Anda di halaman 1dari 8

Tugas Virtual Individu_01 (M.

JABIR / 201051601031)

FENOMENA YANG BERKAITAN DENGAN

PENGEMBANGAN NILAI KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH

Kebijakan pembangunan pendidikan nasional dimaksudkan untuk


menjadikan peserta didik memiliki akhlak mulia, kreatif, inovatif (karakter
wirausaha), karakter kebangsaan. Realitanya, sistem pembelajaran saat ini masih
belum efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia, karakter
kebangsaan, dan kewirausahaan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kasus yang
terjadi pada pelajar, degradasi moral, jumlah pengangguran terdidik yang tinggi,
serta jumlah wirausaha yang masih relatif sedikit (Lutma Ratna, 2013:2).

Angka pengangguran yang masih tinggi merupakan persoalan bangsa yang


belum terselesaikan sampai saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22
juta orang, naik 2,36 juta orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik
sebesar 0,24 persen poin. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2020
sebesar 7,07 persen, meningkat 1,84 persen poin dibandingkan dengan Agustus
2019. Tingginya angka penggangguran yang sulit teratasi ditambah lagi jumlah
angkatan kerja yang semakin bertambah menyebabkan semakin kompetitifnya
mendapatkan pekerjaan. Banyaknya angka pengangguran produktif ini disebabkan
karena keterampilan yang kurang. Keterampilan yang minim dimiliki oleh usia
produktif harus segera diatasi pemerintah. Melalui lembaga pendidikan pemerintah
dapat melakukan kebijakan pendidikan kewirausahaan sedini mungkin dalam
lingkup pendidikan, dengan upaya menanamkan karakter kewirausahaan peserta
didik agar dapat terbentuk sejak awal. Kewirausahaan bukanlah hal yang baru di
Indonesia. Paling tidak sejak Instruksi Presiden Nomer 4 Tahun 1995 tentang
Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan,
mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk
mengembangkan program kewirausahaan. Perekonomian yang baik tentunya hanya
bisa dicapai dengan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai wirausaha.
Sehingga diharapkan melalui gerakan ini diharapkan karakter kewirausahaan
semakin berkembang dan kelak menghasilkan wirausahawan-wirausahawan yang
memiliki karakter kuat dan handal (Endang Mulyani, 2010:7).

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan pengembanagan


kewirausahaan di sekolah yaitu:

1. Masih rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan pendidikan


kewirausahaan di sekolah

2. Pola pikir (mindset) sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahwa


tujuan sekolah/kuliah adalah untuk menjadi pegawai negeri sipil bukan
untuk menjadi seseorang yang mempunyai mental wirausaha

3. Pemerintah kurang memperhatikan pendidikan kewirausahaan.

Pendidikan pembentukan karakter sebagai dasar pendidikan kewirausahaan


dinilai penting untuk menumbuhkan keingintahuan intelektual. Ide pendidikan
kewirausahaan adalah membentuk pola pikir fleksibel agar kreativitas terdorong.
Proses pendidikan yang baik seharusnya berupaya memberikan bekal kehidupan
serta mengembangkan daya kreativitas bagi peserta didik. Semakin tinggi tingkat
pendidikan peserta didik harusnya memiliki semakin banyak keterampilan hidup
(life skill) yang dimiliki agar dapat hidup mandiri. Apabila hal ini tidak terjadi maka
beban pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran semakin sulit
teruraikan. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang optimal menyebabkan
rendahnya jumlah wirausahawan. Menurut Head of Human Development Unit of
World Bank, Mae Chu Chang menuturkan bahwa: “pendidikan di Indonesia masih
sebatas normalisasi atau kesetaraan, dan jarang mendorong siswa dalam
mengembangkan potensi mereka. Selain itu, semangat kewirausahaan di Indonesia
menghadapi tantangan dalam pendidikan, di mana pendidikan di Indonesia
cenderung mencegah siswa untuk berani dalam mengambil risiko, tidak mentolerir
kegagalan, pilihan spesialisasi yang terbatas, dan keuntungan dari menjadi seorang
wiraswasta tidak dikenal oleh para siswa” (Ester Lince Napitupulu, http://edukasi.
kompas.com/read/2013/03/01/205611895/.Guru.Kewirausahaan.Disiapkan: 2012).
Dikdasmen sebagai kementrian yang berwenang memiliki peranan sangat penting.
Pengembangan pendidikan kewirausahaan harus lebih dijabarkan dan
diimplementasikan dalam kurikulum pendidikan sejak pendidikan dasar hingga
tinggi. Melalui program yang terarah serta berkesinambungan serta kerjasama
seluruh komponen pendidikan, program ini dapat berjalan dengan baik. Kepala
sekolah dan sebagai agen perubahan di tingkat sekolah diharapkan mampu
menanamkan karakter dan perilaku wirausaha kepada peserta didik.

