Anda di halaman 1dari 9

MENJAWAB SOAL

Dikumpulkan Sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Manajemen Mutu di


Pelayanan Kesehatan
Dosen Pembimbing : drg. Indah Rosana Dj, Alpisahar M.Kes

Disusun Oleh:
Amalina Hasyyiati Nur Trivansyah 1506800994

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017
1 Jelaskan dan Uraikan :
a Apa yang dimaksud dengan Agent of Chance?
Agent of change atau Agen perubahan adalah Seseorang yang dapat
menjadi katalisator untuk merubah hal-hal di sekelilingnya. Sedangkan
menurut Rogers dan Shoemaker (1971), agen perubahan adalah petugas

1
profesional yang mempengaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat
menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi semua orang
yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan, dan melaksanakan
perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan. Sangat penting
orang-orang yang berada dalam direksi serta manajemen rumah sakit sebagai
agen perubahan demi meningkatkan mutu dan memuaskan kebutuhan pasien.
b Siapa yang dapat menjadi Agent of Chance?
Agent of change tidak harus seseorang yang memiliki wewenang
tertentu, tetapi mereka harus memiliki visi yang jelas dan dapat
dikomunikasikan secara jelas dengan orang lain.
Menurut Duncan dan Zaltman, agen-agen perubahan harus memiliki
tiga kualifikasi dasar, yaitu:
1. Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari
proyek perubahan yang bersangkutan. Misalnya pengetahuan dan
wawasan tentang pemanasan global bagi seorang penyuluh lingkungan.
2. Kemampuan administratif, yaitu persyaratan administratif yang paling
dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengalokasikan waktu untuk
persoalan-persoalan yang relatif detail. Maksudnya, para agen perubahan
merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan tenaga mereka
untuk secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.
3. Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting
adalah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada
kedudukan orang lain, berbagi pandangan dan perasaan dengan mereka
sehingga hal-hal tersebut seakan- akan dialami sendiri.

Sedangkan dalam sumber lain dikatakan bahwa agen perubahan harus


memiliki kompetensi yang dibutuhkan, yaitu :
- Visi yang jelas
Agent of change harus memliki visi yang jelas dan visi tersebut harus
dapat dikomunikasikan secara jelas dengan orang lain. Visi yang baik
tidak berarti hanya ada satu jalan untuk mencapai suatu tujuan. Pada
dasarnya, sangat esensial bagi agent of change untuk memberi kekuatan

2
orang-orang yang bekerja bersama dan membantu melihat bahwa ada
banyak jalan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Sabar dan tekun
Perubahan tidak terjadi dalam semalam. Dibutuhkan kesabaran untuk
terus maju. Agent of change harus bisa membantu orang-orang untuk
melangkah lebih dekat dengan tujuannya, memotivasi orang-orang untuk
tidak mudah menyerah tentunya dengan tidak memaksa.
- Menanyakan pertanyaan sulit
Orang lain bisa saja memberi tahu kita solusi dari masalah yang kita
miliki, namun yang perlu digaris bawahi adalah hal itu merupakan solusi
milik orang lain.Tidak ada keterikatan emosional ketika solusi ditawarkan
oleh orang lain bukan dari diri sendiri. Menanyakan pertanyaan sulit
membuat orang-orang untuk berpikir solusi yang dapat dilakukan. Selalu
tanyakan hal-hal seperti Untuk masalah ini hal apa yang harus
dilakukan?, dan bantu orang-orang untuk mendapatkan kesimpulan
berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
- Berwawasan luas dan memimpin dengan mencontohkan
Agent of change merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan
atas bidang yang dibicarakannya. Pengetahuan yang disampaikan haruslah
berlandasakan pengalaman yang telah didapat.
- Hubungan kuat yang dibangun melalui kepercayaan
Semua yang dijabarkan di atas tidaklah berarti jika tidak memliki
hubungan yang kuat dengan orang-orang yang bekerja sama dengan kita.
Orang-orang tidak akan ingin berkembang jika tidak mempercayai
seseorang yang mendorong suatu perubahan. Kepercayaan dibangun
dengan cara berbicara baik dan melakukan sesuai dengan apa yang telah
dibicarakan.
c Uraikan kompetensi dari Agent of Chance dilihat dari 3 sisi yaitu
Knowledge-Skill dan Attitude
Semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan seseorang, semakin besar
kerusakan yang bisa diberikan kepada organisasi jika tidak memiliki perilaku
yang tidak baik. Agen perubahan harus bertindak sesuai penengah ketika
terjadi suatu masalah. Agen perubahan bertanggung jawab untuk memastikan

3
persoalan seperti ini mendapatkan pandangan yang lengkap guna menjauhi
proyek berakhir dengan kegagalan.

