Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Peran Pemimpin Kesehatan Masyarakat Dalam Pengembangan Personal Mastery

Seorang pemimpin kesehatan masyarakat diharapkan mampu berperan untuk membuat


program dalam mengembangkan sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan dengan
mempertimbangkan personal mastery sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat yang lebih baik. Belajar untuk memperluas kapasitas personal dalam mencapai hasil
kerja yang optimal, dan menciptakan lingkungan organisasi yang mengstimulasi seluruh
anggotanya untuk mengembangkan diri mereka menuju pencapaian sasaran dan makna bekerja
sesuai dengan harapan yang mereka pilih. Senge (2004) menjelaskan bahwa hal yang seringkali
ditemukan pada seseorang dengan personal mastery yang tinggi adalah kemampuannya dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cara yang tak biasa, yaitu mengagumkan dan mudah.
Dimensi yang secara mutlak harus ada dalam personal mastery ini adalah kesadaran, dengan
adanya kesadaran seseorang dapat memutuskan sesuatu secara kompleks.
Personal Mastery (Penguasaan Diri) merupakan praktik mengartikulasikan gambaran
koheren pandangan pribadi, hasil yang paling ingin kita dapatkan dalam hidup di samping
pengamatan nyata kehidupan sehari-hari. Hasil dari laku penguasaan diri adalah kemampuan
mengaspirasikan keinginan alami sehingga melahirkan pilihan-pilihan yang lebih baik dan
mendapatkan hasil yang baik pula (Marthunis, 2020).
Ketika personal mastery meningkat dalam perkembangan seorang individu, hal tersebut
juga akan menyokong efektifitas dalam sebuah hubungan interpersonal, pengembangan tim, dan
semua kemajuan yang berhubungan dengan perusahaan sebagai proses organisasi pembelajar
(Learning and Pty, ND).
Global Learning Service (ND) dalam workshopnya menjelaskan bahwa terdapat beberapa
dimensi dari personal mastery, yaitu:
1. Self awareness yaitu kemampuan untuk melihat dan memahami diri sendiri secara baik/jelas
2. Perceive acuity yaitu keterampilan dalam menginterpretasikan pesan dari persepsi yang kita
dapatkan melalui observasi atau keahlian dalam mendengarkan
3. Emotional mastery yaitu kemampuan untuk memahami dan mengontrol emosi diri sendiri,
yang terdiri dari: mengenali emosi, memanajemen emosi, memotivasi diri sendiri, mengakui
emosi pada diri orang lain, dan memelihara hubungan yang terlibat dengan emosi
4. Openness yaitu kemampuan untuk menghadapi pemikiran kita dan mempelajari ide-ide baru
atau pengalaman baru.
5. Flexibility and adaptability yaitu kemampuan untuk berubah dan beradaptasi dalam satu
situasi yang baru
6. Autonomy yaitu kemampuan untuk mengontrol kehidupan diri pribadi, dimana untuk
mencapai otonomi ini, seseorang harus memiliki pengembangan terkait aspek pikiran (mind),
fisik, kecerdasan, sensitifitas, estetik, tanggung jawab personal dan nilai spiritual.
7. Creative resourcefulness yaitu kemampuan untuk menjadi kreatif dan inovatif, dan
menemukan jalan yang baru dalam melakukan segala hal.
BAB II
Peran pemimpin kesehatan masyarakat pada mental model

