Anda di halaman 1dari 10

BIDAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan


Yang diampu oleh Pratiwi Dyah Kusumanti, S.S.T., M.Kes

DISUSUN OLEH

DEVI EKA PROVIANA 72014008


DEWI CIPTANINGSIH 72014009
DEWI NASTITI 72014010
DINIA ILMAWATI 72014011
FENTI WAHYUNINGRUM 72014015

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO


2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering kita mendengar kata perubahan (change) terutama ketika kita membahas hal-hal
berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui diri dalam situasi mengahadapi perubahan
di lingkungan strategi organisasi, dan setiap perubahan memerlukan orang/individu yang
menjadi pemandu proses berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi maupun
dalam masyarakat, guna mencapai tujuan sebagaimana diharapkan.
Pengertian agen perubahan (The Change Agent) adalah individu atau seseorang yang
bertugas mempengaruhi target/sasaran perubahan agar mereka mengambil keputusan sesuai
dengan arah yang dikehendakinya. Agen perubahan menghubungkan antara sumber
perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll) dengan sistem masyarakat yang menjadi target
perubahan. Dengan demikian komunikasi adalah alat strategi bagi tercapainya suatu
perubahan dalam organisasi maupun sistem sosial dalam masyarakat. Komunikasi adalah
proses berbagi informasi dalam sistem sosial masyarakat yang menciptakan temuan
(innovator) dengan target perubahan (kelompok masyarakat) dan atau proses berbagi
informasi diantara sesama mereka agar mampu membangun situasi saling pengertian melalui
penjelasan/pencerahan dalam menjalin hubungan antara agen perubahan dengan kelompok
masyarakat yang menjadi target perubahan. Ada berbagai profesi yang mungkin akan
menjadi agen perubahan yang efektif dalam organisasi atau masyarakat seperti pekerja
sosial, consultant, widyaiswara, penjual barang & jasa (sales), pekerja kesehatan dan lain-
lain. Dari berbagai profesi tersebut, dalam menjalankan perannya sebagai agen perubahan
dengan cara memfasilitasi proses menyampaikan Inovasi dari sumber inovasi kepada para
target dari inovasi itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Bidan ?

2. Bagaimana Pengertian Agen Perubahan ?

3. Bagaimana Bidan Sebagai Agen Perubahan?

C. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang bidan sebagai agen perubahan.
2. Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian Bidan.

b. Untuk Mengetahui Pengertian Agen Perubahan.

c. Untuk Mengetahui Bidan Sebagai Agen Perubahan.

D. Manfaat
Menambah pengetahuan tentang bidan sebagai agen perubahan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bidan

Dalam bahasa Inggris, bidan berasal dari kata midwife yang mengandung arti pendamping
wanita atau dukun beranak. Dan dalam bahasa sanksekerta di sebut dengan istilah “wirdhan”
yang berarti wanita bijaksana. Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam
membantu kelahiran seseorang. Seperti yang disebutkan di atas bahwa pengertian bidan
secara internasional telah diatur dan diakui oleh Internasional Confederation Of Midwives (
ICM ) pada tahun 1972 dan Internasional Federation Of International Gynaecologist And
Obstetritian ( FIGO ) pada tahun 1973, WHO dan badan lainnya.
Kemudian pada tahun 1990, dalam pertemuan dewan internasional yang digelar di kota
kobe, icm menyempurnakan definisi bidan yang kemudian disahkan oleh FIGO ( Federation
Of International Gynecologist Obstetrition) pada tahun 1991 serta WHO tahun 1992.
1. Definisi Bidan Menurut KBBI
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia Bidan didefinisikan sebagai berikut :
Bidan /bi·dan/ n wanita yg mempunyai kepandaian menolong dan merawat orang
melahirkan dan bayinya;
2. Definisi Bidan Menurut IBI
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendefinisikan bahwa bidan Indonesia adalah :
Seorang perempuan yang sudah lulus dari pendidikan Bidan yang diakui oleh pemerintah
dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia ( NKRI ) serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan.
3. Definisi Bidan Menurut ICM
Menurut International Confederation Of Midwives :
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan.
4. Definisi Bidan Menurut WHO
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

5. Definisi Bidan menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba

Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung
tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya menusia melalui kemampuannya untuk
melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu
postpartum

B. Pengertian Agen Perubahan

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), agen perubahan adalah petugas profesional yang
mempengaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah yang diinginkan oleh
lembaga perubahan. Jadi semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan, dan
melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan.

