Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR REHABILITASI

A. PENGERTIAN

Rehabilitasi didefinisikan sebagai suatu program holistik dan terpadu atas intervensi-
intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan individu
penyandang cacat untuk meraih pencapaian pribadi, kebermaknaan sosial, dan interaksi
efektif yang fungsional.

Program rehabilitasi dengan gangguan jiwa merupakan pencegahan tersier, aktivitas


yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit jiwa
kronis/ berat yang dimiliki individu. Kecacatan yang dimaksud di sini adalah keterbatasan
individu dalam melaksanakan suatu aktivitas seperti layaknya orang normal, misalnya
ketidakmampuan individu dalam berhias/ berdandan, atau membersihkan diri. Kecacatan
dapat juga dimanifestasikan dengan ketidakmampuan individu dalam berfungsi secara sosial
di masyarakat, seperti belanja, menggunakan transportasi umum, atau mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial di masyarakat.

Secara umum, program rehabilitasi diartikan sebagai proses membantu individu


kembali pada tingkat fungsi tertinggi ( Stuart & Laraia, 2005). Namun demikian, proses yang
dimaksud pada definisi tersebut tidak hanya sebatas membantu individu agar dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi karena penyakit yang dideritanya. Lebih jauh
lagi program rehabilitasi diartikan sebagai suatu proses yang dinamis yang menitikberatkan
pada pengembangan diri individu baik pada aspek fisik, sosial, psokologis, dan spiritual
(Davis & O’Connor, 1999). Program rehabilitasi pasien dengan gangguan jiwa sering disebut
dengan istilah lain seperti “program rehabilitasi psikiatrik” atau “program rehabilitasi
psikososial” (Ackerson, 2000; Adams & Partee, 1998; Stuart & Laraia, 2005). Dari semua
istilah tersebut, program rehabilitasi untuk pasien dengan gangguan jiwa merujuk pada
rangkaian intervensi yang mencakup intervensi di bidang sosial, pendidikan, pekerjaan,
perilaku dan kognitif, yang diberikan pada individu yang mengalami gangguan jiwa kronik
untuk meningkatkan kesembuhan serta meningkatkan fungsi sosial individu di masyarakat.

B. PRINSIP PROGRAM REHABILITASI

Menurut Palmer-Erbs, Connolly, Brach, dan Hoff (1995) prinsip-prinsip rehabilitasi


sebagai berikut :

1. Percaya bahwa pasien dengan gangguan jiwa mengalami proses penyembuhan.


2. Program yang diberikan mampu memberdayakan pasien.
3. Program yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan pasien terkait dengan
kebutuhan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual pasien.
4. Pasien diberikan kesempatan untuk memilih program yang diminati.
5. Program yang diberikan mampu memberikan kesempatan pada pasien gangguan
jiwa untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka mmapu
hisup mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
6. Kerja sama dengan keluarga dan tenaga profesional lainnya harus dipertahankan
demi tercapainya tujuan.

C. TUJUAN

Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa rehabilitasi diarahkan


untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial
penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan
bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman.

Maksud dan tujuan rehabilitasi pada klien mental dalam psikiatri yaitu mencapai
perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas
maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa
berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

D. TAHAPAN

Upaya rehabilitasi terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan
a. Orientasi: selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari bimbingan
seorang yang profesional. Perawat menolong klien untuk mengenali dan
memahami masalahnya dan menentukkan apa yang diperlukannya.
b. Identifikasi: perawat mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta
membantu klien seiring penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman dan
memberi orientasi positif akan perasaan dan kepribadiannya serta memberi
kebutuhan yang diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan: perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien
menerima secara penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah
hubungan. Tujuan baru yang akan dicapai melalui usaha personal dapat
diproyeksikan, dipindah dari perawat ke klien ketika klien menunda rasa puasnya
untuk mencapai bentuk baru dari apa yang dirumuskan
3. Tahap pengawasan: tahap pengawasan perawat melakukan resolusi. Tujuan baru
dimunculkan secara bertahap dan tujuan lama dihilangkan. Ini adalah proses dimana
klien membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang lain.

E. JENIS KEGIATAN

Jenis kegiatan dalam rehabilitasi pada klien dengan gangguan jiwa, yaitu:

1. Orientation: pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih
baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman klien terhadap
waktu, tempat, atau maksud dan tujuan. Sedangkan kesadaran dapat dikuatkan
melalui interaksi dan aktifitas pada semua klien.
2. Assertion: kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam mengekspresikan diri secara
efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat melalui kelompok
asertif, kelompok klien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau elompok
interkasi klien.
3. Accuption: kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi melalui
keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat idlakukan dengan cara
memeberikan aktifitas klien dalam bentuk kegiatan sederhana seperti teka-teki,
mengembangkan aktifitas fisik seperti menyulam, membuat bungan, melukis, dan
meingkatkan manfaat interkasi sosial.
4. Recreation: kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan
dan relaksasi. Hal ini memberi kesekmpatan pada klien untuk mengikuti bermacam
reaksi dan membantu klien menerapkan keterampilan yang telah ia pelajari, seperti:
orientasi asertif, interaksi sosial, ketangksan fisik. Contoh aktifitas relaksasi seperti:
permainan kartu, menebak kata dan jalan-jalan, bermain musik dan drama.

F. BENTUK

1. Rehabilitasi fisik
a. Aktivitas sehari-hari (ADL): Keterampilan-keterampilan ini dapat dilatih melalui
program rehabilitasi di rumah dan di luar rumah. Keterampilan ADL yang dapat
dilakukan di rumah antara lain : kebersihan diri, berhias, makan, minum,
membersihkan rumah, mempersiapkan alat masak, mengatur uang belanja,
menyusun kegiatan sehari-hari, dan melakukan olahraga. Keterampilan yang
dapat dilakukan di luar rumah misalnya menggunakan fasilitas umum (bank,
pusat perbelanjaan, kantor pos).
b. Keterampilan belajar (tenang, memperhatikan, mengobservasi).
c. Keterampilan bekerja (menggunakan perkakas pertanian, perkebunan, dan
kerajinan tangan).
2. Rehabilitasi emosional
a. Aktitivitas sehari-hari: hubungan dengan orang lain, 3ocial3 diri, mekanisme
koping pemecahan masalah.
b. Keterampilan belajar
c. Membuat pertanyaan dan berusaha menjawab, mengikuti petunjuk, dan aktif
mendengarkan.
d. Keterampilan bekerja: wawancara pekerjaan, dan hubungan 3ocial terkait
pekerjaan.
3. Rehabilitasi intelektual
a. Aktivitas sehari-hari: Manajemen keuangan, menggunakan sumber dukungan
sosial, mempunyai tujuan.
b. Keterampilan belajar: membaca, menulis, berhitung, mengetik.
c. Keterampilan bekerja: mencari pekerjaan yang sesuai.

F. PERAN PERAWAT DALAM REHABILITASI

1. Pada tahap persiapan, peran perawat klien dengan gangguan jiwa:


a. Peran stranger (orang yang tidak dikenal) : hal yang pertama terjadi ketika
perawat dan klien bertemu mereka belum saling kenal, maka klien diperlakukan
secara biasanya. Perawat menolong klien untuk mengenali dan memahami
masalahnya dan menentukkan apa yang diperlakukannya. Hal ini dilakukan
dengan cara bina hubungan saling percaya dengan memebrikan salam pada klien,
bersikap terbuka dengna mendengarkan apa yang klien sampaikan, menyapa klien
dengan ramah sesuai dengan panggilan kesukaan.
b. Peran pendidik: perawat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
spesifikmeliputi segala hal tentang rehabilitaasi yang dijalani oleh klien dan
menginterpretasikan pada klien dan keluarga bagaimana cara perawatan klien dan
rencana perawatan selanjutnya setelah rehabiliatsi
c. Peran wali: klien menganggap perawat sebagai walinya, sikap dan tingkah laku
perawat menciptakan suatu perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif
dan muncul dari hubungan sebelumnya.
d. Peran kepemimpinan: mebantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui hubungan
yang kooperatif dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim kesehatan yang
terlibat dengan mengkomunikasikan tim rehabiliatsi tentang jadwal dan jenis
kegiatan rehabilitasi yang dilaksanakan klien untuk kelangsungan perawatan yang
berkesinambungan.
e. Peran pelaksana: memberikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi dengan medis
yang diperlukan.
2. Pada tahap pelaksanaan

Peran perawat pada klien dengan gangguan jiwa, yaitu:

a. Peran pelaksana: membimbing klien dengan jenis kegiatan rehabilitasi sesuai


dengan kemampuan klien, mengobservasi perilaku klien selama kegiatan
rehabilitasi, memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam melaksanakan
kegiatan rehabilitasi, memberikan dukungan jika klien belum bisa menyelesaikan
kegiatan.
b. Peran wali: membimbing klien mengenali dirinya dengan sosok yang ia
bayangkan dengan mendampingi klien selama kegiatan rehabilitasi
3. Tahap pengawasan dan evaluasi

Peran perawat pada klien dengan gangguan jiwa, yaitu:

a. Peran pendidik: kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang
klien tidak ketahui dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam
menerima dan menggunakan informasi. Perawat memberikan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang spesifik meliputi segala hal tentang rehabilitasi yang
dijalani oleh klien dan menginterpretasikan kepada klien dan keluarga bagaimana
cara perawatan klien dan rencana perawatan selanjutnya setelah dilakukan
rehabilitasi
b. Peran kepemimpinan: membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui
hubungan yang kooperatif dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim
kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi dalam hal ini dengan
social worker untuk home visite apabila klien sudah kooperatif dan direncanakan
akan dilakukan pemulangan ke rumah.
c. Peran pelaksana: melakukan dokumentasi dengan menerapkan prinsip dokumen.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Ketujuh. Surabaya: Airlangga
Universitas Press

Stuart, GW. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Terjemahan dari Pocket Guide To
Psychiatric Nursing. Jakarta: EGC

Stuart & Sundeen. 1995. Principels and Practice of Psyciatrics Nursing. Mosby-Year Book,
Inc. USA.

Anda mungkin juga menyukai