Mental model adalah sebuah cara pandang yang digunakan untuk mengamati dan melihat
realita, yang nantinya akan membentuk sebuah persepsi akan realita tersebut. Mental model
menjadi kerangka pikir/paradigma/cara pandang dalam mengintepretasikan sebuah realita
sehingga akhirnya menjadi dasar bagi seseorang untuk menentukan pilihan yang akan diambil atau
yang akan dilakukannya.
Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas bekerja dengan model mental
maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar keterampilan baru dan mengembangkan orientasi
baru, dan untuk mereka untuk menjadi perubahan institusional yang mendorong perubahan
tersebut. Mental model yang sudah berdiri kuat dapat menggagalkan perubahan yang dapat berasal
dari sistem pemikiran. Proses bercermin, sinambung memperjelas, dan meningkatkan gambaran
diri kita tentang dunia luar, dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan dan tindakan
kita.
Penilaian yang mereka berikan hanya berdasarkan dari beberapa data yang mereka pilih.
Beranjak dari data yang sudah dipilih mereka langsung membuat kesimpulan, dan bertindak
dengan keyakinan berdasarkan kesimpulan itu. Tampak jelas perbedaan mental model yang
terbentuk apabila membuat kesimpulan dari suatu realitas yang sama dengan cara cepat dan dengan
mengikuti jenjang kesimpulan. Mental model yang ideal hendaknya sesuai dengan realitas objektif
yang ada, menuju sebuah persamaan pemahaman.
Respon atau perilaku kita atas lingkungan dipengaruhi oleh asumsi yang ada dalam pikiran
kita tentang pekerjaan dan organisasi. Persoalannya muncul ketika mental kita terbatas atau bahkan
tidak berfungsi, sehingga menghalangi perkembangan organisasi. Dalam Learning Organization
model mental menjadi tidak terbatas, melainkan bebas dan selalu bisa berubah. Jika organisasi
menginginkan berubah menjadi Learning Organization maka harus bisa mengatasi ketakutan-
ketakutan atau kecemasan-kecemasan untuk berpikir
Bagi seorang pemimpin kesmas seperti kepala Dinas kesehetan mental model dapat
digunakan untuk menyalurkan hasil pemikirannya berdasarkan pengamatan yang terjadi kapada
sub divisi dalam menetukkan kebijakan dan pengambilan keputusan.
BAB III
System Thinking Yang Dilakukan Pemimpinan Kesehatan Masyarakat

Sistem merupakan sebuah struktur. Untuk dapat memahaminya, kita mesti tahu bagaimana
ia hidup, berubah ataupun bermodifikasi. Sistem memelihara keberadaannya dan kesatuannya
melalui interaksi antar komponen didalamnya. Sebuah sistem yang begitu kuat dalam cerita ini
dapat dilihat di Johns Hopkins. Sistem dengan kebijakan yang masih menganut paham rasisme,
yang berdampak pada pembedaan pelayanan, fasilitas dan klasifikasi pekerjaan antara orang kulit
putih dan hitam. Saat itu system ini terpelihara sekian lama karena masing-masing subsistemnya
tetap berinteraksi memelihara kondisi itu. Tidak ada yang memulai perubahan, ataupun tidak ada
interaksi yang membuatnya bermodifikasi untuk menciptakan kondisi sistem yang baru.
Systems Thinking didefinisikan sebagai pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan
yang membutuhkan pemikiran holistik maupun pemikiran reduksionis secara seimbang. Dengan
memahami sistem secara keseluruhan juga secara mendetail dapat menghindari munculnya output
yang tidak diinginkan. Karakter dari Systems Thinking mampu menyelesaikan permasalahan yang
sulit dengan sangat efektif apalagi yang didalamnya melibatkan permasalahan kompleks, memiliki
banyak feedback baik internal maupun eksternal dan masalah yang sangat bergantung pada
kejadian di masa lalu ataupun kejadian lain dibanding dengan cara berpikir linier.
Untuk mengubah sistem memerlukan cara berpikir yang berbeda dari biasanya. Perlu
kemampuan untuk berpikir secara menyeluruh (berpikir sistem). Berpikir sistem berarti
meletakkan elemen dalam kontek sebuah sistem; mempelajari elemen untuk mengerti elemen;
mempelajari hubungan antar elemen untuk mengerti sistem; dan mempelajari hubungan sistem
sebagai elemen dari sistem elemen yang lebih besar.
BAB IV
Upaya Shared Vision Yang Dilakukan Oleh Pimpinan Kesehatan Masyarakat

