Anda di halaman 1dari 9

1 A. PENDAHULUAN Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan. Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.

B. LATAR BELAKANG Pembelajaran praktik banyak digunakan dalam pembelajaran orang dewasa dan pembelajaran seumur hidup (lifelong learning). Pada dunia kesehatan hampir sebagian besar pendidikan dan pelatihan menggunakan pembelajaran praktik. Pembelajaran praktik juga digunakan oleh pendidikan keprofesian keperawatan yang menuntut seseorang perawat untuk memiliki kompetensi tertentu dalam melaksakan pekerjaannya sebagai seorang perawat profesional.

2 Pembelajaran praktik menekankan bahwa pembelajaran melalui pengalaman langsung memiliki kekuatan yang luar biasa karena individu tersebut bisa merasakan langsung secara nyata tentang suatu konsep atau teori, atau fenomena dalam kehidupan nyata sekaligus bagaimana cara penyelesaian masalahnya. Melalui proses pembelajaran ini peserta didik juga dituntut untuk mampu menggunakan cara berfikir kritis dalam menganalisa dan menghadapi setiap persoalan, setiap ide dan harapan serta kenyataan. Sehingga dengan melalui pembelajaran praktik peserta dapat mengetahui fenomena yang ada di lapangan. Agar mampu menghadapi kenyataan dan menyelesaikan fenomena yang ada di lapangan sehingga peserta didik dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik, maka kemampuan berfikir kritis dalam menganalisa akan menentukan kemampuan peserta didik dalam pengambilan keputusan untuk setiap tindakan sangatlah penting. Kemampuan berfikir kritis dan menganalisa akan menjadi lebih tajam dengan proses pembelajaran refleksi, karena dengan proses refleksi peserta didik dituntut untuk selalu melihat kembali apa yang telah ditemukan dan dilakukan pada saat praktik, digali dan diinvestigasi mengapa hal itu terjadi kemudian dinilai efektifitas dan keuntungan serta kerugiannya. Sehingga ditemukan cara yang terbaik untuk dilaksanakan dalam praktik selanjutnya. Kemampuan ini akan lebih menambah kepercayaan diri peserta didik untuk berkreasi dan mengembangkan praktik yang terbaik. Proses pembelajaran refleksi ini merupakan salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan kinerja seorang perawat profesional, sehingga proses pembelajaran refleksi tidak hanya digunakan pada proses pendidikan dan pelatihan tetapi digunakan juga di lapangan baik di rumah sakit, puskesmas dan praktek mandiri sebagai proses pembelajaran yang berkesinambungan. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 836/2005 telah menetapkan Kebijakan Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan Bidan, pada keputusan tersebut proses pembelajaran refleksi merupakan metode untuk meningkatkan kinerja Perawat dan Bidan, khususnya dalam menganalisa dan mengambil keputusan untuk melakukan pelayanan kepada kliennya sesuai standar yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran terjadi dengan menerapkan langsung dalam kondisi nyata (concrete experience), sehingga individu mendapatkan pengalaman yang

3 nyata. Dari pengalaman nyata yang didapatkan saat praktik yang merupakan respon seseorang secara total atau keseluruhan terhadap situasi atau kejadian meliputi apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikerjakan harus di refleksikan (reflective observation), karena dengan proses refleksi akan muncul konsep-konsep baru, yang terbentuk dari hasil kajian dan analisa pengalaman praktiknya yang berbentuk ide, pikiran dan alternatif tindakan yang bersifat abstrak (abstract conceptualization). Kemudian individu tersebut akan termotivasi untuk mencoba mempraktikan pemikiran barunya dalam pembelajaran praktik, dan mencoba memberikan tindakan yang lebih efektif sesuai hasil ide dan pikirannya, maka individu tersebut telah melakukan uji coba secara aktif apa yang dipikirkan dan idenya dalam memberikan pelayanan (Active Experimentation). Siklus pembelajaran praktik ini terus berlangsung setiap individu melaksanakan praktik, sehingga pembelajaran praktik menjadi berkualitas dan sebagai individu pembelajar menjadi lebih dinamis, kreatif dan inovatif.

C. DEFINISI MASALAH Pembelajaran Refleksi merupakan proses mental yang menerapkan

kegiatan pembelajaran dengan mengaktifkan peserta untuk menggunakan pemikiran yang kritis (critical thinking) untuk menguji informasi yang didapat, bertanya tentang kebenarannya dan menyimpulkan berdasarkan ideu-ideu yg dihasilkannya. Proses yang dilakukan secara berkesinambungan mengarahkan individu untuk mampu membuat alternatif pemecahan dan kesimpulan akhir, sehingga memiliki

pemahaman yg lebih baik. Tanpa refleksi bembelajaran menjadi berakhir,sedangkan pengelolaan cara berfikir yg dalam memerlukan proses pembelajaran.

D. TUJUAN 1. 2.
3.

Untuk mengembangkan profesionalisme perawat Meningkatkan aktualisasi diri perawat Membangkitkan motivasi untuk belajar.

4 E. METODE Proses refleksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satu cara yang sering digunakan dalam praktik klinik kesehatan adalah menggunakan analisa kasus nyata (critical incident). Dengan critical incident ini individu dapat melakukan pembelajaran yang nyata dari kasus yang ada dan telah diberikan pelayanan langsung. Sehingga dapat dilakukan pembelajaran dalam setiap tindakan yang telah dilakukan, diantaranya:

1. Apakah anamnesa/pemeriksaan yang dilakukan sudah lengkap dan tepat ? 2. Apakah diagnosa yang dirumuskan sudah tepat sesuai kondisi klien? 3. Apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai ? efektif? 4. Apakah penanganan yang dilakukan menyelesaikan masalah yang ada? 5. Bagaimana kondisi klien setelah diberikan tindakan? 6.
Bagaimana respon klien/ kepuasan klien?

Proses refleksi dengan menganalisa kasus ini membandingkan dan menginvestigasi dengan dasar standar pelayanan, kajian teori dan bukti penelitian /evidence based practice. Kesuksesan proses refleksi dengan menggunakan analisa kasus nyata dengan kejadian yang kritis (critical incident), akan mempengaruhi individu untuk mampu :

1. Mengembangkan opini-opini nya 2. Melihat kemungkinan kemungkinan yang terjadi 3. Melatih ketajaman berfikir 4. Menjadi kreatif
Keuntungan/ Dampak lain

1. Meningkatkan therapeutic kepada individu 2. Meningkatkan Komunikasi yang baik & empati diantara koleha 3. Critical thinking merupakan hal penting dalam praktek profesional
F. HASIL Pengkajian keperawatan adalah upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap, dan sistematis untuk dilakukan pengkajian dan dianalisa, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi keluarga dan klien baik fisik, mental, sosial maupun

5 spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu dimulai dari pengumpulan data, analisa data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. Pada dasarnya tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari keluaraga dan klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. Dalam proses pengkajian terhadap keluarga diperlukan beberapa alternatif cara yang bisa digunakan untuk membangkitkan keinginan keluarga untuk

mengungkapkan masalah yang sedang mereka hadapi saat pengkajian dilakukan. Beberapa cara yang bisa digunakan antara lain: 1. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan, dengan demikian keluarga akan merasa segan, merasa lebih nyaman dan dapat mengurangi rasa sakit. 2. Menggunakan pakaian yang rapi, penampilan yang menarik dapat merefresh keadaan keluarga dan membuat klien merasa nyaman. 3. Menggunakan panggilan atau sebutan orang yang baik, dengan demikian maka keluarga akan merasa terhormati dan mencegah rasa ketersinggungan. 4. Intonasi (nada suara), nada suara yang lembut didengar akan memberikan rasa nyaman pada klien dan keluarga serta membantu mengurangi rasa tegang dari rasa sakitnya. Sebuah pesan dapat menunjukan antusiasme, perhatian,

permusuhan, atau pengabaian bergantung pada intonasinya. Konsep dan prinsip norma yang relevan dengan pengkajian yang harus ditunjukkan kepada klien kelurga saat melakukan pengkajian, antara lain: 1. Menjaga kontak mata, dengan demikian keluarga dan klien akan merasa diperhatikan pada saat memberikan informasi. Apabila tidak maka keluarga dan klien akan tersinggung dan kepercayaan terhadap perawat pun akan berkurang. 2. Jangan membelakangi, apabila perawat membelakangi keluarga dan klien maka sanksinya akan mengurangi kenyamanan klien dalam melakukan tindakan, alangkah baiknya menghadap keluarga dan klien selain untuk menghormati dapat juga meningkatkan kenyamanan keluarga dan klien. 3. Menjaga privacy, dalam melakukan tindakan apabila dalam diri keluarga dan klien terdapat sesuatu yang dapat memalukan, maka perawat harus menjaga kerahasiaan tersebut. Jangan sampai aib tersebut sampai diketahui oleh orang.

