di antara ke duanya. Sedangkan menurut

Dr. Sayyid Muhammad Thantawi (dalam Aripudin, 2011: 242-243) al-

Mujadalah adalah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat

lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa al-mujadalah merupakan

tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak

melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang

diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu

dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya

berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas

menerima hukuman kebenaran tersebut (dalam Aripudin, 2011: 243). Mujadalah

merupakan cara terakhir yang digunakan yang digunakan untuk berdakwah,

manakala kedua cara sebelumnya tidak mampu.15

3) Metode Al-Mau’idah Al-Hasanah

Secara bahasa, mau’izah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’izah dan

hasanah yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Mau’izah

hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,

pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan

agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (Saputra, 2011: 36). Jadi

15
file:///D:/materi%20proposal/penyuluhan%20dan%20dakwah.pdf
metode al-mau’izah alhasanah merupakan bentuk ceramah nasehat atau

penerangan yang digunakan bagi masyarakat awam.

Menurut Ali Aziz juga dalam bukunya tentang metode dakwah, ada

beberapa macam metode dakwah yaitu:

a. Metode konseling

Metode konseling merupakan wawancara secara individual dan tatap

muka antara konselor sebagai pendakwah dan klien sebagai mitra dakwah

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

b. Metode pemberdayaan masyarakat

Salah satu metode dalam dakwah perbuatan (dakwah dengan aksi nyata)

adalah metode pemberdayaan masyarakat, yaitu dakwah dengan upaya untuk

membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki kemandirian. Metode ini selalu

berhubungan antara tiga aktor, yaitu masyarakat (komunitas), pemerintah, dan

agen (pendakwah).

c. Metode kelembagaan

Metode kelembagaan yaitu pembentukan dan pelestarian norma dalam

wadah organiasi sebagai instrument dakwah. Untuk mengubah perilaku

anggota melalui institusi umpamanya, pendakwah harus melewati proses

fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan/ planning),

pengorganisasian/organizing, penggerakan/actuating dan pengadilan

controlling (Aziz, 2009: 359-381).


Bagi seorang da’i sangat penting dalam memilih metode dakwah

sebagaimana yang telah penulis paparkan pada sebelumnya guna suksesnya

penyampaian dakwah terhadap mad’u. Tentunya seorang da’i juga perlu

mengetahui kondisi mad’u, kiranya metode dakwah yang seperti apa yang

perlu diaplikasikan oleh da’i terhadap mad’u. Sehingga metode dakwah yang

digunakan dapat mengenai sasaran dan pada akhirnya akan mengantarkan

pada suksesnya penyebaran dakwah.16

Adapun metode dakwah yang dapat dilakukan oleh seorang da’i maupun

penyuluh dakwah yaitu dengan menggunakan metode Ceramah, tulisan, dan

perbuatan.

Metode ceramah atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua

Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran Allah swt. Sampai sekarang pun

masih merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah

sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia sebagai contoh Khotbah

Jum’at. Ceramah Jum’at ini tidak seperti ceramah-ceramah yang lain. Ia telah

ditentukan waktu, tempat dan unsur-unsur yang harus dipenuhi sesuai dengan

aturan yang ada dalam hadis dan kitab-kitab fikih.

Metode karya tulis merupakan sebuah keterampilan tangan dalam

menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan tangan ini tidak hanya

melahirkan tulisan, tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi

dakwah (Abdullah, 2012: 27-29). Metode ini, tepatnya disasarkan terhadap


16
KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam
komunitas yang wilayahnya berjauhan dengan kondisi da’i dengan

mengirimkan surat. Menurut sejarah, Nabi Muhammad pernah

mengembangkan dakwahnya dengan cara mengirimkan surat kepada para

pemimpin dan raja-raja pada waktu itu, yang isinya mengajak mereka untuk

memeluk islam.