Dalam rumusan Havelock (1973), agen perubahan adalah orang yang membantu
terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi yang berencana. (Nasution, 1990)
Agen perubahan (Agent of Change) memimpin masyarakat dalam mengubah sistem
sosial. Dalam melaksanakannya, agen perubahan langsung tersangkut dalam tekanan -
tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Cara-cara mempengaruhi
masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa
sosial (social engineering) atau sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning).
(Soekanto, 1992)
1. Kualifikasi Agen Perubahan
Menurut Duncan dan Zaltman, agen-agen perubahan harus memiliki tiga kualifikasi dasar,
yaitu:
a. Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang
bersangkutan. Misalnya pengetahuan dan wawasan tentang tumbuh kembang anak, kesehatan
reproduksi, bagi seorang penyuluh kesehatan terutama bidan.
b. Kemampuan administratif, yaitu persyaratan administratif yang paling dasar dan elementer,
yakni kemauan untuk mengalokasikan waktu untuk persoalan- persoalan yang relatif detail.
Maksudnya, para agen perubahan merupakan orang- orang yang menyediakan waktu dan
tenaga mereka untuk secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.
c. Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting adalah empati,
yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagi pandangan
dan perasaan dengan mereka sehingga hal-hal tersebut seakan- akan dialami sendiri.
2. Peranan Agen Perubahan
Menurut Rogers dan Shoemaker, agen-agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai
komunikasi antara dua (atau lebih) sistem sosial. Yaitu menghubungkan antara suatu sistem
sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam
usaha perubahan tersebut. Hal itu tercermin dalam peranan utama seorang agen perubahan,
yaitu:
Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk maumelakukan perubahan.
a. Sebagai pemberi pemecahan persoalan
b. Sebagai pembantu proses perubahan, membantu dalam proses pemecahan masalah dan
penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai :
1) mengenali dan merumuskan kebutuhan
2) mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
3) mendapatkan sumber-sumber yang relevan
4) memilih atau menciptakan pemecahan masalah
5) menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah
c. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Di samping itu, menurut O’Gorman, inti dari peranan agen perubahan dalam proses
pembangunan masyarakat adalah:
a. Mengidentifikasi tujuan
b. Melakukan identifikasi dan pemanfaatan dari:
1) sumber-sumber
2) kepemimpinan
3) organisasi
c. Menetapkan prioritas, rencana dan pelaksanaan, serta evaluasi yang dilakukan menurut
urutan yang teratur agar alternatif yang telah dipilih dapat membawa hasil yang diharapkan.
Peran agen perubahan tersebut kemudian dapat dikelompokkan menjadi peran yang laten
dan yang manifes. Peranan yang manifes adalah peran dalam hubungan antara agen
perubahan dengan masyarakatnya. Peran manifes ini kelak merupakan bukti yang nyata baik
bagi si agen maupun masyarakat. Sedangkan peran yang laten merupakan peran yang timbul
dari memberi petunjuk bagi si agen dalam mengambil tindakan-tindakan yang dilakukannya
(Nasution, 1996:115-119). Agen perubahan akan lebih efektif jika :
1. Merangsang berlangsungnya proses-proses pemecahan masalah di kalangan klien.
2. Cukup pngetahuan mengenai proses penelitian dan pengembangan yang menghasilkan
solusi, sehingga mereka dapat membantu mendorong proses ini agar berfungsi lebih
konsisten dengan kebutuhan klien.
3. Mampu membina komunikasi dan kolaborasi yang mungkin di antara sistem- sistem klien
dan di antara lembaga-lembaga perubahan.
4. Mampu menghubungkan klien tertentu dengan suatu jumlah lembaga-lembaga perubahan
yang optimal, dan menghubungkan lembaga-lembaga perubahan tertentu dengan suatu
jumlah klien yang optimal.
5. Bersedia mendengarkan ide-ide baru dengan telinga yang reseptif, tapi kritis konstruktif.
6. Mampu mengintrodusir sifat keluwesan ke dalam hubungan antara klien dengan lembaga
perubahan.(Nasution, 1990:38)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Agen Perubahan
a. Usaha dari Agen Perubahan itu Sendiri

