Anda di halaman 1dari 20

PERILAKU KEORGANISASIAN

Dr. Ida Ketut Kusumawijaya, SE., MM

CHANGE AGENT ROLE

Komang Tri Wisnanda

Kadek Seri Ertiana Dewi

Kadek Ita Maharani

Ni Nyoman Wina Puspasari

I Putu Gede Dharma Putra

STIE TRIATMA MULYA

BADUNG

MEI 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masyarakat merupakan sekelompok individu yang berada pada suatu tempat
tertentu yang menjalankan aktivitas baik dalam bidang sosial, budaya, agama, ekonomi
dan lain sebagainya. Masyarakat juga disebut sebagai makhluk induvidu dan makhluk
sosial. Untuk meningkatkan sumber daya masyarakat tersebut diperlukan suatu
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara bertahap dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri yaitu
masyarakat yang mampu mengenali masalahnya dan dapat mencari solusinya.
Kemandirian masyarakat merupakan tujuan utama proses pemberdayaan dalam
meningkatkan kualitas pembangunan sebuah bangsa
Perkembangan teknologi yang semakin maju dari tahun ke tahun membuat
perubahan yang begitu cepat, baik dalam produk baru, pasar baru, cara berpikir dan
kompetensi baru serta teknologi baru. Perubahan tersebut dapat menjadi peluang atau
tantangan dalam menghadapi persaingan. Perubahan menjadi sesuatu yang tidak dapat
terhindarkan dalam kehidupan setiap organisasi. Tuntutan perubahan terjadi di berbagai
bidang kehidupan, baik individu, kelompok masyarakat, lembaga, organisasi, maupun
perusahaan. Sumber utama pemicu perubahan berasal dari faktor di luar organisasi dan
faktor dalam organisasi, dimana faktor yang memicu terciptanya perubahan dari dalam
organisasi yaitu manajemen, sumber daya, dan sikap dan komunikasi dari anggota
organisasi itu sendiri, sedangkan faktor luar organisasi yaitu perkembangan teknologi
dan globalisasi. Untuk menyeimbangkan perkembangan dan perubahan yang ada di era
globalisasi ini, tentu perlu diadakan pemberdayaan kepada guna menjadikan memajukan
masyarakat itu sendiri.
Pelaku pemberdayaan masyarakat adalah seorang agen perubahan, dimana agen
perubahan bertindak sebagai penghubung dan penggerak masyarakat sasaran
pemberdayaan. Agen perubahan (agent of change) adalah sekelompok orang yang
mendapat perhatian dan harapan masyarakat untuk dapat memimpin dan menjalan
sistem sosial (Luhuan, 2014). Pelaku yang bertindak sebagai agen perubahan tentunya
masyarakat itu sendiri, akan tetapi peran serta dari unsur-unsur dunia pendidikan juga
tidak kalah penting dalam terciptanya pemberdayaan masyarakat.
Mahasiswa yang merupakan salah satu unsur dari suatu lembaga pendidikan
juga berperan sebagai agen perubahan dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa motode yang dilakukan, yakni melalui program-
program dalam bidang pendidikan salah satunya dengan Program Kemitraan
Masyarakat (PKM). Program kemitraan masyarakat ini merupakan program pengabdian
masyarakat oleh Kemenristekdikti yang bertujuan untuk mendukung dengan
memberikan binaan kepada masyarakat.
Peran serta mahasiswa sebagai agen perubahan dalam pemberdayaan
masyarakat juga sangat diperlukan, mengingat mahasiswa merupakan tonggak kemajuan
dari suatu bangsa. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang. Peningkatan kualitas hidup ini ditandai dengan
kemampuan individu untuk tetap bertahan dalam menghadapi masalah kehidupan. Tidak
cukup hanya bertahan, namun juga harus dapat mengembangkan kemampuan diri untuk
mencapai kemajuan dan kemandirian.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya paper ini yaitu :
1. Untuk mengetahui peran lembaga pendidikan sebagai agen of change dalam
pemberdayaan masyarakat.
2. Untuk mengetahui peran mahasiwa sebagai katalisator dari agen of change dalam
pemberdayaan masyarakat.
3. Untuk mengetahui peran fasilitator dari agen of change.
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1. Pengertian Agen Perubahan


Dalam upaya untuk mengembangkan suatu organisasi tentu harus ditandai
dengan adanya seseorang atau sekelompok orang menjadi pelopor, penggerak,
pemimpin untuk mencapai suatu perubahan. Orang-orang yang mampu menggerakan
orang lain atau organisasi untuk mecapai perubahan yang lebih baik itu disebut dengan
agen perubahan (Agent of change)
Menurut Soerjono Soekanto menyatakan, pihak-pihak yang menghendaki
perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. (Soekanto, 1992:273)
Dalam rumusan Havelock (1973), agen perubahan adalah orang yang membantu
terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana.(Nasution, 1990:37)
Pengenalan dan kemudian penerapan hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide baru
tersebut yang dikenal dengan sebagai inovasi, dilakukan dengan harapan agar kehidupan
masyarakat yang bersangkutan akan mengalami kemajuan. Agen perubahan juga selalu
menanamkan sikap optimis demi terciptanya perubahan yang diharapkan tadi. Segala
sesuatu tidak akan dengan mudahnya dirubah tanpa adanya sikap optimis dan
kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa dapat melakukan perubahan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Agen Perubahan (Agent of Change)
adalah individu atau seseorang yang bertugas mempengaruhi target / sasaran perubahan
agar mereka mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Agen
Perubahan menghubungkan antara sumber perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll)
dengan systems masyarakat yang menjadi target perubahan. Dengan demikian
komunikasi adalah alat stratejik bagi tercapainya suatu perubahan dalam organisasi
maupun systems sosial dalam masyarakat.

