Anda di halaman 1dari 35

Nama : Muhammad Bintang M.

W
Nim : 20010006
ENTERPRENEURSHIP SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional
terutama yang mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan
sikap dan perilaku wirausaha peserta didik, selama ini belum dapat diketahui secara pasti.
Hal ini mengingat pengukurannya cenderung bersifat kualitatif, dan belum ada standar
nasional untuk menilainya. Berlakunya sistem desentralisasi berpengaruh pada
berbagai tatanan kehidupan, termasuk pada manajemen pendidikan yaitu manajemen
yang memberi kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Adanya kebebasan dalam
pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan
yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik
dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud
adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu, sedangkan kualitas non
akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan membuka
usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain lulusan pendidikan diharapkan memiliki
karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi. Engkoswara (1999), menyatakan bahwa
kehidupan manusia Indonesia menjelang tahun 2020 akan semakin membaik dan
dinamik. Untuk itu kualitas lulusan dituntut memiliki kemampuan kemandirian yang
tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman, hambatan yang diakibatkan
terjadinya perubahan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa tantangan yang terjadi pada era Global adalah
semakin menipisnya kualitas kemandirian manusia Indonesia. Krisis yang melanda
Indonesia yang multidimensi mengakibatkan budaya bangsa semakin memudar, yaitu
terjadinya degradasi moral spiritual, semangat berusaha dan bekerja yang semakin
melemah, kreativitas yang semakin mengerdil dan menjurus ke arah yang negatif.
Melalui pengembangan individu diharapkan secara keseluruhan masyarakat akan
mengalami “self empowering” untuk lebih kreatif dan inovatif. Kecenderungan
terjadinya perubahan tidak dapat dihindari semua pihak, baik individu, kelompok
masyarakat, bangsa, maupun negara, sehingga dituntut untuk lebih memfokuskan diri
pada penyusunan rencana strategik dengan visi yang jauh ke depan agar siap menghadapi
setiap perubahan. Realita yang ada, banyak lulusan pendidikan yang tidak mampu
mengisi lowongan pekerjaan karena ketidakcocokan antara kemampuan yang dimiliki
dengan kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja. Di samping itu penyerapan tenaga
kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta yang sangat terbatas, akan memberi
dampak jumlah tingkat pengangguran akan meningkat pada setiap tahunnya.
Kualitas pendidikan harus terus menerus ditingkatkan. Kualitas pendidikan terkait
dengan kualitas proses dan produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila proses
pembelajaran berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan
menjalani proses pembelajaran tersebut secara bermakna. Kualitas produk tercapai
apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas- tugas
belajar sesuai dengan kebutuhannya dalam kehidupan dan tuntutan dunia kerja. Dengan
demikian untuk mencapai kemampuan di atas perlu dikembangkan model pendidikan
kewirausahaan di Pendidikan dasar dan Menengah, yang mampu menumbuhkan karakter
dan perilaku wirausaha pada siswa.

B. Pentingnya Pendidikan Kewirausahaan di Lingkungan Sekolah

Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan


dan Membudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan
bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Pemerintah
menyadari betul bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung perekonomian nasional,
sehingga harus diupayakan untuk ditingkatkan secara terus menerus. Melalui gerakan
ini diharapkan karakter kewirausahaan akan menjadi bagian dari etos kerja masyarakat
dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru
yang handal, tangguh, dan mandiri. Menurut pendapat Suherman (2008), hal itu sangat
penting mengingat bahwa sebenarnya aktivitas kewirausahaan tidak hanya berada
dalam tataran micro- economy.Hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung,
karena kegiatan yang bercirikan kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis
dengan tujuan mencari laba. Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak
pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang
melakukan tindakan yang terkait dengan kewirausahaan.
Pemerintah telah berupaya untuk memasyarakatkan kewirausahaan, namun
upayatersebut belum membawa pengaruh yang signifikan karena masih banyak
penduduk yang tidak produktif setiap tahun. Hal itu memunculkan pertanyaan, seberapa
jauh keberhasilan pelaksanaan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan yang telah dilakukan sejak tahun 1995 dan apa dampak dari program itu.
Integrasi pendidikan kewirausahaan yang dilakukan saat ini merupakan momentum
untuk revitalisasi kebijakan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan, mengingat jumlah terbesar pengangguran terbuka dari tamatan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Data pengangguran terbuka
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2009) menunjukkan bukti masih banyak
penduduk yang perlu ditingkatkan produktivitasnya. Apabila tidak ada penanganan yang
serius terhadap masalah ini bukan tidak mungkin angka pengangguran akan terus
meningkat setiap tahunnya. Data pengangguran dari Badan Pusat Statistik tahun 1999,
pengangguran terbuka sebesar 9.258.964 orang. Data berkenaan dengan pengangguran
terbuka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2009) menunjukkan bahwa jumlah
terbesar pengangguran terbuka berasal dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah sebesar 5.225.853 orang.
Dalam konteks ini, pendidikan kewirausahaan harus mampu mengubah pola pikir para
peserta didik sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2006). Pendidikan
kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahasiswa agar memulai mengenali
dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu berorientasi menjadi
karyawan diputarbalik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. Dengan
demikian kewirausahaan dapat diajarkan melalui penanaman nilai-nilai kewirausahaan
yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar para peserta didik
kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. Hal yang tidak bisa dilupakan dan
dirasakan sangat penting dalam konteks pendidikan yang berwawasan kewirausahaan di
sekolah yaitu bahwa Kementerian Pendidikan Nasional juga perlu membuat kerangka
pengembangan kewirausahaan yang ditujukan bagi kalangan pendidik dan kepala
sekolah. Mereka adalah agen perubahan di tingkat sekolah yang diharapkan mampu
menanamkan karakter dan perilaku wirausaha bagi jajaran dan peserta didiknya.
Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan ditandai dengan proses pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life
skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di
sekolah.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu
belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar,
terutama pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha peserta didik sesuai tujuan
pendidikan dapat dicapai. Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan
sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter termasuk
karakter wirausaha dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra
Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Kegiatan
ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Di samping itu pendidikan kewirausahaan dapat juga diintegrasikan
dalampembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pembelajaran yang berwawasan pendidikan kewirausahaan tidak hanya pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat.Pendidikan kewirausahaan, dilihat dari siapa
yang bertanggung jawab banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan
kewirausahaan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah, karena itu pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Guruvalah 2003 :1). Pendidikan kita
terdiri atas tiga bagian. Pertama, pendidikan informal (keluarga), formal
(sekolah) dan nonformal (masyarakat). Dilihat dari sasaran yang ingin dicapai, sasaran
pendidikan kita adalah pembentukan aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap mental
atau moral) dan psikomotorik (skill/keterampilan). Pada umumnya sekolah sebagai
lembaga pendidikan dan merupakan pusat kegiatan belajar mengajar dijadikan tumpuan
dan harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah. Karena itu, sekolah
senantiasa memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang
bersifat ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pembentukan sikap dan keterampilan
bagi peserta didik termasuk sikap mental wirausaha.
Dalam praktik di sekolah, untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada
peserta didik ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:1) pembenahan
dalam Kurikulum; 2) peningkatan peran sekolah dalam mempersiapkan wirausaha; 3)
pembenahan dalam pengorganisasian proses pembelajaran; 4) pembenahan pada diri
guru. Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui
pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan kepala sekolah yang antara lain
meliputi: 1) peserta didik memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi, 2)
lingkungan kelas yang mampu mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik
yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang diinternalisasikan, dan 3)
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa
kewirausahaan.

