Anda di halaman 1dari 21

1.

1 Konsep Balita

1.1.1 Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B dan Anggraeni . DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3 – 5 tahun). Saat usia balita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
Namun, kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan
dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.

1.1.2 Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagai dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3 tahun
(batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1 – 3 tahun merupakan
konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju
pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan
jumlah makanan yang relative besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada
masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan
terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak
mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan ank laki-laki.

1.1.3 Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya


senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju tubuh bagian bawah
(sefalokaudal).
Perumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha
menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakiknya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh kea rah luar
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan
untuk meggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan
lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini,
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sek, serta jarigan intraseluler pada tubuh anak.
Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai perubahan-
perubahan ukuran-ukuran tubuh. Hal ini ditandai oleh:

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan


b. Bertanbahnya ukuran lingkar kepala
c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot
e. Bertambahnya oragn-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis. Sebaiknya,
berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya. Ketika
didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik.
Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau
hambatan proses pertumbuhan.

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan
mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi
badannya. Cara lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada
bayi dan balita telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan Wolanski.
Penggunaan standard tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak
Indonesia.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kuanlitatif, artinya pada diri
balita berlangsung proses prningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan personal
dan kemampuan social.

a. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat


pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya. Kemampuan fungsi
pengindraan meliputi:
1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-lain
2) Pendengaran, mislanya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak pembicaraan
dan lain-lain
3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu
4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda, dan lain-
lain
5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan minuman

Pada sistem tubuh lainnya diantaranya meliputi:

1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempat, mencoret-coret,


menulis dan lain-lain
2) Kaki, mislanya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain
3) Gigi, misalnya menggigit, mnegunyah dan lain-lain
4) Mulut, misalnya mengocel, melafal, teriak, bicara, menyanyi dan lain-lain
5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia, percaya diri,
empati, rasa iba dan lain-lain
6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti,
membandingkan dan lain-lain
7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat, merangkai,
menciptakan objek dan lain-lain
b. Kemampuan social
Kemampuan social (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan personal yang
semakin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan beragam aspek lingkungan
sekitar, yang membuat secara sadar berinteraksi dengan lingkungan itu. Sebagai
contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan
sennag jiak diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai
dalam berbicara. Dari sinilah dunia sosialisasi pada lingkungan yang lebih luas
sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-temannya itu.

1.1.4 Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang

Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi,
kebutuhan tersebut yakni; a. kebutuhan akan gizi (asuh); b. kebutuhan emosi dan kasih saying
(asih); c. kebutuhan stimulasi dini (asah)

a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh)


Usia balita adalah periode penting dalam prose tumbuh kembang anak yang
merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan

bahasa, berkreativitas, kesadaran social, emosional dan intelegensi anak berjalan sangat
cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangla menopang tumbuh kembang fisik dan
biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang
diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat
usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang
sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan
otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan berkembang
sebagai dampak perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan
motoriknya.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak pada sistem
imunitas tubuhny sehingga daya tahan tubuhnya akan terjaga dengan baik dna tidak
mudah terserang penyakit.
b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih saying (asih)
Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih saying,
serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua perlu menghargai
segala keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan
emosi atau kasih saying akan menjadikana anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama
dalam kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang tua
harus menempatakan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui
keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsure-unsur positif, jauhi kebiasaan
member hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode
pendekatan berlandaskan kasih saying.
c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah)
Stimulasi dini merupakan kegiatan orang tua yang memberikan rangsangan tertentu
pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam
kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal.
Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-sentuhan lembut
secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenal
objek warna, mengenal huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong
munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dna lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan stimulais dini secara biak dan benar dapat merangsang
kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi,
kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan
interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
1.2 Konsep Posyandu
1.2.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain: gizi,
imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) san penanggulangan diare. Definisi lain
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

1.2.2 Pedoman Posyandu Balita


a. Peran Kader Posyandu Balita
Pemilihan Kader :

Anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, memiliki kemauan
dan kemampuan untuk bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
secara sukarela.

