Anda di halaman 1dari 12

DIAGNOSIS KEPERAWATAN PASCA OPERATIF

1. Risiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan


kontrol pernapasan efek sekunder anestesi.
2. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol
kepatenan jalan napas (lidah), penurunan kontrol batuk efektif dan
muntah efek sekunder anestesi, efek depresan dari medikasi dan agen
anestesi.
3. Penurunan perfusi perifer berhubungan dengan depresi mekanisme
regulasi sirkulasi normal, perdarahan pascaoperatif, penurunan curah
jantung, hipovolemia, pengumpulan darah perifer, dan vasokontriksi
4. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak bedah urogenital,
kerusakan neuromuskular pascabedah
5. Risiko terhadap cedera vaskular (trombosis vena profunda)
berhubungan dengan cedera vaskular, pembentukan trombus pada
ekstremitas, efek sekunder kompres posisi bedah.
6. Konstipasi berhubungan dngan penurunan motilitas lambung dan usus
selama periode intraoperatif
7. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan aktivitas,
efek efek medikasi, dan penurunan masukan cairan
8. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek depresan dari
anestesi penurunan intoleransi aktivitas, dan pembatasan aktivitas yang
diresepkan
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan tempat insisi bedah
drainase
10. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap
nvasi bakteri
11. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis pascaoperatif,
kemungkinan perubahan dalam gaya hidup, dan perubahan dalam
konsep diri
12. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh,
kehilangan fungsi dan struktur orga pascabedah.

Risiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan


penurunan kontrol pernapasan efek sekunder anestesi
Tujuan: Mengefektifkan jalan napas, mempertahankan ventilasi
pulmonal, dan mencegah hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah)
dan hiperkapnea (kelebihan karbondioksida dalam darah)
Kriteria evaluasi:
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal (12-20 x/menit)
 Pasien tidak menggunakan otot bantu napas
 Tidak terdengar bunyi napas tambahan
 Oral airway dapat dilepas tanpa komplikasi
Intervensi Rasional
Atur tempat pasien dengan Pasien biasanya masih mendapat
dekatkan pada akses oksigen dan oksigenasi pemeliharaan sampai
suction sadar penuh.
Kaji dan observasi jalan napas Deteksi awal untuk interpretasi
intervensi selanjutnya.
salah satu cara untuk mengetahui
apakah pasien bernafas atau
tidak adalah dengan
menempatkan telapak tangan
diatas hidung dan mulut pasien
untuk merasakan hembusan
nafas. Gerakan thorak dan
diafragma tidak selalu
menandakan pasien bernafas.
Pertahankan kepatenan jalan nafas Jalan nafas oral atau oral airway
tetap terpasang untuk
mempertahankan kepatenan
jalan nafas sampai tercapai
pernafasan yang nyaman dengan
kecepatan normal. Apabila
fungsi pernafasan sudah kembali
normal, bantu pasien
membersihkan jalan nafas degan
cara meludah. Kemampuan
melakukan hal tersebut
menandakan kembalinya reflek
muntah normal.
Atur posisi kepala untuk Tindakan terhadap obstruksi
mempertahankan jalan nafas hipovaringeus termasuk
mendongakkan kepala
kebelakang dan mendorong ke
depan pada sudut rahang bawah,
seperti jika mendorong gigi
bahaw di depan gigi atas.
Beri oksigen 3 lpm Pemenuhan oksigen dapat
membantu meningkatkan PaO2
di cairan otak yang akan
memengaruhi pengaturan
pernafasan.
Bersihkan secret pada jalan nafas  kesulitan peernafasan
dapat terjadi akibat
sekresi lendir yang
berlebihan. Membalikkan
pasien dari satu sisi ke
sisi lainnya
memungkinkan cairan
yang terkumpul unruk
keluar dari sisi mulut.
Jika gigi pasien
mengatup, mulut dapat
dibuka secara manual
dan berhati-hati dengan
spatell lidah yang
dibungkus kasa
 jika terjadi muntah,
pasien dibalikkan miring
dan vomitus dikumpukan
dalam basin emesis.
Wajah diusap dengan
kasa atau kertas tisu.
Kemudian sifat serta
jumlah muntah dicatat.
 Mucus atau muntah yang
menyumbat faring atau
trakea dihisap ddengan
ujung penghisap
faringeal atau kateter
nasal yang dimasukkan
kedalam nasofaring atau
orofaring.

Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol


kepatenan jalan napas (lidah), penurunan kontrol batuk efektif
dan muntah efek sekunder anestesi, efek depresan dari medikasi
dan agen anestesi.
Tujuan: pola nafas kembali efektif sesuai dengan berkurangnya efek
anestesi umum dan pasien mampu melakukan latihan pernafasan pasca
bedah.
Kriteria evaluasi:
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal (12-20 x/menit)
 Pasien tidak menggunakan otot bantu napas
 Saturasi oksigen 100%
 Oral airway sudah bisa dilepas saat pasien keluar ruang
pemulihan.
Intervensi Rasional
Kaji dan ,monitor control Obat anestesi tertentu dapat
pemulihan menyebabkan depresi pernafasan.
Oelh karena itu, perawat harus
mewaspadai pernafasan yang
dangkal dan lambat serta batuk
yang lemah.
Monitor frekuensi, irama, Deteksi awal adanya perubahan
kedalaman ventilasi pernafasan, terhadap control pola pernafasan
kesimetrisan gerakan dinding dari medulla oblongata untuk
dada, bunyi nafas, dan warna intervensi selanjutnya.
membrane mukosa.
Pastikan fungsi pernafasan sudah Tindakan evaluasi untuk
optimal menentukan dimulainya latihan
pernafasan yang diajarkan pada
saat preoperative.
Instruksikan pasien untuk nafas Meningkatkan ekspansi paru.
dalam Untuk memperbesar ekspansi
dada dan pertukaran gas.
Sebagai contoh, meminta pasien
untuk menguap atau untuk
melakukan inspirasi maksimal.
Instruksikan untuk melakukan Batuk juga didorong untuk
batuk efektif melonggarkan sumbatan mucus.
Pembebatan dengan cermat pada
abdomen atau insisi thorak
membantu pasien mengatasi
ketakutannya bahwa eksersi dari
batuk dapat menyebabkan insisi
bedah terbuka.

Penurunan perfusi perifer berhubungan dengan depresi


mekanisme regulasi sirkulasi normal, perdarahan pascaoperatif,
penurunan curah jantung, hipovolemia, pengumpulan darah
perifer, dan vasokontriksi
Tujuan: dalam waktu 15 menit pasca bedah perfusi bedah perifer
menjadi optimal
Kriteria evaluasi:
 Denyut nadi perifer teraba
 Akral hangat
 Pengisian kapiler <3 dtk
 Tidak terlihat adanya sianosis sentral atau perifer
 TTV dalam batas normal
 Kulit perifer tidak pucat
 Output urin 50ml/jam
Intervensi Rasional
Monitor tanda dan gejala Pasien di pantau terhadap segala
penurunan perfusi jaringan tanda dan gejala yang menandakan
menurunnya perfusi jaringan, yaitu
: penurunan tekanan darah;
saturasi O2 yang tidak adekuat ;
pernafasan cepat atauu sulit;
peningkatan frekuensi nadi
>100x /mnt; gelisah; respon
melambat; kulit dingin, kusam, dan
sianosi ; denyut perifer menurun
atau tak teraba; output urin kurang
dari 30 ml/jam. Salah satu dari
tanda dan gejala ini harus
dilaporkan.
Beri intervensi sesuai dengan  Tindakan dilakukan untuk
penyebab penurunan perfusi. mempertahankan perfusi
jaringan yang adekuat,
tergantung pada penyebab
tidak adekuatnya perfusi
jaringan. Tindakan yang
dilakukan dapat
mencakup pergantian
cairan, terapi komponen
darah, medikasi untuk
mendukung atau
memperbaiki fungsi
jantung (misalnya ;
vasodilator koroner,
antidisritmia, dan agen
inotropik), dan pemberian
oksigen.
 Respon pasien terhadap
tindakan ini dipantau dan
didokumentasikan. Selain
itu, suhu ruangan dijaga
agar nyaman, kemudian
pasien diberi pakaian yang
mencukupi dan selimut
untuk mencegah
menggigil yang
menyebabkan faso
konstriksi. Efek dari terapi
cairan dan komponen
darah dipantau.
Lakukan percepatan mobilisasi Aktifitas seperti latihan tungkai
aktifitas dilakukan untuk menstimulasi
sirkulasi dan pasien di dorong
untuk berbalik dan mengubah
posisi dengan perlahan dan untuk
menghindari posisi arus balik
vena

Risiko terhadap cedera vaskular (trombosis vena profunda)


berhubungan dengan cedera vaskular, pembentukan trombus
pada ekstremitas, efek sekunder kompres posisi bedah.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi TVP
Kriteria evaluasi:
Tidak terdapat tanda-tanda Homans
Intervensi Rasional
Monitor tanda dan gejala Gejala pertama TVP dapat berupa
thrombosis vena profunda (TVP) nyeri atau kram pada kaki seperti
yang ditunjukkan oleh tanda
Homans

