Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan
manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhanya telah
menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. Hal ini didukung pula dengan
karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup wajar
tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka
bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama
berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Jika kita menelisik lebih cermat mengenai eksistensi organisasi di dalam


masyarakat maka kita akan mengetahui bahwa organisasi sangat memiliki peran
yang berarti di masyarakat. Karena demikian, organisasi mampu menggerakkan
potensi sumber daya manusia di sekelilingnya untuk menjalankan aktivitas
keorganisasian yang cenderung memberikan kontribusi penting untuk masyarakat itu
sendiri.

Dengan begitu, tentu saja keberadaan suatu organisasi sangat diharapkan


manfaatnya untuk kehidupan bersama. Misalnya organisasi keagamaan akan bisa
memenuhi kebutuhan masyarakat akan kerohaniannya, atau organisasi ekonomi akan
bisa membantu memberikan saluran kepada masyarakat untuk menghasilkan
pendapatan dengan mandiri, atau organisasi politik akan bisa mewadahi aspirasi –
aspirasi masyarakat yang harus dipenuhi, dsb. Akan tetapi, bukan tidak mungkin di
antara semua itu tidak terjadi konflik, apakah itu konflik interen atau eksteren. Oleh
karenanya, di dalam makalah ini akan diulas mengenai hal–hal yang mendasar
mengenai organisasi yang perlu dipahami agar setiap individu dapat menjalankan
keorganisasian dengan baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini adalah rumusan permasalahannya:
1) Apa itu organisasi?
2) Apa tujuan, fungsi, ciri-ciri dan unsur-unsur, dan jenis-jenis dari organisasi?
3) Bagaimana struktur komponen sistem sosial dalam organisasi sosial?
4) Apakah yang dimaksud dengan perilaku organisasi?
5) Apakah faktor–faktor yang menyebabkan kegagalan dan keberhasilan
organisasi?
6) Apa saja permasalahan di dalam organisasi dan penyelesaiannya?
7) Apa saja teori/model organisasi?
8) Bagaimana perbandingan antara model-model (teori) dengan model sistem
mengenai organisasi?
9) Bagaimana perbandingan antara organisasi dengan komuniti?

1.3 Tujuan Penulisan


Selanjutnya, tujuan yang dapat dipenuhi dari rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1) Mengetahui pengertian organisasi;
2) Mengetahui tujuan, fungsi, ciri-ciri dan unsur-unsur, dan jenis-jenis dari
organisasi;
3) Mengetahui struktur komponen sistem sosial dalam organisasi sosial;
4) Mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku organisasi;
5) Mengetahui faktor-faktor kegagalan dan keberhasilan organisasi;
6) Mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam organisasi dan penyelesaiannya;
7) Mengetahui teori/model organisasi;
8) Mengetahui perbandingan antara model-model (teori) dengan model sistem
mengenai organisasi; dan
9) Mengethaui perbandingan antara organisasi dengan komuniti.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi


Dikatakan organisasi jika ada aktifitas/kegiatan yang dikerjakan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan dilakukan oleh dua orang atau
lebih dan bukan satu orang. Karena jika kegiatan itu dilakukan oleh satu orang bukan
dikatakan organisasi. Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang
berarti alat. Untuk memahami organisasi secara baik, maka perlu kiranya kita
berangkat dari berapa defenisi yang ada untuk mewakili pemahaman setiap orang di
antaranya:
1. Menurut DR. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi adalah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara
formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam
ikatan mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan
seseorang/sekelompok orang yang disebut bawahan.

2. Prof. DR. Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa organisasi adalah struktur


tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang–
orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama–sama
mencapai suatu tujuan tertentu.

3. James D. Mooney (1974) mengutarakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk


kerjasama manusia untuk mencapai tujuan bersama.

4. Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu kelompok
orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah satu
kepemimpinan.

5. Drs. Dydiet Hardjito, M.Sc organisasi adalah kesatuan sosial yang di


koordinasikan secara sadar yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang
tidak dapat dicapai melalui individu secara terpisah.

3
6. Menurut Maringan (2004) pengertian organisasi dapat dibedakan pada dua
macam, yaitu:
a. Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai
wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk manajemen yang
memungkinkan manajemen bergerak atau dapat dikaitkan.
b. Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti dinamis
(bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan tempat
manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Dinamis berarti baa
organisasi itu bergerak mengadakan pembagian pekerjaan. Misalnya pimpinan
harus ditempatkan di bagian yang strategis.

7. Hakekat Oragnisasi menurut Edgar H. Shein dalam bukunya the Psykologi of


Organization (1982) organisasi adalah Koordinasi yang direncanakan mengenai
kegiatan-kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama melalui
pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan otoritas (kewenangan) dan
tanggungjawab. Dengan definisi ini, pada hakekatnya dalam sebuah organisasi
diperlukan sejumlah pesyaratan atau gagasan, antara lain:
a. Bahwa Organisasi memerlukan pengembangan dan pemeliharaan koordinasi.
b. Bahwa didalam organisasi terdapat tujuan bersama yang pencapaianya harus
diupayakan semaksimal mungkin.
c. Dalam Organisasi tedapat pembagian kerja (division of labor).
d. Seluruh kegiatan dalam organisasi harus menciptakan keterpaduan
(integration), menekankan bahwa objek koordinasi pada dasarnya bukan
orang tetapi kegiatan atau pekerjaan.

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi


terdapat tiga unsur dasar yaitu orang, kerjasama, dan tujuan. Dan juga memiliki
lima fenomena penting, yaitu:
1. Organisasi harus mempunyai tujuan;
2. Mempunyai program, kegiatan strategi, dan metode untuk mencapai tujuan;
3. Mempunyai pimpinan yang bertanggung jawab terhadap organisasi itu; dan
4. Organisasi itu terdiri dari dua orang atau lebih.

4
2.2 Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan dari suatu organisasi sangat
mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun untuk mencari masa atau
anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi dan untuk menjaga kaderisasi.
Tingkatan pengelompokan yang mendefinisikan proritas tujuan organisasi yaitu:
1. Tujuan atau misi umum. Tujuan atau misi umum adalah pernyataan luas atau
tujuan dalam skala umum yang mendefinisikan bagaimana terciptanya sebuah
organisasi tersebut, biasanya tidak berubah dari tahun ke tahun dan sering
menjadi pernyataan pertama dalam konstitusi sebuah organisasi.

2. Tujuan yang menjelaskan apa saja yang ingin dicapai oleh organisasi itu.
Merupakan dari tujuan dan misi dari sebuah organisasi, biasanya berubah dari
tahun ke tahun tergantung pada kesepakatan.

3. Tujuan yang mendeskripsikan apa yang harus dilakukan berasal dari tujuan itu
sendiri atau menjelaskan secara spesifik, biasanya memiliki jangka pendek
atau batas waktu.

2.3 Fungsi Organisasi


Dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi, ada 4 fungsi organisasi yang
sangat perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen organisasi, yakni:
1) Planning (perencanaan), hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam organisasi
diantaranya dalah rencana-rencana yang coba disusun oleh pengelola organisasi
melalui rapat-rapat, seperti Rapat Kerja atau Rapat Anggaran;

2) Organizing (pengaturan), dalam hal pengaturan, unsur yang perlu diperhatikan


dan diwujudkan adalah:
a. Struktur Organisasi;
b. Job Description yang jelas;
c. Bentuk Koordinasi (Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan antar Organisasi);
d. Penataan dan Pendataan Arsip & Inventaris Organisasi. (surat masuk,
proposal, AD/ART)

5
3) Accounting (pelaporan), wujud kongkritnya adalah progress report (laporan
pengembangan kegiatan) atau laporan pertanggung jawaban (LPJ) kegiatan;

4) Controling (pengawasan), tugas organisasi ataupun pimpinan organisasi yang


tidak boleh terlewatkan adalah melakukan pengawasan terhadap aktifitas
organisasi ataupun realisasi kegiatan dan penggunaan.

Selanjutnya fungsi organisasi sosial dapat dikaitkan dengan sistem


kesejahteraan sosial, penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial dan praktek
pekerjaan sosial. Berikut ini adalah fungsi organisasi dalam usaha kesejahteraan
sosial.
1) Dalam kaitan dengan sistem kesejahteraan sosial
Fungsi organisasi sosial adalah untuk menghidupkan, mengembangkan,
dan memperkuat sistem kesejahteraan sosial yang ada, agar sistem tersebut dapat
mencapai tujuannya, yaitu memenuhi kesejahteraan dari setiap individu dan
masyarakat sebagai kumpulan kebutuhan dasar manusia. Fungsi ini menampakan
peranan potensial dari setiap badan sosial sebagai bentuk usaha yang
terorganisasikan dan menangani masalah-masalah yang bersifat manusiawi.
Dengan sendirinya bagaimana fungsi tersebut dapat dilaksanakan tergantung
kepada kondisi dari saling hubungannya dengan berbagai sub sistem yang lain
dalam sistem kesejahteraan sosial secara keseluruhan.

2. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan usaha-usaha kesejahteraan sosial.


Fungsi organisasi sosial adalah memberi tempat (mengakomodasi) atau
sebagai wadah dari usaha-usaha kesejahteraan sosial yang diselenggarakan, agar
dengan demikian usaha-usaha tersebut dapat dilaksanakan secara teratur, efisien
dan efektif serta memenuhi syarat-syarat sebagai usaha kesejahteraan sosial
(bukan usaha lain) yang sesuai dengan pembidangannya.

3. Dalam kaitan dengan praktik pekerjaan sosial.


Fungsi organisasi sosial adalah sebagai saluran dari pekerjaan sosial dalam
praktik. Dengan demikian pada hakekatnya proses pekerjaan sosial itulah yang
menggerakan secara dinamis usaha-usaha kesejahteraan sosial yang

6
diselenggarakan. Dapat dikatakan bahwa tanpa proses pekerjaan sosial, betapapun
baiknya organisasi suatu usaha diadakan, akan kehilangan wataknya dan
diragukan kemanfaatnnya sebagai usaha kesejahteraan sosial. Dari sini kelihatan
bahwa adanya pekerja sosial atau petugas sosial dalam suatu organisasi sosial
adalah mutlak dan menjadi salah satu faktor dominan yang menentukan hidupnya
badan sosial yang bersangkutan.
Pekerjaan sosial menduduki tempat sentral dalam sistim kesejahteraan
sosial dan praktek pekerjaan sosial mengisi fungsi-fungsi pokok yang terdapat
dalam sistim tersebut serta pelayanan yang diberikan. Pelayanan pelayanan
tersebut adalah merupakan pelayanan pertolongan yang spesifik yang
memberikan ciri utama suatu organisasi sosial.

2.4 Ciri–Ciri dan Unsur-Unsur Organisasi


Menurut Berelson dan Steiner (1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya
perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapanketetapan, prosedur,
kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.

2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatumpola


kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang
tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih
tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.

3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial
memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak
langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih
lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.

7
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain
yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
1. Rumusan batas-batas operasionalnya (organisasi) jelas. Dalam hal ini, kegiatan
operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan
kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2. Memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai
organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri,
dan lain sebagainya.
3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran
serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.

Dari uraian pendapat mengenai ciri-ciri organisasi, dapat disimpulkan


organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. adanya pembagian kerja, kekuasaan, dan tanggungjawab komunikasi;
2. adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang dapat menganai kegiatan
kerjasama organisasi dan mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang hendak
dicapai; dan
3. adanya substitusi personil.

Sedangkan unsur–unsur yang dapat disimpulkan dari pengertian yang


dikemukakan oleh I. Gitosudarmo dkk. (1997) adalah sebagai berikut:
a. Organisasi merupakan suatu sistem yaitu sistem terbuka dimana organisasi
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Adanya suatu pola aktivitas, artinya aktivitas yang dilakukan suatu organisasi
mengikuti suatu pola tertentu yang ada urutan kegiatan yang sistematis dan relatif
terus berulang.
c. Adanya sekelompok orang, artinya dua orang manusia atau lebih yang memiliki
tujuan yang sama berkumpul untuk bekerjasama menggalang kekuatan agar
tujuan mereka dapat tercapai seefektif dan seefisien mungkin.
d. Adanya tujuan, artinya tujuanlah yang menjadi semangat orang untuk
bekerjasama.

8
2.5 Jenis-Jenis Organisasi
1) Organisasi–Organisasi Formal dan Informal
Pembagian ini tergantung pada tingkat atau derajat terstruktur. Sebenarnya
pembagian yang disajikan merupakan wujud ekstrem, karena dalam kenyataan,
tidak mungkin kita menjumpai sebuah organisasi yang formal sempurna atau
informal sempurna.
Sebuah organisasi formal memiliki struktur yang terumuskan dengan baik.
Struktur ini menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan,
akuntabilitas, dan tanggung jawabnya.
Organisasi formal menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-
masing anggotanya. Hierarki sasaran-sasaran organisasi formal dinyatakan secara
eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangat dan jabatan, serta prasyarat-prasyarat
lainnya terurutkan dengan baik dan terkendali.
Organisasi formal tahan lama, dan terencana, mengingat ditekankan suatu
keteraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal
adalah perusahaan-perusahaan besar, badan-badan pemerintahan, dan universitas-
universitas.
Sementara, organisasi informal demikian terorganisasi secara “lepas”.
Mereka bersifat fleksibel, tidak terumuskan dengan baik, dan sifatnya adalah
spontan. Keanggotaan organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun
tidak sadar. Organisasi informal dapat dialihkan wujudnya menjadi organisasi
formal. Hal itu apabila hubungan didalamnya dan kegiatan-kegiatannya
terumuskan dan terstruktur.

2) Organisasi primer dan Organisasi Sekunder


Cara lain untuk merumuskan atau mengklasifikasi sesuatu organisasi
adalah berdasarkan keterlibatkan emosional anggotanya. Organisasi primer
menuntut keterlibatan lengkap, pribadi dan emosional dari para anggotanya.
Organisasi tersebut dicirikan oleh hubungan-hubungan yang bersifat pribadi,
langsung, spontan dan tatapan muka. Contoh organisasi primer adalah primer
adalah keluarga-keluarga tertentu, organisasi yang berdedikasi pada profesinya.

9
Di lain pihak, hubungan-hubungan pada organisasi sekunder ada yang
bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Dalam hal itu hubungan-hubungan
bersifat formal dan impersonal, dengan kewajiban-kewajiban yang dinyatakan
secara eksplisit. Organisasi sekunder bukanlah tujuan-tujuan yang memberikan
kepuasan, tetapi mereka memiliki anggota-anggota. Hal itu karena mereka dapat
menyediakan alat-alat (misalnya imbalan berupa gaji atau upah) yang memenuhi
tujuan-tujuan para anggota tersebut.
Pada organisasi primer, para anggota organisasi bersedia memberikan atau
mencurahkan upaya mereka secara total. Di lain pihak, organisasi sekunder,
anggota-anggota hanya melibatkan diri mereka secara parsial.

3) Organisasi yang diklasifikasi berdasar sasaran pokok


Setiap organisasi dibentuk dengan tujuan mencapai sasaran tertentu.
Contohnya dapat dikemukakan adanya hal berikut :
a) Organisasi-organisasi pelayanan, yang siap membantu orang-orang tanpa
menuntut pembayaran penuh dari masing-masing pihak yang menerima
servis yang bersangkutan (badan-badan amal organisasi taman-taman dan
taman margasatwa di luar negeri.
b) Organisasi-organisasi ekonomi, yaitu organisasi yang menyediakan barang-
barang dan jasa-jasa sebagai imbalan untuk pembayaran dalam bentuk tertentu
(korporasi-korporasi penyewa apartemen)
c) Organisasi-organisasi religius, yang memenuhi kebutuhan spiritual dari
anggotanya.(mesjid, gereja)
d) Organisasi-organisasi perlindungan, memberikan perlindungan kepada orang-
orang dari bahaya (departemen-departemen kepolisisan-ABRI, pemadam
kebakaran)
e) Organisasi-organisasi pemerintahan, yang memenuhi kebutuhan akan
keteraturan dan kontinuitas (Pemerintah pusat dan pemerintah daerah)
f) Organisasi-organisasi sosial, yaitu organisasi yang memenuhi kebutuhan
sosial orang-orang untuk mencapai kontak dengan orang-orang lain,
kebutuhan akan identifikasi dan bantuan timbale balik (organisasi-organisasi
yang dinamakan fraternities, klub-klub, tim-tim untuk tujuan-tujuan tertentu.).

10
2.6 Struktur Komponen Sistem Sosial dalam Organisasi sosial
1) Boundaries
Boundaries merupakan pola tingkah laku yang mencerminkan karakter
hubungan dalam suatu sistem sehingga menjadi identitas spesifik yang
membedakan sistem tersebut dengan sistem lainnya.
Boundaries merupakan aspek yang dikhususkan dari sebuah struktur
system. Fungsi pokoknya adalah mengontrol pertukaran input dan output dengan
suprasistem, melindungi sistem dari gangguan serta menstabilisasi pengaruh-
pengaruh yang mungkin muncul.
Boundaries kaitannya dalam organisasi sosial tidak dapat ditemukan
dalam bentuk fisik tetapi tercermin dari perilaku sosial berpola yang terjadi antar
anggota organisasi sosial. Interaksi antara individu-individu di dalam organisasi
sosial berbeda dengan interaksi antara individu di dalam dan individu di luar
organisasi sosial. Begitu juga dengan interaksi antara individu-individu di luar
organisasi sosial. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan peran dan
tugas dari masing-masing individu.

2) Suprasistem
Suprasistem merupakan semua pihak baik individu, kelompok maupun
instansi-instansi yang terlibat dalam proses pertukaran input dan output. Setiap
organisasi sosial memiliki hubungan yang dinamis diantara masing – masing
suprasistem.
Kaitannya dengan suprasistem, penting bagi kita untuk mengidentifikasi
lembaga – lembaga maupun unit – unit sosial lainnya yang mempengaruhi dan
dipengaruhi sistem subjek. Terkadang masalah yang muncul dalam sebuah
organisasi sosial tidak sepenuhnya mampu untuk diselesaikan oleh organisasi
sosial tersebut. Hal ini memungkinkan sekali dilakukan kontrak dengan pihak –
pihak lain yang dianggap lebih berkompetensi.

3) Interface
Interface menunjukkan segmen boundaries dimana dua organisasi sosial
bekerja-sama dalam kaitannya untuk mencapai tujuan serta melakukan upaya-

11
upaya pemeliharaan. Beberapa ciri interface yang terjadi dalam organisasi sosial,
yaitu:
 Dalam organisasi sosial formal, interface berbentuk kontrak hukum. Melalui
kontrak hukum ini, para pihak yang terlibat setuju untuk melakukan suatu
aktivitas secara bersama-sama.
 Konsep interface sangat membantu dalam menyampaikan gagasan bahwa
dalam proses pertukaran input dan output, organisasi sosial memiliki
hubungan dengan organisasi sosial lain di luar organisasi sosial tersebut.
 Tidak ada organisasi sosial yang mandiri, semua tergantung pada organisasi
sosial lainnya dalam rangka untuk mencapai tujuan mereka.

4) Input
Input merujuk kepada semua sumber daya yang dibutuhkan dari
suprasistem untuk mencapai tujuannya. Input sebuah organisasi sosial mungkin
saja merupakan output dari organisasi lain.
Input ini biasanya berupa klien. Input diklasifikasikan sebagai sinyal atau
pemeliharaan. Klasifikasi ini berasal dari fungsi yang diperlukan dilakukan oleh
masing-masing guna pencapaian integrasi sosial dan sistem. Singkatnya,
pencapaian tujuan menyamakan sinyal input dan integrasi dengan input dari
pemeliharaan. Di lembaga-lembaga pelayanan manusia, sinyal input selalu
merupakan klien atau pelanggan, meskipun hal ini tidak selalu terjadi di
organisasi sosial lain.

5) Proposed output
Suatu bentuk organisasi sosial secara resmi dibuat untuk mencapai target
spesifik yang sudah didefinisikan. Organisasi sosial formal berbeda dari bentuk-
bentuk lain kaitannya dalam membuat tujuan eksplisit.
Dalam organisasi sosial, output yang diinginkan berfokus pada
pengembangan berbagai pelayanan yang diberikan, kualitas masing-masing
individu yang mendampingi penyampaian pelayanan tersebut, serta kualitas
pemberian pelayanan bagi masyarakat.

12
6) Operasi konversi
Operasi konversi mengacu pada proses internal dari organisasi sosial yang
mengubah input menjadi output. Dalam konsep operasi konversi, fokusnya adalah
pada struktur terutama yang berkaitan dengan konversi input ke output dari tugas
dan pemeliharaan.

7) Output
Output adalah hasil dari operasi konversi. Pada bagian ini, kita membahas
tiga jenis output, yaitu tugas, pemeliharaan dan limbah. Output tugas dalam
organisasi pada dasarnya setara dengan hasil dari fungsi tujuan yang dicapai oleh
organisasi tersebut. Sedangkan output pemeliharaan berkaitan dengan upaya-
upaya perbaikan terhadap organisasi tersebut. Sesuai dengan teori sistem sosial,
output pada dasarnya identik dengan pemeliharaan integrasi fungsi. Yang terakhir
yaitu limbah. Limbah adalah bentuk akhir dari output yang mengacu pada hasil
negatif atau tidak patut.

8) Feedback
Feedback dibutuhkan oleh organisasi untuk mempertahankan kondisi
sejahtera. Feedback terjadi baik secara internal maupun eksternal. Struktur
feedback digunakan untuk memperoleh informasi guna mempertahankan kondisi
sejahtera. Feedback adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses
alami dalam perilaku setiap sistem sosial. Dalam organisasi sosial formal, proses
alami ini diformalkan dengan maksud memperoleh informasi yang lebih akurat
cepat dan dalam bentuk yang berguna dalam pengambilan keputusan.
Terdapat dua jenis feedback, yaitu positif dan negatif. Feedback negatif
berarti bahwa pengurangan kesenjangan terjadi antara titik awal referensi dan titik
acuan baru. Feedback negatif umumnya diperlakukan dalam mendukung metode
intervensi yang digunakan. Feedback positif adalah sebaliknya, dimana perbedaan
antara angka dasar dan dasar baru meningkat.

13
2.7 Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah
laku manusia dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini meliputi aspek yang
ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Menurut Nimmran (1996)
perilaku organisasional adalah bidang studi yang menyelidiki pengauh yang
ditimbulkan oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku manusia di
dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang didapat untuk
meningkatkan efektivitas organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan studi ini adalah
untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempegaruhi usaha
pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Dalam mempelajari perilaku organisasi dapat dilakukan dengan 3 tingkat


analisis yaitu tingkat individu, kelompok dan organisasi. Permasalahan yang terjadi
dalam organisasi dapat dianalisis dari 3 tingkatan analisis tersebut.
1) Pada tingkat individu, kejadian-kejadian yang ada dalam organisasi dianalisis
dalam hubungannya dengan perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam
suatu situasi dimana setiap individu dalam organisasi membawa sikap, nilai, dan
pengalaman masa lalu yang berbeda.

2) Pada tingkat kelompok, perilaku kelompok dipengaruhi oleh dinamika kelompok,


aturan dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok. Pada analisis tingkat organisasi,
struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh dalam setiap
interaksi sosial dalam organisasi. Dalam mempelajari perilaku organisasi
dipusatkan pada 3 karakter yaitu perilaku, struktur, dan proses.

3) Selanjutnya dalam mempelajari perilaku organisasi focus utamanya yaitu perilaku


utama dalam organisasi, focus kedua yaitu strukutur dari organisasi dan kelompok
dimana struktur organisasi berpengaruh besar pada perilaku individu, focus ketiga
adalah proses organisasi. Proses organisasi berkaitan dengan interaksi yang terjadi
antara anggota organisasi. Dan proses organisasi antara lain meliputi komunikasi,
kepemimpinan, proses pengambilan keputusan dan kekuasaan.

14
2.8 Faktor – faktor yang Menyebabkan Kegagalan dan Keberhasilan Organisasi
a. Faktor yang menyebabkan kegagalan organisasi adalah sebagai berikut:
1) Mendirikan suatu organisasi tanpa memiliki nilai dan visi.
2) Mendirikan tanpa memiliki misi.
3) Tidak adanya aturan didalam organisasi tersebut sehingga akan terjadi konflik
kepentingan dimana konflik terjadi antaranggota organisasi karena mereka
menginginkan kepentingan individual yang diutamakan.
4) Tidak adanya profesionalisme.
5) Tidak Adanya insentif karena tanpa adanya insentif maka kinerja anggota
akan melambat.
6) Tidak adanya rencana kerja karena suatu organisasi tidak memiliki rencana
kerja maka oganisasi tersebut bisa salah langkah.
7) Sumber daya karena tanpa adanya sumber daya sebuah organisasi tidak bisa
berjalan dan dapat membuat frustasi anggota.

b. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah organisasi:


1) Memiliki tujuan, visi, dan misi yang jelas karena akan membantu team dalam
bekerja untuk mencapai tujuannya.
2) Mampu menghadapi dan melewatkan setiap tantangan yang ada, karena
umumnya tantangan merupakan rangsangan untuk mencapai kesuksesan dan
dapat berperan sebagai motivator dalam sebuah organisasi.
3) Keakraban antar anggota karena akan menciptakan hubungan interpersonal
yang erat, intim, serta efektif
4) Setiap anggota harus memikul tanggung jawabnya dengan baik karena secara
umum setiap orang akan terstimulasi ketika diberi tanggung jawab.
5) Harus bisa memanfaatkan berbagai peluang dan kesempatan untuk
mengembangkan organisasi agar mencapai tujuan yang diinginkan.
6) Memiliki kepemimpinan yang dapat menciptakan kondisi kondusif bagi team
untuk dapat bekerja dengan tenang dan harmonis.
7) Tersedia tenaga operasional yang terampil sesuai bidangnya.
8) Tersedia anggaran, sarana, dan prasarana untuk mendukungaktivitas
organisasi.

15
2.9 Permasalahan Organisasi dan Penyelesaiannya
Konflik organisasi secara umum ada dua macam:
1. Konflik eksternal, yakni bekaitan dengan hubungan organisasi dan lingkunganya.
Misalnya Organisasi A berseteru dengan Organisasi B, atau suatu organisasi
berkonflik dengan tempat di mana organisasi itu menjalankan aktivitasnya, atau
contoh nyatanya adalah apabila
2. Konflik internal, yakni permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam
organisasi. Beberapa ahli organisasi berpendapat bahwa konflik internal meliputi
konflik yang terjadi di dalam diri individu, konflik antar individu yang dipimpin,
konflik antara individu yang dipimpin dan organisasi, konflik antara pemimpin
dan yang dipimpin, serta konflik antara pemimpin dengan organisasi.

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau


mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah Win-
Lose Orientation. Win-Lose Orientation terdiri dari 5 orientasi sebagai berikut:
a) Win-Lose (Menang – Kalah)
Paradigma ini mengatakan “jika saya menang, anda kalah “. Dalam gaya
ini seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik,
atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan
orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa
menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain
menang sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang
pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya
pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa
kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.

b) Lose-Win (Kalah – Menang).


Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka
mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih
mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama.
Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga

16
akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan
sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan
kemarahan yang mendalam.

c) Lose-Lose (Kalah – Kalah)


Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma
Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka
mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah.
Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari
jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.

d) Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah.
Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang
bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika
hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain,
merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.

e) Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus
mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti
mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah
atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena
kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada
kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.

2.10 Teori/Model Organisasi


Ada empat jenis utama teori organisasi sebagai berikut:
1. Teori / Model Klasik
Model ini sering disebut juga sebagai teori mesin, karena teori ini memulai
dengan asumsi bahwa suatu organisasi pada dasarnya merupakan kesatuan
fisiologis (Dubin, 1961 p28). Sejauh yang bersangkutan dengan produksi, maka
anggota organisasi dapat dianggap sebagai salah satu bagian dari mesin.

17
Sehingga organisasi dapat diibaratkan sebagai sebuah mesin dalam skala
besar yang mempunyai bagian-bagian yang dapat diganti-ganti dan memiliki
tugastugas masing-masing dalam menjalankan operasi-operasinya. Model ini
memberikan tekanan pada struktur formal suatu organisasi.

Prinsip-prinsip organisasi formal adalah sebagai berikut:


a. adanya pembagian kerja, dengan setiap unit memiliki tugas-tugas yang
spcsifik;
b. kesatuan pengawasan, yakni pengawasan yang disentralisasikan;
c. piramida kontroL, dengan setiap unit menjadi bawahan dari unit yang ada
di atasnya di dalam hierakhi;
d. pusat kekuasaan (authority) yang berada pada puncak piramida.

Dalam prinsip di atas jelas bahwa tekanan diletakkan pada pengawasan


atau kontrol dan pengaturan mekanik (mechanical regulation). Di samping itu
model ini juga menekankan aspek-aspek rasional dari organisasi, sehingga aspek
kontrol dan rasionalisasi merupakan ciri utama dari model mi.

2. Teori / Model Relasi Kemanusman (Humain Relations)


Sebagai reaksi terhadap teori mesin di atas, muncullah teori relasi
kemanusiaan seperti yang dikemukakan oleh Elton Mayo, Kurtbewin dan secara
tak langsung juga oleh Dewey (Etanoni, 196, p32) yang memberikan tekanan
pada struktur formal, serta motivasi-motivasi emosional maupun aspek-aspek
non-rasional yang beroperasi di dalam organisasi. Demikian pula faktor-faktor
seperti komunikasi, partisipasi, dan kepemimpinan memperoleh tekanan dalam
pandangan ini. Jadi menurut teori ini ada faktor-faktor lain selain motivasi
rasional dan impersonal yang mempengaruhi produktivitas para pekerja dalam
suatu organisasi kerja. Bahkan hasil suatu riset yang dikenal dengan sebutan
'Hawthome Effect' menyimpulkan bahwa motivasi yang paling tinggi dimiliki
oleh sekelompok pekerja ternyata bukan karena uang ataupun kondisi-kondisi
kerja, melainkan karena kenyataan bahwa mereka merupakan suatu kelompok
yang memiliki suasana emosional khusus antara anggotaanggotanya.

18
3. Teori / Model Strukturalis
Para strukturalis yang di dalamnya termasuk Karl Marx dan Max Weber,
dalam beberapa hal menyajikan sintese antara kedua teori yang dikemukakan di
atas, dalam arti bahwa mereka mengakui struktur formal maupun informal serta
interaksi antara keduanya sebagai amat penting di dalam organisasi.

Perbedaan utama antara teori strukturalis dengan kedua teori yang


terdahulu adalah bahwa kedua teori terdahulu tersebut mengakui
ketidakmungkinan dihindarkannya konflik di dalam organisasi. Sedangkan teori
strukturalis melihat organisasi sebagai sebuah unit sosial yang luas dan amat
kompleks yang di dalamnya orang-orang yang berasal dari berbagai kelompok
sosial saling berinteraksi. Mereka ini mungkin dapat bekerjasama dalam beberapa
hal dan sebaliknya juga bisa saling bersaing dalam beberapa hal lainnya. Akan
tetapi kelompok besar ini hampir atau memang bisa merupakan “keluarga besar
yang bahagia", sebagai diyakini oleh para penganut teori human relations.

Teori strukturalis memadukan teori-teori sistem dalam arti bahwa ia


mengakui adanya komponen-komponen di dalam organisasi, dan bahwa
komponen-komponen ini kadang-kadang memang saling bertentangan. Namun
teori ini tidak memandang saling-pertentangan ini sebagai masalah seperti
pandangan kedua teori yang telah dibahas terdahulu. Strukturalis bahkan melihat
pertentangan serupa itu dapat merupakan sumbangan positif yaitu bagi pengujian
kekuatan dalam organisasi.

4. Teori Neo-Klasikal Atau Teori Sistem Pengambilan Keputusan


Etzioni menamakan teori ini sebagai aliran neo-klasikal (neoclassical
school) dalam pengertian bahwa teori ini lagi-lagi juga menekankan pada
pencapaian pengambilan keputusan yang rasional sedapat (bilamana) mungkin.

Para penganut teori ini, di antaranya Chester I. Bernard, H A Simon, dan


G March mengakui bahwa memang ada apa yang mereka namakan diferensiasi
vertikal yang didasarkan pada tingkatan pengambilan keputusan, sebagai
tambahan terhadap diferensiasi horisontal yang didasarkan pada jenis tugas.

19
Diferensiasi vertikal, yaitu diferensiasi yang berkaitan dengan
kewenangan dalam pengambilan keputusan-keputusan, dilandasi oleh kekuasaan,
yang memberikan kepada orang atau komponen organisasi kewenangan
mengambil keputusan-keputusan. Jadi di sini dibedakan antara pengambilan
keputusan untuk menentukan kebijakan dengan pelaksanaan atau implementasi
kebijakan-kebijakan, dalam arti bahwa penentuan kebijakan menyangkut
kekuasaan (power) dan implementasi kebijakan menyangkut tugas (task).

2.11 Perbandingan antara Model-Model (Teori) dengan Model Sistem Mengenai


Organisasi
Model sistem yang akan disarankan dalam tulisan ini, meskipun ia juga tidak
bebas dari kelemahan-kelemahan, tampaknya akan dapat menghilangkan beberapa
kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh teori-teori yang telah disebutkan di atas
Model sistem mengenai organisasi setuju dengan gagasan-gagasan yang mendasari
model sistem pengambilan keputusan dalam pengertian bahwa tujuannya bukanlah
kesempurnaan. Atau bahwa tingkah laku yang diarahkan untuk mencapai tujuan (goal
seeking-behavior) organisasi bukanlah atau tidak selalu merupakan tingkah laku utama
bagi suatu sistem. Memang pencapaian tujuan merupakan aspek yang penting dan
selalu terjadi setiap saat, akan tetapi suatu fungsi utama (seperti halnya pencapaian
tujuan organisasi) selalu berkaitan dengan atau untuk mendukung terlaksananya
fungsi-fungi utama lainnya, sehingga jika kita hanya menekankan pentingnya salah
satu fungsi utama suatu sistem, maka dikhawatirkan kita mengabaikan fungsi-fungsi
sistem yang lain.

Model sistem juga menekankan konteks yang lebih luas daripada tingkah laku
pengambilan-keputusan maupun tingkah laku organisasional seperti yang
digambarkan oleh teori-teori lainnya. Model sistem juga memperhitungkan pengaruh-
pengaruh lingkungan maupun pengaruh-pengaruh dari kelompok-kelompok (yang
notabene juga berasal dari pelbagai lingkungan sosial) di dalam suatu organisasi.

Pertentangan atau konflik-konflik yang terjadi di dalam organisasi lebih baik


dijelaskan melalui model sistem ini, sebab model ini mengakui ketidakmungkinan

20
menghindarkan konflik dan kompetisi di dalam dan di antara sistem yang masing-
masing berpegang pada keabsahan tujuantujuan yang ingin dicapainya.

Dalam kenyataan mungkin banyak administrator yang merasa kurang senang,


karena pada dasarnya tidak ada keputusan yang benar-benar seluruhnya rasional dan
memuaskan; tidak ada pemecahan masalah yang benar-benar rasional bagi
kebanyakan masalah administrasi. Semakin tinggi eselon dalam organisasi, semakin
terbukti kebenaran dari pernyataan di atas Dimensi-dimensi yang mendasari penentuan
keputusan-keputusan tak dapat diukur dengan ukuranukuran biasa. Seperti halnya
bahwa kehidupan manusia tak dapat diukur dengan uang. Uang tak dapat diukur
dengan waktu. Dan waktu tak dapat diukur dengan kehebatan kemampuan profesional.
Meskipun demikian semuanya itu merupakan aspek-aspek yang mendasari diambilnya
keputusan-keputusan.

Aspek pengawasan juga merupakan aspek yang disoroti secara berbeda di


dalam model sistem ini. Pengawasan seperti halnya pencapaian tujuan dilakukan
hanya dalam kaitan atau untuk mendukung fungsi-fungsi yang lain, meskipun bisa saja
terjadi ada fungsi-fungsi tertentu yang pada suatu saat memperoleh perhatian lebih
besar dibanding yang lain. Pandangan semacam ini mengarah kepada fleksibelitas
dalam model sistem ini. Dan di samping itu memungkinkan pemahaman terhadap
pelbagai corak organisasi yang tidak dimungkinkan oleh teori atau model klasik.

Namun satu permasalahan tetap tak terjawab, yaitu permasalahan yang


bertalian dengan ketidak-mungkinan dihindarkannya alienasi orang dari tujuantujuan
organisasi. Teori klasik beranggapan bahwa, tingkah laku rasional para
pekerja/anggota organisasi agaknya dapat mencegah alienasi atau keasingan serupa
itu. Sedangkan teori human relations melihat bahwa alienasi semacam itu tak dapat
dihindarkan. Ini agaknya sejalan dengan prinsip-prinsip entropik dalam arti bahwa
organisasi akan mengarah kepada keaeakan (randomness) dan disorganisasi jika
kebutuhan-kebutuhan pribadi anggota-anggotanya tidak memperoleh perhatian. Baik
teori strukturalis maupun teori sistem pengambilan keputusan mengakui bahwa
rasionalitas harus diusahakan/diperjuangkan. Dalam kaitan ini teori sistem

21
pengambilan keputusan memandang bahwa perjuangan ke arah rasionalitas tadi terjadi
dalam konteks kekuasaan (power), tidak selalu berada dalam wilayah netral. Kedua
teori tersebut agaknya beranggapan bahwa alienasi memang tidak-terhindarkan, tetapi
bukan tidak mungkin untuk dipecahkan.

Model sistem yang biasa juga disebut natural-system model didasari oleh
asumsi bahwa:
a. Organisasi dapat dianggap sebagai natural-whole. Namun demikian realisasi
tujuan-tujuan sistem tersebut sebagai kesatuan alamiah hanya merupakan salah
satu dari kebutuhan-kebutuhan penting yang harus dilakukan oleh organisasi.
b. Struktur-struktur organisasional, menurut model ini, dipelihara, baik secara
spontan maupun secara homeostatik. Perubahanperubahan di dalam polapola
organisasional dipandang sebagai hasil dari respon-respon yang adaptif,
komunikatif, dan tidak terencana terhadap tekanan-tekanan atau gangguan-
gangguan terhadap keseimbangan sistem sebagai keseluruhan.
c. Yang menjadi fokus perhatian model sistem ini bukan
penyimpanganpenyimpangan dari rasionalitas, melainkan hancurnya
keseimbangan organisasional.
d. Model sistem alamiah ini secara khas di dasarkan pada organismic model yang
memberi tekanan kepada interdependensi antara komponenkomponen organisasi.

Organisasi-organisasi besar adalah serupa dengan masyarakat (society),


sebagai suatu sistem, dalam arti bahwa organisasi-organisasi serupa itu mempunyai
spesialisasi, hiearkhi, dan kewenangan (authority), serta dalam arti bahwa organisasi-
organisasi serupa itu juga melakukan sosialisasi bagi anggotaanggotanya dengan cara
yang serupa dengan yang dilakukan masyarakat.

2.12 Perbandingan Antara Organisasi dengan Komuniti


1. Komuniti adalah sistem yang terdiri dari sistem-sistem. Suatu komuniti meski
kecil sekali pun, di dalamnya tercakup pelbagai macam institusi dan organisasi.
Organisasi-organisasi dan kelom pok-kelompok sosial ini merupakan sistem-
sistem dan semuanya merupakan sistem sosial dari komuniti tersebut.

22
2. Komuniti secara struktural maupun fungsional tidak tersentralisasi seperti yang
terdapat di dalam suatu organisasi formal. Perbedaan-perbedaan dan keaneka
ragaman kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, tujuantujuan, serta
kegiatankegiatan anggota-anggotanya tidaklah di penuhi melalui institusi dan
kelompok-kelompok yang beraneka-ragam dan terpisahpisah, karena tak satupun
di antara institusi dan kelompok yang kebutuhan-kebutuhannya dominan terhadap
yang lain.

3. Komuniti sebagai sebuah sistem sosial memiliki hakekat yang implisit, yang
berbeda dengan sebuah organisasi formal yang memiliki hakekat eksplisit

4. Organisasi bukanlah merupakan sistem "yang alamiah" seperti halnya keluarga


dan komuniti, melainkan merupakan kelompok "bentukan" (artificially formed).
Organisasi jauh lebih terkoordinasi, lebih tersentralisasi jika dibandingkan dengan
sistem-sistem kehidupan manusia lainnya. Organisasi lebih eksplisit dalam hal
fungsi-fungsi dan strukturstrukturnya dibandingkan dengan sistem-sistem sosial
lain. Mekanisme mekanisme yangeksplisitini diperlukan guna memungkinkan
prediktibilitas dan pengawasan.

Jadi organisasi pada dasarnya jauh lebih “goal oriented” daripada komuniti.
Untuk memelihara hakekatnya yang goal oriented ini, maka ia harus memberikan
perhatian besar kepada pengawasan komponenkomponennya, sehingga kontrol sosial
menjadi sangat penting bagi organisasi. Namun itu semuanya tak mungkin dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa hubungan yang memadai dengan masyarakat
(society), komuniti-komuniti, keluarga-keluarga, institusi-institusi, dan orang-orang di
sekitarnya.

23
BAB III
IMPLEMENTASI TEORI
Contoh Kasus 1
Konflik Buruh Dengan PT Megariamas
Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan
Sepatu-Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa,
Selasa (23/9) siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Nakertrans) Jakarta Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan
Koja, Jakarta Utara. Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap
perusahaan yang mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari
raya (THR).
Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko
36 Q, Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui
Kasudin Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster
yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan
kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 4/1994 tentang THR.
“Kami menuntut hak kami untuk mendapatkan THR sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dan jangan dikarenakan ada konflik internal kami tidak mendapatkan
THR, karena setahu kami perusahaan garmen tersebut tidak merugi, bahkan sebaliknya.
Jadi kami minta pihak Sudin Nakertrans Jakut bisa memfasilitasi kami,” jelas Abidin,
koordinator unjuk rasa ketika berorasi di tengah-tengah rekannya yang didominasi kaum
perempuan itu, Selasa (23/9) di depan kantor Sudin Nakertrans Jakut. Sekedar diketahui
ratusan buruh perusahaan garmen dengan memproduksi pakaian dalam merek Sorella,
Pieree Cardine, Felahcy, dan Young Heart untuk ekspor itu telah berdiri sejak 1989 ini
mempekerjakan sekitar 800 karyawan yang mayoritas perempuan.
Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan
buruh ini juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang
pada karyawan. Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan

24
karena dinilai terlalu vokal. Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen
dilanjutkan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Karena itu, pihak manajemen
mengancam tidak akan memberikan THR kepada pekerjanya.
Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke
kantor Sudin Nakertrans Jakut. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin
Nakertrans Jakut, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya
perwakilan buruh diterima oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat
kantornya. Dalam peryataannya di depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan
menampung aspirasi para pengunjuk rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan
tersebut. "Pasti kami akan bantu, dan kami siap untuk menjadi fasilitator untuk
menyelesaikan masalah ini," tutur Sahut.
Selain itu, Sahut juga akan memanggil pengusaha agar mau memberikan THR
karena itu sudah kewajiban. “Kalau memang perusahaan tersebut mengaku merugi,
pihak manajemen wajib melaporkan ke pemerintah dengan bukti konkret,” kata Saut
Tambunan kepada beritajakarta.com usai menggelar pertemuan dengan para perwakilan
demonstrasi.
Sesuai peraturan, karyawan dengan masa kerja di atas satu tahun berhak
menerima THR. Sementara bagi karyawan dengan masa kerja di bawah satu tahun di
atas tiga bulan, THR-nya akan diberikan secara proporsional atau diberikan sebesar
3/12X1 bulan gaji. Karyawan yang baru bekerja di bawah tiga bulan bisa daja dapat
tergantung dari kebijakan perusahaan.
Saut menambahkan, sejauh ini sudah ada empat perusahaan yang didemo karena
mangkir membayar THR. “Sesuai dengan peraturan H-7 seluruh perusahaan sudah harus
membayar THR kepada karyawannya. Karena itu, kami upayakan memfasilitasi. Untuk
kasus karyawan PT Megariamas Sentosa memang sedang ada sedikit permasalahan
sehingga manajemen sengaja menahan THR mereka. Namun, sebenarnya itu tidak boleh
dan besok kami upayakan memfasilitasi ke manajemen perusahaan.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk kawasan Jakarta Utara tercatat ada sekitar 3000
badan usaha atau perusahaan di sektor formal. Untuk melakukan monitoring, pihaknya

25
menugaskan 15 personel pengawas dan 10 personel mediator untuk menangani berbagai
kasus seperti kecelakaan kerja, pemutusan hubungan kerja, tuntutan upah maupun upah
normatif dan THR. “Kami masih kekurangan personel, idealnya ada 150 personel
pengawas dan 100 personel mediator,” tandas Saut Tambunan

Analisis Kasus
Dengan membaca artikel diatas kita mendapatkan salah satu contoh kasus suatu
konflik yang terjadi dalam suatu organisasi perusahaan, didalam kasus ini terlihat bahwa
seorang pemimpin berlaku tidak bertanggung jawab, tidak adil dan tidak jujur terhadap
bawahannya dalam memimpin dan menjalankan suatu perusahan. Mereka beretika tidak
baik dengan tidak memberikan hak para buruh, berbohong pada buruh, tidak
memberikan hak THR, bisa memecat buruh yang menurut mereka terlalu vokal dengan
mudah dan senantiasa mempermainkan para bawahannya terutama buruh dengan
bertindak sangat tidak bijaksana sebagai seorang yang memiliki kekuasaan di dalam
perusahaan. Kasus seperti ini jelas sangat berpengaruh terhadap terjadinya sebuah
konflik. Kasus etika dan sikap pemimpin adalah penyebab utama terjadinya konflik
dalam kasus ini. Bila kasus seperti ini semakin banyak maka semakin banyak pula buruh
yang akan menjadi korban para pemilik perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan
bertindak sewenang-wenang seperti contoh kasus diatas. Bila kasus ini tidak selesai
dengan cara mediator atau jika dengan cara mediator maka perlu adanya proses hukum
karena pemilik telah melanggar hak seseorang dan telah melanggar hukum yang berlaku
tentang pemberian THR kepada tenaga kerja. Mungkin ini adalah salah satu solusi yang
mungkin bisa menyelesaikan konflik dalam perusahaan seperti ini dan sebaiknya para
pengusaha memperlakukan bawahannya dengan sebaik-baiknya dengan memberikan
hak sesuai dengan kewajiban mereka di perusahaan.

26
Contoh Kasus 2
Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono, meminta internal partai tidak
panik atas ditetapkannya Setya Novanto sebagai tersangka dalam kasus korupsi e-KTP.
Bagaimana nasib Novanto posisinya sebagai Ketum Golkar dan Ketua DPR?
Menurut Ketua Dewan Pakar Golkar, Agung Laksono, saat ini semua pihak
harus menganut asas praduga tak bersalah, karena proses penetapan Novanto sebagai
tersangka belum final dan dia meminta teman-teman di DPP Partai Golkar tidak
menggangu agenda internal Partai. Ketua Umum Partai tetap menjalankan tugas
sebagaimana mestinya, tetap pada proses awal. Di sisi lain, hargai proses hukum
berjalan sampai waktunya. Tidak perlu ada perubahan-perubahan, Plt (pelaksana tugas),
Munaslub dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu juga akan terjadi, tergantung perkembangan hukum
yang ada. Saat ini ada Pengadilan Negeri Tinggi. Sehingga hukum dianggap sebagai
panglima tertinggi. Etika brpolitik jangan dibalik, selama belum inkraht berarti belum
terjadi kesepakatan. Sebaiknya hukum di kawal, termasuk mendapat pengawalan dari
Pers agar tidak di politisasi.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menuturkan, pimpinan DPR
akan berkoordinasi dengan Biro Hukum dan Kajian DPR RI untuk mengambil
keputusan secara kelembagaan tentang ketentuan dalam undang-undang MD3.
Lebih lanjut, ditetapkannya Setya Novanto sebagai tersangka dalam kasus e-KTP
menurut Fahri, tidak mempengaruhi kinerja di DPR karena dilakukan secara kolektif.
Menurutnya, urusan DPR adalah menjaga pengambilan keputusan dan sejauh ini tidak
ada masalah. Secara undang-undang, simpul Fahri, tidak ada ketentuan Ketua DPR
mengambil posisi lain dan terbang ke luar negeri mewakili Indonesia. Namun, pimpinan
DPR lain dapat mewakili.
Jakarta - Partai Golkar akan terus bergejolak selama Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) tidak menahan Setya Novanto (Setnov) sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi e-KTP.

27
Demikian disampaikan Pengamat Politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti,
kepada wartawan, Jakarta, Kamis (14/9). Menurutnya, desakan dari internal Partai
Golkar akan terus terjadi sebagaimana dilakukan Ahmad Doli Kurnia.
"Ini tergantung langkah KPK, sekarang jika Setya Novanto tidak ditahan gejolak
seperti Doli masih akan kuat," kata Ray, menanggapi pemecatan Doli sebagai kader
Partai Golkar.
Semestinya, lanjut Ray, Partai Golkar melakukan evaluasi pasca penetapan
Setnov sebagai tersangka oleh KPK. "Sulit bagi Golkar untuk eksis bilamana ketua
umum kena kasus, lebih realistis bila mereka melakukan evaluasi," katanya
Ray menegaskan, status tersangka Setnov akan sangat berpengaruh terhadap
elektabilitas Partai Golkar dalam menghadapi Pilkada 2018 dan Pemilu 2019
mendatang. Sebab, gejala pada umumnya hampir tidak pernah ada yang lolos dari
tuduhan yang disangkakan KPK.
"Jadi lebih baik di internal partai diperhitungkan jalan keluarnya. Gejala umumnya
Partai Demoktrat mengalami penurunan karena dua mentrinya ditahan. Lumayan
suaranya turun pada pemilu 2014. Gejalanya seperti itu," tegasnya.

Analisis Kasus
Begitu berpengaruhnya ketika seorang pimpinan suatu organisasi sekelas Partai
politik dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terindikasi telah melakukan tindak
pidana korupsi serta ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (yang dikenal baik
menurut pandangan public) sebagai Tersangka dalam kasus proyek E-KTP
mengakibatkan pandangan public terhadap citra Dewan Perwakilan Rakyat cenderung
tidak bersih dan Partai Politik yang di pegang oleh Setya Novanto mulai mengalami
gejolak secara internal mengenai bagaimana nantinya elektabilitas public terhadap partai
politik tersebut.
Maka pihak yang dirugikan bukan saja hanya sebatas individu melainkan lebih
pada seluruh anggota organisasi tersebut. Stigma-stigma negative akan muncul terhadap

28
citra organisasi tersebut lalu tingkat kepercayaan public terhadap politik akan menurun
drastis.
Dan dampak terbesarnya ialah kepercayaan public akan hilang dari dunia
perpolitikan di Indonesia dan masyarakat akan melawan pemerintah untuk tegaknya
suatu keadilan social yang dapat menghimpun secara nyata aspirasi mereka demi
terciptanya kesejahteraan social.
Maka peran mahasiswa sekarang ialah menanamkan pemikiran-pemikiran idealis
demi terjaganya stabilitas politik nasional dengan manggelar aksi demo terhadap pihak
penegak hokum yang cenderung tidak ideal dalam menangani masalah tersebut.
Apakah mungkin jika di dalam suatu Negara hokum masih terdapat individu
yang “kebal hokum”. Lembaga penegak hokum di Indonesia patut untuk dipertanyakan
karena lewat penegak hokum tersebut lah dunia perpolitikan akan berjalan dengan baik
dan bersih.
Unsur-unsur dalam kasus:
1. Ketua DPR
2. Ketua umum Partai Politik
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Partai Politik
5. Lembaga Penegak hokum

29
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisasi adalah sekelompok atau sekumpulan individu yang bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan tertentu yang umumnya telah disepakati bersama dengan
menjalankan aktivitas keorganisasian bersama. Organisasi memiliki tujuan, fungsi, ciri-
ciri, bentuk atau jenis, konflik, serta perilaku-perilaku di dalamnya.

Organisasi merupakan kesatuan atau unit sosial atau kelompok-kelompok manusia


yang dengan sengaja disusun guna mencapai tujuan-tujuan spesifik. Didalam organisasi
tersebut juga memiliki teori dan model untuk mendasari terbentuknya oraganisasi serta
memiliki ciri-ciri tertentu agar sebuah kesatuan dapat dianggap sebagai sebuah
oraganisasi.

3.2 Saran
Sebagai calon pekerja sosial profesional, kita harus mempelajari dan memahami
ilmu pengetahuan mengenai Organisasi. Dengan mempelajari materi tersebut akan
mempermudah pekerja sosial dalam proses pertolongan terhadap klien dalam lingkup
organisasi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Achlis.1995. Studi Perilaku dan Lingkungan Sosial Manusia (HBSE).Bandung: Koperasi

Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Sitompul, Marlen.2017 melalui http://www.jurnas.com/artikel/21783/Setnov-Tak


Dipenjara-Golkar-Bergejolak/

Sofyandi, Herman dan Garniwa, Iwa. 2007. Perilaku Organisasional.Yogjakarta: Graha

Ilmu.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogjakarta: Penerbit Andi.

Zuhdi, Ahmad. 2017. Melalui http://www.wartapilihan.com/novanto-tersangka-golkar


bergejolak/

31

Anda mungkin juga menyukai