6 4. Penggunaan bahasa tubuh, berguna dalam tindakan keperawatan. Misalnya apabila keluarga dan klien telah dipasang sungkup muka dan perawat bertanya apakah terasa tidak nyaman atau sakit. Maka dengan mengangguk saja itu menandakan jawaban ya atau klien menggeleng kepala itu menandakan tidak.

G. DISKUSI Peran anggota keluarga dalam pemenuhan tugas kesehatan keluarga yang dapat dilihat selama praktik klinik dirasakan sangat mendukung terciptanya status kesehatan yang menunjukkan peningkatan. Dukungan dari anggota keluarga misalkan dalam ketersediaan waktu untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke pusat pelayanan kesehatan yang tersedia sangatlah penting dirasakan. Peran penjagaan terhadap pola makan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit juga sangat membantu sehingga segala macam pantangan atau makanan apa saja yang tidak boleh diberikan akan mudah tertangani. Asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan selama mengikuti stase keperawatan keluarga adalah masalah hipertensi pada anggota keluarga. Terdapat dilema etik dalam pelayanan asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan menyangkut masalah menghargai otonomi (facilitate autonomy) yang semuanya tergantung klien dengan masalah kebenaran (veracity) yang mengatakan segala sesuatu haruslah disampaikan dengan sebenar-benarnya oleh peserta didik. Mengenai konsumsi makanan yang tinggi akan kadar garam dan kolesterol yang akan berakibat kepada hipertensi, seharusnya peserta didik menekankan kebenaran mengenai informasi yang disampaikan yaitu mengenai akibat makanan yang tidak terkontrol dapat mencetus hipertensi yang nantinya akan berkomplikasi dengan penyakit lain, di lain sisi peserta didik harus menghargai otonomi klien yang selalu menginginkan makanan yang enak yang sebenarnya peserta didik tahu bahwa makanan tersebut tidaklah baik untuk dikonsumsi klien dengan factor risiko hipertensi berulang. Sebagaimana yang tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsipprinsip etika yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik

muncul. Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dam pengaturan

7 perawatan, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat bagi semua yang terlibat dalam pengambilan keputusan. 1. Menghargai otonomi (facilitate autonomy), suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan atau perilaku dan tujuan hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya. Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain. Contoh: Kebebasan klien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan. 2. Kebebasan (freedom), perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain. Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh: Klien dan keluarga mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang diberikan. 3. Kebenaran (Veracity) a truth, melakukan kegiatan atau tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan (tepat dan lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan klien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada klien yang memang sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada klien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa klien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur. Contoh: Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.

8 4. Keadilan (Justice), hak setiap orang untuk diperlakukan sama. Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumbersumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik di bangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK. 5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence), tindakan atau prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain. Contoh: Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side riil. 6. Kemurahan Hati (Benefiecence), menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan atau membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain atau klien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan klien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan klien. Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar. 7. Kesetiaan (fidelity), memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-klien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian atau kepedulian. Peduli kepada klien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada klien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada klien dalam kondisi terminal. Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional. Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Boud D, Keogh R, Wlker D. Reflection: turning experience into learning. London: Kogan Page, 1985. Schon DA. The reflective practitioner. How professional think in action. London: Temple Smith, 1983. Aukes L. Personal reflection in medical education [dissertation], Netherland, University Medical Center Groningen, 2008. Robertson K. Reflection in professional practice and education, Australian Family Physician Vol. 34, No. 9, September 2005. Lyons J. Reflective education for professional practice: discovering knowledge from experience, Nurse Education Today 1999, 19, 29-34. Hatton N. Smith D. Reflection in teacher education: towards definition and implementation. Teaching & Teacher Education 1995;11:33-49. Johns C. The value of reflective practive for nursing. J Clin Nursing 1995; 4:23-30 cited from Pee, et al, Appraising and assessing reflection in studets writing on a structured worksheet. Medical Education 2002; 36:575-585.

Anda mungkin juga menyukai