Syarat menjadi kader kelompok usia lanjut:

a. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat


b. Mau dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela
c. Bisa membaca dan menulis huruf latin
Peran Kader :
a. Pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat
– Silaturahmi
– Musyawarah
– Menghadiri pertemuan rutin kemasyarakatan setempat
b. Melakukan survei mawas diri (SMD) bersama petugas untuk menelaah:
– Pengumpulan data-data kesehatan sasaran Balita di wilayahnya
– Pemetaan kelompok balita
– Mengenal masalah kesehatan balita dan potensi- potensi yang ada pada
balita
– Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk
membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan
jadwal kegiatan
c. Menggerakkan masyarakat :
– Mengajak ibu untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu
Balita
– Memberikan penyuluhan/penyebarluasan informasi kesehatan, antara lain
cara hidup bersih dan sehat, gizi usia lanjut, kesehatan usia lanjut, dll.
– Menggalang potensi / sumber daya tenaga kesehatan dari warga setempat
agar membantu pelayanan di Posyandu Balita, termasuk menggalang
pendanaan yang bersumber dari masyarakat.
– Memberikan Pelayanan Kesehatan di Posyandu Balita
1.2.3 Kegiatan Posyandu Balita
1. Pelayanan Kesehatan setiap Bulan
Kegiatan pelayanan kesehatan menggunakan sistem 5 meja, yaitu:
a. Meja I : Pendaftaran
b. Meja II : Penimbangan anak Balita
c. Meja III : Pengisian KMS
d. Meja IV : Penyuluhan perorangan
e. Meja V : Pelayanan oleh tenaga professional meliputi pelayanan KIA, KB,
Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan.
1.2.4 Pendanaan

Pada prinsipnya pendanaan Posyandu Balita adalah bersumber dari swadaya


masyarakat dan bersumber dari bantuan pemerintah melalui Dinas Kesehatan/Puskesmas,
serta dari sumber-sumber lain yang bersifat tidak mengikat seperti donator, dana hibah dan
sumbangan, dll.

1.2.5 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksana kegiatan Posyandu Balita adalah Kader Kesehatan Balita yang
telah dilatih, sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan dan pembinaan pada kelompok balita, serta dibantu oleh petugas
Puskesmas, maupun oleh petugas kesehatan dari warga setempat

1.2.6 Pembinaan
Pembinaan Posyandu Balita dilaksanakan oleh Puskesmas setempat, dan
bekerjasama dengan PKK tingkat RW dan Kelurahan/Kecamatan. Kegiatan
pembinaan dapat dilaksanakan dalam bentuk kunjungan (supervisi) pada saat
pelayanan Posyandu, pembinaan kelompok, pelatihan kader dan penilaian kegiatan
Posyandu
1.2.7 Sasaran Posyandu Lansia

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Posyandu dan dikelompok Balita,


dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain :

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)


2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku KMS
5. Kit Tumbuh Kembang, yang berisi: Timbangan, meteran /pengukuran
tinggi badan, balok-balok, dll
6. Obat-obatan yang ditetapkan oleh medis
7. Buku Pedoman Kader Posyandu Balita

1.2.8 Pesan Kader untuk Ibu


A. Pemberian ASI
 ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi dan
mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan kekebalan dan
mencegah berbagai penyakit, serta untuk kecerdasan
 Beri ASI sampai anak berumur 6 bulan
 Setelah 6 bulan, teruskan menyusui sampai anak berumur 2 tahun dan berikan
makanan pendamping ASI
 Makanan pendamping ASI berupa makanan lumat diberikan secara bertahap, mula-
mula 2 kali berangsung sampai 3 kali seharis, dalam jumlah yang kecil sebagai
makanan perkenalan. Kenalkan buah/sari buah 2 kali sehari sedikit demi sedikit
B. Pola Makan Anak
Usia Pola Makan
0 – 6 bulan ASI saja
6 – 9 bulan ASI + Makanan pendamping ASI (MP.ASI)
9 – 11 bulan ASI + MP.ASI yang lebih padat
Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek
1 - 2 tahun Makanan keluarga/makanan yang dicincang atau dihaluskan 3 – 4
kali sehari
2 – 3 tahun Makanan keluarga + makanan selingan 2 kali sehari