Satu faktor dalam kesuksesan agen perubahan adalah dari banyaknya waktu yang
dihabiskan dalam aktivitas komunikasi dengan klien. Pernyataan generalisasi 9-1:
Kesuksesan agen perubahan dalam menjaga adopsi inovasi oleh klien merupakan sesuatu
yang positif berhubungan dengan usaha agen dalam menghubungi/melakukan mengkontak
dengan klien.

b. Orientasi Klien

Posisi agen perubahan sosial adalah pertengahan antara agensi perubahan dan sistem
klien. Agen perubahan adalah subjek kebutuhan untuk peran persaingan . seorang agen
perubahan sering diharapkan untuk menjanjikan dalam perilaku pasti oleh agensi perubahan,
dan pada waktu yang sama klien mengharapkan agen perubahan untuk mewujudkan
tindakan-tindakan yang benar-benar berbeda.

c. Kesesuaian inovasi dengan Kebutuhan Klien

Proyek perubahan itu mengabaikan klien dirasakan dibutuhkan sering serba salah atau
membuar tidak diharapkan konsekuensinya. Untuk contoh, suatu perdesaan India telah
disediakan dengan dana perkembangan untuk memperbaiki sumur-sumur irigasi dimana hasil
panen dari lahan-lahan yang ada dapat menjadi berlimpah. Tapi, masyarakat ingin sumur
untuk diminum karena mereka ingin membawa air mereka beberapa mil dari sebuah sungai.
Petani kecil membangun sumur pada pusat desa, lebih baik daripada pada lahan-lahan mereka
dan diminum air, mengganti mengairi lahan mereka. Jika agen perubahan punya dasar
programnya yang sedang berlangsung dirasakan dibutuhkan dari masyarakat, satu sumur
mungkin telah disediakan untuk tujuan diminum. Mungkin sebuah kebutuhan yang lebih
kuat untuk irigasi dapat dijadikan dan dikembangkan oleh pengarah melunasi pembayaran
finansial dari mengadopsi ini.

Seorang agen perubahan dapat mengizinkan para klien untuk mengejar solusi untuk
kebutuhan mereka sangat lengkap bahwa kesalahan komitmen mereka atau prioritas salah
arah.

Agen perubahan seharusnya berhati-hati pada para klien mereka dirasakan dibutuhkan dan
diadaptasi program perubahan mereka. Mereka tidak seharusnya melepaskan peran mereka
pada keadaan kebutuhan mereka, sehingga sebagai untuk optimalkan kesejahteraan para klien
jangka panjang.

d. Empati dari Agen Perubahan

Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan
perasaan orang lain. Empati dapat pula diartikan sebagai derajat untuk individu yang dapat
meletakan dirinya sendiri ke dalam peran dari orang lain. Empati dari agen perubahan dengan
klien adalah ketika klien mengalami kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen
perubahan. diharapkan agen perubahan lebih sukses jika mereka mendapatkan empati dengan
klien mereka.