Dan terakhir adalah perbuatan. Secara sederhana, dakwah perbuatan dapat

dimaknai keadaan, perilaku, akhlaq dan keteladanan yang sesuai dengan

petunjuk alQur’an dan Sunnah, dakwah yang dimaksud disini yaitu dakwah

dengan cara perbuatan Abdullah, 2012: 26). Dakwah perbuatan akan lebih

berkesan apabila ditujukan kepada rakyat miskin, dengan memenuhi enam

kebutuhan, yaitu pangan (makanan), sandang (pakaian), papan (perumahan),

pendidik, pekerjaan dan kesehatan. Melalui dakwah ini secara langsung akan

turut merubah ekonomi dan sosial menuju kearah masyarakat yang sejahtera.

B. Broken Home

Broken Home adalah Kurangnya perhatian atau kasih sayang dari keluarga

maupun orang tua sehingga membuat mental seseorang menjadi frustasi, brutal dan

susah diatur. Broken Home sangat berpengaruh besar pada setiap orang yang

mengalaminya sehingga dapat mengakibatkan hidup orang tersebut menadi

berantakan dan tidak pernah bisa lagi melakukan hal-hal baik dengan benar. Broken

Home juga dapat merusak jiwa anak bahkan orang tua, sehingga anak bersika

seenaknya saja, tidak disiplin, selalu membuat keonaran dan kerusuhan. Hal ini

mereka lakukan hanya sekedar untuk mencari simpati dari orang lain yang bahkan
tidak ia dapatkan didalam keluarganya. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu

memberikan perhatian dan pengarahan yang lebih agar meeka sadar dan mau

memperbaiki diri dan hidup dengan baik.

Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukan kedua

orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki-laki bekerja dan ibu

menjadi wanita karier. Hal inilah yang biasanya selalu menjadi pemicu terjadinya

broken home pada keluarga karena tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan

aktifitas sehari-hari dan malah sebaliknya akan merugikan keluarga itu sendiri

karena kurngnya kebersamaan dan kehangatan yang seharusnya hanya didapatkan

didalam keluarga. Hal ini juga sangat berdampak pada oerkembanga anak,

contohnya dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi

dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul

dengan teman-teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek/pengaruh

bagi perkembangan mental anak.17

Menurut Matinka (2011, h.6) “Broken home adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya

kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan

perpecahan dalam keluarga tersebut”. Bagi orang tua kehadiran seorang anak

merupakan amanah besar dari Tuhan kepada hamba yang telah dipercayai Nya.

17
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pergantian-broken-home.hmtl
Dengan demikian, menjaga mereka dengan sebaik-baiknya merupakan kewajiban

mutlak bagi setiap orang tua.18

Kecenderungan yang terjadi, keuarga menjadi pecah dan tidak jelas

keberadaannya, ketika ayah dan ibu sudah tidak dapat berubungan dengan baik

karena kesibukan masing-masing atau karena egonya, maka mereka memilih untuk

bercerai, namun disaat orang tua dapat mempertahannkan keluarganya secara utuh

tanpa adanya hubugan yang hangat antar anggota keluarganya, secara psikologis

merekapun bercerai. Dampak dari keegoisan dan kesibukan orang tua serta

kurangnya waktu untuk anak dalam memberikan kebutuhannya menjadikan anak

memiliki karakter mudah emosi (sensitif), kurang konsentrasi belajar, tidak peduli

terhadap lingkungan dan sesamanya, tidak tahu sopan santun, tidak tahu etika

bermasyarakat, mudah marah dan cepat tersinggung, senang mencari perhatian

orang, dan ingin menang sendiri, susah diatur, suka melawan orang tua, tidak

memiliki tujuan hidup, dan kurang memiliki daya juang. 19 Jadi dapat disimpulkan

bahwa keluarga broken home adalah sibknya orangtua dalam mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan keluarga sehingga fungsi-fungsi dalam keluarga seperti fungsi

atensi, fungsi afeksi, fungsi religi, fungsi edukatif, dan fungsi ekonomis terabaikan

dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.20

1. Keluarga Broken Home

18
http://onlymyworld13.blogspot.com/2017/02/broken-home 8.html
19
www.brokenhome berakibatbutuk.html
20
http://digilib.unila.ac.id/10060/14/14.%20BAB%20II.pdf
Menurut Koerner dan Fitzpatrick (dalam Sri Lestari), Definisi tentang

keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu definisi

struktural, definisi fungsional, dan definisi intersaksional

a. Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran dan

ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya.