Lakukan latihan tungkai Upaya yang diarahkan pada


pencegahan pembentukan
thrombus tindakan seperti latihan
tungkai yang dapat diajarkan
sebelum pembedahan
Hindari posisi kaki yang Duduk di tepi tempat tidur dan
menggantung kaki menggantung dapat
membahayakan dan tidak
dianjurkan pada pasien yang
rentan, karena tekanan dibawah
lutut dapat membahayakan
sirkulasi
Kolaborasi pemberian heparin Heparin dosis rendah dapat di
resepkan dan di berikan melalui
sub kutan sampai pasien bisa
ambulasi. Warfarin dosis rendah
adalah anti koagulan lain yang
mungkin diberikan. Dexstran 40
dan Dexstran (dengan berat
molekul rendah dan tinggi )
adalah plasma eksplander yang
mengurangi bekuan mikroskopik
yang dicetuskan oleh
hemokonsentrasi.

Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak bedah


urogenital, kerusakan neuromuskular pascabedah
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
 TTV dalam batas normal
 Nyeri di tingkat 0 / 1 dari skala 0-4
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan control nyeri Banyak faktor fisiologis
pasien ( motivasi, afektif, kognitif, dan
emosional) yang dapat
mempengaruhi perspeksi nyeri.

Kaji persiapan pengelolaan nyeri Persiapan praoperatif yang di


praoperatif terima oleh pasien (termasuk
informasi tentang apa yang
diperkirakan dan dukungan
psikologis) adalah faktor yang
signifikan dalam menurunkan
ansietas dan nyeri yang dialami
dalam periode pascaoperatif.
Kaji skala nyeri Skala nyeri pascaoperatif
tergantung pada persepsi
fisiologis dan psikologis
individu, toleransi yang
ditimbulkan untuk nyeri, letak
insisi, sifat prosedur dan
kedalaman trauma bedah
Lakukan manajemen nyeri Istirahatkan secara fisiologis
keperawatan. akan menurunkan kebutuhan
 Istirahatkan pasien oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
metabolism basal.
 Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2
pernafasan dalam saat nyeri sehingga menurunkan nyeri
muncul sekunder dari iskemia spina.

 Ajarkan teknik distraksi Distraksi atau pengalihan


pada saat nyeri perhatian dapat mengalihkan
stimulus internal.
 Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang, batasi menurunkan stimulus nyeri
pengunjung, dan eksternal dan pembatasan
istirahatkan pasien. pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
ada di ruangan. Istirahat akan
menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer.
 Lakukan manajemen Manajemn sentuhan pada saat
sentuhan nyeri berupa sentuhan psikologis
dapat membantu menurunkan
nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan
membantu suplai darah dan
oksigen ke area nyeri.
 Lakukan teknik stimulasi Salah satu metode distraksi
perkutaneus untuk menstimulasi pengeluaran
endorphin –efalin yang berguna
sebagai analgetik internal untuk
memblok rasa nyeri
 Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan membantu
tentang penyebab nyeri dan mengurangi nyerinya dan
menghubungkan berapa mengembangkan kepatuhan
lama nyeri akan pasien terhadap rencana
berklangsung teraupetik
Kolaborasi dengan dokter Analgesic memblok lintasan
untuk pemberian analgetik nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang.
Kostipasi berhubungan dengan penurunan motilitas lambung dan usus selama
periode intraoperatif.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam fungsi peristaltik menjadi normal.
Kriteria Hasil :
 TTV dalam batas normal.
 Peristaltik usus normal.
 Pasien mampu BAB
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan peristaltik setiap 4-8 - Anestesi umum akan memengaruhi
jam penurunan peristaltik usus. Penilaian
bunyi bissing usus merupakan
parameter penting yang dilakukan
perawat untuk mengetahui fungsi
intestinal sudah optimal.
- Perawat mengkaji peristaltik usus
setiap 4-8 jam. Perawat secara rutin
mengauskultasi abdomen untuk
mendeteksi kembalinya bissing usus
normal. Adanya suara seperti
berkumur yang nyaring sebanyak 5-
30 kali per menit pada setup kuadran
abdomen menunjukkan bahwa
peristaltik telah kembali normal.
Bunyi gemerincing bernada tinggi
yang disertai dengan distensi
abdomen menunjukkan apakah pasien
sudah mengeluarkan gas (flatus). Hal
ini merupakan tanda penting yang
menunjukkan bahwa fungsi usus telah
kembali normal.
Berikan asupan nutrisi dan tingkat Beberapa jam pertama setelah
secara bertahap. pembedahan , pasien hanya menerima
cairan melalui IV, Apabila dokter
memprogramkan pemberian diet normal
pada malam pertama setelah
pembedahan, pertama-tama perawat
memberikan cairan yang encer, seperti
air, jus apel, atau teh, setelah mual
pasien hilang. Jumlah cairan yang
terlalu banyak dapat menyebabkan
distensi dan mutah. Apabila pasien
dapat menoleransi cairan tanpa rasa
mual, diet terus diberikan sesuai
program. Pasien yang telah menjalani
bedah abdomen biasanya berpuasa
selama 24-48 jam pertama setelah
pembedahan. Apabila peristaltik sudah
kembali, perawat memberikan cairan
yang encer, dilanjutkan dengan cairan
yang kental, diet ringan makanan padat,
dan akhirnya diberikan diet reguler.
Lakukan dan tingkatkan ambulasi dan Aktivitas fisik merangsang kembalinya
latihan peristaltik. Pasien yang mengalami
distensi abdomen dan “nyeri karena
gas” akan merasa lebih nyaaman ketika
berjalan.
Pertahankan asupan cairan yang Cairan menjaga feses tetap lembut
adekuat sehingga mudah dikeluarkan. Jus buah
dan air hangat biasanya sangat efektif.
Kolaborasi dengan dokter untuk Perawat memberikan enema, supositoria
pemberian obat supositoria rektal, dan selang rektal sesuai instruksi.
Apabila terjadi konstipasi atau distensi,
dokter mencoba merangsang peristaltik
melalui katartik atau enema. Selang
rektal atau enema aliran balik
meningkatkan keluarnya flatus.

Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek


medikasi, dan penurunan masukan cairan.
Tujuan : dalam waktu 8-12 jam pasien mampu berkemih.
Kriteria Hasil : Pasien mampu berkemih secara spontan dan tanpa bantuan selang
kateter.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan kontrol berkemih. Efek depresan dari anestesi dan
analgesik dapat mengaggu sensasi
penuhnya kandung kemih. Apabila
tonus kandung kemih menurun, pasien
akan mengalami kesulitan untuk
memulai berkemih. Namun , pasien
harus berkemih dalam waktu 8-12 jam
setelah pemedahan. Pasien yang
menjalani pembedahan pada sistem
perkemihan biasanya akan dipasang
kateter tetap untuk mempertahankan
kelancaran aliran urine sampai kontrol
volentur berkemih kembali normal.
Bantu pasien untuk berkemih dalam Perawat membantu pasien untuk berada
posisi normal pada posisi normal selama berkemih.
Pasien laki-laki akan membutuhkan
bantuan untuk berdiri saat berkemih.
Pispot menyebabkan pasien sulit
berkemih. Pasien wanita akan berkemih
dengan baik jika ia dapat berkemih di
toilet.
Monitor keinginan berkemih dari Perawat memeriksa pasien dengan
pasien sering untuk mengetahui adanya
kebutuhan untuk berkemih. Pasien
bedah yang diharuskan berbaring
ditempat tidur memerlukan bantuan
untuk memegang dan menggunakan
pispot atau urinal. Pasien sering merasa
bahwa tiba-tiba kandung kemihnya
penuh dan perlu segera berkemih dan
perawat harus berespons dengan cepat
jika pasien meminta bantuan.
Kaji adanya distensi kandung kemih Perawat mengkaji adanya distensi
kandung kemih. Apabila pasien tidak
berkemih dalam waktu 8 jam setelah
pembedahan, mungkin pasien perlu
dipasang kateter urine. Untuk itu
diperlukan instruksi dari dokter.
Monitor supan dan keluaran cairan tiap Perawat memantau asupan dan keluaran
4 jam. cairan. Jumlah haluran urine untuk
dewasa minimal 2ml/kg/jam. Apabila
urine berwarna gelap, pekat, dan
volumenya sedikit, maka dokter harus
diberitahu. Pasien mudah mengalami
dehidrasi akibat cairan yang hilang dari
luka bedah. Perawat mengukur asupan
dan keluaran cairan selama beberapa
hari setelah pembedahan sampai
tercapai asupan cairan dan keluaran
urine yang normal.