Agen perubahan secara umum berorientasi untuk mencapai adopsi inovasi klien. Pada
banyak kasus mereka mungkin lebih banyak efekif dalam long run jika mereka dicapai adopsi
berkualitas tinggi, itulah, adopsi oleh klien yang dimana banyak dipuaskan dan yang dilalui
selama sikap positif ini untuk adopter individu lainnya yang berpotensi. Program keluarga
berencana akan diakui jika kualitas servis klien ditingkatkan, kecepatan angka penghentian
akan turun, dan tanggung jawab akan adopsi akan menaik. Salah satu cara mengembangkan
kualitas pelayanan klien telah melatih untuk perawat dan staf klinik lainnya untuk
menyambut klien ketika mereka memasuki klinik, untuk mendengarkan apa yang menjadi
kebutuhan klien untuk membentuk rencana keluarga, untuk lakukan kontak mata dengan
klien, untuk bersenyum, dan untuk mengembangkan hubungan baik dengan klien.
Ketrampilan interpersonal ini diakarkan untuk staf klinik di Nigeria dalam pelatihan selama
tiga hari, dimana setelah dievaluasi oleh data yang ada dari rekaman klinik.

e. Homofilitasnya dengan klien

Seperti yang telah didefinisikan pada sebelumnya, homophily adalah interaksi yang
terjadi antara individu yang memiliki kesamaan pada pandangan, pengetahuan dan lainnya.
Sedangkan heterophily adalah kebalikan dari homophily yaitu merupakan interaksi antar
individu yang memiliki perbedaan. Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam
banyak hal dari kliennya dan mereka memiliki kontak dengan kilen yang memiliki lebih
banyak kesamaan pada diri mereka. Pernyataan umum seperti menimbulkan serangkaian
generalisasi mengenai kontak agen perubahan dengan klien yang memiliki dukungan empiris
yang kuat.

f. Kredibilitas Agen Perubahan


Meskipun asisten agen perubahan kurang memiliki kredibilitas kompetensi, yang
didefinisikan sebagai sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan
dan ahli, mereka memiliki keuntungan khusus yaitu kredibilitas keamanan, sejauh mana
sumber komunikasi atau saluran dianggap sebagai dipercaya.

Seorang asisten agen perubahan yang sebelumnya mengadopsi suatu inovasi dia akan
mempromosikan pendekatan dengan menggunakan kombinasi homophily / heterophily dan
kredibilitas kompetensi / kredibilitas sumber.

Salah satu agen perubahan yang diragukan mengenai kredibilitasnya adalah salesman.
Penerapan ide baru selalu mensyaratkan pembelian produk baru. Klien mengganggap bahwa
salesman mempunyai kredibilitas yang rendah. Sebagai contoh, ditemukan bahwa 97% dari
sampel para petani Ohio mereka lebih percaya kepada tetangga mereka daripada kepada
salesman (Rogers, 1961).

g. Sejalan dengan Pemimpin Opini

Pemimpin Opini adalah sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi individu lain
secara informal sikap atau perilaku terbuka cara yang dikehendaki dengan frekuensi yang
relatif. Kampanye difusi akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan
memobilisasi para pemimpin opini.

Waktu dan energi dari agen perubahan adalah sumber daya yang langka. Dengan
memfokuskan kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam suatu sistem sosial, agen
perubahan dapat memanfaatkan sumber daya yang langka ini dan mempercepat laju difusi
suatu inovasi di antara klien. Upaya ekonomi dicapai karena menghubungi pemimpin opini
membutuhkan jauh lebih sedikit dari sumber daya agen perubahan dibandingkan jika setiap
anggota sistem klien itu harus dikonsultasikan.

Terkadang agen perubahan keliru mengira inovator sebagai pemimpin opini. Pemimpin
opini memiliki pengikut, sedangkan inovator adalah yang pertama mengadopsi ide-ide baru.
Ketika agen perubahan berkonsentrasi pada upaya-upaya komunikasi inovator, bukan
pemimpin pendapat, hasilnya mungkin adalah untuk meningkatkan kesadaran-pengetahuan
tentang inovasi, tetapi hanya sedikit klien yang akan dibujuk untuk mengadopsi. Dengan
memusatkan komunikasi kepada para pemimpin opini dalam sistem sosial klien, seorang
agen perubahan dapat mengendalikan sumberdaya yang terbatas ini, bahkan dapat
meningkatkan kecepatan difusi inovasi. Di sisi lain, dengan memanfaatkan bantuan para
pemimpin opini, agen perubahan mendapatkan perlindungan dari sponsor lokal. Jaringan
pesan dari near-peer seperti pemimpin opini dianggap kredibel dalam meyakinkan
perorangan untuk mengadopsi inovasi.