Definisi memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari

perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal usul

(families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families

of procreation), dan keluarga batih (extended family).

b. Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada

terpenuhunya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikologis. Fungsi-fungsi tersebut

mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan

pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini memfokuskan pada tugas-ugas

yang dilakukan oleh keluarga.

c. Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang

mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculka rasa

identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman

historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada

bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.21

2. Struktur Keluarga
21
Sri lestari, psikologi keluarga(Jakarta: Kencana, 2012) Hal,4
a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang didalamnya hanya terdapat tiga posisi

sosial, yaitu suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling (Lee, 1982). Struktur keluarga

yang demikian menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak, yaitu keluarga

tempat ia dilahirkan. Adapun orang tua menjadikan keluarga sebagai wahana

prokreasi, karena keluarga inti terbentuk setelah sepasang laki-laki dan

perempuan menikah dan memiliki anak (Berns, 2004). Dan keluarga inti

hubungan antara suami istri bersifat saling membutuhkan dan mendukung

layaknya persahabatan, sedangkan anak-anak tergantung pada orang tuanya dalam

hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi.

b. Keluarga Batih (extended family)

Keluarga batih adalah keluarga yang didalamnya menyertakan posisi lain

selain ketiga posisi diatas, diantaranya:

Pertama, keluarga bercabang (stem family). Keluarga bercabang terjadi

manakala seorang anak dan hanya seorang, yang sudah menikah masih tinggal

dalam rumah orang tuanya.

Kedua, keluarga berumpun (lineal family). Bentuk ini terjadi manakala lebih

dari satu anakyang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua orang tuanya.

Ketiga, keluarga beranting (fully extended). Bentuk ini terjadi manakala

didalam suatu keluarga terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan

tetap tinggal bersama.


Selain itu variasi keluarga berdasarkan struktur juga mencakup keluarga

dengan orang tua tunggal, baik karena bercerai maupun meninggal, keluarga yang

salah satunya jarang berada dirumah karena bekerja di luar daerah, keluarga tiri,

dan keluarga dengan anak angkat. Bahkan di dunia barat banyak ditemui keluarga

kohabitasi, yang orang tuanya tidak menikah, dan keluarga dengan orang tua

pasangan sejenis.

Berbagai penelitian menemukan pengaruh struktur keluarga terhadap

kualitas keluarga. Skaggs dan Jodl menemukan bahwa remaja yang tinggal bukan

pada keluarga tiri lebih kompeten, secara sosial lebih bertanggung jawab, dan

kurang mengalami masalah perilaku daripada remaja yang tinggal pada keluarga

tiri menghadirkan tantangan-tantangan yang membutuhkan penyesuaian, segingga

membuat remaja lebih berisiko megalami masalah penyesuaian.22

c. Keluarga Broken Home

Yang Dimaksud keluarga Pecah (Broken Home) dapat dilihat dari dua aspek

yaitu;

1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari

kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai

2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi

karena ayah atau ibu sering tidak dirumah, dan atau tidak memperlihatkan

22
Op. cit. Sri lestari. Hal. 6-8
hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar

sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologi.23

d. Faktor Penyebab Terjadinya Broken Home

1. Kurang atau putus komunikasi diantara keluarga terutama ayah dan ibu

Sering dituding faktor kesibukan sebagai biang keladi. Dalam keluarga

sibuk, dimana ayah dan ibu keduanya bekerja dari pagi hingga sore hari.

Mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, shalat berjamaah

dirumah dimana ayah menjadi imam, sedang anggota keluarga menjadi

jamaah. Di meja makan dan tempat shalat berjamaah, banyak hal yang

bisa ditanyakan ayah atau ibu kepada anak-anak.

