Nelly Mulyani
Nelly.mulyani@yahoo.com
Abstrak.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang amat pesat dari waktu
ke waktu telah merambah seluruh bidang kehidupan. Pengetahuan tidak
lepas dari peran lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal.
Pendidikan non formal merupakan jenis pendidikan yang memberikan
bekal kepada peserta didik atau warga belajar sikap kewirausahaan
melalui program life skill. Penelitian ini membahas mengenai penerapan
pendidikan kecakapan hidup ( life skills) dalam pemberdayaan
masyarakat untuk peningkatan pendapatan dan kemandiriran
berwirausaha yang dilaksanakan di Cibodas Rt/Rw 03/05, Desa
Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melalui teknik wawancara,
observasi, studi literatur, studi dokumentasi.
Subjek penelitian berjumlah 50 orang, yang berasal dari warga binaan
PKBM geger Sunten, serta dari pihak penyelengara pendidikan,
pendamping, tokoh masyarakat serta narasumber, yang berjumlah 50
orang.
Hasil penelitian diperoleh data :
1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan
pendekatan partisifatif andragogik
2. Hasil pelaksanaan pembelajaran menggunakan terhadap aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik
3. Pendapatan menunjukkan peningkatan progressif dari pada
sebelum mengikuti pelatihan
4. Dampak yang dirasakan adalah kebersamaan, solideritas,
kemandirian, percaya diri, kepercayaan, motivasi untuk berusaha
cukup tinggi, tidak mudah menyerah.
1
2
Metode
Pendahuluan
menyiapkan tenaga kerja dan bukan pada mendidik calon wirausaha. Menurut
Astamoen (2005: 152-162 ) beberapa hal diduga kuat menjadi penyebab mengapa
kewirausahaan kurang berkembang di Indonesia: (1) Pengaruh pola pikir
tradisional, yaitu orang tua menghendaki anaknya sekolah cepat selesai dan
setelah itu menjadi pegawai negeri atau BUMN, (2) Kurangnya motivasi dan
antusias, (3) Sifat insinyur yang entrovert, (4) Pengaruh etos kerja yang kurang
menghargai proses, (5) Berjiwa “sfety player” (cari aman atau bermain aman), (6)
Kelemahan dalam leadership, (7) Pengarunya feodalisme gaya baru, (8) Takut
tidak memiliki status sosial, (9) Kerja ingin enteng, (10) Kurangnya pendidikan
kewirausahaan dirumah, (11) Kurangnya dukungan dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Di sisi lain, lulusan pendidikan formal (SMK atau perguruan tinggi) masih
banyak menjumpai kendala dalam upaya menjadi wirausahawan antara lain
kurangnya pengetahuan dalam berwirausaha, permodalan, rendahnya motivasi dan
komitmen untuk berwirausaha, minimnya fasilitas dan sarana praktek yang
dikelola secara profesional sebagai tempat untuk melatih dan mendekatkan pada
kondisi yang sebenarnya, serta kurangnya dukungan keluarga dan pengalaman
yang dimiliki. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan non formal
diharapkan dapat melengkapi keberadaan pendidikan formal, serta memberikan
kesempatan kepada masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan formal
untuk meningkatkan kecakapan hidupnya, sebagaimana ditegaskan pada UU
Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1 bahwa pendidikan non formal berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka life long education.
4
pengaruh penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi beberapa tenaga kerja sehingga
akan mampu memberikan andil dalam perkembangan ekonomi
Sasaran dan tujuan pendidikan life skill yaitu anggota masyarakat usia
produktif 18 – 45 tahun, laki – laki atau perempuan, putus sekolah maupun belum
memiliki pekerjaan, dengan kriteria : (1) Memiliki kemauan untuk belajar dan
bekerja, (2) Memiliki komitmen mengikuti kegiatan belajar sampai dengan selesai
yang dibuktikan dengan surat pernyataan kesediaan kesanggupan belajar,
(3) Domisili warga masyarakat desa yang berada pada lingkup satu kecamatan.
Kewirausahaan
Menurut Farzier dan Niehm yang dikutip dari Meri S (2007) tujuan
pembelajaran kewirausahaan sebagai berikut: (1) pemikiran yang diisi oleh
pengetahuan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta
didik memiliki pemikiran kewirausahaan; (2) perasaan, yang diisi oleh penanaman
empatisme sosial ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka
berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu;
(3) keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirusaha, oleh
karena itu dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta
didik dengan teknik produksi management; (4) Kesehatan fsik, mental dan sosial.
Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik
antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha,baik
berupa persoalan, masalah maupun resiko lainnya sebagai wirausaha; dan (5)
pengalaman langsung berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi
mentor yang kemudian akan dijadikan role model bagi peserta didik.
Pembelajaran kewirausahaan yang dimaksudkan jiwa kewirausahaan dapat
ditumbuhkan dan dimiliki siswa diharapkan mempunyai kepercayaan diri lebih
tinggi, berani mengambil resiko untuk dapat berkreasi dan inofatif dalam
menciptakan atau menangkap peluang yang ada.
Budidaya Bunga Sebagai Salah Satu Program Life Skills Di PKBM Geger
Sunten
Salah satu program unggulan life skills di PKBM Geger Sunten adalah Budidaya
Tanaman Bunga Mawar karena didukung dengan kondisi alam Lembang yang
subur juga berudara sejuk.
Penutup
Pendiddikan Luar Sekolah (PNF) harus berani meniru apa yang baik dan
tumbuh di masyarakat, kemudian diperkaya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.
Daftar Pustaka
Production.