h. Kemampuan Evaluasi Klien

Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis. Tetapi
jika agen perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan perubahan,
ia harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis klien dan kemampuan klien untuk
mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian klien dapat menjadi agen perubahan bagi
diri mereka sendiri. Ini menunjukkan Generalisasi 9-12: keberhasilan agen perubahan untuk
mengamankan adopsi inovasi oleh klien terkait dengan meningkatkan kemampuan klien
untuk dapat mengevaluasi inovasi.
Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli dengan tujuan-tujuan jangka pendek
seperti peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya, dalam banyak kasus, kemandirian klien
harus menjadi tujuan utama dari agen perubahan, sehingga dapat menghentikan
ketergantungan klien terhadap agen perubahan. Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar
agen-agen perubahan, mereka biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi
inovasi, daripada mencari klien untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk
mengevaluasi inovasi bagi diri mereka sendiri.

C. Bidan Sebagai Agen Perubahan

1. Peran Bidan sebagai Agen Perubahan


Peran bidan tidak hanya sebatas membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, dia dapat
berlaku sebagai garda depan peningkatan kesejahteraan perempuan dan bayi serta agen
perubahan (agent of change) bagi pembangunan kesehatan nasional. Fungsi bidan saat ini
masih identik dengan membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasihat
kepada ibu hamil selama masa hamil, persalinan dan masa pascapersalinan, memimpin
persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang menjadi tugas utama para
bidan.
Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu menjalankan program pemberdayaan
perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap memberikan pengetahuan bagaimana memilih
pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi kepada pasiennya. Hak – hak reproduksi
di Indonesia berdasarkan kepada :
1. UU No.7 tahun 1984 hasil replikasi CEDAW tahun 1979
2. UU No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera
3. UU No.23 tahun 1992 BAB II pasal 3. BAB III pasal 4, BAB V pasal 18 : 1 dan pasal 12
Hak – hak reproduksi wanita meliputi :
a) Wanita berhak mempunyai otonomi dan pilihan sendiri tentang fungsi dan proses reproduksi
b) Wanita berhak menentukan secara bertanggung jawab apakah ingin, bagaimana, kapan,
mempunyai anak, termasuk menentukan berapa jumlahnya, wanita tidak boleh dipaksa
melahirkan atau mencegah kehamilan
c) Keputusan reproduksi yang diambil seorang wanita patut dihormati, wanita perlu diberikan
informasi dan otoritas untuk membuat keputusan sendiri tentang reproduksi yang sesuai
dengan kebutuhan kesehatan reproduksinya. (Hidayat Asri, 2009:112)
Salah satu tugas penting yang dilakukan bidan untuk menyukseskan pembangunan
kesehatan nasional adalah penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) di indonesia. Diketahui, tingginya aki dan akb masih menjadi permasalahan penting di
indonesia. Data survei demografi kesehatan indonesia (sdki) 2005 menunjukkan, terdapat 228
kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup dan terdapat 34 bayi meninggal dalam setiap
1.000 kelahiran hidup. Data ini menjadikan indonesia memiliki AKI dan AKB tertinggi di
antara negara-negara asia tenggara (asean). AKI dan AKB dapat dicegah bila ditangani
dengan tepat dan cepat oleh tenaga kesehatan yang terampil dan fasilitas yang memadai.
Pemerintah indonesia sendiri, menargetkan perbaikan kondisi kesehatan anak dan ibu
secara konkret yang tertuang dalam butir tujuan pembangunan milenium (millenium
development goals/mdgs) poin 4 dan 5. Pada 2015, pemerintah menargetkan penurunan aki
hingga sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan akb 23 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk
mencapai target tersebut bukanlah hal yang mudah, karena indonesia merupakan negara yang
memiliki kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan kultur sangat beragam dan menantang.
Namun demikian, dengan kerja keras, terutama peran bidan di daerah-daerah terpencil target
tersebut bisa tercapai.
Dengan kesabaran dan belajar dari pengalaman para bidan perlahan-lahan mengajak
masyarakat mengubah perilaku menuju gaya hidup lebih rasional.
Cara mereka bermacam-macam. Bimoarti mulai lebih dari dua tahun terakhir mengubah
pendekatan. Belajar dari dukun melahirkan, dia juga memberi layanan lengkap hingga
pascamelahirkan. Pendekatan juga dilakukan kepada perangkat desa dan masyarakat untuk
membentuk Forum Kesehatan Desa. Begitu juga dilakukan Husniar dan Siti Aminah untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI).
Para bidan juga mencari cara untuk menarik minat ibu-ibu membawa anak balita mereka
ke posyandu. Salah satunya dengan memberi pelatihan pemenuhan kebutuhan praktis, seperti
cara memasak makanan untuk anak balita. Atau menyediakan air bersih bagi rumah tangga di
desa. Bidan berperan dalam upaya pemeliharaan dan pencegahan penyakit, bukan hanya
kuratif.
Dalam konteks pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), bidan desa sangat
berperan dalam mencapai tujuan keempat MDGs, yaitu menurunkan angka kematian bayi,
dan tujuan kelima, yaitu memperbaiki kesehatan ibu hamil. AKI di Indonesia masih 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
itu tertinggi di ASEAN. Untuk mencapai MDGs, Pemerintah Indonesia menargetkan AKI
sebesar 102 dan AKB sebesar 23 pada tahun 2015.
Di Jawa dan Bali perbandingan antara bidan dan jumlah penduduk lebih rendah daripada
di luar Jawa-Bali. Di Jawa dan Bali pula rasio bidan dan jumlah penduduk untuk perdesaan
menurun, sementara di perkotaan meningkat. Di luar Jawa, Bali, dan Sumatera, rasionya
malah menurun untuk bidan di perkotaan. Data lain memperlihatkan, meskipun ada
peningkatan signifikan pengetahuan tenaga kesehatan, untuk perawatan prakelahiran
pengetahuan yang dimiliki masih separuh pengetahuan yang dibutuhkan. Padahal, layanan
tersebut layanan dasar.
2. Contoh Bidan sebagai Agen Perubahan
a. Cara memasak makanan untuk anak balita
b. Menyediakan air bersih bagi rumah tangga di desa
c. Mengubah pendekatan dari dukun untuk melahirkan, memberi layanan lengkap hingga
pascamelahirkan. Pendekatan dilakukan kepada perangkat desa dan masyarakat untuk
membentuk forum kesehatan desa.
d. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI)
e. Bidan berperan dalam upaya pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bahasa Inggris, bidan berasal dari kata midwife yang mengandung arti pendamping
wanita atau dukun beranak. Dan dalam bahasa sanksekerta di sebut dengan istilah “wirdhan”
yang berarti wanita bijaksana. Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam
membantu kelahiran seseorang.
Peran bidan tidak hanya sebatas membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, dia dapat
berlaku sebagai garda depan peningkatan kesejahteraan perempuan dan bayi serta agen
perubahan (agent of change) bagi pembangunan kesehatan nasional. Fungsi bidan saat ini
masih identik dengan membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasihat
kepada ibu hamil selama masa hamil, persalinan dan masa pascapersalinan, memimpin
persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang menjadi tugas utama para
bidan. Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu menjalankan program
pemberdayaan perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap memberikan pengetahuan
bagaimana memilih pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi kepada pasiennya.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang peran bidan
sebagai agen perubahan dan apa saja yang menjadi hambatan bidan agen. Dan diharapkan
juga bagi pembaca agar dapat mengetahui kunci sukses dalam pergerakan bidan agen
perubahan.
https://fenchiey.blogspot.co.id/2017/01/bidan-sebagai-agen-perubahan.html

Anda mungkin juga menyukai