Process Consultation
Untuk melakukan kegiatan PC terdapat sepuluh (10) prinsip untuk memandu tindakan
PC, menurut Schein yaitu:
a. Selalu berusaha membantu (PC harus memperhatikan niat mereka, dan setiap
interaksi harus berorientasi untuk membantu);
b. Selalu mengacu pada dengan kenyataan saat ini (setiap interaksi harus
menghasilkan informasi diagnostik tentang situasi saat ini, termasuk data tentang
pendapat, kepercayaan, dan reaksi emosi klien);
c. Akses ketidaktahuan (harus menggunakan diri mereka sebagai instrumen
perubahan;
d. Semua dilakukan adalah intervensi (setiap interaksi dalam hubungan konsultatif
menghasilkan informasi serta konsekuensi);
e. Klien memiliki masalah dan solusinya (praktisi membantu klien memecahkan
masalah mereka sendiri dan belajar mengelola perubahan di masa depan);
f. Ikuti arus yang ada(praktisi harus bekerja untuk memahami motivasi dan persepsi
klien);
g. Pengaturan waktu adalah hal sangat penting (PC harus waspada terhadap
kesempatan ketika klien terbuka (atau tidak terbuka) terhadap saran);
h. Jadilah orang yang constructively opportunistic dengan intervensi konfrontatif
(umpan balik dapat memberikan kelompok atau individu wawasan yang luas tentang
perilaku mereka);
i. Semuanya adalah informasi; kesalahan akan selalu terjadi dan merupakan
sumber utama untuk belajar (data penting yang harus digunakan dalam
pengembangan hubungan yang sedang berlangsung);
j. Jika ragu, bagikan/ceritakan masalah yang dimiliki (memodelkan keterbukaan
dengan berbagi dilema tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya).
Group Process
Third Party Intervention berfokus kepada konflik yang timbul antara dua atau lebih
orang dalam organisasi yang sama. Konflik merupakan hal yang melekat dalam kelompok
dan organisasi, yang dapat timbul karena berbagai alasan seperti : perbedaan kepribadian,
orientasi tugas, saling ketergantungan tujuan, adanya persepsi di antara anggota kelompok,
dan persaingan untuk sumber daya yang langka. Intervensi pihak ketiga diperlukan untuk
digunakan dalam situasi dimana konflik secara signifikan mengganggu interaksi tugas yang
diperlukan dan hubungan kerja di antara anggota. Intervensi pihak ketiga sangat bervariasi
tergantung pada jenis masalah yang mendasari konflik. Konflik dapat timbul karena masalah
substantif, seperti metode kerja, tingkat upah, dan kondisi pekerjaan, atau dapat muncul dari
masalah antarpribadi, seperti kepribadian dan kesalahan persepsi. Ketika diterapkan pada isu-
isu substantif, intervensi penyelesaian konflik sering melibatkan penyelesaian perselisihan
pekerja-manajemen melalui arbitrasi dan mediasi. Metode yang digunakan dalam intervensi
substantif tersebut membutuhkan pelatihan dan keahlian yang cukup dalam hukum dan
hubungan kerja, dan pada umumnya tidak dianggap sebagai bagian dari praktik
Organizational Development (OD).