2. Sikap egosentrisme masing-masing suami istri merupakan penyebab pula

terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada perengkaran yang

terus menerus. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang

mementingkan diri sendiri. Yang lebih berbahaya lagi adalah sifat

egisentrisme yaitu sifat yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang

diusahakan oleh seseorang dengan segala cara. Pada orang yang seperti

ini, orang lain tidaklah penting. Orang tua mementingkan dirinya sendiri,

dan bagaimana menarik perhatian pihak lain agar mengikutinya minimal

memperhatikannya.

23
Sofyan S Willis,Konseling Keluarga (Bandung: Alfabeta, 2013) Hal.66
3. Masalah Ekonomi

Dalam hal ini ada dua factor yang menyebabkan krisis keluarga yaitu:

a. Kemiskinan Keluarga miskin masih besar jumlah nya di negeri ini.

Berbagai cara diusahakan pemerintah untuk mengentaskan

kemiskinan. Akan tetapi tetap saja kemiskinan tidak terkendali.

Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT)

pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak terhadap

kehidupan keluarga. Jika kehidupan suami istri tidak dewasa, maka

akan timbul pertengkaran. Sebab, istri banyak menuntut hal-hal

diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami

sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan rumah petak

tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Akan tetapi yang

namanya manusia sering bernafsu ingin memiiki televise, radio, dan

sebagainya sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang normal.

Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-

anaknya akan kebutuhankebutuhan yang disebutkan tadi, maka

timbullah pertengkaran suami istri yang sering menjurus kearah

perceraian. Suami yang egois dan tidak dapat menahan emosinya

lalu menceraikan istrinya. Akibatnya terjadilah kehancuran sebuah

keluarga sebagai dampak kekurangan ekonomi.

b. Gaya Hidup, berbeda dengan keluarga miskin, maka keluarga kaya

mengembangkan gaya hidup internasional yang serba luks. Mobil,


rumah mewah, serta segala macam barang yang baru mengikuti

mode dunia. Namun tidak semua suami suka hidup sangat glamour,

ataupun sebaliknya. Disinilah pertentangan suami istri, yaitu soal

gaya hidup. Jika istri yang mengikuti gaya hidup dunia, sedangkan

suami ingin biasa saja, maka pertengkaran dan krisis akan terjadi.

Mungkin suami berselingkuh sebagai balas dendam terhadap

istrinya yang sulit diatur. Hal ini jika ketahuan akan bertambah

parah krisis keluarga kaya ini, dan dapat berujung pada perceraian,

dan yang menderita adalah anak-anak mereka. Mengenai hal ini

Muhammad Maftuh Basuni (Menteri Agama RI) mengemukakan

(Republika, 19 Agustus 2008 halaman 7) yaitu: faktor yang menjadi

penyebab perceraian adalah:

1) Adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai

rumah tangga

2) Faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas, emosionalitas,

dan kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah

keluarga

3) Pengeruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat24

Masalah Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada

masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada

pencarian materi yaitu harta dan uang. Filsafat hidup mereka


24
file:///C:/Users/user/Downloads/brooken%20home%20bab%202%20internet.pdf
mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang. Jika

telah kaya maka berarti suatu keberhasilan, suatu kesuksesan.

Disamping itu suatu kesuksesan lain adalah jabatan tinggi,

kedudukan atau posisi yang “basah” yang bergelimang uang. Jika

ternyata ada orang yang gagal dalam masalah ekonomi dan

keuangan, maka dia menjadi frustasi (kecewa berat), kadang

terlihat banyak orang yang bunuh diri karena kegagalan ekonomi.

4. Masalah pendidikan

Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya krisis

didalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami-istri, maka

wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.

Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat

memahami liku-liku keluarga. Karena itu sering salah penyalahan bila terjadi

persoalan di keluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin

terjadi perceraian. Jika pendidikan agama ada mungkin sekali kelemahan di

bidang pendidikan akan di atasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang

nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat terjadi. Mengapa

demikian? Karena agama Islam mengajarkan agar orang bersabar dan shalat

di dalam menghadapi gejolak hidup rumah tangga. Di dalam Al-Qur’an Allah

menfirmankan yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman memintaah

pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah

bersama orang-orang yang sabar.”


5. Masalah perselingkuhan

Masalah perselingkuhan sering kita baca di surat kabar bahwa suatu

masalah yang rumit untk dikaji adalah masalah perselingkuhan yang

dilakukan oleh suami atau istri. Ada beberapa factor penyebab terjadinya

perselingkuhan yaitu:

a. Hubungan suami istri yang sudah hilang kemesraan dan cinta kasih.

Hal ini berhubungan dengan ketidakpuasan seks, istri kurang

berdandan di rumah kecuali jika pergi ke undangan atau pesta,

cemburu baik secara pribadi maupun atas hasutan pihak ketiga.

b. Tekanan pihak ketiga seperti mertua dan lain-lain (anggota keluarga

lain) dalam hal ekonomi.

c. Adanya kesibukan masing-masing sehingga kehidupan kantor lebih

nyaman dari pada kehidupan keluarga.

d. Jauh dari agama. Segala sesuatu keburukan perilaku manusia

disebabkan karena dia jauh dari agama yaitu Dinul Islam. Sebab

Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dan mencegah orang

berbuat munkar dan keji. Sebenarnya Allah telah mengumumkan

dalam kitab kitab suci Al-Qur’an bahwa umat Islam itu adalah umat

yang terbaik yang terbaik yang diciptakan bagi manusia

sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT di dalam surat surat

AlImran: 110, yang terjemahannya adalah “Kamu adalah umat

terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh untuk yang


ma’ruf, mencegah dari pada yang munkar, dan beriman kepada

Allah”.

Dari kitab tafsir Ibnu Katsir dikemukakan oleh Rasulullah SAW tentag

ciri-ciri atau sifat-sifat umat yang terbaik adalah: pertama, paling tenang;

kedua, paling bertaqwa; ketiga, paling giat menyuruh kepada yang munkar;

keempat, paling gencar melarang kemunkaran; kelima, dan paling rajin

silaturrahmi.

Keluarga muslim seharusnya suka beribadah, dimana anak-anaknya

dididik akan tiga hal yaitu: 1) shalat yang benar, artinya bacaan Qur’an betul

atau tartil betul tajwid dan makhrajnya; 2) mampu membaca Al-Qur’an

dengan baik; 3) berakhlak mulia (akhlaqul karimah). Jika tiga hal ini dikuasai

oleh anak, maka insya Allah anak tersebut akan menjadi anak yang shaleh

yang mendoakan kedua orang tua nya baik ketika masih hidup ataupun sudah

meninggal dunia.25

C. Pengertian Masyarakat

Banyak para ahli mendefinisikan pengertian masyarakat. Namun Secara

umum Pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup

bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki

tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam

lingkungannya. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu "society"yang

berarti "masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin yaitu "societas" yang


25
Op cit. Sofyan S Willis. Hal.14-20
berarti "kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa arab

yaitu "musyarak".

Pengertian masyarakat menurut defenisi para ahli :

1. Pengertian masyarakat menurut definisi Paul B. Harton, yang mengatakan

pendapatnya bahwa pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia

yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama yang cukup lama,

yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan

melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. 

2. Pengertian masyarakat menurut definisi Richard T. Schaefer dan Robert P.

Lamm mengatakan pendapatnya bahwa pengertian masyarakat adalah

sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif

independen dari orang-orang di luar itu, dan memiliki budaya yang relatif

sama. 

Dari penjelasan di atas masyarakat adalah suatu kelompok manusia hidup

secara bersama-sama dalam suatu wilayah dan membentuk system, baik semi

terbuka maupun tertutup, dimana interaksi yang terjadi didalamnya adalah antara

individu yang ada didalam kelompok tersebut.

Anda mungkin juga menyukai