Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN LIFE SKILLS BUDIDAYA BUNGA DALAM

MENUMBUHKAN KEWIRAUSAHAAN WARGA BELAJAR DI PKBM


GEGER SUNTEN

Nelly Mulyani

Nelly.mulyani@yahoo.com

PLS Karyawan STKIP Siliwangi Bandung

Abstrak.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang amat pesat dari waktu
ke waktu telah merambah seluruh bidang kehidupan. Pengetahuan tidak
lepas dari peran lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal.
Pendidikan non formal merupakan jenis pendidikan yang memberikan
bekal kepada peserta didik atau warga belajar sikap kewirausahaan
melalui program life skill. Penelitian ini membahas mengenai penerapan
pendidikan kecakapan hidup ( life skills) dalam pemberdayaan
masyarakat untuk peningkatan pendapatan dan kemandiriran
berwirausaha yang dilaksanakan di Cibodas Rt/Rw 03/05, Desa
Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melalui teknik wawancara,
observasi, studi literatur, studi dokumentasi.
Subjek penelitian berjumlah 50 orang, yang berasal dari warga binaan
PKBM geger Sunten, serta dari pihak penyelengara pendidikan,
pendamping, tokoh masyarakat serta narasumber, yang berjumlah 50
orang.
Hasil penelitian diperoleh data :
1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan
pendekatan partisifatif andragogik
2. Hasil pelaksanaan pembelajaran menggunakan terhadap aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik
3. Pendapatan menunjukkan peningkatan progressif dari pada
sebelum mengikuti pelatihan
4. Dampak yang dirasakan adalah kebersamaan, solideritas,
kemandirian, percaya diri, kepercayaan, motivasi untuk berusaha
cukup tinggi, tidak mudah menyerah.

1
2

Kata kunci : Kecakapan hidup, Pemberdayaan, Motivasi, Kemandirian


berwirausaha

Metode

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi litelatur (studi pustaka)


dari referensi – referensi yang mendukung kemudian dianalisis secara sistematis.

Pendahuluan

Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar


yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang dan beberapa tahun kedepan.salah satu
penyebabnya adalah masih kurangnya kualitas pendidikan kewirausahaan di
indonesia. sehingga penciptaan lapangan kerja baru dan penyerapan tenaga kerja
relatif rendah dan berdampak pada perekonomian penduduknya. Hal ini juga
diperkuat oleh Teori human capital yang menyatakan adanya hubungan langsung
antara pendidikan dengan pertumbuhan struktur tenaga kerja. serta menyakini
pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat dan
mempengaruhi distribusi pendapatan di suatu perekonomian (Becker, 1964;
Schultz, 1981 dan Heckman, 2005). Sebagai ilustrasi, tingkat kemampuan
berwirausaha di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
di kawasan Asia Pasifk. Rasio antara jumlah wirausahawan dibandingkan dengan
jumlah penduduk Indonesia hanya 1:83, sedangkan Filipina 1:66, Jepang 1:25,
bahkan Korea kurang dari 20. Ditinjau berdasarkan rasio wirausahawan secara
International, rasio yang ideal 1:20 (Yuyus S, 2010:4). Untuk mengurangi angka
pengangguran salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan semangat kewirausahaan. yang dapat mendorong semangat
berusaha menciptakan lapangan kerja melalui kegiatan kreatif, inovatif, dan
terorganisir serta menciptakan produk baru dan pasar baru disertai keberanian
mengambil resiko atas hasil ciptaannya dan melaksanakannya secara baik (ulet,
gigih, tekun, progresif, dan pantang menyerah) sehingga nilai tambah yang
diharapkan dapat dicapai.

Kurangnya semangat kewirausahaan di Indonesia tidak lepas dari


pendidikan kewirausahaan yang masih kurang memperoleh perhatian, baik oleh
dunia pendidikan maupun masyarakat. Studi Blazely dalam Didik (2009: 9)
menyatakan bahwa pembelajaran sekolah cendrung sangat teoritik dan tidak
terkait dengan lingkungannya berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah, memecahkan masalah kehidupan yang
dihadapi dalam kehidupan keseharian. Selain itu masih banyak pendidik yang
kurang memperhatikan penumbuhan sikap, motivasi, minat dan perilaku
berwirausaha peserta didik, baik di sekolah– sekolah kejuruan, maupun di
pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada
3