C. Kebijakan Terkait dengan Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan di sekolah yang mulai tahun 2010 telah disosialisasikan di


pendidikan dasar dan pendidikan menengah didasarkan pada butir- butir kebijakan
nasional berikut.
1. RPJMN 2010 – 2014
a. Peningkatan Akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien
menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti,
dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan
tenaga terdidik dengan kemampuan:
1) menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan,
2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
b. Penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional,
dan sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu
menjawab keutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan
memasukkan pendidikan kewirausahaan (di antaranya dengan mengembangkan model
(link and match).

2. Visi dan Misi Departemen Pendidikan Nasional


Visi Departemen/Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2025 adalah
Menghasilkan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan
Paripurna). Sementara Visi Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2014 adalah
terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional yaitu layanan pendidikan yang
tersedia secara merata di seluruh pelosok nusantara, terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat, dunia
usaha dan dunia industri, setara bagi warga negara Indonesia dalam memperoleh
pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-
budaya, ekonomi, geografi, dan sebagainya, dan memberikan kepastian bagi warga
negara Indonesia untuk mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Untuk mencapai Visi Kementerian
Pendidikan Nasional Tahun 2014, dan Misi Kementerian Pendidikan Nasional Tahun
2010-2014 dikemas dalam ”Misi 5K” yaitu: M1-Meningkatkan Ketersediaan Layanan
Pendidikan, M2-Memperluas Keterjangkauan Layanan Pendidikan, M3-Meningkatkan
Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan, M4-Mewujudkan Kesetaraan dalam
Memperoleh Layanan Pendidikan, dan M5-Menjamin Kepastian Memperoleh Layanan
Pendidikan.
3 . Tujuan Program Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Program pendidikan kewirausahaan di sekolah antara lain bertujuan untuk:
1. Memperkuat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berlaku saat ini (the existing curriculum) di setiap satuan pendidikan mulai dari
pendidikan usia dini sampai dengan sekolah menengah atas.
2. Mengkaji Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan dan kurikulum mulai dari
pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas serta pendidikan non
formal dalam rangka pemetaan ruang lingkup kompetensi lulusan yang terkait
dengan pendidikan kewirausahaan.
3. Merumuskan rancangan pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan
mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas.

4. Konsep Kewirausahaan dan Ciri-ciri Wirausaha


Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan adalah
suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat
bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental
dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan
berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang
yang memiliki karakter selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha
adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya
dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan
Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business in
the face if risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by
identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those
opportunities”.
Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan
menilaikesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki
sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata
secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang
wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter Wirausaha dan mengaplikasikan
hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Wirausaha adalah orang- orang yang memiliki
kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Wirausaha adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis;
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan
yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada
hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif, sedangkan yang
dimaksudkan dengan wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan
melihat dan menilai kesempatan- kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil
keuntungan, serta memiliki sifat, watak, dan kemauan untuk mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatifdalam rangka meraih sukses/meningkatkan
pendapatan. Intinya, seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki jiwa wirausaha
dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya.

Manusia memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara
epistimologis, sebenarnya kewirausahaan pada hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang
wirausahawan tidak hanya dapat berencana dan berkata-kata, tetapi juga dapat berbuat,
merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang
berorientasi pada kesuksesan. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas, yaitu pola pikir tentang
sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang
baru.Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para
wirausahawan dalam dunia usaha (business). Padahal, pada kenyataannya kewirausahaan
tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat
wirausahawan pun dimiliki oleh seseorang yang bukan wirausahawan. “Wirausaha
mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan”
(Soeparman Soemahamidjaja, 1980). “Wirausahawan adalah mereka yang melakukan
upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber
daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup”
(Prawirokusumo, 1997)
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu
beranimengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan
penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah
menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya
dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Nilai tambah tersebut dapat
diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology); (b) penemuan

pengetahuan baru (discovering new knowledge); (c) perbaikan produk (barang dan jasa)
yang sudah ada (improving existing products or services);(d) penemuan cara- cara yang
berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang
lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer
resources.)
b. Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran
pengusaha kecil, namun sifat ini pun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi
di luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai
perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya. Dengan demikian,
ada enam hakekat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan
mengembangkan usaha.
3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru(kreatif)
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Meredith (2006) memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki jiwa wirausaha
(entrepreneur) sebagai orang yang

(1) percaya diri,


(2) berorientasi tugas dan hasil,
(3) berani mengambil risiko,
(4) berjiwa kepemimpinan,
(5) berorientasi ke depan, dan
(6) keorisinal.

Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang


memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah
seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan
kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk
memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan
keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk
mengembangkan ide dan meramu sumber daya.Kemauan dan kemampuan-kemampuan
tersebut menurut Meredith (2006), diperlukan terutama untuk:

(1) melakukan proses/ teknik baru (the new technique);


(2) menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service);
(3) menghasilkan nilai tambah baru (the new value added);
(4) merintis usaha baru (new businesses), yang mengacu pada pasar;
(5) mengembangkan organisasi baru (the new organization).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi


wirausahawan yang berhasil, seseorang harus memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan
dan bekal keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang terpenting adalah bekal
pengetahuan bidang usaha dan lingkungan usaha yang dimasuki, pengetahuan tentang
peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri,
pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan
yang perlu dimiliki meliputi keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan
memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah,
keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha. Akhirnya, wirausahawan harus
menjaga kecenderungan peningkatan komitmen pada keputusan-keputusan untuk
menghindari keharusan mengakui bahwa mereka membuat kekeliruan. Seorang
wirausahawan adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan dan
memiliki motivasi tinggi, yang beresiko dalam mengejar tujuannya. Untuk dapat
mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada
diri seorang wirausahawan. Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak
yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan, dan
sifat positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar
wirausahawan tersebut dapat maju/sukses.

Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identic dengan


kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter
wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha
mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan
(Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan
upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber
daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup
(Prawirokusumo, 1997).Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan
kewirausahaan padaperan pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter wirausaha
juga dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter
kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan
dan tantangan, apapun profesinya. Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya
kewirausahaan, yaitu:

1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang


dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
hasil bisnis.
2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah
usaha dan mengembangkan usaha.
3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang
baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan
nilai lebih
4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian
dalam
6) Memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan usaha.
7) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan
jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan
berbeda untuk memenangkan persaingan.

Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan


adalah nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu
kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.

4. Nilai-nilai Pokok dalam Pendidikan Kewirausahaan

Berdasarkan konsep dan ciri-ciri wirausaha, ada banyak nilai-nilai kewirausahaan


yang mestinya dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah yang lain.
Namun, di dalam pengembangan model naskah akademik ini dipilih beberapa
nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik sebanyak 17 nilai. Beberapa nilai-nilai kewirausahaan
beserta diskripnya yang akan diintegrasikan melalui pendidikan kewirausahaan
adalah sebagai berikut.