Melalui penanaman karakter di sekolah diharapkan mampu memberikan


pengaruh besar pengembangan pendidikan kewirausahaan. Hal ini dilakukan
sebagai upaya memasyarakatkan kewirausaan dan proses internalisasi serta
aktualisasi nilai-nilai kakakter kewirausahaan di ranah pendidikan. Menurut Lutma
Ratna (2013:7) pendidikan kewirausahaan di sekolah masih belum mendapatkan
perhatian yang serius dari pemerintah.

Banyak kebijakan serta instruksi yang belum mengarah kepada


terlaksananya pendidikan kewirausahaan di sekolah. Padahal apabila pendidikan
kewirausahaan diterapkan sejak dini akan memberikan dampak yang sangat besar
bagi terciptanya karakter kewirausahaan bagi peserta didik. Menurut Ngadi
(2005:5) karakter kewirausahaan sangat dibutuhkan bagi negara yang sedang
berkembang seperti di Indonesia. Dengan karakter ini akan tercipta banyak seorang
sumber daya yang terampil yang memiliki jiwa kewirausahaan. Karakter
kewirausahaan ini akan meningkatkan produktifitas dan daya saing di era global
yang berdampak meningkatkan kemandirian bangsa dan menciptakan banyak
peluang lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Menurutnya pendidikan
kewirausahaan akan lebih baik apabila diterapkan pada pendidikan menengah dan
perguruan tinggi. Karena pada usia tersebut peserta didik telah mampu untuk
belajar kewirausahaan. Beberapa kendala lain di sekolah belum menerapkan
pendidikan kewirausahaan dipengaruhi oleh keterbatasan sarana dan prasarana
sekolah yang masih sangat terbatas. Pendidikan kewirausahaan sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional agar peserta didik memiliki bekal keterampilan dan
memahami kewirausahaan. Melalui keterampilan dan pemahaman tersebut
diharapkan peserta didik memiliki kemandirian, sikap kreatif, dan inovatif dalam
berbagai hal, sehingga kelak dimasa depan peserta didik dapat menghadapi
permasalahan kehidupan serta, menciptakan lapangan pekerjaan, dan
meningkatkan taraf kehidupan bangsa Indonesia.

Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

Pendidikan kewirausahaan di sekolah pada dasarnya tidak hanya


memberikan bekal ketrampilan, tetapi juga digunakan sebagai sarana penanaman
jiwa kewirausahaan kepada peserta didik. Suryana (2006: 18) mengatakan bahwa
jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku yang inovatif dan
kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan
dan tantangan, seperti birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat. Bagi Suryana
(2006: 3) proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang mempunyai jiwa, sikap
dan perilaku kewirausahaan, sepesrti berikut:

a. penuh percaya diri, indikatornya penuh keyakinan, optimis berkomitmen,


disiplin dan tanggung jawab;
b. memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energik, cekatan dalam
bertindak dan aktif;
c. memiliki motif berprestasi, indikatornya orientasi hasil dan wawasan ke
depan;
d. memiliki jiwa kepemimpinan, indokatornya adalah berani tampil beda,
dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak;
e. berani mengambil resiko dengn penuh perhitungan (menyukai tantangan).

Dalam pendidikan di sekolah, untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada


peserta didik ada beberapa hal yang dapat dilakukan.
Menurut Mulyani, dkk (2010: 29-31) menanamkan nilai kewirausahaan pada
peserta didik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Pembenahan dalam kurikulum


Pembenahan kurikulum dalam rangka menginternalisasikan nilai-nilai
kewirausahaan yang mampu membentuk karakter wirausaha pada peserta
didik dapat dilakukan denbgan cara melengkapi materi kurikulum yang
telah ada dengan bidang studi kewirausahaan khususnya di SMK, dan
mengintegrasikan nilai-nilai wirausaha ke dalam silabus dan RPP.
b. Peningkatan peran serta sekolah dalam mempersiapkan wirausaha.
Persiapan manusia wirausaha terletak pada penempaan semua daya
kekuatan pribadi itu untuk menjadikannya dinamis dan kreatif, di samping
mampu berusaha untuk hidup maju dan berprestasi. Untuk
menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan pada pesrta didik diperlukan
peran serta sekolah secara aktif.
c. Pembenahan dan pengorganisasian proses pembelajaran.
Agar pesrta didik mengalami perkembangan pribadi yang integratif,
dinamis dan kreatif, dan pembenahan lkebih lanjut dalam hal
pengorganisasian pengalaman belajar peserta didik.
d. Pembenahan proses kelompok
Proses-proses kelompok di kelas bukan hanya mempengaruhi perasan dan
sikap peserta didik, tetapi juga mempengaruhi hasil belajar mereka. Guru
dituntut untuk berusaha mengadakan modifikasi-modifikasi terhadap
proses-proses kelompok peserta didik di dalam kelas agar tumbuh kembang
nilai-nilai kewirausahaan pada diri peserta didik. Contoh pembentukan
diskusi kelompok memperlihatkan heterogenitas di dalam kelompok,
sehingga akan terjadi perpaduan dalam pengalaman belajar.
e. Pembenahan pada diri guru
Sebelum guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan, terlebih dahulu guru juga
dilatih kewirausahaan, terutama yang terkait dengan penanaman nilai-nilai
dan ketrampilan/ skill wirausaha.
f. Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah.
Mulyani (2010: 58) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan
diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis
kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan
dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Wibowo (2011: 61-72) program pendidikan kewirausahaan di sekolah


dapat diintegrasikan melalui berbagai aspek antara lain.

a. Diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran


Integrasi pendidikan kewirausahaan dalam proses pembelajaran, adalah
proses penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar menjadikan anak
didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, tetapi juga
dirancang dan dilakukan untuk menjadikan mereka mengenal, menyadari/
peduli, menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan, dan menjadikannya
sebagai perilaku.
b. Memadukan dengan kegiatan ekstrakurikuler
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diberi muatan pendidikan
kewirausahaan antara lain: olah raga, seni budaya, kepramukaan, pameran,
dan sebagainya.
c. Pendidikan kewirausahaan melalui pengembangan diri
Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian ke
dalam kegiatan sehari-hari sekolah, seperti kegiatan bazar, pameran karya
anak didik, dan sebagainya.
d. Pengintegrasian dalam bahan atau buku ajar
Bahan/ buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Penginternalisasian nilai-nilai
kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan
materi, tugas maupun evaluasi.
e. Pengintegrasian melalui kultur sekolah
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya
sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru,
konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan anak didik dan
menggunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin,
komitmen, dan buday berwirausaha di lingkungan sekolah.
f. Pengintegrasian melalui muatan lokal

Muatan lokal garus memuat karakteristik budaya lokal, ketrampilan, nilai-nilai lhur
budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada
akhirnya mampu membekali anak didik dengan ketrampilan dasar (life skill),
sebagai bekal dalam kehidupan kaitannya dalam proses penciptaan lapangan kerja.

Masalah dalam pengembangan kewirausahaan di sekolah

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini dianggap oleh


sebagian masyarakat belum mencapai apa yang diinginkan oleh dunia usaha atau
industry masyarakat masih menganggap penyelenggaraan pendidikan masih
cenderung untuk melahirkan orang-orang pandai dan bekerja di perkantoran baik
instansi pemerintah atau swasta jadi dalam unsur wirausaha selalu dikaitkan
denngan berdagang atau bisnis yang menghasilkan uang bukan untuk menjadi
seseorang yang mempunyai mental wirausaha setelah menyelesaikan pendidikan.

Masyarakat memiliki pemikiran bahwa kewirausahaan adalah sebagai


usaha dagang atau bisnis murni yang langsung dapat menghasilkan keuntungan
secara financial, padahal wirausaha yang dimaksud dalam pembelajaran disekolah
adalah individu yang memliki daya kreatif dan inovatif mencari peluang dan berani
mengambil resiko serta berkarakter/jiwa wirausaha laennya bukan semata mata
untuk kepentingan finalsial, melaikan setiap lapangan pekerjaan yng memiliki
semangat, karakter dan polapikir wirausaha akan membuat perbedaan perubahan
pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan mereka di luar bidang bisnis.

Selain itu pendidikan formal diindonesia belum sinergi dengan orang tua
atau masyarakat yang secaara bersama-sama untuk menumbuh kembangkan jiwa
wirausaha putra putrinya baik melalui pendidikan disekolah dan pendidikan
dilingkungan keluarga karena masyarakat masih punya pemikiran bahwa
kewirausahaan hanya dalam bisnis murni yang dikaitkan dengan financial sehingga
pendidikan di keluarga belum mendukung dalam pencapaian kompetensi peserta
didik dalam menumbuhkan jiwa wirausaha bagi putra putrinya.

DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan Mohammad Arifin. (2012). School Preneurship Membangkitkan


Jiwa dan Sikap Kewirausahaan Siswa. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Buchari Alma. (2011). Kewirausahaan. Bandung. Alfabeta
Eman Suherman. (2010). Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Bandung:
Alfabeta
Endang Mulyani, dkk (2010). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan.
Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum
Lutma Ratna. (2013). Analisis Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Pembelajaran
Muhammad Jufri dan Hillman Wirawan. (2014). Internalisasi Jiwa Kewirausahaan
Pada Anak. Jakarta: Kencana Perenda Media Group
Ngadi. (2005). Model Pengembangan Kewirausahaan (Entrepreneurship) di
Sekolah Melalui Strategi Berbasis Sekolah. Madura Universitas Wiraraja
Serian Wijanto. (2009). Pengantar Entrepreneurship. Jakarta: Grasindo Sudarwan
Suryana. (2013). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat
Wasty Soemanto. (1996). Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu. (2011). Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik
Wirausahawan Sukses Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Perenda Media
Group

Anda mungkin juga menyukai