2.2. Karekteristik Agen Perubahan


Seorang agen perubahan tidak dengan mudahnya mampu membuat perubahan
tanpa menanamkan karakteristik dalam dirinya sendiri agar dapat menjadi panutan atau
teladan terhadap sekelompok orang yang menjadi target perubahannya. Seorang agen
perubahan yang berhasil, menurut Havelock (1970) memiliki karakteristik seperti
berikut (Nasution, 1990:38):
1. Agen perubahan harus memiliki nilai-nilai dan sikap mental (attitudes) sebagai
berikut:
a. Pertimbangan (concern) utamamya mengenai manfaat dari inovasi bagi pengguna
akhir (end user).
b. Pertimbangan utama mengenai manfaat inovasi yang disebarluaskannya bagi
masyarakat secara keseluruhan.
c. Respek terhadap nilai-nilai yang dianut dengan teguh oleh pihak lain.
d. Kepercayaan bahwa perubahan harus menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi
yang terbanyak (mayoritas).
e. Percaya bahwa masyarakat yang diubah mempunyai suatu kebutuhan, dan juga
hak untuk memahami mengapa perubahan dilakukan (rationale) dan hak untuk
berpartisipasi dalam memilih di antara alternatif cara dan tujuan perubahan itu
sendiri.
f. Rasa yang kuat mengenai identitasnya sendiri dan upayanya untuk menolong
orang lain.
g. Pertimbangan (concern) yang kuat untuk membantu tanpa menyakiti perasaan,
untuk membantu dengan resiko yang minimal untuk jangka pendek dan jangka
panjang bagi ketenangan masyarakat, baik sebagai keseluruhan, maupun individu
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.
h. Respek terhadap institusi-institusi yang ada sebagai pencerminan concern yang
sah terhadap batas ruang kehidupan orang, keamanan, dan pengembangan
identitas di balik diri masing-masing.
2. Agen perubahan harus mengetahui hal-hal sebagai berikut (Nasution, 1990:39):
a. Bahwa individu-individu, kelompok, dan masyarakat merupakan sistem-sistem
terbuka yang saling berhubungan (open interrelating systems).
b. Bagaimana peranannya yang lain cocok dengan konteks sosial yang lebih luas
dari perubahan.
c. Konsepsi-konsepsi alternatif mengenai peranannya sekarang dan peranannya
yang potensial di masa mendatang.
d. Bagaimana orang lain memandang peranannya.
e. Lingkup kebutuhan manusia, hubungan-hubungannya dan peringkat prioritas
yang mungkin dalam berbagai tahap pada lingkaran kehidupan.
f. Keseluruhan sumber-sumber (resources) dan cara untuk akses ke sana.
g. Mengapa orang dan sistem-sistem dapat berubah dan menolak perubahan.
h. Pengetahuan, sikap mental, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang agen
perubahan dan seorang pengguna sumber-sumber yang efektif.
3. Agen perubahan harus memiliki keterampilan berikut (Nasution, 1990:39- 40):
a. Bagaimana mengembangkan dan memelihara hubungan proyek perubahan
dengan orang lain.
b. Bagaimana membawa orang ke suatu konsepsi mengenai kebutuhan dan prioritas
mereka dalam hubungan dengan kebutuhan dan prioritas orang lain.
c. Bagaimana mengatasi kesalahpahaman dan konflik.
d. Bagaimana membina jembatan nilai.
e. Bagaimana menyampaikan kepada orang lain perasaan berdaya untuk
melaksanakan pembangunan.
f. Bagaimana membina tim kerja sama (collaborative teams) untuk perubahan.
g. Bagaimana mengorganisir dan melaksanakan proyek-proyek perubahan yang
berhasil.
h. Bagaimana menyampaikan kepada orang lain mengenai pengetahuan, nilai-nilai
dan keterampilan yang dimilikinya.
i. Bagaimana menyadarkan masyarakat akan potensi yang tersedia dari sumber-
sumber (resources) mereka sendiri.
j. Bagaimana mengembangkan keterbukaan masyarakat untuk menggunakan
sumber-sumber, baik yang internal maupun yang eksternal.

