Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN KONFLIK DAN

INTERAKSI SOSIAL DALAM


LINGKUNGAN KESEHATAN

KELOMPOK 9
ANGGOTA :
1. SITI ZULAIHA (201091060)
2. TANIA (201091050)
3. VINKA RIZKIKA (201091052)
PENGERTIAN KONFLIK DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
• Menurut Ariyono Suryono, konflik adalah proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan
pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan masing-masing pihak.
• Menurut Soerjoni Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang prorang atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lamwan yang disertai ancaman atau kekerasan.
• Teori penyebab konflik ada 5 yaitu :
1. Teori Hubungan masyarakat
2. Teori Negosiasi Prinsip
3. Teori kebutuhan manusia
4. Teori Identitas
5. Teori Transformasi Konflik
• Faktor-factor penyebab timbulnya konflik adalah :
1. Perbedaan antar perorangan
2. Perbedaan kebudayaan
3. Bentrokan kepentingan
4. Perubahan sosial yang terlalu cepat di dalam masyarakat

• Penanganan atau Penanggulangan Konflik :


1. Kompetensi
2. Akomodasi
3. Sharing
4. Kolaborasi
5. Penghindaran
• Faktor-Faktor yang mempengaruhi Interaksi social dalam
pelayanan kesehatan:
Kemampuan berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam rangka berfikir orang
lain. Faktor-faktor yang terlihat dalam interaksi:
1. Imitasi, suatu proses peniruan atau meniru. Imitasi dapat mendorong individu untuk
mematuhi kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang berlaku sekaligus dapat melemahkan atau
mematiakan pengembangan kreasi seseorang.
2.  Sugesti, proses dimana seseorang individu menerima suatu pedoman- pedoman tingkah
laku orang tanpa dikritik terlebih dahulu.
3.  Identifikasi, dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain baik secara lahir atau
batiniah. Proses identifikasi ini biasanya disorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak
lain yang layak untuk ditiru
4.  Simpati, perasaan tertarik orang yang satu terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas
dasar logis rasional melainkan berdasarkan penilaian perasan.
• 4 jenis tindakan sosoial:
1. Rasionalitas Instrumental, tindakan yang dilakukan individu didasarkan atas
pertimbangan rasional yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan kesediaan alat
untuk mencapainya. Contohnya bidan yang merujuk pasien ke Rumah Sakit.
2. Rasionalitas yang berorientasi niali individu melakukan tindakan karena hal itu dianggap
benar dan baik oleh masyarakat, tujuan tindakan tidak diperhitungkan. Misalnya upacara
adat
3. Tindakan Tradisional, tindakan dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan
nenek moyang, tanpa refleksi yang sabar atau perencanaan. Misalnya tidak boleh duduk
di depan pintu saat hamil.
4. Tindakan Afektif, tindakan ini didominasi perasaan atau emsi tanpa perencanaan.
Tindakan afektif sifatnya sponta, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari
individu. Contohnya menangis dan tertawa.
BIDAN SEBAGAI CHANGE AGENT
• Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), agen perubahan adalah petugas
profesional yang mempengaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat
menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi, semua orang yang
bekerja untuk mempelopori, merencanakan, dan melaksanakan perubahan sosial
adalah termasuk agen-agen perubahan.
• Agen Perubahan (agen of change) memimpin masyarakat dalam mengubah sistem
sosial. Dalam melaksanakannya, agen perubahan langsung tersangkut dalam
tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan
pula perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Cara-
cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan
terlebih dahulu yang dinamakan dengan rekayasa sosial (social engineering) atau
sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning). (Soekanto, 1992)
• Kualifikasi Agen Perubahan
1. Kualifikasi Teknis
2. Kemampuan Administratif
3. Hubungan Antar-Pribadi
• Peran Agen Of Change
1. Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
2. Sebagai pembantu proses perubahan, membantu dalam proses pemecahan masalah
dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai :
- Mengenali dan merumuskan kebutuhan.
- Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan.
- Mendapatkan sumber-sumber yang relevan.
- Memilih atau menciptakan pemecahan masalah.
- Menyesuaikan dan merencanakan pertahapan pemecahan masalah.
Sebagai penghubung ( linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
BIDAN SEBAGAI AGEN Contoh Bidan Sebagai Agen perubahan :
PERUBAHAN 1. Cara memasak makanan untuk anak balita.
Peran bidan tidak hanya 2. Menyediakan air bersih bagi rumah tangga di
membantu persalinan ibu desa.
hamil. Lebih dari itu, bidan 3. Mengubah pendekatan dari dukun untuk
dapat berlaku sebagai garda melahirkan, memberi layanan lengkap hingga
depan dalam meningkatkan
pascamelahirkan. Pendekatan dilakukan
kesejahteraan perempuan dan
kepada perangkat desa dan masyarakat untuk
bayi serta agen perubahan
(agent of change) bagi membentuk forum kesehatan desa.
pembangunan kesejahteraan 4. Untuk menurunkan angka kematian ibu
nasional. (AKI).
5. Bidan berperan dalam upaya pemeliharaan
dan pencegahan penyakit.
MANAGEMENT KONFLIK
Definisi management konflik
Management konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi
antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik

PENYELESAIAN KONFLIK
Secara sosiologis, proses sosial dapat terbentuk proses
sosial yang bersifat menggabungkan (associative processes)
dan proses sosial yang menceraikan (dissociative
processes).
BENTUK PENYELESAIAN KONFLIK

1. KONSILIASI 2.MEDIASI

3. ARBITRASI

4. KOERSI 5. DETENTE
MANAJEMEN KONFLIK INDIVIDU DAN SOSIAL DALAM
PELAYANAN KESEHATAN

• Konflik merupakan perselisihan yang alami terjadi dalam kehidupan berorganisasi. Konflik
muncul karena adanya perbedaan gagasan, nilai, atau perasaan antara dua orang atau
lebih. konflik dapat bernilai positif maupun negative. Hasil penelitian American
Management Association menunjukkan bahwa manajer keperawatan membutuhkan
waktu rata-rata 20 menit untuk menyelesaikan konflik. Oleh karena itu, ketrampilan dalam
manajemen konflik sangatlah diperlukan, bahkan lebih penting dari ketrampilan dalam
membuat perencanaan, komunikasi, serta pengambilan keputusan (McElhaney, 1996).
• Konflik menurut pandangan tradisional selalu dianggap sesuatu yang merugikan karena
bisa menimbulkan kekacauan. Namun sebaliknya, menurut pandangan modern, konflik
justru dianggap sebagai sebuah hal positif karena dapat mendorong terbitnya kebijakan
baru, meningkatnya persaingan dan peningkatan asuhan keperawatan dengan catatan
bahwa konflik dapat dikelola secara produktif (Sunarta, 2010) (Hamdan, Norrie and
Anthony, 2014).
PROSES KONFLIK DAPAT BERKEMBANG MELALUI EMPAT
TAHAP, YAITU:

1. TAHAP OPOSISI POTENSIAL 2. TAHAP KOGNISI DAN


PERSONALISASI

3. TAHAP PERILAKU 4. TAHAP HASIL

Anda mungkin juga menyukai