C. Tumbuh Kembang Anak


 Perhatikan tumbuh kembang anak secara teratur
 Nawa ke posyandu untuk ditimbang, dapatkan kapsul vitamin A, imunisasi,
stimulasi tumbuh kembang dan periksa kesehatan
 Timbanglah berat badan untuk memantau pertumbuhan anak sehingga dapat
mencegah gizi kurang atau gizi buruk
 Bila ditimbang berat badan tidak naik 2 bulan berturut – turut atau turun rujuk
ke Puskesmas
 Bila makanan bergizi sesuai kelompok umur anak, agar tumbuh dan
berkembang menjadi anak sehat dan cerdas
 Gunakan garam beryodium setiap kali masak
 Bila ada gangguan perkembangan anak, rujuk ke Puskesmas
 Bila anak sakit, bawa ke Puskesmas
 Rawat anak dengan kasih sayang dan doa
D. Pemberian Vitamin A
 Vitamin A bersumber dari satur-sayuran berwarna hijau (bayam, daun katuk,
serta buah-buahan segar berwarna cerah seperti papaya, tomat, wortel, mangga
dan dari sumber hewani seperti telur, ikan)
 Vitamin A membuat mata sehat, tubuh kuat dan mencegah kebutaan
 Beri kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita, kapsul biru dengan dosis
100.000 SI untuk bayi dan kapsul merah dengan dosis 200.000 SI utuk anak
balita
 Dapatkan kapsul vitamin A secara gratis setiap bulan Februari dan Agustus di
Posyandu atau Puskesmas
E. Yang perlu dilakukan bila balita batuk
 Teruskan pemberian ASI bula bayi masih menyusui
 Bila umur anak lebih dari 6 bulan, beri makan dan minuman hangat lebih
banyak
 Pada anak umur 1 tahun keatas, beri kecap manis ditambah madu atau air jeruk
 Bersihkan hidung gar tidak terganggu pernafasannya
 Jauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur
 Tidak membakar sampah didekat rumah
 Rujuk ke Puskesmas bila:
- Ada tanda-tanda nafas cepat
- Ada tanda sukar bernafas
- Batuk pilek dengan panas tinggi