menyiapkan tenaga kerja dan bukan pada mendidik calon wirausaha. Menurut
Astamoen (2005: 152-162 ) beberapa hal diduga kuat menjadi penyebab mengapa
kewirausahaan kurang berkembang di Indonesia: (1) Pengaruh pola pikir
tradisional, yaitu orang tua menghendaki anaknya sekolah cepat selesai dan
setelah itu menjadi pegawai negeri atau BUMN, (2) Kurangnya motivasi dan
antusias, (3) Sifat insinyur yang entrovert, (4) Pengaruh etos kerja yang kurang
menghargai proses, (5) Berjiwa “sfety player” (cari aman atau bermain aman), (6)
Kelemahan dalam leadership, (7) Pengarunya feodalisme gaya baru, (8) Takut
tidak memiliki status sosial, (9) Kerja ingin enteng, (10) Kurangnya pendidikan
kewirausahaan dirumah, (11) Kurangnya dukungan dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

Proses pengajaran kewirausahaan idealnya mencakup pemberian


keterampilan-keterampilan luas/sesuai kompetensi yang dapat ditularkan melalui,
pembentukan/pengembangan pribadi, dan mengasah kemampuan untuk membuat
perencanaan yang inovatif peserta didik. Oleh karena itu penumbuhan semangat
kewirausaahaan tidak akan lepas dari life skill atau kecakapan hidup. Hal ini
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Heru Kristanto (2009:4) bahwa sebelum
seseorang berwirausaha terlebih dahulu harus memiliki 6 kemampuan: (1)
kemampuan merumuskan tujuan hidup dan mengelola usaha; (2) kemampuan
memotivasi diri; (3) kemampuan berinisiatif; (4) kemampuan membentuk modal;
(5) kemampuan mengatur waktu; (6) kemampuan mental yang dilandasi agama;
dan (7) kemampuan mengambil hikmah dari pengalaman. Berdasarkan rasional
ini pengelolaan pendidikan yang ideal diarahkan berbasis life skills dan
enterprenuership, agar lulusan memperoleh pengalaman belajar yang berguna
untuk menyelesaikan problem kehidupan yang dihadapi baik dalam bidang sosial,
budaya, politik dan ekonomi.

Di sisi lain, lulusan pendidikan formal (SMK atau perguruan tinggi) masih
banyak menjumpai kendala dalam upaya menjadi wirausahawan antara lain
kurangnya pengetahuan dalam berwirausaha, permodalan, rendahnya motivasi dan
komitmen untuk berwirausaha, minimnya fasilitas dan sarana praktek yang
dikelola secara profesional sebagai tempat untuk melatih dan mendekatkan pada
kondisi yang sebenarnya, serta kurangnya dukungan keluarga dan pengalaman
yang dimiliki. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan non formal
diharapkan dapat melengkapi keberadaan pendidikan formal, serta memberikan
kesempatan kepada masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan formal
untuk meningkatkan kecakapan hidupnya, sebagaimana ditegaskan pada UU
Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1 bahwa pendidikan non formal berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka life long education.
4

Program pendidikan nonformal yang berfungsi sebagai : penambah,


pengganti, pelengkap, dengan menitikberatkan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional, serta menitikberatkan pada sikap dan kepribadian
profesional, sehingga diharapkan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran
dapat menguasai keterampilan yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya, dan
keluarganya.serta memberdayakan masyarakat sekitarnya. Pendidikan non formal
yang sasaran didiknya dominan kalangan masyarakat miskin, sangat
membutuhkan kurikulum yang mampu membekali life skills dan kewirausahaan
secara mendalam dan profesional sehingga membekali mereka menghadapi
tantangan masa depan yang sangat dinamis dan kompetitf demi kemajuan (Slamet,
2002).

PKBM gegersunten merupakan salah satu lembaga pendidikan non


formal yang berlokasi di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat dan telah cukup lama menjadi penyelenggara pendidikan non
formal dengan berbagai macam program seperti program keaksaraan, kesetaraan,
serta kursus, yang salah satunya adalah kursus budidaya tanaman bunga.posisi
Desa Suntenjaya yang berada di daerah pegunungan dengan udara yang cukup
sejuk sangat cocok untuk budidaya tanaman bunga sehingga keberadaan program
life skill budidaya bunga sangat cocok untuk warga belajar PKBM Gegersunten
yang mayoritas adalah ibu – ibu dengan keadaan ekonomi bawah, pendidikan
yang kurang, minim keterampilan sehingga diharapkan melalui program ini dapat
memberikan kontribusi dalam pemberdayaan perempuan pada khususnya dan
pemberdayaan masyarakat pada umumnya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pendidikan life


skill budidaya bunga dapat menumbuhkan kesiapan berwirausaha warga belajar
PKBM Gegersunten dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berwirausaha
Disamping itu, apakah Penddikan life skill budidaya bunga di PKBM gegersunten
benar-benar memberikan media kegiatan praktik yang optimal yang mampu
memberikan kesempatan pelatihan berwirausaha kepada peserta didik, apakah
kegiatan unit produksi dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk
berwirausaha, apakah kegiatan unit produksi dapat memberikan pengalaman
langsung para perserta didik sebagai bekal berwirausaha.
Penelitian tentang kewirausahaan merupakan hal yang penting untuk
dilakukan sehingga ditemukan faktor yang mendukung pembentuk
kewirausahaan. Situasi ekonomi yang terus berfuktuasi dan tingkat pengangguran
yang terus meningkat dari tahun ke tahun perlu untuk segera dupayakan jalan
keluar untuk mengatasinya. Selain itu bahwa warga belajar yang umumnya tidak
mendapat kesempatan mengenyam pendidikan formal dan bagian dari warga
negara, harapan kedepan jika pendidikan kewirausahaan mampu mengubah sikap
mental dari pencari pekerjaan ke menciptakan pekerjaan, maka akan memberi
5

pengaruh penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi beberapa tenaga kerja sehingga
akan mampu memberikan andil dalam perkembangan ekonomi

Pedidikan Life Skills Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Warga


Belajar

Dalam pembelajaran harus memenuhi prasyarat tertentu serta pendekatan


dan penyajian secara spiral ( mudah ke sukar, konkrit ke abstrak serta dekat ke
jauh ) juga pemberian pengalaman belajar pada warga belajar harus mengaju pada
empat pilar yang ditetapkan PBB dan UNESCO yaitu untuk mengetahui
( learning to know), belajar untuk melakukan ( learning to do ), belajar untuk
menjadi diri sendiri ( learning to be ), belajar untuk hidup bersama / kebersamaan
( learning to life together ).

Life skills adalah pendidikan yang dapat memberikan keterampilan yang


praktis terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi
ekonomi atau industri yang ada di masyarakat ( Anwar: 2004). Istilah life skills
menurut Depdiknas semata – mata diartikan memiliki keterampilan tertentu
( vocational job ) saja, namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukung
secara fungsional seperti membaca, menghitung, merumuskan dan memecahkan
masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja
mempergunakan teknologi (Dikdasmen, 2002),

Pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja


(vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan
bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat
beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih
efektif. WHO ( World Health Organization ) mengelompokkan kecakapan hidup
kedalam lima kelompok, yaitu : (1) Kecakapan mengenal diri ( self awareness )
atau kecakapan pribadi ( personal skill ), (2) Kecakapan sosial ( sosial skill ),
(3) Kecakapan berpikir ( thinking skill), (4) Kecakapan akademik (academic
skill), (5) Kecakapan kejuruan vocational skill ). Kecakapan hidup dapat dibagi
menjadi dua jenis utama, yaitu: a) Kecakapan hidup generik (generic life
skill/GLS), dan b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS). Masing-
masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup
generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial
(social skill). Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi
pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik
(academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional
(vocational skill). Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan
dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
6

Prinsip – prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup ( life skill ) adalah


sebagai berikut : (1) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku, (2) Tidak
mengubah kurikulum yang berlaku, (3) Pembelajaran menggunakan prinsip
empat pilar (4) Belajar konstektual (mengaitkan dengan kehidupan nyata) dengan
menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan,
(5) Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas
wawasan dan pengetahuan, dan memiliki akses untuk memenuhi standar
kehidupan yang layak. Prinsip pembelajaran kecakapan hidup lebih kepada
pembelajaran kontekstual, yaitu adanya keterkaitan antara kehidupan nyata
dengan lingkungan dan pengalaman peserta didik

Sasaran dan tujuan pendidikan life skill yaitu anggota masyarakat usia
produktif 18 – 45 tahun, laki – laki atau perempuan, putus sekolah maupun belum
memiliki pekerjaan, dengan kriteria : (1) Memiliki kemauan untuk belajar dan
bekerja, (2) Memiliki komitmen mengikuti kegiatan belajar sampai dengan selesai
yang dibuktikan dengan surat pernyataan kesediaan kesanggupan belajar,
(3) Domisili warga masyarakat desa yang berada pada lingkup satu kecamatan.

Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha adalah “


orang yang inovatif, antisipatif, pengambil resiko, dan berorientasi laba
( Kao, 1991 : 14 ). Perilaku usaha merupakan aktivitas memadukan kepribadian,
peluang, dana dan sumber daya, yang terdapat pada lingkungan untuk
mendapatkan keuntungan ( Sudjana, 2004 : 131). Ciri – ciri orang yang berjiwa
wirausaha adalah (1) Kreatif dan inovatif, (2) Mempunyai visi, (4) Mampu
melihat peluang, (5) Orientasi pada laba dan pertumbuhan, (6) Berani
menanggung resiko, (7) Berjiwa kompetisi, (8) Cepat tanggap dan gerak cepat, (9)
Berjiwa sosial dengan menjadi dermawan dan berjiwa altruis.

Eman Suherman (2010 : 22) menyimpulkan tujuan pembelajaran kewirausahaan


adalah memberikan bekal bagi peserta didik melalui tiga dimensi yaitu aspek
manajemen skill, production, technical skill, dan personality develovmental skill.
Dari ketiga hal utama tersebut intinya menanamkan sikap dan semangat mandiri
serta kemampuan kerjasama.

Garavan & Barra (1994) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan dan


program kewirausahaan yang dirancang dengan baik akan menggunakan
gabungan dari pelajaran teori dan praktik, keterampilan, strategi pembelajaran
yang indikatif dan proses belajar mengajar yang menarik. Pendidikan
7

kewirausahaan dan program pelatihan dapat memberikan saringan atau masukan


untuk gagasan baru.

Pendidikan kewirausahaan yang disajikan dan diserap oleh siswa harus


memberikan kompetensi bagi siswa kejuruan untuk memiliki sikap dan perilaku
wirausaha, mandiri dan semangat jiwa kewirausahaan Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa harus ditanamkan lewat proses pembelajaran kewirausahaan.

Menurut Farzier dan Niehm yang dikutip dari Meri S (2007) tujuan
pembelajaran kewirausahaan sebagai berikut: (1) pemikiran yang diisi oleh
pengetahuan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta
didik memiliki pemikiran kewirausahaan; (2) perasaan, yang diisi oleh penanaman
empatisme sosial ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka
berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu;
(3) keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirusaha, oleh
karena itu dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta
didik dengan teknik produksi management; (4) Kesehatan fsik, mental dan sosial.
Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik
antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha,baik
berupa persoalan, masalah maupun resiko lainnya sebagai wirausaha; dan (5)
pengalaman langsung berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi
mentor yang kemudian akan dijadikan role model bagi peserta didik.
Pembelajaran kewirausahaan yang dimaksudkan jiwa kewirausahaan dapat
ditumbuhkan dan dimiliki siswa diharapkan mempunyai kepercayaan diri lebih
tinggi, berani mengambil resiko untuk dapat berkreasi dan inofatif dalam
menciptakan atau menangkap peluang yang ada.

Budidaya Bunga Sebagai Salah Satu Program Life Skills Di PKBM Geger
Sunten

Pendidikan harus menjadi prioritas pada setiap jenis pendidikan, baik


formal, informal maupun nonformal. Pendidikan nonformal dipandang memiliki
berbagai kelebihan ( Sudjana, 2004: 39-40 ). Keunggulan pertama, segi biaya
lebih murah apabila dibandingkan dengan biaya yang digunakan dalam
pendidikan formal. Keunggulan kedua, program pendidikan nonformal lebih
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Keunggulan ketiga, pendidikan
nonformal memiliki program yang fleksibel.

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) merupakan wadah yang


membawahi bidang pendidikan, sosial dan kebudayaan. PKBM merupakan wadah
atau tempat dimana orang-orang dapat mengikuti program kegiatan belajar.
PKBM sebagai pusat pertukaran informasi dan kegiatan belajar sepanjang hayat
8

bagi masyarakat agar memiliki daya (UNESCO 2003:1). UU nomor 20/2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bagian kelima Pendidikan Nonformal Pasal
26 ayat 4: dijelaskan bahwa PKBM adalah sebagai satuan pendidikan nonformal.
Fasli Jalal (2001: 199) juga menjelaskan bahwa PKBM merupakan organisasi
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal sebagai upaya
pemecahan masalah yang terkait dengan masalah putus sekolah maupun masalah
pengangguran sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) merupakan pendekatan aktif dan
kritis di dalam melaksanakan suatu profesi. Pemberdayaan berkaitan dengan
upaya pengembangan diri, yakni pengendalian internal dan praktik pemecahan
masalah secara bebas. (Kindervatter, 1979).

Pengertian budidaya tanaman adalah berbagai macam kegiatan pengembangan


dan pemanfaatan sumber daya alam nabati yang dilakukan oleh manusia dengan
menggunakan modal, teknologi atau sumberdaya lainnya untuk menghasilkan
suatu poroduk barang yang bisa memenuhi kebutuhan hidup manusia ( PP RI
No.18 Tahun 2010 : Tentang Usaha Budidaya Tanaman ).

Pengertian budidaya tanaman hias adalah kegiatan yang dilakukan dalam


mengembangkan tanaman hias mulai dari proses menanam, merawat hingga
panen. Budidaya tanaman hias proses yang dilakukan meliputi proses produksi,
perawatan dan pasca panen. Proses produksi merupakan proses pengolahan
dengan menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kualitas tanaman,
agar dapat menghasilkan tanaman hias yang cantik, indah dan bisa tumbuh
sesuai harapan, maka diperlukan teknik, bahan dan alat yang tepat. Mawar
merupakan tanaman semak dari genus Rosa juga nama bunga yang dihasilkan
tanaman ini. Jenis mawar liar yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan
tumbuh dibelahan bumi utara yang berudara sejuk
(Penyuluhan2016.wordpress.com). Mawar merupakan tanaman tahunan yang
menjadi salah satu komoditas tanaman hias yang popular dan sudah sejak lama
dibudidayakan serta diusahakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Mawar berdasarkan kegunaan di kelompokkan menjadi beberapa
kelompok antara lain: mawar tabur yang biasa disuling karena diambil minyak
atsirinya, bunga hias atau bunga potong dan mawar pot atau mawar taman. Bunga
mawar sebagai bunga potong umumnya ditanam di ekoregion dataran tinggi
( Purbati dkk, 2004 ).

PKBM Geger Sunten merupakan Labsite yaitu tempat dan lokasi


pelaksanaan, pengkajian, pengembangan dan penyelenggaraan proses belajar
mengajar PAUDNI, tempat pelatihan dan magang bagi pendidik dan tenaga
9

kependidikan, serta masyarakat yang dipilih dan di tetapkan oleh PP-PNFI


Regional 1 Bandung.

Salah satu program unggulan life skills di PKBM Geger Sunten adalah Budidaya
Tanaman Bunga Mawar karena didukung dengan kondisi alam Lembang yang
subur juga berudara sejuk.

Hasil kajian Tim reformasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah


( Fasli Jalal dan Dedi Supriadi : 2001 ) menyimpulkan bahwa Pendiddikan Luar
Sekolah (PNF) bila ingin mencintai, dicintai dan dicari masyarakat maka mereka
harus berani meniru apa yang baik dan tumbuh di masyarakat, kemudian
diperkaya dengan sentuhan- sentuhan yang sistematis dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.

Penutup

Menurut Bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara,


Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak – anak, adapun
maksudnya, yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi – tingginya.

Program pendidikan nonformal yang perfungsi sebagai : penambah,


pengganti, pelengkap, dengan menitikberatkan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional, serta menitikberatkan pada sikap dan kepribadian
profesional, sehingga diharapkan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran
dapat menguasai keterampilan yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya, dapat
mendatangkan bagi diri, dan keluarganya.

Kewirausahaan adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha adalah “ orang


yang inovatif, antisipatif, pengambil resiko, dan berorientasi laba.

Pendiddikan Luar Sekolah (PNF) harus berani meniru apa yang baik dan
tumbuh di masyarakat, kemudian diperkaya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.

Daftar Pustaka

Undang – undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Utama.

Sudjana. D. S. 2004. Pendidikan Nonformal (Nonformal Education). Wawasan

Sejarah Perkembangan Filsafat Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah


10

Production.

Ali Nurdin, Pendidikan Life Skill Dalam Menumbuhkan Kewirausahaan Pada

Peserta Didik Pendidikan Nonformal Paket C, Jurnal TARBAWI Volume

2. No 02, Juli – Desember 2016.

Penyuluhan2016. Wordpress.com, Budidaya Tanaman Mawar


11

Anda mungkin juga menyukai