Seorang agen perubahan yang berhasil, menurut Havelock memiliki


sejumlah karakteristik seperti:
1. Agen perubahan harus memiliki nilai-nilai dan sikap mental (attitudes)
sebagai berikut:
- Pertimbangan (concern) utamanya mengenai manfaat dari inovasi
bagi pengguna akhir (end user) dalam hal ini pasien.
- Pertimbangan utama mengenai manfaat inovasi yang disebarkannya
bagi masyarakat secara keseluruhan.
- Respek terhadap nilai-nilai yang dianut dengan teguh oleh pihak
lain.
- Kepercayaan bahwa perubahan harus menghasilkan sesuatu yang
terbaik bagi yang terbanyak (mayoritas).
- Percaya bahwa masyarakat yang diubah mempunyai suatu
kebutuhan, dan juga hak untuk memahami mengapa perubahan
dilakukan (rationale) dan hak untuk berpartisipasi dalam memilih
di antara alternatif cara dan tujuan perubahan itu sendiri.
- Rasa yang kuat mengenai identitasnya sendiri dan dayanya untuk
menolong orang lain.
- Pertimbangan (concern) yang kuat untuk membantu tanpa menyakiti
perasaan, untuk membantu dengan resiko yang minimal untuk
jangka pendek dan jangka panjang bagi ketenangan masyarakat,
baik sebagai keseluruhan, maupun individu tertentu dalam
masyarakat yang bersangkutan.

4
- Respek terhadap institusi-institusi yang ada sebagai pencerminan
concern yang sah terhadap batas ruang kehidupan orang, keamanan,
dan pengembangan identitas di balik diri masing-masing.
2. Agen perubahan harus mengetahui (knowledge) hal-hal berikut ini:
- Bahwa individu-individu, kelompok, dan masyarakat merupakan
sistem-sistem terbuka yang saling berhubungan (open interrelating
systems).
- Bagaimana peranannya yang lain cocok dengan konteks sosial yang
lebih luas dari perubahan.
- Konsepsi-konsepsi alternatif mengenai peranannya sekarang dan
peranannya yang potensial di masa mendatang.
- Bagaimana orang lain memandang peranannya.
- Lingkup kebutuhan manusia, hubungan-hubungannya dan peringkat
prioritas yang mungkin dalam berbagai tahap pada lingkaran
kehidupan.
- Keseluruhan sumber-sumber (resources) dan cara untuk akses ke
sana.
- Mengapa orang dan sistem-sistem dapat berubah dan menolak
perubahan.
- Pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
seorang agen perubahan dan seorang pengguna sumber-sumber yang
efektif.
3. Agen perubahan harus memiliki keterampilan (skill) berikut ini:
- Bagaimana mengembangkan dan memelihara hubungan proyek
perubahan dengan orang lain.
- Bagaimana membawa orang ke suatu konsepsi mengenai kebutuhan
dan prioritas mereka dalam hubungan dengan kebutuhan dan
prioritas orang lain.
- Bagaimana mengatasi kesalahpahaman dan konflik.
- Bagaimana membina jembatan nilai.
- Bagaimana menyampaikan kepada orang lain perasaan berdaya
untuk melaksanakan pembangunan.
- Bagaimana membina tim kerja sama (collaborative teams) untuk
perubahan.

5
- Bagaimana mengorganisir dan melaksanakan proyek-proyek
perubahan yang berhasil.
- Bagaimana menyampaikan kepada orang lain mengenai
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang dimilikinya.
- Bagaimana menyadarkan masyarakat akan potensi yang tersedia
dari sumber- sumber (resources) mereka sendiri.
- Bagaimana mengembangkan keterbukaan masyarakat untuk
menggunakan sumber-sumber, baik yang internal maupun yang
eksternal.

2 Jelaskan dan uraikan :


a Apa yang dimaksud dengan Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam pelaksanaan dan meningkatkan keselamatan
pasien di rumah sakit amatlah penting. Pemimpin yang berperan sebagai
inisiator dan penggerak utama menjadi penentu bagaimana berjalannya
praktek dan usaha dalam keselamatan pasien. Prioritisasi keselamatan pasien,
pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data berkualitas tinggi,
mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa
tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang
kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan
pengembangan budaya patient safety. Dengan kepemimpinan yang baik,
masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling
melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.
b Jelaskan peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan. Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi

6
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
c Beri contoh dengan jelas
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien dapat
diterapkan di berbagai lini, contohnya:
1. Dalam Pembangunan Kesadaran akan Nilai Keselamatan Pasien
Dimulai dengan menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka
dan adil, pembangunan kesadaran dapat diterapkan di dua tempat, yaitu:
a. Di Rumah Sakit
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
i. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan
peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
ii. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di rumah sakit.
iii. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
b. Di Unit/Tim
i. Pastikan rekan sekerja Anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden.
ii. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai
di rumah sakit Anda untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2. Memimpin dan Mendukung Staf
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang

7
keselamatan pasien di rumah sakit. Penerapan kepemimpinan terhadapa
staf dapat diterapkan dengan langkah sebagai berikut:
a. Untuk Rumah Sakit
i. Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yang bertanggung
jawab atas keselamatan pasien.
ii. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi penggerak dalam gerakan
keselamatan pasien.
iii. Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat
direksi/pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.
iv. Masukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan
staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitasnya.
b. Untuk Unit/Tim
i. Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk
memimpin gerakan keselamtan pasien.
ii. Jelaskan kepada tima anda relevansi dan pentingnya menjaga
keselamatan pasien.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Tan, Amy. Kauffman, Uwe. Making Good Change Agents : Attitude,
Knowledge, Skills tersedia dalam
https://www.isixsigma.com/implementation/change-management-
implementation/making-good-change-agents-attitude-knowledge-skills/
3. Nikolaou, Ioannis, et al. "Selecting change agents: Exploring traits and skills
in a simulated environment." Journal of Change Management 7.3-4 (2007):
291-313.

Anda mungkin juga menyukai