F. Yang Perlu dilakukan bila balita Diare


 Teruskan pemberian ASI bila balita masih menyusui
 Beri air matang, cairan makanan (air sayur, air tajin atau oralit)
 Teruskan pemberian makanan
 Cegah diare dengan cara minum air matang, cuci tangan pakai sabun sebelum
dan sesudah makan dan sesudah buang air besar
 Rujuk ke puskesmas, bila ada tanda-tanda:
- Anak tidak mebaik dalam 2 hari
- Buang air besar encer berkali-kali
- Muntah berulang-ulang
- Rasa haus yang nyata
- Demam
- Makan atau minum sedikit
- Ada darah dalam tinja
G. Yang Perlu dilakukan bila anak Demam
 Demam merupakan gejala yang menyertai batuk pilek, malaria, campak,
demma berdarah, skait telinga atau infeksi lain
 Teruskan pemberian ASI, bila anak masih menyusui
 Beri anak cairan lebih banyak dari biasa seperti air matang, air the, kuah sayur
bening
 Jangan diberi pakaian tebal atau selimut tebal
 Kompres dengan air biasa atau air hangat. Jangan dikompres dengan air dingin
karena bisa menggigil
 Pada demam tinggi beri obat penurun panas sesuai anjuran petugas kesehatan
 Usahakan tidur pakai kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk
 Bawa ke puskesmas jika demam tidak sembuh dalam 2 hari
H. Yang perlu dilakukan bila anak sakit kulit
 Sakit kulit biasanya berupa biang keringat, bisul, koreng dan sebagainya
 Bersihkan luka dengan air matang, keringakan dengan air bersih
 Jika berupa koreng, tutup dengan air bersih. Jangan dibubuhi ramuan-ramuan
I. Mencegah agar anak tidak terkena penyakit kulit
 Cegah agar anak tidak sakit kulit dengan cara: mandi teratur, gantu pakaian jika
basah atau kotor dan cuci tagan dan kaki setiap habis bermain
 Bawa anak ke puskesmas jika kulit kemerahan, gatal, luka basah, berbau atau
bernanah
 Menjaga kebersihan anak
 Mandikan anak setipa hari pagi dan sore pakai sabun mandi
 Cuci rambut dengan shampoo 2 – 3 kali dalam satu minggu
 Cuci tangan anak dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
 Gunting kuku tangan dan kaki anak
 Bersihkan rumah setiap hari dari sampah dan genangan air
 Ajarkan anak untuk buang air besar di kakus/jamban
J. Merawat gigi anak
 Jika tumbuh gigi, bersihkan gusi bayi sesudah diberi ASI dengan kain yang
dibasahi air matang hangat
 Jika sudah tumbuh gigi, gosok gigi pakai pasta gigi 2 kali, sesudah makan pagi
dan sebelum tidur malam
 Pada umur 32 tahun ajari anak gosok gigi sendiri
 Tidak membiasakan anak makan makanan yang manis dan lengker
 Periksakan kesehatan gigi anak setiap 6 bulan setelah anak berumur 2 tahun

1.2.9 Struktur Organisasi Posyandu Balita :

Instansi terkait di Pelindung Camat


Kecamatan
Pembina :

- Kepala Puskesmas
- Lurah/Kepala Desa
- Ketua RW
- Ketua PKK Kel/RW

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris Bendahara
Seksi-seksi

PETUNJUK OPERASIONAL PELAYANAN POSYANDU BALITA

PERSIAPAN

1. Tempat kegiatan Posyandu Balita (gedung, ruangan atau tempat terbuka)


2. Meja minimal 5 buah dan kursi secukupnya untuk petgas dan pengunjung
3. Alat tulis : Pulpen, penggaris
4. Buku pendaftaran, buku tamu, buku hadir kader
5. Kartu Bantu Pemeriksaan
6. Formulir pencacatan hasil kegiatan
7. Peralatan kesehatan : Timbangan, meteran /pengukuran tinggi badan, alat untuk periksa
tumbuh kembang
8. Obat-obatan yang ditetapkan oleh medis
9. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
10. Buku Pedoman Kader Posyandu Balita
11. Media penyuluhan

MEJA I : PENDAFTARAN
KEGIATAN :
1.2.10 Penilaian Status Gizi Balita

Status gizi disini memiliki pengertian status gizi balita pada suatu saat yang
didasarkan pada ketegori dan indicator yang digunakan. Di bawah ini adalah kategori dan
indicator yang digunakan. Di bawah ini adalah kategori status gizi menurut indicator yang
digunakan dan batas-batasnya yang merupakan hasil kesepakatan nasional pakar gizi di
Bogor pada bulan Januari 2000 dan Semarang pada bulan Mei 2000:

Table 2 Baku Antropometri Menurut Standar WHO-NCHS

Indikator Status Gizi Keterangan


Berat Badan menurut Umur Gizi Lebih ≥ 2 SD
(BB/U) Gizi Baik -2 SD sampai +2SD
Gizi Kurang < -2 SD sampai -3 SD
Gizi Buruk < -3 SD
Tinggi Badan menurut Normal -2 SD sampai +2 SD
Umur (TB/U) Pendek < -2 SD
Berat Badan menurut Gemuk ≥ 2 SD
Tinggi Badan (BB/TB) Normal -2 SD sampai +2 SD
Kurus < -2 SD sampai -3 SD
Kurus Sekali < -3 SD

Anda mungkin juga menyukai