5. Nilai-nilai Pokok dalam Pendidikan Kewirausahaan

Berdasarkan konsep dan ciri-ciri wirausaha, ada banyak nilai-nilai kewirausahaan


yang mestinya dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah yang lain.
Namun, di dalam pengembangan model naskah akademik ini dipilih beberapa
nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik sebanyak 17 nilai. Beberapa nilai-nilai kewirausahaan
beserta diskripnya yang akan diintegrasikan melalui pendidikan kewirausahaan
adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Kewirausahaan

NILAI DESKRIPSI
1. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
2. Disiplin Tindakan yang dalam
dapat dipercaya menunjukkan
perkataan,perilaku
tindakan,tertib
dan
3. Kerja dan
Perilakupatuh
yang pada berbagai upaya
menunjukkan ketentuan dan
sungguh-
Keras sungguh dalam menyelesaikan tugas dan
4. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
mengatasi berbagai
menghasilkan cara atau hasil berbeda dari
5. Inovatif Kemampuan untuk menerapkan kreativitas

NILA DESKRIPS
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang
untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan
6. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
7. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan
mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya .
8. Kerja sama Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya mampu menjalin hubungan dengan orang
lain dalam melaksanakan tindakan, dan pekerjaan.
9. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka
terhadap saran dan kritik, mudah bergaul,
bekerjasama, dan mengarahkan orang lain.
10. Pantang Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah
menyerah (ulet) menyerah untuk mencapai suatu tujuan dengan
11. Berani Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan
Menanggung yang menantang, berani dan mampu mengambil risiko
Resiko kerja
12. Komitmen Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh
seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain.
13. Realistis Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan/
14. Rasa ingin tahu perbuatannya.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui secara mendalam dan luas dari apa
yang yang
15. Komunikatif dipelajari, dilihat,
Tindakan yang dan didengar
memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
16. Motivasi kuat Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik
untuk sukses
17. Berorientasi pada Mengambil inisiatif untuk bertindak bukan
tindakan menunggu, sebelum sebuah kejadian yang tidak

Implementasi dari 17 nilai pokok kewirausahaan tersebut di atas tidak secara langsung
dilaksanakan sekaligus, namun dilakukan secara bertahap. Tahap pertama implementasi
nilai-nilai kewirausahaan diambil 5 nilai pokok yaitu: kreatif, pengambil risiko,
kepemimpinan, dan berorientasi pada tindakan

Soal Latihan

1. Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain
a. Semua salah
b. Pekerja*
c. Tenaga ahli
d. Pegawai
e. Profesional

2. Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan
periode tertentu.
a. pegawai*
b. semua benar
c. pengusaha
d. profesional
e. pekerja

3. Orang yang memiliki pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan dan
berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan terkait
bidang pekerjaan nya.
a. Pegawai
b. Profesional*
c. Semua salah
d. Pekerja
e. Tenaga ahli

4. Orang yang dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru, menyusun manajemen operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
a. Manajer
b. Wirausaha*
c. Profesional
d. Marketer
e. Tenaga Ahli

5. Salah satu ciri orang yang memiliki jiwa inovatif adalah ....
A. Berani mencoba hal-hal yang baru.
B. Tertutup pada pemikiran yang baru.
C. Tidak melakukan sesuatu yang tidak mungkin.
D. Menerima kegagalan dan menghentikan percobaan.

Daftar Pustaka

Purnomo, M. (2010). Persfektif Definisi Entrepreneurship. Jurnal Bisnis Indonesia


Vol, 1(2).

Margahana, H. (2020). Urgensi Pendidikan Entrepreneurship Dalam Membentuk Karakter


Entrepreneur Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 17(2), 176-183.

Wijayanti, R. (2018). Membangun Entrepreneurship Islami dalam Perspektif


Hadits. Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 13(1), 35-50.

Dainuri, D. (2019). Kontribusi pendidikan entrepreneurship: Suatu upaya konstruktif


menumbuhkan jiwa wirausaha pada mahasiswa. Journal of Sharia Economics, 1(1), 1-13.
Sumual, J., & Maramis, J. B. (2022). URGENSI ENTREPRENEURSHIP EDUCATION
BAGI MAHASISWA PERGURUAN TINGGI. JURNAL PEMBANGUNAN EKONOMI
DAN KEUANGAN DAERAH, 23(1), 1-13.

1. Undang-undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur
ketahanan yang lainnya

2. entrepreneurship (kewirausahaan) adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk


memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi
orang setiap hari.

3. ilmu pengetahuan adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah dalam
pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi
yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan dunianya. 

4.Jujur adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

5. Disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.

6.. Kerja Keras adalah Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai habatan

7. Kreatif adalah Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
berbeda dari produk/jasa yang telah ada

8. Inovatif adalah Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan


persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan

9. Mandiri adalah Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas

10. Tanggung-jawab adalah Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya .

11. Kerja sama adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampu
menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan, dan pekerjaan.
12. Kepemimpinan adalah Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran
dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama, dan mengarahkan orang lain.

13. Pantang adalah Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk
mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternative menyerah (ulet)

14. Berani adalah Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang menantang,
berani dan mampu mengambil risiko kerja menanggung resiko

15. Komitmen adalah Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

16. Realistis adalah Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang
rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.

