Anda di halaman 1dari 16

ORGANISASI MANAJEMEN

PELAYANAN KEBIDANAN
“MANAJEMEN PELAYANAN
KEBIDANAN”

KELOMPOK 2:
1.AYU NURUL LESTARI
2.DESTI DWI LESTARI
3.DESTI PUTRI ANDARIE
4.DEVY ANA PERSARI
5.DFI KURMASARI
Bidan Sebagai Agent Of Change

Definisi Agen Perubahan


• Pengertian Agen Perubahan adalah Menurut Rogers dan
Shoemaker (1971), agen perubahan adalah petugas
profesional yang mempengaruhi putusan inovasi para
anggota masyarakat menurut arah yang diinginkan oleh
lembaga perubahan. Jadi semua orang yang bekerja
untuk mempelopori, merencanakan, dan melaksanakan
perubahan social adalah termasuk agen-agen perubahan.
• Dalam rumusan Havelock (1973), agen perubahan
adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan
sosial atau suatu inovasi yang berencana. (Nasution,
1990:37)
Kualifikasi Agen Perubahan
• Menurut Duncan dan Zaltman, agen-agen perubahan harus
memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu:
1. Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas
spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.
2. Kemampuan administratif, yaitu persyaratan administratif
yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk
mengalokasikan waktu untuk persoalan- persoalan yang
relatif detail.
3. Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang
paling penting adalah empati, yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagi
pandangan dan perasaan dengan mereka sehingga hal-hal
tersebut seakan- akan dialami sendiri.
Peranan Agen Perubahan
• Menurut Rogers dan Shoemaker, agen-agen perubahan berfungsi sebagai mata
rantai komunikasi antara dua (atau lebih) sistem sosial. Yaitu menghubungkan
antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial
masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Hal itu tercermin
dalam peranan utama seorang agen perubahan, yaitu:
1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan
3. Sebagai pembantu proses perubahan; membantu dalam proses pemecahan
masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana
1. mengenali dan merumuskan kebutuhan
2. mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
3. mendapatkan sumber-sumber yang relevan
4. memilih atau menciptakan pemecahan masalah
5. menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah
4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Peran bidan dalam pelayanan kesehatan

• Dalam melaksanakan profesinya bidan


memiliki peran sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti
1) Peran Bidan sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga
kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.tugas merujuk.
2) Peran Bidan Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2
tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas
partisipasi dalam tim.
3) Peran Bidan sebagai Pendidik
• Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing leader.
4)Peran Bidan Sebagai Peneliti/lnvertigator
• Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:
• Mengidentiflkasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
• Menyusun rencana kerja pelatihan.
• Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
• Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
• Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
• Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
Fungsi Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
• Berdasarkan peran bidan sepeni yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi bidan sebagai Pelaksana:
• Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
• Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
• Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
• Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko.
2. Fungsi bidan sebagai Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
• Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
• Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
• Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
• Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan.
• Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi bidan sebagai Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
• Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
• Membimbing dan melacih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
• Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat.
• Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi bidan sebagai Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
• Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan
sendiri Satau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
• Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
Manajemen Konflik Individual dan Sosial

Definisi Konflik
• Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi
dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau
berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah
satu atau keduanya saling terganggu.
• Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik
merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai
atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam
diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang
lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau
stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
(Wijono,1993, p.4).
Ciri-Ciri Konflik
• Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun
kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling
bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara
perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan,
memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma
yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala
perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi,
dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh
keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan
berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan
kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah,
bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa
aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-
hadapan sebagai akibat pertentangan yang
berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari
usaha masing-masing pihak yang terkait
dengan kedudukan, status sosial, pangkat,
golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri,
prestise dan sebagainya.
Sumber Konflik

1) Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)


• Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal
conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu:
1. Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan
pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-
tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2. Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk
melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang
mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong
untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan
tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang
yang mengalami konflik tersebut.
3. Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk
menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-
tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis
konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi,
serta akibatnya tidak begitu fatal.
2) Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius.
• Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya
perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung
jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan
yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Konflik dalam Sosial
Ada beberapa hal yang merupakan sumber konflik di tengah masyarakat
yakni :
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
1. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini
dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu
pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,
tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya
konflik sosial.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai