PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini adalah rumusan permasalahannya:
1) Apa itu organisasi?
2) Apa tujuan, fungsi, ciri-ciri dan unsur-unsur, dan jenis-jenis dari organisasi?
3) Bagaimana struktur komponen sistem sosial dalam organisasi sosial?
4) Apakah yang dimaksud dengan perilaku organisasi?
5) Apakah faktor–faktor yang menyebabkan kegagalan dan keberhasilan
organisasi?
6) Apa saja permasalahan di dalam organisasi dan penyelesaiannya?
7) Apa saja teori/model organisasi?
8) Bagaimana perbandingan antara model-model (teori) dengan model sistem
mengenai organisasi?
9) Bagaimana perbandingan antara organisasi dengan komuniti?
2
BAB II
PEMBAHASAN
4. Ralp Currier Davis (1951) berpendapat bahwa organisasi adalah suatu kelompok
orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah satu
kepemimpinan.
3
6. Menurut Maringan (2004) pengertian organisasi dapat dibedakan pada dua
macam, yaitu:
a. Organisasi sebagai alat dari manajemen artinya organisasi sebagai
wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk manajemen yang
memungkinkan manajemen bergerak atau dapat dikaitkan.
b. Organisasi sebagai fungsi manajemen artinya organisasi dalam arti dinamis
(bergerak) yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan tempat
manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Dinamis berarti baa
organisasi itu bergerak mengadakan pembagian pekerjaan. Misalnya pimpinan
harus ditempatkan di bagian yang strategis.
4
2.2 Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan dari suatu organisasi sangat
mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun untuk mencari masa atau
anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi dan untuk menjaga kaderisasi.
Tingkatan pengelompokan yang mendefinisikan proritas tujuan organisasi yaitu:
1. Tujuan atau misi umum. Tujuan atau misi umum adalah pernyataan luas atau
tujuan dalam skala umum yang mendefinisikan bagaimana terciptanya sebuah
organisasi tersebut, biasanya tidak berubah dari tahun ke tahun dan sering
menjadi pernyataan pertama dalam konstitusi sebuah organisasi.
2. Tujuan yang menjelaskan apa saja yang ingin dicapai oleh organisasi itu.
Merupakan dari tujuan dan misi dari sebuah organisasi, biasanya berubah dari
tahun ke tahun tergantung pada kesepakatan.
3. Tujuan yang mendeskripsikan apa yang harus dilakukan berasal dari tujuan itu
sendiri atau menjelaskan secara spesifik, biasanya memiliki jangka pendek
atau batas waktu.
5
3) Accounting (pelaporan), wujud kongkritnya adalah progress report (laporan
pengembangan kegiatan) atau laporan pertanggung jawaban (LPJ) kegiatan;
6
diselenggarakan. Dapat dikatakan bahwa tanpa proses pekerjaan sosial, betapapun
baiknya organisasi suatu usaha diadakan, akan kehilangan wataknya dan
diragukan kemanfaatnnya sebagai usaha kesejahteraan sosial. Dari sini kelihatan
bahwa adanya pekerja sosial atau petugas sosial dalam suatu organisasi sosial
adalah mutlak dan menjadi salah satu faktor dominan yang menentukan hidupnya
badan sosial yang bersangkutan.
Pekerjaan sosial menduduki tempat sentral dalam sistim kesejahteraan
sosial dan praktek pekerjaan sosial mengisi fungsi-fungsi pokok yang terdapat
dalam sistim tersebut serta pelayanan yang diberikan. Pelayanan pelayanan
tersebut adalah merupakan pelayanan pertolongan yang spesifik yang
memberikan ciri utama suatu organisasi sosial.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial
memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak
langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih
lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
7
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain
yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
1. Rumusan batas-batas operasionalnya (organisasi) jelas. Dalam hal ini, kegiatan
operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan
kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2. Memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai
organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri,
dan lain sebagainya.
3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran
serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
8
2.5 Jenis-Jenis Organisasi
1) Organisasi–Organisasi Formal dan Informal
Pembagian ini tergantung pada tingkat atau derajat terstruktur. Sebenarnya
pembagian yang disajikan merupakan wujud ekstrem, karena dalam kenyataan,
tidak mungkin kita menjumpai sebuah organisasi yang formal sempurna atau
informal sempurna.
Sebuah organisasi formal memiliki struktur yang terumuskan dengan baik.
Struktur ini menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan,
akuntabilitas, dan tanggung jawabnya.
Organisasi formal menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-
masing anggotanya. Hierarki sasaran-sasaran organisasi formal dinyatakan secara
eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangat dan jabatan, serta prasyarat-prasyarat
lainnya terurutkan dengan baik dan terkendali.
Organisasi formal tahan lama, dan terencana, mengingat ditekankan suatu
keteraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal
adalah perusahaan-perusahaan besar, badan-badan pemerintahan, dan universitas-
universitas.
Sementara, organisasi informal demikian terorganisasi secara “lepas”.
Mereka bersifat fleksibel, tidak terumuskan dengan baik, dan sifatnya adalah
spontan. Keanggotaan organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun
tidak sadar. Organisasi informal dapat dialihkan wujudnya menjadi organisasi
formal. Hal itu apabila hubungan didalamnya dan kegiatan-kegiatannya
terumuskan dan terstruktur.
9
Di lain pihak, hubungan-hubungan pada organisasi sekunder ada yang
bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Dalam hal itu hubungan-hubungan
bersifat formal dan impersonal, dengan kewajiban-kewajiban yang dinyatakan
secara eksplisit. Organisasi sekunder bukanlah tujuan-tujuan yang memberikan
kepuasan, tetapi mereka memiliki anggota-anggota. Hal itu karena mereka dapat
menyediakan alat-alat (misalnya imbalan berupa gaji atau upah) yang memenuhi
tujuan-tujuan para anggota tersebut.
Pada organisasi primer, para anggota organisasi bersedia memberikan atau
mencurahkan upaya mereka secara total. Di lain pihak, organisasi sekunder,
anggota-anggota hanya melibatkan diri mereka secara parsial.
10
2.6 Struktur Komponen Sistem Sosial dalam Organisasi sosial
1) Boundaries
Boundaries merupakan pola tingkah laku yang mencerminkan karakter
hubungan dalam suatu sistem sehingga menjadi identitas spesifik yang
membedakan sistem tersebut dengan sistem lainnya.
Boundaries merupakan aspek yang dikhususkan dari sebuah struktur
system. Fungsi pokoknya adalah mengontrol pertukaran input dan output dengan
suprasistem, melindungi sistem dari gangguan serta menstabilisasi pengaruh-
pengaruh yang mungkin muncul.
Boundaries kaitannya dalam organisasi sosial tidak dapat ditemukan
dalam bentuk fisik tetapi tercermin dari perilaku sosial berpola yang terjadi antar
anggota organisasi sosial. Interaksi antara individu-individu di dalam organisasi
sosial berbeda dengan interaksi antara individu di dalam dan individu di luar
organisasi sosial. Begitu juga dengan interaksi antara individu-individu di luar
organisasi sosial. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan peran dan
tugas dari masing-masing individu.
2) Suprasistem
Suprasistem merupakan semua pihak baik individu, kelompok maupun
instansi-instansi yang terlibat dalam proses pertukaran input dan output. Setiap
organisasi sosial memiliki hubungan yang dinamis diantara masing – masing
suprasistem.
Kaitannya dengan suprasistem, penting bagi kita untuk mengidentifikasi
lembaga – lembaga maupun unit – unit sosial lainnya yang mempengaruhi dan
dipengaruhi sistem subjek. Terkadang masalah yang muncul dalam sebuah
organisasi sosial tidak sepenuhnya mampu untuk diselesaikan oleh organisasi
sosial tersebut. Hal ini memungkinkan sekali dilakukan kontrak dengan pihak –
pihak lain yang dianggap lebih berkompetensi.
3) Interface
Interface menunjukkan segmen boundaries dimana dua organisasi sosial
bekerja-sama dalam kaitannya untuk mencapai tujuan serta melakukan upaya-
11
upaya pemeliharaan. Beberapa ciri interface yang terjadi dalam organisasi sosial,
yaitu:
Dalam organisasi sosial formal, interface berbentuk kontrak hukum. Melalui
kontrak hukum ini, para pihak yang terlibat setuju untuk melakukan suatu
aktivitas secara bersama-sama.
Konsep interface sangat membantu dalam menyampaikan gagasan bahwa
dalam proses pertukaran input dan output, organisasi sosial memiliki
hubungan dengan organisasi sosial lain di luar organisasi sosial tersebut.
Tidak ada organisasi sosial yang mandiri, semua tergantung pada organisasi
sosial lainnya dalam rangka untuk mencapai tujuan mereka.
4) Input
Input merujuk kepada semua sumber daya yang dibutuhkan dari
suprasistem untuk mencapai tujuannya. Input sebuah organisasi sosial mungkin
saja merupakan output dari organisasi lain.
Input ini biasanya berupa klien. Input diklasifikasikan sebagai sinyal atau
pemeliharaan. Klasifikasi ini berasal dari fungsi yang diperlukan dilakukan oleh
masing-masing guna pencapaian integrasi sosial dan sistem. Singkatnya,
pencapaian tujuan menyamakan sinyal input dan integrasi dengan input dari
pemeliharaan. Di lembaga-lembaga pelayanan manusia, sinyal input selalu
merupakan klien atau pelanggan, meskipun hal ini tidak selalu terjadi di
organisasi sosial lain.
5) Proposed output
Suatu bentuk organisasi sosial secara resmi dibuat untuk mencapai target
spesifik yang sudah didefinisikan. Organisasi sosial formal berbeda dari bentuk-
bentuk lain kaitannya dalam membuat tujuan eksplisit.
Dalam organisasi sosial, output yang diinginkan berfokus pada
pengembangan berbagai pelayanan yang diberikan, kualitas masing-masing
individu yang mendampingi penyampaian pelayanan tersebut, serta kualitas
pemberian pelayanan bagi masyarakat.
12
6) Operasi konversi
Operasi konversi mengacu pada proses internal dari organisasi sosial yang
mengubah input menjadi output. Dalam konsep operasi konversi, fokusnya adalah
pada struktur terutama yang berkaitan dengan konversi input ke output dari tugas
dan pemeliharaan.
7) Output
Output adalah hasil dari operasi konversi. Pada bagian ini, kita membahas
tiga jenis output, yaitu tugas, pemeliharaan dan limbah. Output tugas dalam
organisasi pada dasarnya setara dengan hasil dari fungsi tujuan yang dicapai oleh
organisasi tersebut. Sedangkan output pemeliharaan berkaitan dengan upaya-
upaya perbaikan terhadap organisasi tersebut. Sesuai dengan teori sistem sosial,
output pada dasarnya identik dengan pemeliharaan integrasi fungsi. Yang terakhir
yaitu limbah. Limbah adalah bentuk akhir dari output yang mengacu pada hasil
negatif atau tidak patut.
8) Feedback
Feedback dibutuhkan oleh organisasi untuk mempertahankan kondisi
sejahtera. Feedback terjadi baik secara internal maupun eksternal. Struktur
feedback digunakan untuk memperoleh informasi guna mempertahankan kondisi
sejahtera. Feedback adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses
alami dalam perilaku setiap sistem sosial. Dalam organisasi sosial formal, proses
alami ini diformalkan dengan maksud memperoleh informasi yang lebih akurat
cepat dan dalam bentuk yang berguna dalam pengambilan keputusan.
Terdapat dua jenis feedback, yaitu positif dan negatif. Feedback negatif
berarti bahwa pengurangan kesenjangan terjadi antara titik awal referensi dan titik
acuan baru. Feedback negatif umumnya diperlakukan dalam mendukung metode
intervensi yang digunakan. Feedback positif adalah sebaliknya, dimana perbedaan
antara angka dasar dan dasar baru meningkat.
13
2.7 Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah
laku manusia dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini meliputi aspek yang
ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Menurut Nimmran (1996)
perilaku organisasional adalah bidang studi yang menyelidiki pengauh yang
ditimbulkan oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku manusia di
dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang didapat untuk
meningkatkan efektivitas organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan studi ini adalah
untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempegaruhi usaha
pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
14
2.8 Faktor – faktor yang Menyebabkan Kegagalan dan Keberhasilan Organisasi
a. Faktor yang menyebabkan kegagalan organisasi adalah sebagai berikut:
1) Mendirikan suatu organisasi tanpa memiliki nilai dan visi.
2) Mendirikan tanpa memiliki misi.
3) Tidak adanya aturan didalam organisasi tersebut sehingga akan terjadi konflik
kepentingan dimana konflik terjadi antaranggota organisasi karena mereka
menginginkan kepentingan individual yang diutamakan.
4) Tidak adanya profesionalisme.
5) Tidak Adanya insentif karena tanpa adanya insentif maka kinerja anggota
akan melambat.
6) Tidak adanya rencana kerja karena suatu organisasi tidak memiliki rencana
kerja maka oganisasi tersebut bisa salah langkah.
7) Sumber daya karena tanpa adanya sumber daya sebuah organisasi tidak bisa
berjalan dan dapat membuat frustasi anggota.
15
2.9 Permasalahan Organisasi dan Penyelesaiannya
Konflik organisasi secara umum ada dua macam:
1. Konflik eksternal, yakni bekaitan dengan hubungan organisasi dan lingkunganya.
Misalnya Organisasi A berseteru dengan Organisasi B, atau suatu organisasi
berkonflik dengan tempat di mana organisasi itu menjalankan aktivitasnya, atau
contoh nyatanya adalah apabila
2. Konflik internal, yakni permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam
organisasi. Beberapa ahli organisasi berpendapat bahwa konflik internal meliputi
konflik yang terjadi di dalam diri individu, konflik antar individu yang dipimpin,
konflik antara individu yang dipimpin dan organisasi, konflik antara pemimpin
dan yang dipimpin, serta konflik antara pemimpin dengan organisasi.
16
akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan
sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan
kemarahan yang mendalam.
d) Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah.
Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang
bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika
hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain,
merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.
e) Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus
mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti
mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah
atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena
kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada
kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.
17
Sehingga organisasi dapat diibaratkan sebagai sebuah mesin dalam skala
besar yang mempunyai bagian-bagian yang dapat diganti-ganti dan memiliki
tugastugas masing-masing dalam menjalankan operasi-operasinya. Model ini
memberikan tekanan pada struktur formal suatu organisasi.
18
3. Teori / Model Strukturalis
Para strukturalis yang di dalamnya termasuk Karl Marx dan Max Weber,
dalam beberapa hal menyajikan sintese antara kedua teori yang dikemukakan di
atas, dalam arti bahwa mereka mengakui struktur formal maupun informal serta
interaksi antara keduanya sebagai amat penting di dalam organisasi.
19
Diferensiasi vertikal, yaitu diferensiasi yang berkaitan dengan
kewenangan dalam pengambilan keputusan-keputusan, dilandasi oleh kekuasaan,
yang memberikan kepada orang atau komponen organisasi kewenangan
mengambil keputusan-keputusan. Jadi di sini dibedakan antara pengambilan
keputusan untuk menentukan kebijakan dengan pelaksanaan atau implementasi
kebijakan-kebijakan, dalam arti bahwa penentuan kebijakan menyangkut
kekuasaan (power) dan implementasi kebijakan menyangkut tugas (task).
Model sistem juga menekankan konteks yang lebih luas daripada tingkah laku
pengambilan-keputusan maupun tingkah laku organisasional seperti yang
digambarkan oleh teori-teori lainnya. Model sistem juga memperhitungkan pengaruh-
pengaruh lingkungan maupun pengaruh-pengaruh dari kelompok-kelompok (yang
notabene juga berasal dari pelbagai lingkungan sosial) di dalam suatu organisasi.
20
menghindarkan konflik dan kompetisi di dalam dan di antara sistem yang masing-
masing berpegang pada keabsahan tujuantujuan yang ingin dicapainya.
21
pengambilan keputusan memandang bahwa perjuangan ke arah rasionalitas tadi terjadi
dalam konteks kekuasaan (power), tidak selalu berada dalam wilayah netral. Kedua
teori tersebut agaknya beranggapan bahwa alienasi memang tidak-terhindarkan, tetapi
bukan tidak mungkin untuk dipecahkan.
Model sistem yang biasa juga disebut natural-system model didasari oleh
asumsi bahwa:
a. Organisasi dapat dianggap sebagai natural-whole. Namun demikian realisasi
tujuan-tujuan sistem tersebut sebagai kesatuan alamiah hanya merupakan salah
satu dari kebutuhan-kebutuhan penting yang harus dilakukan oleh organisasi.
b. Struktur-struktur organisasional, menurut model ini, dipelihara, baik secara
spontan maupun secara homeostatik. Perubahanperubahan di dalam polapola
organisasional dipandang sebagai hasil dari respon-respon yang adaptif,
komunikatif, dan tidak terencana terhadap tekanan-tekanan atau gangguan-
gangguan terhadap keseimbangan sistem sebagai keseluruhan.
c. Yang menjadi fokus perhatian model sistem ini bukan
penyimpanganpenyimpangan dari rasionalitas, melainkan hancurnya
keseimbangan organisasional.
d. Model sistem alamiah ini secara khas di dasarkan pada organismic model yang
memberi tekanan kepada interdependensi antara komponenkomponen organisasi.
22
2. Komuniti secara struktural maupun fungsional tidak tersentralisasi seperti yang
terdapat di dalam suatu organisasi formal. Perbedaan-perbedaan dan keaneka
ragaman kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, tujuantujuan, serta
kegiatankegiatan anggota-anggotanya tidaklah di penuhi melalui institusi dan
kelompok-kelompok yang beraneka-ragam dan terpisahpisah, karena tak satupun
di antara institusi dan kelompok yang kebutuhan-kebutuhannya dominan terhadap
yang lain.
3. Komuniti sebagai sebuah sistem sosial memiliki hakekat yang implisit, yang
berbeda dengan sebuah organisasi formal yang memiliki hakekat eksplisit
Jadi organisasi pada dasarnya jauh lebih “goal oriented” daripada komuniti.
Untuk memelihara hakekatnya yang goal oriented ini, maka ia harus memberikan
perhatian besar kepada pengawasan komponenkomponennya, sehingga kontrol sosial
menjadi sangat penting bagi organisasi. Namun itu semuanya tak mungkin dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa hubungan yang memadai dengan masyarakat
(society), komuniti-komuniti, keluarga-keluarga, institusi-institusi, dan orang-orang di
sekitarnya.
23
BAB III
IMPLEMENTASI TEORI
Contoh Kasus 1
Konflik Buruh Dengan PT Megariamas
Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan
Sepatu-Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa,
Selasa (23/9) siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Nakertrans) Jakarta Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan
Koja, Jakarta Utara. Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap
perusahaan yang mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari
raya (THR).
Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko
36 Q, Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui
Kasudin Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster
yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan
kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 4/1994 tentang THR.
“Kami menuntut hak kami untuk mendapatkan THR sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dan jangan dikarenakan ada konflik internal kami tidak mendapatkan
THR, karena setahu kami perusahaan garmen tersebut tidak merugi, bahkan sebaliknya.
Jadi kami minta pihak Sudin Nakertrans Jakut bisa memfasilitasi kami,” jelas Abidin,
koordinator unjuk rasa ketika berorasi di tengah-tengah rekannya yang didominasi kaum
perempuan itu, Selasa (23/9) di depan kantor Sudin Nakertrans Jakut. Sekedar diketahui
ratusan buruh perusahaan garmen dengan memproduksi pakaian dalam merek Sorella,
Pieree Cardine, Felahcy, dan Young Heart untuk ekspor itu telah berdiri sejak 1989 ini
mempekerjakan sekitar 800 karyawan yang mayoritas perempuan.
Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan
buruh ini juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang
pada karyawan. Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan
24
karena dinilai terlalu vokal. Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen
dilanjutkan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Karena itu, pihak manajemen
mengancam tidak akan memberikan THR kepada pekerjanya.
Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke
kantor Sudin Nakertrans Jakut. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin
Nakertrans Jakut, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya
perwakilan buruh diterima oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat
kantornya. Dalam peryataannya di depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan
menampung aspirasi para pengunjuk rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan
tersebut. "Pasti kami akan bantu, dan kami siap untuk menjadi fasilitator untuk
menyelesaikan masalah ini," tutur Sahut.
Selain itu, Sahut juga akan memanggil pengusaha agar mau memberikan THR
karena itu sudah kewajiban. “Kalau memang perusahaan tersebut mengaku merugi,
pihak manajemen wajib melaporkan ke pemerintah dengan bukti konkret,” kata Saut
Tambunan kepada beritajakarta.com usai menggelar pertemuan dengan para perwakilan
demonstrasi.
Sesuai peraturan, karyawan dengan masa kerja di atas satu tahun berhak
menerima THR. Sementara bagi karyawan dengan masa kerja di bawah satu tahun di
atas tiga bulan, THR-nya akan diberikan secara proporsional atau diberikan sebesar
3/12X1 bulan gaji. Karyawan yang baru bekerja di bawah tiga bulan bisa daja dapat
tergantung dari kebijakan perusahaan.
Saut menambahkan, sejauh ini sudah ada empat perusahaan yang didemo karena
mangkir membayar THR. “Sesuai dengan peraturan H-7 seluruh perusahaan sudah harus
membayar THR kepada karyawannya. Karena itu, kami upayakan memfasilitasi. Untuk
kasus karyawan PT Megariamas Sentosa memang sedang ada sedikit permasalahan
sehingga manajemen sengaja menahan THR mereka. Namun, sebenarnya itu tidak boleh
dan besok kami upayakan memfasilitasi ke manajemen perusahaan.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk kawasan Jakarta Utara tercatat ada sekitar 3000
badan usaha atau perusahaan di sektor formal. Untuk melakukan monitoring, pihaknya
25
menugaskan 15 personel pengawas dan 10 personel mediator untuk menangani berbagai
kasus seperti kecelakaan kerja, pemutusan hubungan kerja, tuntutan upah maupun upah
normatif dan THR. “Kami masih kekurangan personel, idealnya ada 150 personel
pengawas dan 100 personel mediator,” tandas Saut Tambunan
Analisis Kasus
Dengan membaca artikel diatas kita mendapatkan salah satu contoh kasus suatu
konflik yang terjadi dalam suatu organisasi perusahaan, didalam kasus ini terlihat bahwa
seorang pemimpin berlaku tidak bertanggung jawab, tidak adil dan tidak jujur terhadap
bawahannya dalam memimpin dan menjalankan suatu perusahan. Mereka beretika tidak
baik dengan tidak memberikan hak para buruh, berbohong pada buruh, tidak
memberikan hak THR, bisa memecat buruh yang menurut mereka terlalu vokal dengan
mudah dan senantiasa mempermainkan para bawahannya terutama buruh dengan
bertindak sangat tidak bijaksana sebagai seorang yang memiliki kekuasaan di dalam
perusahaan. Kasus seperti ini jelas sangat berpengaruh terhadap terjadinya sebuah
konflik. Kasus etika dan sikap pemimpin adalah penyebab utama terjadinya konflik
dalam kasus ini. Bila kasus seperti ini semakin banyak maka semakin banyak pula buruh
yang akan menjadi korban para pemilik perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan
bertindak sewenang-wenang seperti contoh kasus diatas. Bila kasus ini tidak selesai
dengan cara mediator atau jika dengan cara mediator maka perlu adanya proses hukum
karena pemilik telah melanggar hak seseorang dan telah melanggar hukum yang berlaku
tentang pemberian THR kepada tenaga kerja. Mungkin ini adalah salah satu solusi yang
mungkin bisa menyelesaikan konflik dalam perusahaan seperti ini dan sebaiknya para
pengusaha memperlakukan bawahannya dengan sebaik-baiknya dengan memberikan
hak sesuai dengan kewajiban mereka di perusahaan.
26
Contoh Kasus 2
Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono, meminta internal partai tidak
panik atas ditetapkannya Setya Novanto sebagai tersangka dalam kasus korupsi e-KTP.
Bagaimana nasib Novanto posisinya sebagai Ketum Golkar dan Ketua DPR?
Menurut Ketua Dewan Pakar Golkar, Agung Laksono, saat ini semua pihak
harus menganut asas praduga tak bersalah, karena proses penetapan Novanto sebagai
tersangka belum final dan dia meminta teman-teman di DPP Partai Golkar tidak
menggangu agenda internal Partai. Ketua Umum Partai tetap menjalankan tugas
sebagaimana mestinya, tetap pada proses awal. Di sisi lain, hargai proses hukum
berjalan sampai waktunya. Tidak perlu ada perubahan-perubahan, Plt (pelaksana tugas),
Munaslub dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu juga akan terjadi, tergantung perkembangan hukum
yang ada. Saat ini ada Pengadilan Negeri Tinggi. Sehingga hukum dianggap sebagai
panglima tertinggi. Etika brpolitik jangan dibalik, selama belum inkraht berarti belum
terjadi kesepakatan. Sebaiknya hukum di kawal, termasuk mendapat pengawalan dari
Pers agar tidak di politisasi.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menuturkan, pimpinan DPR
akan berkoordinasi dengan Biro Hukum dan Kajian DPR RI untuk mengambil
keputusan secara kelembagaan tentang ketentuan dalam undang-undang MD3.
Lebih lanjut, ditetapkannya Setya Novanto sebagai tersangka dalam kasus e-KTP
menurut Fahri, tidak mempengaruhi kinerja di DPR karena dilakukan secara kolektif.
Menurutnya, urusan DPR adalah menjaga pengambilan keputusan dan sejauh ini tidak
ada masalah. Secara undang-undang, simpul Fahri, tidak ada ketentuan Ketua DPR
mengambil posisi lain dan terbang ke luar negeri mewakili Indonesia. Namun, pimpinan
DPR lain dapat mewakili.
Jakarta - Partai Golkar akan terus bergejolak selama Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) tidak menahan Setya Novanto (Setnov) sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi e-KTP.
27
Demikian disampaikan Pengamat Politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti,
kepada wartawan, Jakarta, Kamis (14/9). Menurutnya, desakan dari internal Partai
Golkar akan terus terjadi sebagaimana dilakukan Ahmad Doli Kurnia.
"Ini tergantung langkah KPK, sekarang jika Setya Novanto tidak ditahan gejolak
seperti Doli masih akan kuat," kata Ray, menanggapi pemecatan Doli sebagai kader
Partai Golkar.
Semestinya, lanjut Ray, Partai Golkar melakukan evaluasi pasca penetapan
Setnov sebagai tersangka oleh KPK. "Sulit bagi Golkar untuk eksis bilamana ketua
umum kena kasus, lebih realistis bila mereka melakukan evaluasi," katanya
Ray menegaskan, status tersangka Setnov akan sangat berpengaruh terhadap
elektabilitas Partai Golkar dalam menghadapi Pilkada 2018 dan Pemilu 2019
mendatang. Sebab, gejala pada umumnya hampir tidak pernah ada yang lolos dari
tuduhan yang disangkakan KPK.
"Jadi lebih baik di internal partai diperhitungkan jalan keluarnya. Gejala umumnya
Partai Demoktrat mengalami penurunan karena dua mentrinya ditahan. Lumayan
suaranya turun pada pemilu 2014. Gejalanya seperti itu," tegasnya.
Analisis Kasus
Begitu berpengaruhnya ketika seorang pimpinan suatu organisasi sekelas Partai
politik dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terindikasi telah melakukan tindak
pidana korupsi serta ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (yang dikenal baik
menurut pandangan public) sebagai Tersangka dalam kasus proyek E-KTP
mengakibatkan pandangan public terhadap citra Dewan Perwakilan Rakyat cenderung
tidak bersih dan Partai Politik yang di pegang oleh Setya Novanto mulai mengalami
gejolak secara internal mengenai bagaimana nantinya elektabilitas public terhadap partai
politik tersebut.
Maka pihak yang dirugikan bukan saja hanya sebatas individu melainkan lebih
pada seluruh anggota organisasi tersebut. Stigma-stigma negative akan muncul terhadap
28
citra organisasi tersebut lalu tingkat kepercayaan public terhadap politik akan menurun
drastis.
Dan dampak terbesarnya ialah kepercayaan public akan hilang dari dunia
perpolitikan di Indonesia dan masyarakat akan melawan pemerintah untuk tegaknya
suatu keadilan social yang dapat menghimpun secara nyata aspirasi mereka demi
terciptanya kesejahteraan social.
Maka peran mahasiswa sekarang ialah menanamkan pemikiran-pemikiran idealis
demi terjaganya stabilitas politik nasional dengan manggelar aksi demo terhadap pihak
penegak hokum yang cenderung tidak ideal dalam menangani masalah tersebut.
Apakah mungkin jika di dalam suatu Negara hokum masih terdapat individu
yang “kebal hokum”. Lembaga penegak hokum di Indonesia patut untuk dipertanyakan
karena lewat penegak hokum tersebut lah dunia perpolitikan akan berjalan dengan baik
dan bersih.
Unsur-unsur dalam kasus:
1. Ketua DPR
2. Ketua umum Partai Politik
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Partai Politik
5. Lembaga Penegak hokum
29
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi adalah sekelompok atau sekumpulan individu yang bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan tertentu yang umumnya telah disepakati bersama dengan
menjalankan aktivitas keorganisasian bersama. Organisasi memiliki tujuan, fungsi, ciri-
ciri, bentuk atau jenis, konflik, serta perilaku-perilaku di dalamnya.
3.2 Saran
Sebagai calon pekerja sosial profesional, kita harus mempelajari dan memahami
ilmu pengetahuan mengenai Organisasi. Dengan mempelajari materi tersebut akan
mempermudah pekerja sosial dalam proses pertolongan terhadap klien dalam lingkup
organisasi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu.
31