2.3. Peranan Agen Perubahan


Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran baik
sebagai penghubung atau sebagai pernggerak dalam suatu organisasi. Hal itu tercermin
dalam peranan utama seorang agen perubahan yaitu (Nasution, 2004:129):
1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah
dan penyebaran inovasi, serta member petunjuk mengenai bagaimana
a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan
b. Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
c. Mendapatkan sumber-sumber yang relevan
d. Memilih atau menciptakan pemecahan masalah
e. Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah.
4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Selain itu ada tujuh peran agen perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses
mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu sistem klien,yaitu :
1. Untuk mengembangkan kebutuhan akan perubahan pada klien.
Seorang agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar akan
kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai
proses perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang
terjadi, menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk
diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah
tersebut. Agen perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting pada tahap ini dan
juga mencoba membantu klien untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik.
2. Untuk membuat sebuah hubungan pertukaran informasi.
Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan
harus mengembangkan hubungan dengan kliennya. Agen perubahan dapat
meningkatkan hubungan dengan klien dengan sikap dapat dipercaya (credible),
kompeten, dan terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap kebutuhan dan
masalah klien. Klien harus menerima agen perubahan sebelum mereka akan
menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar bagaimana agen
perubahan itu dirasakan oleh klien.
3. Untuk menganalisis masalah klien
Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah para klien
untuk menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan
mereka. Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi
dengan empatik dari sudut pandang klien. Disini agen perubahan akan mencoba
untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba menemukan
inovasi yang paling tepat.
4. Untuk menumbuhkan niat berubah pada klien
Setelah agen perubahan mengeksplorasi/menyelidiki bermacam-macam
kesempatan dari tindakan yang dapat mengantarkan klien mencapai tujuan mereka,
agen perubahan mencari cara agar mereka tertarik dengan inovasi.
5. Untuk menerjemahkan niat klien ke dalam tindakan
Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap klien dalam
menyesuaikan saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan
interpersonal mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada
tahap persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Change
agent dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di kalangan sistem klien
melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah mengadopsi.
6. Untuk menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinyu.
Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru
sampai menguatkan pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian
seperti “membekukan” tingkah laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan
ketika seorang klien sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam
proses keputusan inovasi.
7. Untuk mencapai sebuah hubungan yang berulang-ulang
Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap
memperbaharui diri (self-renewing) dalam bagian dari klien. Ketika perubahan telah
terjadi pada klien dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan harus
dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan
kemampuan klien untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata
lain, change agent berusaha untuk merubah sistem klien dari posisi mempercayai
change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan
mereka sendiri.
Dalam pandangannya, agen memiliki peran kritis yaitu :
1. Katalisator adalah peran untuk meyakinkan pegawai tentang pentingnya perubahan
menuju kearah yang lebih baik. Orang-orang yang benar-benar sukses menjadi
katalisator perubahan tentu memiliki visi yang jelas tentang perubahan
berkelanjutan dengan membantu untuk memastikan bahwa orang-orang bergerak
maju.
2. Pemberi solusi adalah peran sebagai pemberi alternatif solusi kepada pegawai
yang mengalami kendala. Agen perubahan mengetahui pentingnya hubungan
emosional dalam kelompoknya, ketika mereka bergerak maju. Kemampuan ini
juga digunakan saat membantu olah pemikiran (brainstorming) atasapa yang
terjadi, tantangan dan hal-hal harus dilakukan, mendorong diskusi dan tukar
pendapat sehingga orang-orang dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan
pengalaman mereka.
3. Mediator adalah peran dalam membantu melancarkan proses perubahan. Agen
perubahan adalah pemimpin yang memiliki karakter, integritas dan kredibilitas
selain memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam strategi melancarkan proses
perubahan.
4. Penghubung adalah peran dalam menghubungkan pegawai dengan pembuat
kebijakan. Pemimpin sebagai agen perubahan dapat membangun hubungan yang
kuat atas dasar kepercayaan. Seseorang tidak akan bersedia untuk tumbuh dan
berubah jika mereka tidak memiliki kepercayaan terhadap orang yang mendorong
perubahan. Kepercayaan juga dibangun ketika kita mengetahui bahwa sebagai
resiko dan konsekuensi dari perubahan maka ada kemungkinan kita akan
berurusan dengan hal-hal tertentu yang mungkin saja sebelumnya dihindari.
5. Role model adalah peran sebagai contoh, baik dalam prestasi kerjanya maupun
dalam perilakunya. Agen perubahan harus mampu memberdayakan dan membawa
orang lain untuk menjadi agen perubahan baru selaras dengan budaya
kepemimpinan dan pembelajaran.

2.4. Jenis-jenis Agen Perubahan


Ada 3 jenis agen perubahan yaitu,
1. Agen perubahan internal
Agen perubahan internal adalah staff ahli dari dalam organisasi sendiri yang
secara khusus dilatih untuk melakukan pengambangan organisasi.
Keunggulan agen perubahan internal :
a. Memahami organisasi secara mendalam
b. Dapat melakukan hubungan dan kepercayaan yang di perlukan dalam perubahan.
Kelemahan agen perubahan internal yaitu sering di anggap sebagai agen yang
hanya melihat permasalahan dari sisi manajemen saja.
2. Agen perubahan eksternal
Agen perubahan eksternal adalah individu dari luar organisasi yang diminta
atau di tugaskan untuk memberikan usalan tentang perubahan.
Keuntungan agen perubahan eksternal :
a. Dapat memandang permasalahan lebih obyektif
b. Dapat membawa gagasan baru
c. Perkerjaan lebih terbuka mengemukakan permasalahan yang dihadapi oleh
organisasi
d. Pekerja lebih percaya pada kemampuan orang luar daripada orang dalam.
Kelemahan agen perubahan eksternal :
a. Sulit menanamkan rasa kepercayaan
b. Kurang pemahamannya terhadap organisasi, sehingga kurang mampu melihat
permasalahan secara proporsional
c. Cenderung memberikan rekomendasi perubahanan yang drastis.
3. Agen perubahan eksternal-internal
Agen perubahan eksternal-internal adalah upaya memadukan orang-orang
dari dalam dan dari luar organisasi dengan mengambil manfaat atau kelebihan dan
mengurangi kelemahan dari agen perubahan internal dan eksternal.

2.5. Pendekatan Melakukan Perubahan


Harlod J.Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui
pengubahan struktur, teknologi, dan atau orang-orangnya.
1. Pendekatan struktur
Perubahan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan system
internal, seperti acuan kerja, ukuran, dan komposisi kelompok kerja, system
komunikasi hubungan –hubungan tanggung jawab atau wewenang.
Pendekatan structural dibagi menjadi 3 kelompok, yang terdiri dari :
a. Aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi klasik.
Para teroritis klasik berusaha untuk memperbaiki prestasi organisasi melalui
perumusan secara jelas dan hati-hati tanggung jawab jabatan para anggota
organisasi.
b. Desentralisasi
Desentralisasi dapat berdiri sendiri dan memuaskan perhatian pada kegiatan
yang berorientasi tinggi.
c. Aliran kerja
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan
pengelompokan keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara
langsung dan cenderung memperbaiki semangat kepuasan kerja.
2. Pendekatan teknologi
Untuk memperbaiki prestasi organisasi F.W Taylor dan pengikutnya mencoba
menganalisis dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan mesin-mesin
untuk meningkatkan efisiensi sehubung dengan perubahan teknologi adakalanya
perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur organisasi.
Hal ini dapat menciptakan ketidaksenangan dan pemutusan hubungan diantara para
anggota organisasi akibatnya terjadi penurunan produktifitas dalam pekerjannya.
3. Pendekatan orang
Pendekatan orang bermaksud untuk merubah secara langsung prilaku
karyawan melalui pemutusan pada keterampilan sikap, persepsi, dan pengharapan
mereka sehingga dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif. Keterampilan dan
sikap baru ini juga dapat mendorong para karyawan untuk memprakarsai perubahan
dalam pekerjaannya.

2.6. Etika Agen Perubahan


Etika adalah system nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar,
atau apa yang paling tepat dalam situasi tertentu, memutuskan yang konsisten dengan
system nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.
Etika agen perubahan dapat berupa sebagai berikut :
1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri.
2. Tanggung jawab terhadap profesionalisme, dalam pengembangan dan kopetensi.
3. Tanggung jawab terhadap client dan pihak-pihak lain.
4. Tanggung jawab terhadap profesi.
5. Tanggung jawab sosial.

2.7. Pendidikan Sebagai Agen Perubahan


Pendidikan adalah sebuah proses yang dialami manusia untuk mempelajari
lingkungan sekitar agar mencapai manusia yang seutuhnya. Konsep sederhananya
pendidikan yaitu suatu proses tidak tahu atau belum tahu menjadi tahu dan paham.
Filsafat timur (India) oleh J. Krishnamurti, 1979 dalam bukunya Agus Salim (2008)
mengartikan bahwa pendidikan adalah perubahan batin untuk membentuk kebudayaan
baru; menurut Krishnamurti pendidikan memiliki arti yang sangat penting dalam
menyampaikan apa yang pokok untuk perubahan batin manusia dan membentuk budaya
baru. Perubahan yang fundamental itu terjadi apabila si anak, sementara dilatih dalam
berbagai ketrampilan dan ilmu pengetahuan, juga diberi kemampuan untuk menyadari
proses-proses pikiran, perasaan, dan tindakannya sendiri. Kewaspadaan ini membuat si
anak kritis terhadap diri sendiri dan cermat pengamatannya dan dengan demikian
membentuk keutuhan penglihatan, perbedaan, dan tindakan yang sangat penting untuk
pendewasaan di dalam dirinya bagi suatu hubungan yang benar terhadap sesama
manusia, terhadap alam, dan terhadap alat-alat yang diciptakan manusia.
Sebagai agen of change pendidikan memiliki peran untuk memberdayakan
masyarakat yakni dengan salah satunya melalui program pengabdian masyarakat oleh
perguruan tinggi, dimana yang melibatkan komponen-komponen dari perguruan tinggi
tersebut. Adapun kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang didanai oleh DP2M
DIKTI diantaranya adalah :
1. Ipteks bagi Masyarakat (IbM);
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Dilitabmas)
mencoba menerapkan paradigma baru dalam kegiatan PPM yang bersifat problem
solving, komprehensif, bermakna, tuntas, dan berkelanjutan (sustainable) dengan
sasaran yang tidak tunggal. Hal-hal inilah yang menjadi alasan dikembangkannya
program Ipteks bagi Masyarakat (IbM). Tujuan program pengabdian IbM adalah:
membentuk/mengembangkan sekelompok masyarakat yang mandiri secara ekonomi,
membantu menciptakan ketentraman, dan kenyamanan dalam kehidupan
bermasyarakat, dan meningkatkan keterampilan berpikir, membaca dan menulis atau
keterampilan lain yang dibutuhkan.
2. Ipteks bagi Kewirausahaan (IbK);
Dilitabmas merumuskan suatu program dengan misi menghasilkan
wirausaha-wirausaha baru dari kampus, melalui program terintegrasi dengan kreasi
metode yang diserahkan sepenuhnya kepada penyelenggara IbK. Misi program IbK
adalah memandu perguruan tinggi menyelenggarakan unit layanan kewirausahaan
yang profesional, mandiri dan berkelanjutan, berwawasan knowledge based
economy. Tujuan dari program pengabdian IbK adalah menciptakan wirausaha baru
mandiri yang berbasis ipteks, meningkatkan keterampilan manajemen usaha bagi
masyarakat industry, dan menciptakan metode pelatihan kewirausahaan yang cocok
bagi mahasiswa PKMK/PKM lainnya/ mahasiswa yang sedang merintis
usaha/alumni wirausaha.
3. Ipteks bagi Inovasi Kreativitas Kampus (IbIKK);
Program IbIKK diharapkan mampu mendorong perguruan tinggi dalam
membangun akses yang menghasilkan produk jasa dan/atau teknologi hasil
ciptaannya sendiri. Misi program IbIKK adalah menciptakan akses sosialisasi
produk-produk intelektual masyarakat di lingkungan perguruan tinggi dalam
kerangka pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Program-program pendidikan yang menjadi penggerak dalam
memberdayakan masyarakat juga memberikan dampak yang positif terhadap
masyarakat. Salah satu penelitian yang membahas mengenai peranan lembaga
institusi pendidikan adalah penelitian yang dilakukan oleh Kusumawijaya (2017)
yang memaparkan bahwa dengan adanya PKM (Program Kemitraan Masyarakat)
mampu menjadi wadah untuk memfasilitasi pengerajin tedung sebagai penggerak
ekonomi rakyat. Dengan adanya program ini masyarakat di Desa Mengwi khususnya
pengerajin tedung mampu meningkatkan produksi serta dilakukan perubahan
metode pemasaran yakni dengan menggunakan metode pemasaran berbasis online
(website).

2.8. Peran Fungsi Mahasiswa


Mahasiswa sebagai tingkatan masyarakat yang lebih tinggi daripada siswa,
memiliki 4 peran fungsi mahasiswa yang belum memiliki kepentingan khusus dalam
bidang golongan, partai politik, ataupun organisasi masyarakat. Mahasiswa sebagai
masyarakat yang memiliki idealisme tinggi yang diharapkan dapat menjadi lidah
penyambung antara masyarakat dan pihak pemerintah.
1. Agent of Change (Generasi Perubahan)
Sebagai generasi perubahan, mahasiswa diharapkan dapat membawa perubahan
terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Mahasiswa diharuskan
memiliki kesadaran sosial dan kematangan berpikir yang kritis.
2. Social Control (Generasi Pengontrol)
Sebagai generasi pengontrol, mahasiswa diharapkan dapat mengendalikan keadaan
sosial yang ada di lingkungan sekitar. Dimana, mahasiswa dituntut untuk
bersosialisasi dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan.
3. Iron Stock (Generasi Penerus)
Sebagai generasi penerus, mahasiswa diharapkan dapat menjadi tonggak
kepemimpinan di masa mendatang.
4. Moral Force (Gerakan Moral)
Sebagai penggerak moral, mahasiswa diharapkan dapat menjaga stabilitas moral di
lingkungan masyakarat.
Penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki peranan yang penting
sebagai Agent Of Change adalah penelitian yang dilakukan oleh Nastudin , edhi
Martono, dan Subejo (2017) yang memaparkan bahwa program Sarjana Membangun
Desa pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur telah berhasil dalam pemberdayaan
dan peningkatan eknomi masyrakatnya. Program Sarjana membangundesa sendiri
diharapkan dapat terjadi transfer ilmu pengetahuan teknlogi dari perguruan tinggi ke
masyarakat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Peran Lembaga Pendidikan Sebagai Agen Of Change Dalam Pemberdayaan


Masyarakat.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi serta era globalisasi
saat ini terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat mempengaruhi adanya perubahan sosial
di tengah masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi sangat mempengaruhi
perkembangan masyarakat itu sendiri. Untuk menanggulangi masalah-masalah yang
kemungkinan timbul dari adanya perkembangan teknologi tersebut tentu diperlukan
adanya agen of change yang mampu menjadi penggerak perekonomian serta
menjadikan masyarakat rukun dan sejahtera.
Agen perubahan merupakan semua pihak yang ikut membantu proses
terjadinya perubahan pada suatu masyarakat. Peran dari agen perubahan ini akan
membantu proses perkembangan dan pemberdayaan di lingkungan masyarakat pada
umumnya. Dalam hal ini civitas akademika dari suatu perguruan tinggi juga turut
berperan aktif sebagai agen perubahan dalam proses pemberdayaan masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang pendidikan yang dijalankan
perguruan tinggi melalui program-program pengabdian masyarakat telah banyak
membawa perubahan pada kehidupan masyarakat. Peran agen perubahan sebagai
seorang pendorong dan penggerak masyarakat menjadi sangat penting untuk menuju
perubahan yang positif.
Lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi merupakan salah pelaku yang
menjadi agen perubahan untuk masyarakat. Melalui program yang dimiliki yakni
pengabdian kepada masyarakat, pelaksana program tersebut bukan hanya kalangan
pegawai dan dosen melainkan dilaksanakan oleh mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa
yang memiliki fungsi sebagai agen of change (generasi perubahan) dituntut agar mampu
memiliki sikap kesadaran sosial yang tinggi serta pemikiran yang kritis untuk
mengemukakan ide-ide baru. Dengan keterampilan dan sarana serta prasarana yang
dimiliki tentu akan menjadi alat bantu terciptanya masyarakat yang lebih baik yang siap
bersaing di era globalisasi masa kini.
Kehadiran lembaga pendidikan dan pelaksana dari program pengabdian
masyarakat dari perguruan tinggi memiliki pengaruh yang penting dalam perubahan.
Melalui beberapa sifat, peran dan tugas serta gaya kepemimpinannya mereka telah
berhasil menciptakan masyarakat yang mandiri dari segi pendidikan dan ekonomi.
Masyarakat binaan yang menjadi mitra perguruan tinggi tentu akan sangat merasakan
manfaat akan keberadaan dan dilaksanakannya program pengabdian ini yakni menjadi
masyarakat yang mandiri dari segi ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan yang ada
didalam program pengabdian telah banyak merubah pendidikan masyarakat binaannya
kearah yang lebih baik. Hal ini didukung oleh pendapat Kusumawijaya (2017) bahwa
melalui Program Kemitraan Masyarakat menjadikan masyarakat pengerajin
meningkatkan produksi dan kualitasnya dengan dirancangnya program marketing
berbasis online melalui website. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran agen perubahan
khususnya lembaga pendidikan sangat penting dalam membangun masyarakat menuju
perubahan yang lebih baik baik dari segi sosial dan ekonomi.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses kegiatan yang didalamnya
terjadi kerjasama antara pihak binaan (masyarakat) untuk mencapai masyarakat yang
mandiri. Proses pengelolaan program yang dijalankan lembaga pendidikan mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi telah dilakukan. Kendati demikian tidak
semua program melalui tahapan secara terstruktur seperti di atas. Terdapat beberapa
jenis kegiatan terkait pendidikan yang belum maksimal dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Jenis kegiatan tersebut seperti pelatihan, pembinaan
konsultasi dan perbaikan sarana serta prasarana di masyarakat.

3.2. Peran mahasiswa sebagai katalisator dari agen of change dalam pemberdayaan
masyarakat.
Peran lain dari agen perubahan adalah katalisator yaitu sebagai penggerak
binaan untuk melakukan perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Havelock (dalam
Nasution, 2004:129) yang menyebutkan bahwa “peran agen perubahan adalah sebagai
katalisator yang menggerakkan binaan untuk bergerak menuju perubahan sebagai
pemecah masalah, sebagai pembantu proses perubahan”.
Sebagai seorang terpelajar dan bagian masyarakat, maka mahasiswa memiliki
peran yang kompleks dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi yaitu
agent of change, social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak
dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan
perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah
paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai
kepentingan bersama. Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa adalah
semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan. Mahasiswa sebagai calon
pemimpin dan pembina pada masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan
untuk memerankan peran itu. Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seorang
calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang telah ada dan
melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan.
Secara teori agen perubahan sendiri dapat berasal dari internal lingkungan itu
ataupun juga dari ekternal lingkungan. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan sendiri
disini merupakan salah satu bentuk agen perubahan internal dari suatu masyarakat yang
mendiami suatu wilayah. Pola-pola lama yang melekat pada masyarakat di suatu
wilayah yang menyebabkan wilayah tersebut cukup tertinggal adalah adanya kesulitan
atau ketidaktahuan ke arah mana perubahan harus dilakukan. Permasalahan ini sendiri
bisa menyangkut bidang sosial masyarakat, keagamaan serta yang paling penting dan
vital adalah bidang perekonomian. Mahasiswa sebagai agen perubahan eksternal bagi
suatu wilayah memiliki banyak keuntungan seperti diantaranya, dapat memandang
permasalahan dalam suatu wilayah lebih objektif. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nasrudin, Edhi Martono, dan Subejo (2017) yang menjelaskan sarjana berperan sebagai
agen perubahan dalam peningkatan ekonomi masyarakat dan implikasinya terhadap
ketahanan ekonomi masyarakat dengan memberikan ilmu terkait pengembangan
peternakan ayam. Perubahan ini menunjukan bahwa mahasiswa juga menjadi agen
perubahan di lingkungan masyarakat.
Banyak keuntungan yang di dapat masyarakat dengan adanya mahasiswa yang
memiliki keinginan untuk melakukan perubahan kepada masyarakat atau penduduk
yang masih konvensional terutama dalam era globalisasi dan teknologi ang sudah sangat
maju seperti sekarang. Gagasan-gagasan baru yang mereka dapat dari perkulihan di
Institusi pendidikan merupakan keunggulan mahasiswa sebagai agen perubahan
eksternal. Terlepas dari kelebihan tersebut ada juga kelemahan terutama dalam
menganalisis solusi yang dapat diberikan atau menganalisis permasalahan karena agen
perubahan berasal dari luar ingkungan yang ingin di rubah. Kendala hanya dalam
masalah waktu samapai agen perubahan mampu melihat permasalahan dan solusi untuk
perbaikan ke depan yang lebih baik

3.3. Peran Fasilitator Dari Agen Of Change


Sebagai fasilitator yang membina masyarakat, agen perubahan harus memiliki
gaya kepemimpinan untuk memimpin binaannya mencapai perubahan. Agen perubahan
mempunyai gaya kepemimpinan untuk memengaruhi, mendorong dan mengarahkan
binaannya. Kepemimpinan tersebut bertujuan untuk memengaruhi binaannya agar mau
bekerjasama untuk mencapai perubahan. Agen perubahan merupakan sosok pemimpin
yang benar-benar dihormati oleh masyarakatnya karena melihat niat, tekad dan
perjuangannya untuk merubah binaannya. Hal ini senada dengan pendapat Jabal
(2003:152) bahwa “seorang pimpinan (agen perubahan) berusaha membimbing,
memberi pengarahan, memengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, serta
menggerakkan orang lain untuk keperluan menuju sasaran yang diinginkan bersama”.
Kemudian pernyataan dari Everet mendapat dukungan dari Nasution (2009:129)
bahwa “agen perubahan dalam prosesnya harus mampu memberikan petunjuk mengenai
bagaimana mengenali dan merumuskan kebutuhan”. Jika masalah dan kebutuhan telah
teridentifikasi maka agen perubahan berkewajiban untuk mempersilakan binaannya
mencari pemecahan terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi.
Fasilitator adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan perilaku (attitude), yang dimanfaatkan untuk memberdayakan
komunitas rentan, sehingga komunitas tersebut mampu mengatasi kemiskinannya.
Fasilitator sangat diperlukan untuk mendampingi masyarakat yang memiliki
keterbatasan dalam mengembangkan dirinya dalam memperbaiki kesejahteraannya.
Sebagai fasilitator, peranan yang diberikan berkaitan dengan pemberian motivasi,
kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat melalui mediasi, negosiasi, memberi
dukungan, membangun konsensus bersama serta melakukan pengorganisasian dan
pemanfaatan sumber (Shodiq, 2009).
Menurut Ife dan Tesoriero (2008), peran memfasilitasi dalam hal menstimulasi
dan menunjang pengembangan masyarakat yaitu:
a. Animasi (semangat) sosial: yaitu menggambarkan satu komponen penting dari
praktik kerja masyarakat berupa kemampuan menginspirasi, mengantusiasi,
mengaktivasi, menstimulasi, menggerakkan dan memotivasi orang lain untuk
melakukan tindakan.
b. Mediasi dan Negosiasi: mensyaratkan keterampilan untuk mendengar dan
memahami kedua belah pihak, untuk merefleksikan berbagai pandangan dari
masing-masing pihak, untuk membuat penduduk menghormati legitimasi
pandangan orang lain, serta untuk membantu penduduk mencari area-area yang
bisa menjadi kesepakatan dan kemudian membantu mereka membuat konsensus.
Apabila pekerja masyarakat tersebut berada di satu sisi konflik sehingga mediasi
menjadi sesuatu hal yang tidak mungkin, maka masih bisa memerankan peran
negosiasi, untuk bisa mewakili satu pihak dari suatu konflik tertentu.
c. Dukungan; yaitu menyediakan dukungan bagi orang-orang yang terlibat dalam
berbagai struktur dan aktivitas masyarakat mencakup hal-hal kependudukan,
mengenali dan mengakui nilai mereka serta nilai kontribusi mereka, memberi
dorongan, menyediakan diri ketika mereka perlu membicarakan sesuatu atau
menanyakan berbagai pertanyaan, dan lain sebagainya.
d. Membangun konsensus: adalah sebuah perluasan dari peran mediasi, mencakup
perhatian terhadap berbagai tujuan bersama, mengidentifikasi landasan umum dan
membantu orang-orang untuk bergerak menuju sebuah konsensus yang dapat
diterima oleh semua. Sebuah konsensus itu mewakili suatu persetujuan atas tujuan
dari tindakan, yang setiap orang telah ditentukan akan menjadi bagian yang
terbaik dengan memperhatikan dan menghormati perbedaan pandangan dalam
sebuah kelompok.
e. Fasilitas kelompok: seorang pekerja masyarakat akan memainkan sebuah peran
memfasilitasi dengan sebuah kelompok, apakah secara formal sebagai seorang
ketua rapat atau penyelenggara rapat, ataukah secara tidak formal sebagai seorang
anggota kelompok yang mampu membantu kelompok untuk mencapai tujuannya
dengan sebuah cara yang efektif. Hal tersebut dapat melibatkan pembicaraan
kepada anggota kelompok terlebih dahulu mendorong mereka untuk berpartisipasi
dan membantu mereka untuk berpikir melalui pendekatan pertemuan.
f. Pemanfaatan berbagai keterampilan dan sumber daya: peran pekerja masyarakat
ini mengidentifikasi untuk kemudian dapat memanfaatkan berbagai keterampilan
dan sumber daya yang ada bersama masyarakat atau kelompok. Pekerja
masyarakat bertugas untuk lebih sering melakukan inventarisasi keterampilan dari
populasi lokal: membuat daftar berbagai keterampilan dan pengalaman yang
merepresentasikan sebuah sumber ekonomi yang belum dimanfaatkan dalam
sebuah masyarakat.
g. Mengorganisasi; peran ini melibatkan kemampuan untuk berpikir melalui apa
yang butuh diselesaikan tanpa harus melakukannya seorang diri untuk
memastikan itu semua terjadi.
h. Komunikasi pribadi; peran ini adalah penting untuk dapat berhubungan dengan
penduduk setempat. Komunikasi yang dihasilkan adalah efektif, dengan tetap
memelihara kepercayaan dan dukungan masyarakat.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan dengan kondisi pendidikan saat ini,
maka dapat disimpulkan bahwa agen perubahan merupakan sosok yang sangat dikagumi oleh
masyarakat karena beberapa sifat yang ditunjukkan kepada binaan. Rasa kagum tersebut tak
lepas dari peran dan tugasnya sebagai pembantu proses perubahan yang bertugas untuk
membangun semangat dan menyadarkan masyarakat untuk bersama-sama melakukan
perubahan. Tugas tersebut dijalankan dengan cara yang fleksibel, hal ini terkait gaya
kepemimpinanya yang cendurung mengarahkan dan mendorong binaan untuk bergerak secara
aktif dalam rangka mencapai perubahan.
Kehadiran lembaga pendidikan dan pelaksana dari program pengabdian masyarakat
dari perguruan tinggi memiliki pengaruh yang penting dalam perubahan. Hal tersebut tidak
lepas dari tugas yang dijalankan bersama dengan masyarakat, sehingga tidak mengherankan
jika masyarakat binaannya begitu menghormati dan mengagumi sosok agen perubahan.
Program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan agen perubahan merupakan program
pendidikan yang mengarah pada pendidikan non-formal. Program tersebut dikelola dengan
baik melalui kegiatan perencanaan yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan seperti
indentifikasi kebutuhan dan lain sebagainya. Kegitan tersebut kemudian dilanjutkan pada
tahap pelaksanaan dan evaluasi yang keduanya saling berhubungan satu sama lain untuk
menunjang keberhasilan program yang dijalankan. Mahasiswa sebagai katalisator yaitu
sebagai penggerak binaan untuk melakukan perubahan dapat berperan penting sebagai
pencetus perubahan sesuai dengan jati diri yang melekat pada diri mahasiswa yaitu agen of
change. Mahasiswa dapat membentuk komunitas atau lembaga pendidikan informal yang
dapat bermanfaat bagi mayarakat. Sebagai agen perubahan Mahasiswa juga diharapkan
mampu mengembangkan inovasi-inovasi kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sesungguhnya peran agen perubahan dapat menghimpun sikap katalis, pemberi solusi,
penolong dalam proses, dan penghubung setiap sumber daya yang diperlukan dalam
perubahan yang tengah diperjuangkannya. Jadi Mahasiswa merupakan Agen Perubahan
Eksternal yang merupakan individu dari luar organisasi yang memberikan perubahan pada
masyarakat. Sebagai fasilitator yang membina masyarakat, agen perubahan harus memiliki
gaya kepemimpinan untuk memimpin binaannya mencapai perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

A.martiana,googlescholar,uny.ac.id.

Haris. G dan Kalinda.M. 2005. Proses dan Dampak Desa Bina/ Desa Mitra Kerja Lpm U In
Sunan Kalijaga Bagi Masyarakat: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. 6 (2): 108-121.
(http://digilib.uin-suka.ac.id) Diakses Tanggal 17 Mei 2019

https://bppk.kemenkeu.go.id/images/file/pusbc/Artikel/2013_AGEN_PERUBAHAN.pdf.
Diakses Tanggal 22 Mei 2019

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25123/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=DAA95243981EDA5CB92790459875214F?sequence=4. Diakses
Tanggal 21 Mei 2019

https://www.academia.edu/29854154/PERAN_AGEN_PERUBAHAN.docx. Diakses tanggal 5


mei 2019
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198503272014042001/pengabdian/pendidikan-sebagai-alat-
perubahan.pdf. Diakses Tanggal 5 mei 2019

https://www.academia.edu/9825868/OPTIMALISASI_PERAN_FUNGSI_MAHASISWA_SEBA
GAI_AGENT_OF_CHANGE_DAN_SOCIAL_CONTROL_DALAM_PERMASALAHAN_KET
AHANAN_PANGAN_ASEAN_2015. Diakses Tanggal 6 Mei 2019

http://www.forda-mof.org//files/7._Agen_Perubahan-Fendi.pdf. Diakses Tanggal 19 Mei 2019

https://www.academia.edu/18579978/MAHASISWA_DALAM_PERUBAHAN. Diakses
Tanggal 19 Mei 2019

https://idslide.net/view-doc.html?utm_source=angkawijaya-y-f-program-studi-psikologi-
universitas-pembangunan-jaya. Diakses Tanggal 19 Mei 2019

http://home.cbi.ac.id/index.php/archives/152. Diakses Tanggal 25 Mei 2019

Nasrudin, Edhi Martoni, Subejo. 2017. Peran Sarjana Membangun Desa (SMD) Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Ekonomi
Masyarakat: Jurnal Ketahanan Nasional. 23 (3): 280-299. (Sumber web.
https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/download/28124/18834) Diakses 15 Mei 2019

Soekanto, Soerjono. 1992. Kamus Sosiologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1992. Mengenal Sosiologi. Rajawali Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai