PENGERTIAN NILAI
Dosen
Drs. Bambang Sugeng, M.P.
Oleh
Eka Aulia Purwahardiani
21.04.229
1-A Pekerjaan Sosial
Nilai-Nilai yang Paling Twpat Diajarkan kepada pekerja Sosial atau Calon-Calon
Pekerja Sosial.
Menurut Northen (1971), nilai-nilai pekerjaan sosial ialah sebaai berikut.
1. Setiap orang bebas untuk mengungkapkan dirinya sendiri.
2. Setiap orang bebas untuk menjaga kerahasiaan dirinya.
3. Setiap orang bebas berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan pribadinya.
4. Setiap orang berkewajiban mengarahkan kehidupan pribadinya secara bertanggung
jawab agar dapat bertindak konstruktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam sejarah dan perkembangannya, nilai dalam pekerjaan sosial menapaki beberapa tahapan
perkembangan (Reamer, 1999:5; dalam Huda, 2009:138-141):
Pelayanan (nilai)
Prinsip etiknya adalah pekerja sosial harus mengutamakan tujuan untuk membantu masyarakat
yang membutuhkan dan memusatkan pada permasalahan sosial. prinsip pelayanan diletakkan
diatas kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan. Melayani klien baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat merupakan kewajiban dari pekerja sosial yang harus
diutamakan. Tanpa prinsip pelayanan, pekerjaan sosial tidak memiliki aktivitas profesional
Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial wajib untuk menentang ketidakadilan sosial.
Tujuan inti pekerjaan sosial adalah menuju perubahan sosial yang lebih humanis dan mengarah
kepada kesejahteraan sosial. ketidakadilan sosial maupun penindasan yang terjadi dalam
masyarakat menjadi tanggung jawab pekerja sosial untuk mengubah keadaan tersebut.
Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial menghormati harkat dan martabat seseorang.
Pekerjaan sosial merupakan profesi yang melibatkan diri langsung baik dalam setting individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat. Oleh sebab itu, setting keterlibatan langsung ini
menuntut dari para peker sosial untuk memiliki modal nilai yang menghargai orang lain dalam
melakukan interaksi sosial.
Integritas (nilai)
Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial harus mempunyai perilaku yang dapat dipercaya.
Dalam batas tertentu, profesi pekerja sosial adalah seperti dokter, ‘mengobati’ dan
‘menyembuhkan’ individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang sedang sakit. Tanpa
adanya perilaku yang dapat dipercaya, pekerja sosial tidal dapat menjalankan profesi tersebut
dengan baik. Integritas setidaknya ditunjukkan dengan konsistensi pekerja sosial dengan misi
profesional, nilai, dan prinsip etika, dan standar etika dalam aktivitas pertolonga yang
dilakukannya.
Kompetensi (nilai)
Prinsip etik dari nilai ini adalah pekerja sosial harus mempraktikkan keahlian
profesionalismenya dalam proses pertolongan yang dilakukan. Dalam hal ini pengetahuan
dan skill yang memadai harus dimiliki oleh pekerja sosial untuk menunjang kompetensi dari
pekerja sosial. tanpa adanya kompetensi tersebut menjadikan pekerja sosial tidak dapat
profesional dan mencapai tujuannya dengan baik. Sehingga adanya pengetahuan dan keahlian
yang memadai juga menjadi dasar kepemilikan yang sangat penting dalam profesi pekerjaan
sosial.
Meski begitu, terdapat beberapa bentuk dilema etis dalam pekerjaan sosial (Huda, 2009: 54)
yaitu: (1) Dilema etis yang terkait praktek langsung yaitu pemberian pelayanan pada individu,
keluarga dan kelompok kecil. (2) dilema etis yang terkait dengan praktek komunitas,
administrasi, tindakan sosial, penelitian dan evaluasi, relasi dengan teman sejawat dan
pendidikan professional, yaitu paling umum terjadi berkaitan dengan konflik aktual atau
potensial antara aturan tugas-tugas pekerja sosial dalam hal-hal berikut: (a) Kerahasiaan Klien
dan komunikasi bebas. Pekerja sosial memiliki kewajiban untuk menghagai hak klien untuk
kerahasiaan dan harapannya. (b) Memutuskan untuk diri sendiri dan paternalism professional.
Pada kalangan pekerjaan sosial diterima bahwa biasanya klien mempunyai hak sangat
mendasar untuk memutuskan suatu tindakan untuk dirinya sendiri. (c) Undang-undang
kebijakan dan peraturan. Pekerja sosial harus menjunjung tinggi undang-undang, kebijakan dan
aturan yang relevan untuk keberfungsian organisasi pelayanan kemanusiaan dan masyarakat
luas. (d) Nilai-nilai professional dan pribadi. Pekerja sosial terkadang menemukan di lapangan
bahwa nilai-nilai pribadinya bertentangan dengan nilai-nilai pekerjaan sosial atau kedudukuan
resmi pimpinan lembaganya atau organisasi yang terkait. (e) Sumber daya yang langka dan
terbatas. Pekerja sosial dituntut membuat criteria alokasi dan mengambil keputusan dalam
mengalokasiakan sumber-sumber dengan baik. (f) Management care. Pengaruh managemen
care yaitu kebijakan yang dibuat untuk meningkatkan tanggung jawab fiscal dan pengendalian
biaya untuk perawatan kesehatan dan pelayanan kemanusiaan. (g) Whistle-blowing (memberi
peringatan). Pekerja sosial umumnya memahami kewajiban untuk melindungi klien dan public
dari rekan sejawat yang tidak etis, tetapi mereka juga tahu bahwa memberi peringatan dapat
memberikan dampak terhadap rekan maupun pekerja sosial yang perilaku tidak etis (Najib,
2018: 30).