Anda di halaman 1dari 14

M A K A LA H

“PENGELOLAAN KONFLIK DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PELAYANAN


KESEHATAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Humaniora (Bd. 6503)
Dosen Pengampu: Desy Rosita, S.SiT., M.Pd

TIM penyusun kelompok 9:

Amma Alfhina (22109103)

Farsya Talahah (221091015)

Putri Aprillia (221091033)

Sulastri (2219091038)

Yosshie Cristin Agvilera (221091046)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN

PROGRAM SARJANA TERAPAN

TAHUN 2023
LEMBARAN PENGESAHAN

“PENGELOLAAN KONFLIK DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PELYANAN


KESEHATAN”

Telah dipersiapkan dan disusun oleh:

Amma Alfhina (221091003)

Farsya Talahah (221091015)

Putri Aprillia (221091033)

Sulastri (2219091038)

Yosshie Cristin Agvilera (221091046)

Telah disahkan dan dipresentasikan pada perkuliahan Mata Kuliah humaniora

Pada tanggal, 11 Oktober 2023

Mengetahui,
Ketua Kelompok Dosen Pengampu

Amma Alfhina Desy Rosita S.SiT., M.Pd


NIM: 221091003 NIDN: 4003109001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini walaupun
secara sederhana,baik bentuknya maupun isinya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Humaniora yang mungkin dapat
membantu teman -teman dalam mempelajari hal penting dalam pelajaran Humaniora.
Makalah ini dapat kami selesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Karena itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan sasaran yang membangun demi sempurnanya
penelitian kami ini. Kami juga mengharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk
memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan
itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak
hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun
perlu dikelola dengan baik.Khususnya dalam penanggulangan masalah yang
relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku


maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya
adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi
efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.

Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi semua pemberi Pelayanan


Kesehatan. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara
pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada
suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya
adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi
efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para
pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Pengertian konflik dan interaksi sosial dalam pelayanan kesehatan
B. Bidan sebagai change agent
C. Manajemen konflik individu dan sosial dalam pelayanan kesehatan

1.3 TUJUAN
A. Menjelaskan konflik dan interaksi sosial dalam pelayanan kesehatan
B. Mengetahui bidan sebagai change agent
C. Untuk mengetahui manjemen konflik individu dan sosial dalam pelayanan
kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONFLIK DAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PELAYANAN


KESEHATAN

Menurut Deutsch ( 1969 ) didefinisikan sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang
timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang yang
terancam. Merupakan sebuah proses mengekspresikan ketidapuasan, ketidaksetujuan, atau
harapan yang tidak terealisasi antara dua orang atau lebih karena mereka mempunyai
perbedaan status, tujuan, nilainilai dan persepsi yang berbeda. Manajemen konflik merupakan
serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik.
Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang
mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak
luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.

Fisher dkk (2001) menggunakan istilah transformasi konflik:


a. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
b. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui
persetujuan damai.
c. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan
mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
d. Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun
hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang
bermusuhan.
e. Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih
luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan
sosial dan politik yang positif.

1. Penyebab terjadinya konflik


perubahan , perbedaan persepsi terhadap kemajuan teknologi baru, persaingan
kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu.
Penyebab terjadinya konflik:
 Interdependensi peran
 Batasan pekerjaan yang tidak jelas
 Perbedaan/ antarpribadi, status
 Kekurangan sumber daya termasuk imbalan
 Perubahan
 Masalah komunikasi
 Tekanan waktu
 Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak sesuai
 Harapan yang tidak terwujud

Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
Disiplin, Komunikasi, Pelatihan asertif, Tahap perkembangan wajar.
Teknik manajemen konflik :
 Menetapkan tujuan
 Memilih strategi
 Menghindar
 Akomodasi
 Kompromi
 Kompetisi
 Kerja sama
a. Berkumpulnya beberapa orang mudah memicu terjadinya konflik, termasuk dalam
pelayanan keperawatan dan beresiko terhambatnya efektivitas kinerja.
b. Konflik dapat dicegah atau diatur dengan menerapkan disiplin, komunikasi efektif,
dan saling pengertian antara sesama rekan kerja.
c. Untuk mengembangkan alternatif solusi agar dapat mencapai satu kesepakatan dalam
pemecahan konflik, diperlukkan komitmen yang sungguh sungguh.
d. Diharapkan Manajer Perawat dapat memahami dan menggunakan keahliannya secara
khusus untuk mencegah dan mengatur konflik.

2.2 BIDAN SEBAGAI CHANGE AGENT

Bidan sebagai agen perubahan mempunyai peran berupa memengaruhi orang


lain/masyarakat dalam berperilaku atau bersikap. Dari beberapa penelitian agen
perubahan akan lebih berhasil melakukan perubahan pada komunitas komutas sosial
target melalui para pemimpin (leader) kelompok komunitas sosial target perubahan yang
hal ini dapat dipelajari dan dilaksanakan oleh bidan dalam memberi layanan di tengah
masyarakat, berikut beberapa alasan yang membuat bidan harus mengerti bahwa
perubahan itu harus dimulai dari pemimpin dalam masyarakat, yaitu:

a. The role of demonstration


Potensi mengadopsi inivasi/kebijakan publik akan meningkat seiring dengan
penjelasan secara terus menerus dengan mendemonstrasikan keuntungan dari temuan
itu sehingga potensi menyaksikan demonstrasi inovasi/kebijakan piblik menjangkau
target/sasaran masyarakan yang lebih luas. Mendemonstrasikan inovaso/kebijakan
publik secara luas dilakukan oleh innovator/regulator di berbagai bidang seperti
kesehatan ibu dan anak dll, kegiatan demikian memerlukan dukungan dana dari
belanja negara.
b. Kemampuan target perubahan dalam mengevaluasi
Pada umumnya agen perubahan mengamati adopsi masyarakat tentang
inovasi/kebijakan publik dalam perspektif jangka pendek, padahal agen perubahan
yang baik memerlukan pendampingan jangka panjang mulai mengadopsi dan
melaksanakan, menikmati hasilnya dan melakukan evaluasi proses bekerjanya
inovasi/kebijakan publik. Agen perubahan memerlukan pendampingan jangka
panjang sampai komonitas target perubahan mampu melakukan evaluasi sendiri dan
kemudian menjadi agen perubahan (baru) bagi kelompok masyarakat lainnya.

Berikut beberapa peran bidan sebagai agent of change dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak serta keluarga:

1. Cara Memasak Makanan Untuk Anak Balita


Dalam hal ini bidan harus mampu mengajak masyarat terutama ibu yang baru saja
melahirkan dan keluarga yag mempunyai anak untuk dapat membantu dalam proses
perbaikan gizi bayi dan balita agar dapat mengurangi angka kematian bayi (AKB) dan
mengurangi banyaknya angka Stunting di Indonesia. Dalam hal ini bidan harus
mampu memberitahu pengetahuan dan cara yang dapat dilakukan secara rutin setiap
ibu dan keluarga yang dapat dilakukan antaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pada 1.000 hari
pertama kehidupan bayi.
b. Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala.
c. Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti dokter, bidan,
maupun puskesmas.
d. Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi
(TKPM).
e. Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini.
f. Memberantas kemungkinan anak terserang cacingan.
g. Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.
2. Menyediakan Air Bersih Bagi Rumah Tangga Di Desa
Penanganan dan program yang dapat dilakukan organisasi bidan dalam masalah ini
dengan cara melakukan penyaluran air bersih ke setiap rumah dengan cara mencari
mata air bersih di desa tersebut lalu melakukan sistem perpipaan ke setiap rumah.
Kriteria air bersih yang harus di teliti setiap bidan adalah:
a. Jernih
b. Tidak ada warna
c. Tawar
d. Tak berbau
e. Memiliki PH yang netral
f. Tak ada zat kimia
g. Kesadahan air yang rendah
h. Tidak ada bakteri
3. Mengubah pendekatan dari dukun untuk melahirkan, memberi layanan lengkap
hingga pasca melahirkan. Pendekatan dilakukan kepada perangkat desa dan
masyarakat untuk membentuk forum kesehatan desa. Memberitahukan kepada setiap
keluarga jika ingin melakukan persalinan di dukun harus melakukan kolaborasi
dengan bidan. Tetapi hal ini tidak mudah dilakukan karena masih kentalnya dalam
masyarakat pedesaan mengenai budaya ke dukun beranak oleh karena itu bidan harus
memiliki daya Tarik yang kuat untuk dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat
agar melakukan persalinan dengan dukun harus melakukan kolaborasi juga dengan
bidan setempat jika tidak dilakukan kolaborasi maka hal itu akan dapat
mengakibatkan naiknya angka kematian ibu (AKI) dan akan terjadi infeksi pada bayi
yang sangat berbahaya dan juga akan terjadi peningkatan angka kematian bayi
(AKI),oleh karena itu bidan harus mampu mempertegas informasi ini dan
pengetahuan tersebut pada setiap keluarga di Indonesia.
4. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI).
5. Bidan berperan dalam upaya pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Bidan
melakukan program pencegahan penyakit terutama penyakit pada system reproduksi
perempuan, karena perempuan sangat rentan dengan penyakit menular seksual dan
akan sangat membahayakan salah satu penyebabnya adalah terjadinya kemandulan
pada wanita, dan akan mengganggu ke masa subur seorang wanita, oleh karena itu
organisasi bidan sangat diharapkan untuk melakukan sosialisasi mengenai
pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
6. Bidan berperan memahami dan memberikan asuhan yang sesuai dengan hak-hak
reproduksi wanita yang meliputi:
a. Wanita berhak mempunyai otonomi dan pilihan sendiri tentang fungsi dan
proses reproduksi.
b. Wanita berhak menentukan secara bertanggung jawab apakah ingin,
bagaimana, kapan, mempunyai anak, termasuk menentukan berapa
jumlahnya, wanita tidak boleh dipaksa melahirkan atau mencegah kehamilan
c. Keputusan reproduksi yang diambil seorang wanita patut dihormati, wanita
perlu diberikan informasi dan otoritas untuk membuat keputusan sendiri
tentang reproduksi yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan reproduksinya.
Bidan dalam bahasa inggris berasal dari kata midwife yang mengandung arti
pendamping wanita/istri. Dan dalam bahasa sansekerta di sebut dengan istilah "wirdhan"
yang berarti wanita bijaksana. Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam
membantu kelahiran seseorang. Peran bidan tidak hanya sebatas membantu persalinan ibu
hamil. Lebih dari itu, dia dapat berlaku sebagai garda depan peningkatan kesejahteraan
perempuan dan bayi serta agen perubahan (agent of change) bagi pembangunan kesehatan
nasional. Memberikan nasihat kepada ibu hamil selama masa hamil, persalinan dan masa
pascapersalinan, memimpin persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang
menjadi tugas utama para bidan. Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu
menjalankan program pemberdayaan perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap
memberikan pengetahuan bagaimana memilih pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak
reproduksi kepada pasiennya.
Bidan adalah posisi yang memungkinkan mengemban peran sebagai Agen Perubahan
(Agent of Change) oleh sebab itu apabila bidan sedang melakukan suatu transformasi dalam
bentuk perubahan paradigmatic, perubahan sosial, kecanggihan iptek dll, adalah layak bila
bidan lebih memfungsionalkan peran bidan sebagai Agen Perubahan. Sebagai Agen
Perubahan, bidan dituntut memahami peran dirinya sebagai pembangkit kesadaran diri untuk
berubah, sebagai yang menghubungkan antara Policy Maker dengan kelompok masyarakat
target perubahan, juga sebagai elemen yang mentransformasikan tahapan niat menjadi
tindakan nyata dan oleh sebab itu bidan sebagai agen perubahan dituntut mempunyai
kredibilitas sosial maupun teknikal dihadapan kelompok sosial target perubahan. Agen
Perubahan akan bekerja efektif apabila memperhatikan karakteristik masyarakat target
perubahan, memahami karakteristik masyarakat target perubahan akan membantu Agen
Perubahan dalam mengembangkan model komunikasi yang relevan dan efektif dengan
kelompok sosial target perubahan yaitu ibu, anak dan masyarakat.

2.3 MANAJEMEN KONFLIK INDIVIDU DAN SOSIAL DALAM PELAYANAN


KESEHATAN

Menisbikan konflik dalam masyarakat tidaklah mungkin, oleh karena itu diperlukan
strategi transformasi dan manajemen konflik agar perubahan sosial dan konflik berjalan
secara terkendali, sehingga masyarakat bisa hidup secara sehat. Konflik harus dikelola, tidak
semata-mata agar konflik berdampak yang sekecil-kecilnya, tetapi yang lebih penting adalah
mengubah konflik ke arah suasana kedamaian lewat pemecahan konflik secara demokratis,
disertai dengan meniadakansumber-sumber konflik maupun pemberdayaan secara kultural
dan struktural. Dengan cara ini konflik bisa dikendalikan yang sekaligus berarti cita-cita
mewujudkan kedamaian yang berkelanggengan bisa diwujudkan. Pengelolaan konflik
sebagaimana dikemukakan Pruitt dan Rubin bisa ditempuh oleh pihak-pihak yang berkonflik,
yakni mengabaikan konflik, dan mengatasi konflik. Tindakan mengabaikan konflik bisa
berwujud menarik diri (withdrawing) yakni memilih meninggalkan situasi konflik secara fisik
dan psikologis, atau melakukan inaction, yakni diam tidak melakukan apa-apa. Dengan cara-
cara itu, konflik memang sementara dapat diatasi, namun karena sumber konflik masih ada
dan belum terpecahkan, yang kemungkinan akan terjadi lagi konflik susulan bahkan lebih
besar. Untuk itu, akar masalah harus dipecahkan dengan roblem solving yaitu masing-masing
yang berkonflik melibatkan beberapa usaha yang konsisten dan koheren untuk mengatasi
konflik.

Transformasi konflik termasuk ke dalam ruang lingkup mengatasi konflik, mengingat


bahwa transformasi konflik terkait dengan strategi untuk mengatasi dan atau mengubah
konflik menjadi kedamaian yang langgeng. Salah satu strategi transformasi konflik adalah
mediasi. Mediasi adalah suatu proses di mana para pihak yang bersengketa menunjuk pihak
ketiga yang netral untuk membantu mereka dalam mendiskusikan penyelesaian dan mencoba
menggugah para pihak untuk menegosiasikan suatu penyelesaian dari sengketa itu. Tujuan
yang utama adalah tercapainya kompromi dalam menyelesaikan suatu persengketaan.
Prosesnya bersifat pribadi, rahasia (tidak terekspos keluar) dan kooperatif. Selaku pihak
ketiga yang tidak memihak, mediator membantu para pihak yang bersengketa dalam
menyelesaikan konflik dengan mendekatkan atau mempertemukan kepentingan-kepentingan
yang berbeda dari para pihak yang bersengketa tersebut. Pihak ketiga atau mediator tidak bisa
mengeluarkan keputusan yang mengikat, melainkan lebih menekankan pada usaha
memberdayakan pihak-pihak yang berkonflik untuk menemukan resolusi konflik yang adil
dengan cara mendorong dan memfasilitasi dialog, membantu para pihak mengklarifikasikan
kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka, menyiapkan panduan, membantu para pihak
dalam meluruskan perbedaan-perbedaan pandangan dan bekerja untuk suatu yang dapat
diterima para pihak dalam penyelesaian yang mengikat yang dalam konteks solusi menang-
menang (win-win solution).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Terjadinya konflik dalam Pelayanan Kesehatan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
dihindarkan. Hal ini terjadi karena di satu sisi orang-orang yang terlibat dalam organisasi
mempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Di sisi lain adanya saling
ketergantungan antara satu dengan yang lain yang menjadi karakter setiap organisasi. Konflik
yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu
kesatuan. Dalam menata konflik dalam pelayanan Kesehtaan diperlukan keterbukaan,
kesabaran serta kesadaran semua pihak yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan
konflik yang terjadi dalam pelayanan kesehatan.

3.2 SARAN
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar kami
bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA

(Anjat astuti, ratih kumala dewi, ninik azizah, evita aurilia nardina, reni tri lestari, cahyaning
setyo hutomo, septerina purwandani wiranso, niken bayu, hanna sriyanti sarag, winarsih,
dyah noviawati setya arum, mina yumei santi), (2021), mutu pelayanan kebidanan standar,
indikator, dan penilaian, yayasan kita menulis

https://books.google.co.id/books?
id=FiQ5EAAAQBAJ&pg=PA205&dq=bidan+sebagai+change+agent&hl=id&newbks=1&ne
wbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjA0pLs78j9AhWeDbcAH
UftBUUQ6AF6BAgHEAM

I wayan rai, majalah aplikasi ipteks ngayah, 2(1), 2011, 7-8

https://scholar.archive.org/work/lsupn6numff6pigke3lcjyetai/access/wayback/https://
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JNG/article/viewFile/191/182

Anda mungkin juga menyukai