17. Komunikatif adalah Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain

18. Motivasi adalah Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik untuk sukses

Nama : Dodi Kharismansyah

Nim : 20010008

KETENAGAKERJAAN

PENDAHULUAN

Pekerja, secara individu dan kolektif, adalah agen pembangunan dan agen ekonomi.
Oleh karena itu tenaga kerja memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan
perekonomian nasional untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
masyarakat. Di Indonesia, tenaga kerja Indonesia merupakan salah satu penggerak
kehidupan ekonomi dan sumber daya yang melimpah jumlahnya. Hal ini tercermin dari
tingginya angka pengangguran di Indonesia dan sedikitnya kesempatan kerja yang
minim.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi.
Banyaknya tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dan banyaknya tenaga kerja baru
yang tidak dapat memperoleh pekerjaan karena terbatasnya kesempatan kerja
menyebabkan meningkatnya angka pengangguran. Salah satu alternatif yang dapat
ditempuh untuk mengurangi penganguran, disaat peluang dan kesempatan kerja didalam
negeri sangat terbatas, adalah migrasi melalui penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI)
ke luar negeri.
PEMBAHASAN
Pengertian Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan karena tenaga
kerja bukan hanya pelaksana pembangunan, tetapi juga penentu keberhasilan
pembangunan. Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus dilindungi haknya,
diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Berdasarkan ketentuan Pasal 1
angka (2) UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja itu sendiri meliputi pegawai negeri, pekerja
formal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran. Mereka yang dapat bekerja
untuk menghasilkan barang dan jasa baik untuk kebutuhannya sendiri maupun untuk
masyarakatnya termasuk mereka yang bekerja untuk mendapatkan upah atau kompensasi
dalam bentuk lain, atau mereka yang bekerja tanpa upah atau untuk menerima kompensasi.
Dengan kata lain, pengertian kerja lebih luas dari pekerja/kerja.
Pengertian kerja mempunyai pengertian yang berbeda dengan istilah pekerja dan harus
dibedakan. Ada banyak istilah yang berhubungan dengan pekerja di masa lalu, kadang-
kadang disebut pekerja, juru tulis, juru tulis, dll, tetapi semua istilah ini memiliki arti yang
sama. Istilah kerja digunakan baik di luar maupun di dalam suatu hubungan kerja, tetapi
seorang karyawan tertentu dalam suatu hubungan kerja berarti bahwa semua karyawan
memang karyawan, tetapi tidak semua karyawan, belum tentu seorang karyawan.
Tenaga kerja dapat dibagi menjadi empat macam yaitu: tenaga kerja tetap, tenaga kerja
harian lepasm tenaga kerja borongan, dantenaga kerja kontrak. Pengertian dari setiap
tenaga kerja yang telah disebutkan diatas yaitu: Tenaga Kerja tetap (permanent employee)
yaitu pekerja yang memiliki perjanjian kerja dengan pengusaha untuk jangka waktu tidak
tertentu (permanent).
Tenaga kerja tetap, menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
Tentang Penunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, ditambahkan menjadi sebagai berikut:
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas
yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perubahaan secara langsung,
serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu
sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut.
Menurut pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1994
menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Harian Lepas adalah tengaa kerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu
maupun kontinyuitas pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas kehadirannya
secara harian. Contohnya seperti tenaga kerja yang bekerja sebagai tenaga kerja harian
lepas di sebuah pabrik rokok. Tenaga kerja tersebut diberi berdasarkan kehadirannya setiap
harikerjanya maka ia tidak akan menerima upah. Maka tenaga kerja harian lepas menerima
upah sesuai dengan kehadirannya di tempat kerja.
Menurut pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1994
menyebutkan bahwa tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan pekerjaan terntetu yang berubah-ubah dalam hal waktu
dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja.
Contohnya seorang pekerja bangunan yang bekerja dibawah pengawasan seorang mandor,
para pekerja tersebut bekerja untuk menyelesaikan sebuah bangunan, pekerja tersebut
menerima upah seminggu sekali dan hubungan kerja berakhir bila bangunan tersebut telah
selesai dibangun.
Menurut pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1994
menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Kontrak adalah tenaga kerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah yang didasarkan
atas kesepakatan untuk hubungan kerja waktu tertentu dan atau selesainya pekerjaan
tertentu. Tenaga kerja kontrak termasuk kedalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu
(PKWT) karena PKWT merupakan perjanjian kerja yang terdapat angka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan ini sesuai dengan pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tenaga Ketenagakerjaan.
Hukum Ketenagakerjaan
Pengertian hukum perburuhan sangat bergantung pada hukum positif masing-masing
negara. Oleh karena itu, tidak heran jika definisi hukum perburuhan (ketenagakerjaan)
yang dikemukakan oleh para ahli hukum berbeda-beda, terutama dari segi luasnya.
Ruang lingkup penerapan undang-undang ketenagakerjaan (ketenagakerjaan) juga
berbeda dari satu negara ke negara lain. Disamping itu, perbedaan sudut pandang juga
menyebabkan para ahli hukum memberikan definisi hukum perburuhan
(ketenagakerjaan ) yang berbeda pula. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi
hukum perburuhan (ketenagakerjaan) oleh beberapa ahli.
Dengan definisi tersebut paling tidak ada dua hal yang hendak dicakup yaitu: Pertama,
hukum perburuhan (ketenagakerjaan) hanya mengenai kerja sebagai akibat adanya
hubungan kerja. Berarti kerja di bawah pimpinan orang lain. Dengan demikian hukum
perburuhan (ketenagakerjaan) tidak mencakup (1) kerja yang dilakukan seseorang atas
tanggung jawab dan resiko sendiri, (2) kerja yang dilakukan seseorang untuk orang lain
yang didasarkan atas kesukarelaan, (3) kerja seorang pengurus atau wakil suatu
perkumpulan. Kedua, peraturan–peraturan tentang keadaan penghidupan yang langsung
bersangkut-paut dengan hubungan kerja, diantaranya adalah :
1. Peraturan-peraturan tentang keadaan sakit dan hari tua buruh/pekerja;
2. Peraturan-peraturan tentang keadaan hamil dan melahirkan anak bagi buruh/pekerja
wanita;
3. Peraturan-peraturan tentang pengangguran;
4. Peraturan-peraturan tentang organisasi-organisasi buruh/pekerja atau majikan/pengusaha
dan tentang hubungannya satu sama lain dan hubungannya dengan pihak pemerintah
dan sebagainya.
Iman Soepomo memberikan definisi hukum perburuhan (ketenagakerjaan) sebagai
berikut : “Hukum perburuhan (ketenagakerjaan) adalah himpunan peraturan, baik
tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada
orang lain dengan menerima upah”.
Mengkaji pengertian di atas, pengertian yang diberikan oleh Iman Soepomo
tampak jelas bahwa hukum perburuhan (ketenagakerjaan) setidak-tidaknya mengandung
unsur :
a. Himpunan peraturan (baik tertulis dan tidak tertulis).
b. Berkenaan dengan suatu kejadian/peristiwa.
c. Seseorang bekerja pada orang lain.
d. Upah.
A. Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 telah disesuaikan dengan perkembangan reformasi,
khususnya yang menyangkut hak berserikat/berorganisasi, penyelesaian perselisihan
industrial. Dalam undang- undang ketenagakerjaan ini tidak lagi ditemukan istilah buruh
dan majikan, tapi telah diganti dengan istilah pekerja dan pengusaha. Dalam Pasal 1
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
Ketenagakerjaan adalah segala hal ikhwal hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah melakukan pekerjaan. Berdasarkan pengertian
Ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan pengertian Hukum Ketenagakerjaan segala
jenis aspek peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja,
selama atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja. Jadi pengertian hukum
ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang selama ini dikenal sebelumnya
yang ruang lingkupnya hanya berkenaan dengan hubungan hukum antara buruh dengan
majikan dalam hubungan kerja saja.
B. Fungsi Hukum Ketenagakerjaan
Secara umum, hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu hukum imperatif (dwingend recht
atau hukum memaksa) dan hukum fakultatif (regelend recht atau aanvulend recht
atau hukum tambahan). Menurut Budiono Abdul Rachmad, bahwa hukum imperatif
adalah hukum yang harus ditaati secara mutlak, sedangkan hukum fakultatif adalah
hukum yang dapat dikesampingkan (biasanya menurut perjanjian).
Dari segi ini, yakni sifatnya, sebagian besar hukum perburuhan bersifat imperatif.
Kenyataan ini sesuai dengan fungsi dan tujuan hukum perburuhan, yaitu:
1) Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam bidang
ketenagakerjaan;
2) Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha,
misalnya dengan membuat atau mnciptakan peraturanperaturan yang sifatnya
memaksa agar pengusaha tidak bertindak sewenang-wenang terhadap para tenaga
kerja sebagai pihak yang lemah.
Sedangkan mengenai hukum perjanjian sendiri diatur di dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Buku ke III. Disamping bersifat perdata, juga bersifat publik
(pidana), oleh karena :
1) Dalam hal-hal tertentu negara atau pemerintah turut campur tangan dalam masalah-
masalah ketenagakerjaan, misalnya dalam masalah pemutusan hubungan kerja, dalam
masalah upah dan lain sebagainya.
2) Adanya sanksi-sanksi atau aturan-aturan hukum di dalam setiap undang-undang atau
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Di samping keharusan atau kewajiban dengan ancaman kebatalan, ada pula keharusan
atau kewajiban dalam hukum perburuhan dengan ancaman pidana, misalnya :
1) Ancaman pidana terdapat di dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1992. Dalam Pasal
4 ayat (1) ditegaskan bahwa program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana
dimaksud Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan undang-undang
ini.
2) Kemudian di dalam Pasal 29 ayat (1) ditegaskan bahwa barang siapa tidak
memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Dalam pasal 5 dan pasal 6 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan mewajibkan kepada pengusaha untuk memberikan kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi kepada setiap tenaga kerja (tenaga kerja laki-laki dan tenaga
kerja perempuan) untuk memperoleh pekerjaan, dan memberikan perlakuan yang sama
tanpa diskriminasi kepada pekerja. Pasal 108 undang-undang tersebut mewajibkan bahwa
setiap pekerja mempunyai hak untuk memperleh perlindungan atas : keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Literatur-literatur yang ada, maupun peraturan-perauran yang telah dibuat oleh banyak
negara, keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk:
1) perlindungan bagi buruh terhadap pemerasan (ekploitasi) tenaga buruh oleh majikan,
misalnya untuk mendapat tenaga yang murah, mempekerjakan budak, pekerja rodi,
anak dan wanita untuk pekerjaan yang berat dan untuk waktu yang tidak terbatas;
2) memperingankan pekerjaan yang dilakukan oleh para budak dan para pekerja rodi
(perundangan yang pertama-tama diadakan di Indonesia);
3) membatasi waktu kerja bagi anak sampai 12 jam ( di Inggris, tahun 1802, The
Health and Morals of Apprentices Act).