Kecemasan berhubungan dengan diagnosis pascaoperatif, kemungkinan


perubahan gaya hidup, dan perubahan dalam konsep diri.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien kurang atau hilang.
Kriteria evaluasi :
- Pasien menyatakan kecemasan berkurang.
- Pasien mampu mengenal persaanya, dapat mengidentifikasi penyebabatau
faktor yang mempengaruhinya.
- Pasien kooperatif terhadap tindakan.
- Wajah rileks
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, dampingi pasien dan menunjukkan rasa agitasi, marah dan
lakukan tindakan bila menunjukan gelisah yang akan memengaruhi posisi
perilaku merusak. pasien pada brankar sehingga
mempunyai risiko jatuh. Apabila
perawat mendapatkan gejala awal
perubahan dari nonverbal, maka
perawat meminta babtuan dari perawat
lain diruang pemulihan untuk
melakukan fiksasi pada pasien.
Hidari konfirmasi Kontrofersi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sam, dan
memperlambat peyembuhan.
Tingkatkan kontrol sensasi pasien Kontrol sensasi pasien (dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
pasien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping
(pertahan diri) yang positif, membantu
latihan relaksasi dan teknik-teknik
pengalihan, dan memberikan respon
balik yang positif
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
rutin dan aktivitas yang diharapkan

Evaluasi Keperawatan Pascaoperatif


Evaluasi yang diharapkan pada pasien pascaoperatif, meliputi :
 Kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh sistem secara normal.
 Tidak terjadi komplikasi pascabedah
 Pasien dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaaman.
 Tidak terjadi luka operasi
 Hilangnya rasa cemas
 Meningkatkanya konsep diri pasien.

Anda mungkin juga menyukai

  • LUPUS & Tumor Willms
    LUPUS & Tumor Willms
    Dokumen24 halaman
    LUPUS & Tumor Willms
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Wawancara Pengkajian Komunitas Edit
    Instrumen Wawancara Pengkajian Komunitas Edit
    Dokumen9 halaman
    Instrumen Wawancara Pengkajian Komunitas Edit
    rochmah
    100% (2)
  • Instrumen Wawancara Pengkajian Komunitas Edit
    Instrumen Wawancara Pengkajian Komunitas Edit
    Dokumen1 halaman
    Instrumen Wawancara Pengkajian Komunitas Edit
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Soskam
    Soskam
    Dokumen11 halaman
    Soskam
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • CAIRAN
    CAIRAN
    Dokumen1 halaman
    CAIRAN
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • CAIRAN
    CAIRAN
    Dokumen3 halaman
    CAIRAN
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Menejement Kelompok 3
    Menejement Kelompok 3
    Dokumen4 halaman
    Menejement Kelompok 3
    MuhammadImronRosadi
    Belum ada peringkat
  • Lansia
    Lansia
    Dokumen4 halaman
    Lansia
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa Keluarga
    Diagnosa Keluarga
    Dokumen3 halaman
    Diagnosa Keluarga
    Adila Alif Nugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Fix
    Satuan Acara Penyuluhan Fix
    Dokumen10 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Fix
    LarasDwi
    Belum ada peringkat
  • Albumin
    Albumin
    Dokumen1 halaman
    Albumin
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen7 halaman
    Daftar Pustaka
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diabetes Mellitus
    Leaflet Diabetes Mellitus
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Diabetes Mellitus
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Ect
    Konsep Dasar Ect
    Dokumen8 halaman
    Konsep Dasar Ect
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • LP Meningioma
    LP Meningioma
    Dokumen23 halaman
    LP Meningioma
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Rehabilitasi
    Konsep Dasar Rehabilitasi
    Dokumen6 halaman
    Konsep Dasar Rehabilitasi
    adilaalifnugrahaeni
    100% (1)
  • One Tail
    One Tail
    Dokumen1 halaman
    One Tail
    reiko
    Belum ada peringkat
  • Kista Radikuler
    Kista Radikuler
    Dokumen10 halaman
    Kista Radikuler
    Vella Niita d'Vourty
    67% (3)
  • Kebutuhan Gizi Atlet Sepak Bola
    Kebutuhan Gizi Atlet Sepak Bola
    Dokumen4 halaman
    Kebutuhan Gizi Atlet Sepak Bola
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Distribusi Poisson D-IV Kepma
    Distribusi Poisson D-IV Kepma
    Dokumen12 halaman
    Distribusi Poisson D-IV Kepma
    Wulan Sari
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen15 halaman
    Hipertensi
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Rencana Pemulangan
    Rencana Pemulangan
    Dokumen1 halaman
    Rencana Pemulangan
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat
  • CAIRAN
    CAIRAN
    Dokumen3 halaman
    CAIRAN
    adilaalifnugrahaeni
    Belum ada peringkat