Shared Vision (Visi Bersama) merupakan bentuk disiplin kolektif yang menekankan
perhatian pada tujuan bersama. Prinsip ini pada hakikatnya terkait dengan bagaimana individu-
individu dalam organisasi berusaha untuk mencurahkan perhatian dalam membangun dan
mengembangkan tujuan bersama dan bagaimana tujuan tersebut hendak dicapai. Sekelompok
orang dengan tujuan yang sama dapat belajar mempertahankan komitmen dalam suatu kelompok
atau organisasi dengan mengembangkan pandangan yang sama tentang masa depan yang ingin
dicapai, prinsip-prinsip serta guiding practices yang mereka ciptakan bersama. Kemudian, sebuah
visi dikatakan sebagai visi bersama ketika ia memiliki daya tahan dan mampu berevolusi dalam
waktu jangka panjang, mampu membuat orang-orang dalam organisasi terus bergerak dalam siklus
tindakan, pembelajaran, dan refleksi. Keefektifan visi bersama bergantung pada 3 elemen:
ketajaman peta realitas internal dan eksternal, kejelasan hasil yang hendak dicapai (visi) organisasi
dan pilihan kolektif tentang bagaimana visi tersebut hendak dicapai (Baedowi, 2015).
Membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan mengembangkan gambaran
bersama tentang masa depan yang akan diciptakan, prinsip dan praktek yang menuntun cara kita
mencapai tujuan organisasi secara maksimal. Visi memiliki kekuatan untuk meningkatkan iman
dan untuk mendorong eksperimentasi dan inovasi. Praktek visi bersama melibatkan keterampilan
menggali bersama ‘gambar masa depan’ bahwa komitmen adalah motif dasar manusia bukan
hanya karena kepatuhan seseorang. Visi menyebar karena ada proses penguatan. Ada peningkatan
kejelasan, antusiasme dan komitmen yang menular pada orang lain dalam organisasi.
‘Sebagaimana orang berbicara, visi tumbuh lebih jelas. Karena mendapat lebih jelas, antusiasme
untuk manfaatnya tumbuh. Ada ‘batas-batas pertumbuhan’ dalam hal ini, tetapi mengembangkan
jenis-jenis model mental yang diuraikan di atas dapat secara signifikan memperbaiki masalah.
Dimana organisasi dapat melampaui cara pikir linier dan memahami sistem pemikiran yang luas
maka ada kemungkinan membawa visi ke sebuah hasil.
Diharapkan seorang pimpinan Kesehatan Masyarakat mampu membuat visi bersama
(shared vision) bagi seluruh anggota organisasi sehingga mampu mencapai tujuan organisasi yang
dipilih.
BAB V

Peran Pemimpin Dalam Mengakomodasi Team Learning Pada Organisasi Kesehatan


Masyarakat

Team Learning merupakan proses mentransformasikan keterampilan komunikasi dan


keahlian berfikir (thinking skill), sehingga suatu kelompok dapat menyelaraskan dan
mengembangkan kapasitas anggota tim yang lebih besar dibandingkan ketika masing-masing
anggota bekerja sendiri.
Proses team learning dalam suatu kelompok merupakan hal yang sangat penting. Proses
tersebut harus memungkinkan terjadinya kolaborasi dan rasa saling tergantung. Meskipun ada rasa
saling tergantung, tetapi setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab masing-masing
dalam memberikan kontribusi bagi terselesaikannya suatu pekerjaan yang diberikan. Jadi
dalam team learning bukan produk akhir saja yang menjadi tekanan, tetapi bagaimana proses
mencapai produk perlu untuk mendapatkan perhatian, karena proses pembelajaran yang
sesungguhnya terjadi di sana.
Seperti yang dikatakan (Senge, 1990) bahwa organization learn only though individuals
who learn atau organisasi yang belajar hanyalah melalui individu-individu yang belajar. Walaupun
tidak menjamin bahwa pembelajaran yang dilakukan individu dapat mendorong terjadinya
pembelajaran organisasi, namun tidak akan ada pembelajaran organisasi tanpa ada upaya keras
para individu yang melakukan proses pembelajaran.
REFERENSI

Baedowi, A., 2015. Manajemen Sekolah Efektif: Pengalaman Sekolah Sukma Bangsa. Jakarta:
Pustaka Alvabet.
Learning, G. and Pty, S. A Learning Organisation Approach to High Performance Part 1 : Personal
Mastery.
Marthunis. 2020. Learning Organization Membangun Komunitas Pembelajar Di Sekolah:
Pengalaman Sekolah Sukma Bangsa. Jurnal Pendidikan. Vol 4, Issue 2.
Senge, Peter. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning Organization.
NewYork: Doubleday Currency.

Senge, Peter M. (1994). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization,
USA - New York: Doubleday.

Anda mungkin juga menyukai