Pihak-pihak Dalam Hubungan Ketenagakerjaan


Dalam praktik sehari-hari ada beberapa kelompok yang terkait sehubungan dengan
Ketenagakerjaan. Kelompok tersebut adalah Pekerja, Pengusaha, Organisasi Pekerja,
dan Pemerintah.
1. Pekerja / buruh / karyawan
Dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat beberapa peristilahan mengenai pekerja.
Misalnya ada penyebutan : buruh, karyawan atau pegawai. Terhadap peristilahan yang
demikian, Darwan Prints menyatakan bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut
mengandung makna yang sama; yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan
mendapat upah sebagai imbalannya.
Istilah pekerja secara yuridis baru ditemukan dalam Undang-undang No. 25 tahun 1997
tentang Ketenagakerjaan yang dicabut dan diganti dengan Undang- undang No. 13 Tahun
2003 yang membedakan antara pekerja dengan tenaga kerja. Dalam undang-undang No.
13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa :
“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat”.
Pengertian ini jelaslah bahwa pengertian tenaga kerja sangat luas yakni mencakup semua
penduduk dalam usia kerja baik yang sudah bekerja maupun yang mencari pekerjaan
(menganggur). Usia kerja dalam Undangundang No. 13 Tahun 2003 minimal berumur 15
tahun (Pasal 69).
2. Pengusaha/Majikan
Sebagaimana halnya dengan istilah buruh, istilah majikan ini juga sangat populer karena
perundang-undangan sebelum Undang-undang No. 13 Tahun 2003 menggunakan istilah
majikan. Dalam Undang-undang No. 22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan disebutkan bahwa Majikan adalah “orang atau badan hukum yang
mempekerjakan buruh”.
Perundang-undangan yang lahir kemudian seperti Undang-undang No. 3 tahun 1992
tentang Jamsostek, Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok- Pokok
Ketenagakerjaan, Undang-undang No. 25 tahun 1997 yang dicabut dan diganti dengan
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menggunakan istilah
Pengusaha.
3. Organisasi Pekerja/Buruh
Kehadiran organisasi pekerja dimaksudkan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan
pekerja, sehingga tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak pengusaha.
Keberhasilan maksud ini sangat tergantung dari kesadaran para pekerja untuk
mengorganisasikan dirinya, semakin baik organisasi itu, maka akan semakin kuat.
Sebaliknya semakin lemah, maka semakin tidak berdaya dalam melakukan tugasnya.
Karena itulah kaum pekerja di Indonesia harus menghimpun dirinya dalam suatu wadah
atau organisasi.
Pengembangan serikat pekerja ke depan harus diubah kembali bentuk kesatuan menjadi
bentuk federatif dan beberapa hal yang perlu mendapat penanganan dalam undang-
undang serikat pekerja adalah :
1. Memberikan otonom yang seluas-luasnya kepada organisasi pekerja di tingkat
Unit/Perusahaan untuk mengorganisasikan dirinya tanpa campur tangan pihak pengusaha
maupun pemerintah dengan kata lain serikat pekerja harus tumbuh dari bawah (battum up
policy);
2. Serikat pekerja di tingkat Unit/perusahaan ini perlu diperkuat untuk meningkatkan
“bergaining position” pekerja, karena serikat pekerja tingkat unit/perusahaan selain
sebagai subyek/ yang membuat Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) dengan pengusaha,
juga sebagai Lembaga Bipartit;
3. Jika serikat pekerja di tingkat unit/perusahaan ingin menggabungkan diri dengan serikat
pekerja dapat dilakukan melalui wadah federasi serikat pekerja, demikian pula halnya
gabungan serikat pekerja dapat bergabung dalam Konfederasi pekerja;
4. Untuk membantu tercapainya hal-hal di atas, perlu pemberdayaan pekerja dan pengusaha.
Pekerja perlu diberdayakan untuk meningkatkan keahlian/keterampilan dan penyadaraan
tentang arti pentingnya serikat pekerja sebagai sarana memperjuangkan hak dan
kepentingan dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Pengusaha perlu diberdayakan
agar memahami bahwa keberadaan organisasi pekerja adalah sebagai mitra kerja bukan
sebagai lawan yang dapat menentang segala kebijaksanaannya.
Dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 ini memuat beberapa prinsip dasar yakni :
1. Jaminan bahwa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja/buruh.
2. Serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas buruh/pekerja tanpa tekanan atau campur
tangan pengusaha, pemerintah, dan pihak manapun.
3. Serikat buruh/pekerja dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau
bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh
Basis utama serikat buruh/pekerja ada di tingkat perusahaan, serikat buruh yang ada dapat
menggabungkan diri dalam Federasi Serikat Buruh/Pekerja. Demikian halnya dengan
Federasi Serikat Buruh/Pekerja dapat menggabungkan diri dalam Konfederasi Serikat
Buruh/Pekerja.
4. Serikat buruh/pekerja, federasi dan Konfederasi serikat buruh/pekerja yang telah terbentuk
memberitahukan secara tertulis kepada kantor Depnaker setempat, untuk dicatat (bukan
didaftarkan).
5. Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk
atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota
atau tidak menjadi anggota dan atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat
buruh.
Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi.
Banyaknya tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dan banyaknya tenaga kerja baru yang
tidak dapat memperoleh pekerjaan karena terbatasnya kesempatan kerja menyebabkan
meningkatnya angka pengangguran. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa untuk
mensiasati kondisi tersebut, pemerintah harus berupaya memperluas lapangan pekerjaan
agar bisa menyeimbangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) guna memajukan
kesejahteraan masyarakat di Indonesia.