Konflik antarpribadi sering terjadi dalam tahap siklus berulang yang dikenal sebagai
"episode". Terkadang masalah yang mendasari konflik itu tidak terlihat dan tidak
menghadirkan masalah nyata bagi para pihak. Kemudian sesuatu memicu konflik,
membuatnya terbuka, dan siklus berlanjut dengan episode konflik berikutnya. Seringkali,
konflik terbuka hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam. “Model Episodik”
mengidentifikasi empat strategi untuk resolusi konflik. Tiga upaya pertama untuk
mengendalikan konflik, dan hanya pendekatan terakhir yang mencoba mengubah isu-isu
mendasar yang mendasarinya. Strategi pertama adalah mencegah pengapian konflik dengan
mencapai pemahaman yang jelas tentang faktor-faktor pemicu dan kemudian menghindari
atau menumpulkannya. Strategi kontrol kedua adalah menetapkan batas-batas pada bentuk
konflik. Konflik dapat dibatasi oleh pertemuan informal sebelum pertemuan formal atau
dengan eksplorasi opsi lain. Ini juga dapat dibatasi dengan menetapkan aturan dan prosedur
yang menetapkan kondisi dimana para pihak dapat berinteraksi. Metode yang ketiga adalah
membantu para pihak mengatasi secara berbeda dengan konsekuensi dari konflik. Konsultan
pihak ketiga dapat bekerja dengan orang-orang yang terlibat untuk merancang teknik koping,
seperti mengurangi ketergantungan mereka pada hubungan, melampiaskan perasaan mereka
kepada teman, dan mengembangkan sumber tambahan dukungan emosional. Metode-metode
ini dapat mengurangi biaya konflik tanpa menyelesaikan masalah mendasar. Metode keempat
adalah upaya untuk menghilangkan atau menyelesaikan masalah mendasar yang
menyebabkan konflik. Walton telah mengidentifikasi sejumlah faktor dan pilihan taktis yang
dapat memfasilitasi penggunaan Model Episodik dalam menyelesaikan penyebab konflik
yang mendasarinya. Pilihan taktis yang diidentifikasi oleh Walton adalah yang berkaitan
dengan diagnosis, konteks intervensi pihak ketiga, dan peran konsultan.
Salah satu taktik dalam intervensi pihak ketiga adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data memberikan beberapa pemahaman tentang sifat dan jenis konflik,
kepribadian dan gaya konflik individu yang terlibat, masalah dan tekanan yang menyertainya,
dan kesiapan peserta untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan konflik. Konteks di mana
intervensi terjadi juga penting. Pertimbangan netralitas area pertemuan, formalitas
pengaturan, kesesuaian waktu untuk pertemuan, dan pemilihan yang cermat dari mereka yang
harus menghadiri pertemuan adalah semua elemen dari konteks ini. Selain itu, konsultan
pihak ketiga harus memutuskan peran yang sesuai untuk diasumsikan dalam menyelesaikan
konflik. Taktik spesifik yang dipilih akan tergantung pada diagnosis situasi. Konsultan pihak
ketiga harus mengembangkan keterampilan yang cukup besar dalam diagnosis, intervensi,
dan tindak lanjut, dan sangat sensitif terhadap perasaan mereka sendiri dan terhadap orang
lain. Selain itu, konsultan pihak ketiga juga harus memiliki keahlian profesional dalam
intervensi pihak ketiga dan harus dilihat oleh para pihak sebagai netral atau tidak memihak
mengenai masalah dan hasil penyelesaian konflik.
Team-Building Activities
Sebuah team adalah kelompok orang yang memiliki tujuan sama, memiliki pola kerja yang
sama dan bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing.
Sifat ketergantungan dalam suatu team bervariasi seperti; kelompok yang melibatkan orang –
orang dengan organisasi bersama tujuan, kelompok temporer yang dibentuk untuk melakukan
tugas khusus, kelompok yang terdiri dari orang-orang yang pekerjaannya saling tergantung,
atau kelompok yang anggota-anggotanya tidak ada hubungan formal dalam organisasi tetapi
memiliki tujuan kolektif mencapai tugas.
Kini, jarak tidak lagi menjadi halangan dalam suatu kelompok. Karena terdapat teknologi
dengan kemampuan virtual. Beberapa faktor yang mempengaruhi outcomes (hasil) dari setiap
kegiatan aktivitas team-building adalah; lamanya waktu yang dialokasikan untuk kegiatan,
kemmpuan team untuk melaksanakan prosesnya, lamanya waktu team bekerjasama. Jadi
kesimpulannya, keberhasilan dalam team-building relative.
Menurut Hackman, kerjasama team yang efektif akan menghasilkan output yang memuaskan
para pemangku kepentingannya, dan juga secara konstan akan terus memperbaiki team
mereka.
Team-building dapat diklasifikasikan berdasarkan level dan orientasi mereka. Dan juga dapat
focus pada beberapa hal berikut:
Pada dasarnya, setiap orang datang ke suatu kelompok atau organisasi dengan kebutuhan
yang bervariasi. Kebutuhan ini dapat didukung oleh struktur dan proses team yang ada. Cara
untuk mengetahui kebutuhan mereka dengan cara interview atau survey untuk membantu
anggota lebih memahami motivasi, gaya, atau emosi dari masing-masing anggota kelompok.
Komunikasi dapat menjadi kunci kebutuhan dan keinginan anggot dipenuhi.
Suatu organisasi dapat mengadakan kegiatan pengembangan untuk membahas satu atau lebih
anggota, mengadakan pelatihan, dengan juga bantuan pemberian konflik. Intervensi ini dapat
dilakukan suatu organisasi untuk mengubah proses kelompok yang sedang berlangsung
dengan lebih focus pada perilaku atau sikap individu. Anggota team menyatakan keinginan
mereka untuk terlibat dalam penyelesaian masalah, kepercayaan pada pemimpin dan
kemampuan untuk melakukan tantangan.
Fokus utama dari kegiatan pengembangan team adalah terkait kinerja tugas dan proses
kelompok. Kegiatan diagnostic melibatkan pengumpulan data melalui kuesioner atau
wawancara. Sifat data yang dikumpulkan akan bervariasi tergantung pada tujuan dari team-
building, pengetahuan konsultan tentang organisasi dan budayanya dan orang-orang yang
terlibat. Jadi nanti akan ditarik data yang biasanya akan mencakup budaya organisasi, pola
komunikasi, dan hubungan dan proses interpersonal.
Hubungan yang ada di dalam organisasi dengan konteks organisasi adalah aspek penting
dalam keefektifan kelompok. Kegiatan diagnostiknya focus padamemahami peran organisasi
kelompok, bagaimana tujuannya mendukung organisasi yang lebih besar atau bagaimana
kelompok berinterkasi dengankelompok lain. Terkadang muncul ide perlunya kolaborasi
dengan bagian alin dari organisasi. Ketika kteam lebih kompak, biasanya akan memberikan
pengaruh yang lebih kuat di dalam sebuah organisasi.
Pada akhirnya, manajer bertanggung jawab atas fungsi team, meskipun tanggung jawab ini
harus dibagikan oleh grup itu sendiri. Oleh karena itu, tugas manajemen adalah untuk
mengembangkan sebuah kelompok kerja.
Peran konsultan dalam pengembangan organisasi adalah untuk bekerja erat dengan manajer.
Hal yang perlu diingat adalah: (1) manajer pada akhirnya bertanggung jawab atas semua
kegiatan pembangunan team (2) tujuan kehadiran konsultan adalah untuk membantu manajer
belajar melanjutkan pengembangan proses team`
Keterbukaan karyawan dan pengambilan keputusan adalah hal yang paling penting.
Kesimpulan
Dalam bab ini disajikan beberapa hal mengenai intervensi proses manusia yang
ditujukan untuk interpersonal hubungan dan dinamika kelompok. Di antara intervensi paling
awal dalam OD, perubahan ini merupakan program membantu orang untuk memperoleh
kompetensi interpersonal, bekerja melalui interpersonal konflik, dan mengembangkan
kelompok yang efektif. Konsultasi proses digunakan tidak hanya sebagai cara membantu
kelompok menjadi efektif tetapi juga sebagai sarana di mana kelompok dapat belajar untuk
mendiagnosis dan menyelesaikan masalah mereka sendiri dan terus mengembangkan
kompetensi dan kedewasaan mereka. Bidang kegiatan penting termasuk komunikasi, peran
anggota kelompok, kesulitan dengan pemecahan masalah dan norma-norma pengambilan
keputusan, serta kepemimpinan dan otoritas. Perbedaan mendasar antara proses konsultasi
dan intervensi pihak ketiga adalah bahwa yang terakhir berfokus pada interpersonal disfungsi
dalam hubungan sosial antara dua orang atau lebih dalam organisasi yang sama dan
ditargetkan untuk menyelesaikan konflik langsung di antara mereka individu. Pembentukan
tim diarahkan untuk meningkatkan efektivitas kelompok dan cara-cara dalam anggota tim
mana yang bekerja bersama. Tim mungkin permanen atau sementara atau tradisional atau
virtual, tetapi anggotanya memiliki tujuan organisasi yang sama atau kegiatan kerja. Proses
umum membangun tim, seperti proses konsultasi, mencoba memperlengkapi tim untuk
menangani pemecahan masalahnya sendiri yang sedang berlangsung.