Daftar Pustaka
Abdul Khakim. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 55
G. Kartasapoetra dkk. 1994. Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila.
Jakarta. Sinar Grafika. Hal. 17
Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta. Sinar Grafika.
Hal 1
Glosarium
Pidana : keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang
dilarang dan termasuk ke dalam tindak kriminal
Perdata. : ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam
masyarakat.
Battum up policy : Suatu kebijakan pemerintah yang harus tumbuh dari bawah
Buruh : Pelaku dalam suatu pekerjaan seperti buruh tani, kuli bangunan dan lain
sebagainya
Pegawai : Orang yang bertugas didalam suatu perusahan negeri ataupun swasta
Pengusaha : orang yang melakukan aktivitas wirausaha yang dicirikan dengan pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan
operasinya
Organisasi : suatu wadah atau tempat berkumpulnya orang dengan 3 sistematis,
terpimpin, terkendali, terencana, rasional dalam memanfaatkan segala sumber daya baik
dengan metode, material, lingkungan dan uang serta sarana dan prasarana, dan lain
sebagainya dengan efisien dan efektif untuk bisa mencapai tujuan organisasi.
diskriminasi : suatu perbuatan, praktik atau kebijakan yang memperlakukan seseorang
atau kelompok secara berbeda dan tidak adil atas dasar karakteristik dari seseorang atau
kelompok
Martabat. : hak seseorang untuk dihargai dan dihormati dan diperlakukan secara etis
Industrial : suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan
pengolahan/pembuatan bahan baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan
menggunakan keterampilan dan tenaga kerja dan penggunaan alat-alat dibidang
pengolahan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan utama.
Alternatif : suatu pilihan di antara dua atau pun beberapa kemungkinan. Alternatif
dikategorikan ke dalam kelompok NOMINA atau kata benda
Akmal wahid

20001002

GUGUS KENDALI MUTU

PENDAHULUAN

Gugus kendali mutu, merupakan mekanisme formal dan dilembagakanguna mencari


pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan padapartisipasi dan kretivitas di antara
SDM sebagai karyawan/pegawai baik dalamorganisasi pemerintah maupun swasta.
Kelompok kontrol kualitas adalah mekanisme formal dan dilembagakan untuk menemukan
solusi atas masalah yang menekankan keterlibatan dan kreativitas karyawan sebagai
karyawan di organisasi pemerintah dan swasta. Kelompok kecil karyawan berpartisipasi
dalam proses evaluasi kolaboratif untuk memecahkan masalah terkait pekerjaan. Setiap
cluster juga bertindak sebagai mekanisme pemantauan yang membantu organisasi
beradaptasi dengan lingkungannya dan memantau peluang.Mekanisme tersebut memeriksa
lingkungan untuk mencari peluang, tidak menunggu untuk bergerak saat masalah muncul,
dan tidak berhenti saat masalah muncul untuk ditemukan dan dipecahkan. . Ini berarti
bahwa tim kontrol kualitas harus bekerja secara terus menerus dan independen dari proses
produksi demi kepentingan terbaik organisasi.

Peningkatan kualitas dan produktivitas serta kinerja unit kerja, baik di dunia usaha maupun
di birokrasi, harus dilakukan secara berkesinambungan agar dapat berfungsi optimal dan
mencapai tujuannya. Sejak zaman dahulu, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat,
konsep manajemen dan organisasi telah dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan
kinerja organisasi. Antara lain dapat dikemukakan konsep birokrasi Max Weber. Konsep
manajemen ilmiah Taylor, Fannyol dengan empat belas prinsip, dan konsep perilaku
manusia yang mengutamakan motivasi dan akses demokrasi. Konsep dan prinsip
organisasi dan kepemimpinan ini dapat meningkatkan efisiensi dan organisasi di
perusahaan, negara bagian, dan organisasi sosial.

PEMBAHASAN

MUTU LABORATORIUM KLINIK

a.Defenisi
Mutu laboratorium klinik meliputi mutu hasil penelitian dan mutu pelayanan. Kualitas
hasil, mis H. hasil uji laboratorium yang dapat dipercaya (memuaskan standar mutu),
sedangkan mutu kegiatan pelayanan sesuai dengan kebutuhan atau harapan pelanggan
(mengurangi penanganan keluhan pasien/pelanggan).

Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan, laboratorium klinik berperan penting
dalam diagnosis. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium merupakan
informasi penting yang digunakan dokter untuk menegakkan diagnosis berdasarkan
riwayat kesehatan dan riwayat pasien. Hasil pemeriksaan laboratorium juga merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan kesehatan dan tindakan medis preventif.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun 2013, pelayanan
laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis, menentukan penyebab penyakit, mendukung sistem
peringatan dini, memantau pengobatan, menjaga kesehatan, dan mencegah penyakit.
Laboratorium klinik harus diselenggarakan dengan standar yang tinggi untuk mendukung
upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

Layanan pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium klinik diantaranya di bidang


hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik,
patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.

Hasil penelitian laboratorium klinis berkualitas tinggi adalah tujuan dari penelitian
laboratorium sehari-hari. Sebagai karyawan ATLM, Anda bertanggung jawab atas hasil
studi laboratorium klinis yang andal. Untuk mendapatkan hasil tersebut, Anda harus dapat
melakukan kontrol kualitas pada hasil pemeriksaan.

Pelayanan laboratorium klinik harus mengutamakan mutu, efisien, efektif dan profesional.
Hal ini menentukan keunggulan kompetitif dan kelangsungan hidup laboratorium di era
globalisasi saat ini. Hasil pemeriksaan yang diberikan oleh laboratorium harus memenuhi
standar mutu agar dapat diandalkan dan memuaskan pelanggan dengan
mempertimbangkan aspek teknis seperti akurasi yang tinggi dan terdokumentasi dengan
baik agar terpelihara secara ilmiah.
Untuk mendapatkan mutu laboratorium yang diharapkan, maka banyak hal yang harus
diperhatikan, seperti:

1. Staff yang qualified

2. Fasilitas yang mencukupi

3. Tersedianya pemeriksaan yang memadai

4. Tersedianya protokol pemeriksaan yang baik (SOP)

5. Spesimen yang cukup dan memenuhi syarat

6. Penanganan dan penyerahan spesimen yang baik

7. Prossesing spesimen yang baik

8. Identifikasi, aliquoting dan distribusi sampel yang benar

9. Kehandalan hasil pemeriksaan

10. Turn arround time

11. Format pelaporan yang benar

12. Angka rujukan

13. Komunikasi yang baik dengan pelanggan

Untuk mencapai hasil laboratorium berkualitas tinggi dengan akurasi dan presisi tinggi,
semua operasi dan prosedur laboratorium harus terintegrasi, mulai dari persiapan sampel,
pengambilan sampel, pemeriksaan sampel hingga komunikasi hasil uji laboratorium
kepada pelanggan.

Kualitas kinerja laboratorium tidak hanya penting bagi pelanggan, tetapi juga bagi
pemasok. Dalam pelayanan laboratorium kesehatan, rendahnya kualitas hasil penelitian
pada akhirnya menimbulkan biaya tambahan untuk rework dan keluhan pelanggan.
Penjaminan mutu diperlukan untuk mengatasi biaya penggantian akibat buruknya kualitas
hasil uji laboratorium.

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium klinik adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) terdiri dari:

1. Pemantapan mutu internal (PMI)

2. Pemantapan mutu eksternal (PME)/ Uji Profisiensi

Manfaat pemantapan mutu yang dilakukan adalah :

Meningkatkan kualitas laboratorium

Meningkatkan moral staf ATLM (kepercayaan dalam memberikan hasil tes, kesadaran
akan upaya yang dilakukan dan reputasi yang diberikan kepada mereka). Lakukan
verifikasi bila ada hasil yang dicurigai pengguna laboratorium (konsumen) karena
seringkali tidak sesuai dengan gejala klinis. Menghemat biaya pasien dengan mengurangi
jumlah positif palsu, menghilangkan kebutuhan akan "Duplikat". Berikut disajikan
beberapa definisi para ahli dalam bidang ini sebagai sub-pembahasan.

Hasibuan (2005:232) disajikan sebagai berikut:

“Tim kendali mutu adalah kelompok kerja kecil yang secara sukarela melakukan kegiatan
pengendalian dan perbaikan terus-menerus dengan menggunakan teknik kendali mutu.
Berkaitan dengan uraian tersebut di bawah ini dinyatakan bahwa serendah apapun jabatan
seseorang dalam organisasi sebenarnya mereka ingin membuat organisasi bangga, kepada
siapa mereka bekerja Bersama-sama mereka membuat organisasi Sebagai departemen
sumber daya manusia, mereka tentu ingin peran mereka untuk menunjukkan organisasi
tempat mereka bekerja.

Ditambah dengan keinginan untuk mengambil tanggung jawab dan menerima tanggung
jawab, untuk melakukan pekerjaan yang lebih bermakna. Juga bangga membangun
organisasi sehingga diakui keberadaannya di lingkungan kerja maupun di lingkungan
organisasi dan masyarakat, serta berkembang dan maju karena kemajuan dan lain-lain.
Tentunya jika organisasi memperhatikan motivasi, semangat kerja dan kebutuhan yang
sangat mendasar, maka akan mudah bagi organisasi untuk menggerakkan, menggerakkan
dan mengarahkan unit-unit usaha para anggotanya, termasuk pegawai biasa, untuk
kepentingan organisasi. Memang, pandangan tentang lokasi dan kemungkinan penggunaan
sumber daya manusia dalam suatu organisasi harus diterapkan pada organisasi mana pun,
termasuk lembaga pemerintah.
Orang-orang yang diterima sebagai pegawai yang bagaimanapun rendahnya dengan latar
belakang pendidikan yang memadai sebenarnya dapatmemberi sumbangan lebih dari yang
diberikan selama ini. Namun sayang,pegawai sebagai kekayaan organisasi yang demikian
besar itu masih tetapterpendam dalam diri setiap pegawai, tanpa guna dan belum terjamah
secara maksimal.

MUTU LABORATORIUM KLINIK

utu laboratorium klinik meliputi mutu hasil penelitian dan mutu pelayanan. Kualitas hasil,
mis H. hasil uji laboratorium yang dapat dipercaya (memuaskan standar mutu), sedangkan
mutu pelayanan adalah kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan atau harapan pelanggan
(manajemen keluhan pasien/penurunan pelanggan). Bagian dari sistem perawatan
kesehatan memainkan peran penting dalam diagnosis. Informasi yang diperoleh dari
pemeriksaan laboratorium merupakan informasi penting yang digunakan dokter untuk
menegakkan diagnosis berdasarkan riwayat kesehatan dan riwayat pasien. Hasil tes
laboratorium juga merupakan bagian integral dari kontrol dan tindakan perawatan
pencegahan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun
2013, pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, mengetahui penyebab penyakit, mendukung
sistem peringatan dini, mengontrol pengobatan . , untuk menjaga kesehatan dan mencegah
penyakit. Laboratorium klinik harus diselenggarakan dengan standar yang tinggi untuk
mendukung upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

Layanan penelitian yang dilakukan di laboratorium klinik adalah di bidang hematologi,


kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi
dan/atau bidang lain yang berkaitan dengan kesehatan individu, terutama dalam
mendukung upaya diagnosis dan penyembuhan penyakit. Penelitian laboratorium klinis
yang berkualitas adalah tujuan dari penelitian laboratorium sehari-hari. Sebagai karyawan
ATLM, Anda bertanggung jawab atas hasil studi laboratorium klinis yang andal. Untuk
mendapatkan hasil tersebut, Anda harus dapat melakukan kontrol kualitas pada hasil
pemeriksaan. Pelayanan laboratorium klinik harus mengutamakan mutu, efisiensi dan
profesionalisme. Hal ini menentukan keunggulan kompetitif dan kelangsungan hidup
laboratorium di era globalisasi saat ini. Hasil pemeriksaan yang diberikan oleh
laboratorium harus memenuhi standar mutu agar dapat diandalkan dan memuaskan
pelanggan dengan mempertimbangkan aspek teknis seperti akurasi yang tinggi dan
terdokumentasi dengan baik agar terpelihara secara ilmiah.
Gugus kendali mutu (Quality Contol Circle)dapat dijadikan salahsatu konsep yang cukup
ampuh oleh setiap organisasi untuk menanggapi danmemanfatkan adanya kebutuhan dasar
kejiwaan, dorongan dan semangat kerjamanusia-manusia pekerja bagi sebesar-besarnya
kemakmuran organisasi danseluruh anggotanya.Betapapun canggihnya peralatan dan
tekhnologi saerat sistem yangada dalam organisasi, akhirnya faktor manusia juga yang
menentukan berhasiltidaknya organisasi mencapai sarasanya. Hal ini tersebut diperkuat
oleh teori Maslow dan Herzberg, bahwa kompensasi dan fasilitas bukanlah merupakan
jaminan sesorang termotivasi dalam melakukan tugasnya, tetapi mereka jugamembutuhkan
penghargaan atas dirinya dan kesempatan untuk meraslisasikandirinya.

Oleh karena itu, tiap pegawai yang menajadi anggota gugus kendalimutu, dilibatkan atau
melibatkan diri sepenuhnya dalam kebersamaan, secarabersama-sama untuk memecahkan
masalah yang ditetapkan bersama, dandipecahkan secara bersama pula oleh peserta gugus
sendiri. Dalam upayapemecahan masalahan tersebut, gugus kendali mutu menganut asas
kegunaankepentingan gugus kendali mutu adalah kepentingansemua pihak dan kemajuan
yang optimal akan dicapainya hanya bila ada keterbukaan untuk saling belajar dari semua
pihak. Sedangkan belajar jugadilakukan antargugus, sehingga asas ini perlu diperlihara dan
dipertahankanoleh pihak manapun.

B. Sejarah

Sejak dahulu,terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkankonsep manajemen dan


organisasi yang bertujuan menungkatkan kinerjaorganisasi. Antara lain dapat dikemukakan
adalah konsep Max Weber tentangbirokrasi. Konsep Taylor tentang Manajemen
Ilmiah,Fanyol dengan empatbelas prinsip,serta konsep perilaku manusia yang
mengutamakan motivasi danpendekatan demokrasi. Konsep serta prinsip organisasi dan
manajemen ini,telah mampu meningkatkan efisiensi dan organisasi baik pada
perusahaan,pemerintah, dan organisasi sosial.

Total Quality Control (pengendalian mututerpadu) diprakrasai oleh Dr.J.M. Juran dan
Dr.E.W. deming dan dikembangkandi Jepang oleh Kaora Ishitawa dengan menerapkan
Quality ControlCircle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu.

C. Pendapat Beberapa Ahli

Berkaitan dengan bahasan tentang gugus kendali mutu menujukeunggulan kompetitif,


berikut ini diketengahkan tujuan gugus kendali mututersebut sebagai sub bahasannya yaitu
berupa pendapat dari para ahli dibidang ini. Saydam (2000: 573) mengemukakan sebagai
berikut.

Tujuan gugus kendali mutu dapat pula diterjemahkan sebagai keuntungan yang diperoleh
dengan adanya kegiatan gugus kendali mutu dalam perusahaanatau organisasi. Tujuan
gugus kendali mutu tersebut adalah :

1. Meningkatkan ketelibatan karyawan pada permasalahan pekerjaan, danupaya


pemecahannya

2.Menggalang kerja sama kelompok (team work) yang lebih efektif

3.Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

4.Meningkatkan pengembangan SDM baik pribadi maupunkepemimpinannya

5.Menanamkan kesadaran bahwa mencegah lebih penting dari padamemperbaiki

6.Mengurangi kesalahan dan meningkatkan mutu

7.Meningkatkan motivasi dan komunikasi dalam kelompok

8.Menciptakan hubungan kerja antara atasan dan bawahan yang lebih serasi

9.Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya”.

Dalam gugus kendali mutu diperlukan peningkatan keterlibatan pegawaipada permasalahan


pekerjaan baik dalam merencanakan tugas,mengimplementasikan rencana tugas serta
mengendalikan rencana tugas.Dalam perencanaan tugas tersebut, secara khusus Terry
dalam Winardi (1986:163), menyatakan bahwa :

“Perencanaan (planning) adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubung-hubungkan


antara fakta yang satu dengan fakta yang lain; kemudian mebuatperkiraan dan peramalan
keadaan dan permusan tindakan untuk masa yangakan datang yang sekiranya diperlukan
untuk mencapai hasil yang dihendaki”.

Dengan demikian, perencanaan tugas adalah tindakan memilih danmenghubungkan fakta-


fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsimengenai masa yang akan datang
dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas tugas yang diusulkan yang
dianggap perlu untukmencapai hasil-hasil yang diinginkan.
Sedangkan bagaimana mengimplementasikan rencana tugas tersebut,Jones (1984: 165)
mengemukakan bahwa “implementation is a process ofgetting additional resources so as to
figure out what is to be done”.Implementasirencana tugas adalah bentuk tindakan yang
berinteraksi dengan aktivitas tugas.Selanjutnya, mengendalikan rencana tugas menurut
Burhan (1994: 274) adalah “proses menjamin pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
rencana yangada”. Pengendalian rencana tugas adalah proses penilaian hasil pelaksanaan
dan tindakan koreksi kalau pelaksanaan rencana kerja berbeda dengan apayang
direncanakan. Lebih lanjut Burhan (1994: 275) mengemukakan, bahwa,proses penilaian
rencana tugas tersebut, mencangkup tiga tahap pokok, yaitumenetapkan standar, mengukur
pelaksanaan terhadap standar, danmengoreksi penyimpangan-penyimpangan dari standar.

Gugus kendali mutu ini juga bertujuan menggalang kerja sama kelompok. Dalam kaitan ini
adalah dalam rangka meningkatkan peran masing-masing pegawai dalam mencapai tujuan
bersama antara lain denganmelakukan transformasi peran individu yang menuntut
kemampuan, cara kerja,cara piker, dan peran baru pegawai. Membentuk tim kerja dan
komunikasi yangterbuka dengan seluruh pegawai adalah sangat penting sekali bagi
organisasi,karena dengan tim kerja pegawai tidak hanya dalam menyelesaikan tugastetapi
juga sharing knowledge.Berkaitan dengan sasaran program gugus kendali mutu, berikut
inidikemukakan pendapat dari para ahli di bidang ini.

Menurut Hasibuan (2007: 233) mengemukakan sebagai berikut :

Untuk mencapai keberhasilan maka program gugus kendali mutu harusmentapkan sasaran-
sasaran dengan jelas antara lain :

1.Pengembangan diri

2.Pengembangan bersama

3.Perbaikan mutu

4.Perbaiakan komunikasi dan sikap

5.Pengembangan tim dan produktivitas kerja

6.Mengurangi keluhan dan absensi

7.Memperbaiki kedisiplinan dan pertisipasi positif karyawan

8.Meningkatkan loyalitas dan kepuasan karyawan


9.Memperkuat kerja sama antara semua tingkatan dalam perusahaan

10.Meningkatkan afisiensi dan keselamatan kerja.

KESIMPULAN

Mutu laboratorium klinik meliputi mutu hasil pemeriksaan dan mutu layanan. Mutu hasil
yaitu hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat dipercaya (memenuhi standar mutu),
sedangkan mutu layanan adalah aktivitas yang diberikan sesuai kebutuhan atau harapan
pelanggan (mengatasi keluhan pasien/pelanggan menurun).

Laboratorium klinik sebagai bagian dari pelayanan kesehatan mempunyai arti penting
dalam diagnostik. Data hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang penting
digunakan untuk menegakkan diagnosis oleh klinisi berdasarkan anamnase dan riwayat
penyakit pasien. Hasil uji laboratorium juga merupakan bagian integral dari penapisan
kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.

SOAL KENDALI MUTU


1. Gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan
dengankemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan merupakan pengertian
dari...
a. Quality Assurance
b. Quality Control
c. Mutu
d. Variasi
e. Value

2. Ada dua kesalahan teknik dalam pemeriksaan yaitu random eror dan sistematik eror. Di
bawah ini termasuk penyebab kesalahan random eror, kecuali...
a. Penanganan material tidak konsisten dari satu analis ke analis
b. Fluktuasi dalam temperatur dan volume
c. Penanganan reagen, kalibrator dan kontrol tidak konsisten
d. Kesalahan perhitungan dan penulisan serta pencatatan hasil.
e. Perawatan instrumen dan kondisi lingkungan tidak konsistenAdistya Ramadhany
3. Dibawah ini yang merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalammemili
alat untuk pemeriksaan adalah….
a. Kebutuhan.
b. Sistem alat
c. Nilai ekonomis
d. Jawaban a,b,c benar

4. Proses pemantauan yang menjamin bahwa hanya jasa layanan yang memenuhi
spesifikasiyang boleh diberikan kepada pelanggan merupakan pengertian dari.......
a. Kegiatan pengawasan laboratorium
b. Kegiatan pemantapan mutu
c. Kegiatan pemeriksaan laboratorium
d. Jawaban a,b,c benarAlma Suphia Devi

5. Dibawah ini dilakukan waktu pergantian periode pemeriksaan dalam kendali


mutulaboratorium dilakukan apabila, Kecuali….
A. Pergantian reagen
B. Kalibrasi alat
C. Pemakaian kit baru
D. Pergantian teknisi

DAFTAR PUSTAKA

Ma’arif, S. (2015). EVALUASI KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN DI


KLINIK KRESNA DENGAN MENGGUNAKANMETODE SERVQUAL–FUZZY
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).

Febiyanti, N. (2020). TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PEMBERIAN


INFORMASI OBAT DI INSTALASI RAWAT JALAN KLINIK RAWAT INAP SITI
KHODIJAH KOTA BLITAR (Doctoral dissertation, Akademi Farmasi Putra Indonesia
Malang).

INDRIANI, I. (2017). LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PADA KLINIK


BERKAT AGUNG.
Anonimous,——— Gugus Kendali Mutu (QCC). PQM Concultants, Jakarta
Ishikawa, K. 1985. Pengendalian Mutu Terpadu (Terjemahan) CV. RemajaMaju,
Bandung.

Glosarium
Gugus adalah substituen atau bagian spesifik dalam molekul yang bertanggung jawab
terhadap karakteristik reaksi kimia dari molekul-molekul tersebut.
Operasional adalah suatu konsep yang bersifat abstrak guna memudahkan pengukuran
suatu variabel.
Internal adalah menyangkut bagian dalam (tubuh, diri, mobil, dan sebagainya).
Eksternal adalah menyangkut bagian luar.
Visualisasi (Inggris: visualization) adalah suatu rekayasa dalam pembuatan gambar,
diagram atau animasi untuk penampilan suatu informasi.
Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan.
Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiata-
kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas.
Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya
diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.
Partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran atau
emosi dan perasaan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan dalam upaya
untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tujuan tersebut.
Spesimen memiliki arti bagian dari kelompok atau bagian dari keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai