Anda di halaman 1dari 10

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DALAM MENDORONG

KREATIFITAS MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA

Elga Yunus
Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis, Stikesnas
3222014@student.stikesnas.ac.id

Abstark. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran lembaga pendidikan dalam
mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. Metode penelitian yang digunakan dalam
tulisan ini adalah penelitian literatur atau kajian pustaka.
Globalisasi yang mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi
terutama teknologi informasi telah menumbuhkan jiwa entrepreneur dan sangat penting
untuk ditumbuhkan di dalam jiwa seseorang. Terlebih jika jiwa entrepreneur itu
ditanamkan sejak dini. Berdirinya suatu usaha itu bukan hal yang instan atau langsung.
Banyak kisah pengusaha sukses berawal dari dirintisnya usaha sejak kecil hingga bisa
berkembang dengan pesat dan sukses. Salah satu cara untuk meningkatkan jumlah
wirausaha yang ada di Indonesia adalah dengan mendorong mahasiswa untuk
berwirausaha. Saat ini banyak sekali program-program yang dapat ditunjukkan kepada
mahasiswa untuk mendorong mahasiswa berwirausaha.

Kata Kunci : Peran perguruan tinggi, Mahasiswa, Berwirausaha

Abstract. This study aims to examine the role of educational institutions in encouraging
students to become entrepreneurs. The research method used in this paper is literature
research or literature review.
Globalization, which drives the advancement of science and technological development,
especially information technology, has fostered an entrepreneurial spirit and is very
important to grow in one's soul. Especially if the entrepreneurial spirit was instilled
from an early age. The establishment of a business is not an instant or immediate thing.
Many stories of successful entrepreneurs start with starting a business since childhood
so that it can grow rapidly and be successful. One way to increase the number of
entrepreneurs in Indonesia is to encourage students to become entrepreneurs. Currently
there are many programs that can be shown to students to encourage students to be
entrepreneurs.

Keywords: The role of universities, students, entrepreneurship


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia,
jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 adalah 257.912.349 jiwa. Dengan jumlah
penduduk sebanyak itu, keterbatasan lapangan pekerjaan menjadi permasalahan yang
tidak dapat dielakan.
Laporan International Labor Organization (ILO) mencatat jumlah pengangguran
terbuka pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah 9,6 juta jiwa (7,6%), dan 10%
diantaranya adalah sarjana (Nasrun dalam Suharti dan Sirine, 2011:124). Data serupa
juga di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa sampai dengan Agustus
2010 jumlah penganggur yang telah menamatkan pendidikan diploma dan sarjana telah
mencapai 1,1 juta jiwa (BPS, 2011).
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, baik oleh
pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri maupun masyarakat. Salah satunya adalah
menumbuhkan jiwa kewirausahaan terutama merubah pola pikir kaum muda yang
selama ini hanya mencari pekerjaan setelah lulus sekolah atau kuliah. Hal ini menjadi
tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga yang mencetak
lulusan untuk dapat memberikan motivasi kepada kaum muda untuk menjadi seorang
wirausaha (entrepreneur).
Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menyebutkan bahwa untuk menjadi
negara industri yang maju, syaratnya jumlah wirausaha harus ada dua persen dari
populasi penduduk (Kompas.com:2017). DirjenIKM Kemenperin menargetkan akan
menciptakan 5.000 wirausaha baru dan pengembangan 1.200 sentra IKM pada tahun
2017. Sedangkan target pada tahun 2019 akan terdapat 20.000 wirausaha baru.
Selain itu, upaya lain juga dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop)
yaitu dengan menggalakan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Sekretaris
Menteri Koperasi dan UKM Agus Muharam mengatakan dalam upaya menumbuhkan
dan mengembangkan kewirausahaan, pemerintah sejak tahun 2011, hingga saat ini
sedang dan akan terus melaksanakan program Gerakan Kewirausahaan Nasional
(GKN), yang melibatkan seluruh stakeholders baik di pusat maupun daerah.
(Edunews.id:2017).
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) juga tidak
tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan guna mendorong mahasiswa untuk memiliki
motivasi dan kreativitas berwirausaha, diantaranya melalui Program Kreativitas
Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). Pemerintah menyediakan sejumlah dana bagi
mahasiswa terbaik yang berhasil membuat proposal PKMK dengan ide kreatif dan
orisinil, dimana dana tersebut dapat digunakan sebagai modal awal bagi mereka dalam
menjalankan usaha dan juga pengembangan usahanya. Perguruan tinggi sebagai
lembaga pendidikan tingkat akhir yang ada di Indonesia telah memasukkan mata kuliah
kewirausahaan ke dalam kurikulum sebagai salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh
oleh semua mahasiswa. Salah satu capaian pembelajaran yang harus dimiliki oleh
seorang sarjana sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada
Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) Perpres 08/2012 adalah mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya
dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan tata kehidupan bersama, maka tepat sekali jika kewirausahaan
dijadikan sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi.
Pendidikan kewirausahaan tidak hanya memberikan teori mengenai konsep
kewirausahaan tetapi juga membentuk sikap, perilaku dan pola pikir entrepreneur.
Pendidikan kewirausahaan dapat membantu mahasiswa mempersiapkan diri untuk
memulai suatu bisnis. Pembekalan keterampilan, pengetahuan penting dan integrasi
pengalaman dapat membantu mengembangkan dan memperluas bisnis mereka nantinya.
Pendidikan kewirausahaan juga dapat meningkatkan minat para mahasiswa untuk
memilih wirausaha sebagai salah satu pilihan karir selain menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang selama ini menjadi pilihan favorit. Pendidikan kewirausahaan dapat
mengarahkan sikap, perilaku, minat dan motivasi serta pola pikir mahasiswa menjadi
seorang entrepreneur sejati. Mahasiswa merupakan calon lulusan terdidik (intelektual)
yang perlu didorong dan ditumbuhkan niat serta motivasi untuk berwirausaha
(entrepreneurial intension) mengingat persaingan dunia bisnis saat ini dan masa
mendatang lebih mengandalkan pengetahuan (knowledge).
Zimmerer dalam Suharti dan Sirine (2011:125) menyatakan salah satu faktor pendorong
pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara terletak pada peranan universitas melalui
penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung jawab
dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusannya dan
memberikan motivasi untuk berani memilih berwirausaha sebagai karir mereka. Hal
tersebut diperkuat pendapat Yohnson 2003, Wu & Wu 2008 dalam Suharti dan Sirine
(2011:125) menyebutkan pihak perguruan tinggi perlu menerapkan pola pembelajaran
kewirausahaan yang konkrit berdasar dengan pengetahuan yang bermakna agar dapat
mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha. Sehingga perguruan tinggi
dituntut peranannya dalam menghasilkan lulusan berkualitas dalam bidang
kewirausahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendidikan Kewirausahaan
Pengetian pendidikan yaitu usaha dimana untuk mendapatkan pengetahuan, baik
melalui sekolah ataupun secara informal dari pendidikan dalam rumah oleh keluarga
maupun masyarakat.
Pendidikan kewirausahaan adalah suatu program pendidikan yang menggarap
aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik.
Dengan aspek ini, kita berharap anak didik dapat menjalani kehidupannya. Pendidikan
kewirausahaan ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi anak didik terkait dengan
perannya dalam kehidupan.
Kewirasusahaan merupakan suatu sikap dan kemampuan seseorang untuk
menghasilkan sesuatu yang baru yang memiliki nilai guna baik buat dirinya maupun
orang lain. Menurut Hakim (2012), “kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna
bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang
selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam
rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.” Sehingga kewirausahaan
memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi wirausahawan. “Faktor internal yang berasal dari
dalam diri wirausahawan dapat berupa sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan
kemampuan individu yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha.
Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku entrepreneur yang dapat berupa
unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha,
lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain (Suharti dan Sirine
2011:125)”.
Hal tersebut melandasi materi kewirausahaan masuk ke dalam materi ajar di
pendidikan formal baik sekolah maupun perguruan tinggi. Oleh karena itu, di satuan
pendidikan formal khususnya perguruan tinggi terdapat materi pendidikan
kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan sudah mulai masuk ke dalam dunia
pendidikan, diintegrasikan dengan kurikulum di sekolah maupun perguruan tinggi.
Hakim (2012) menyatakan, “pendidikan kewirausahaan juga termasuk dalam materi
yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari”. Pendidikan Kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif
untuk meningkatkan pengetahuan intensi atau niat dan kompetensi peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya dengan diwujudkan dalam prilaku kreatif, inovatif dan
berani mengelola resiko. Suyitno (2013) menyebutkan pendidikan kewirausahaan
merupakan kajian internasional terkini dan terus diteliti dan dikembangkan secara
dinamis di seluruh belahan dunia.
Pendidikan kewirausahaan dilakukan mulai dari Universitas, Sekolah Menengah,
Sekolah dasar hingga ada playgroup of entrepreneurship untuk anak-anak. Namun
permasalahannya, pendidikan kewirausahaan di sekolah selama ini baru menyentuh
pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi
dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Maraknya pendidikan kewirausahaan
di seluruh dunia ini tidak lain karena semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya
karakter kewirausahaan pada generasi muda yang kreatif, inovatif dan berani mengelola
resiko serta pentingnya kedudukan seorang entrepreneur bagi motor pergerakan
perekonomian suatu negara. Suatu negara dikatakan maju dan makmur dilihat dari
jumlah wirausaha atau enterpreunernya. Hal ini sesuai pendapat McClelland dalam
Suyitno (2013) bahwa “negara akan makmur jika entrepreneur dalam suatu negara
mencapai 2 % dari keseluruhan penduduknya.”
Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa)
Kemristekdikti sangat sadar akan pentingnya pendidikan kewirausahaan bagi kemajuan
sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk menjawab tantangan masa depan. Oleh
karena itu, Ditjen Belmawa mempunyai program-program unggulan untuk
melaksanakan pendidikan kewirausahaan diantaranya program kreativitas mahasiswa
kewirausahaan (PKM-K). Hal ini semua dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan,
niat dan motivasi aktivitas kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Selain itu, mata
kuliah kewirausahaan merupakan salah satu mata kuliah wajib yang dipelajari di
perguruan tinggi.
Menurut Wibowo dalam Wahyono (2014) “pendidikan kewirausahaan
merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui
institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan
sebagainya”. Artinya dalam pendidikan kewirausahaan ditekankan pada kegiatan
menghayati dan menanamkan suatu sikap atau mental kewirausahaan melalui
pendidikan formal maupun non formal. Sedangkan Lo Choi Tung dalam Wahyono
(2014) mengatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah “The process of
transmitting entrepreneurial knowledge and skills to students to help them exploit a
business opportunity” (proses transmisi pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan
kepada siswa untuk membantu mereka dalam memanfaatkan peluang bisnis).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewirausahaan adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menginternalisasi mental kewirausahaan, mentransmisi pengetahuan dan keterampilan
kewirausahaan kepada peserta didik melalui lembaga pendidikan formal (sekolah dan
perguruan tinggi) maupun lembaga non formal (lembaga pelatihan) dalam upaya
memanfaatkan peluang bisnis. Kegiatan pendidikan kewirausahaan dilakukan secara
terprogram dan kontinu. Sehingga peserta didik menguasai secara teori dan praktek
tentang kewirausahaan.
Meningkatkan Minat dan Kreatifitas Mahasiswa Untuk Berwirausaha
Menurut Kasmir (2012), jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk
mendirikan dan mengelola usaha secara profesional. Hendaknya minat tersebut diikuti
dengan perencanaan dan perhitungan yang matang. Selanjutnya menurut Rukka (2011),
menjadi wirausahawan sebenarnya tidaklah cukup hanya karena bakat (dilahirkan)
ataupun hanya karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil adalah
wirausahawan yang memiliki bakat yang selanjutnya dibentuk melalui suatu
pendidikan, pelatihan atau bergaul dalam komunitas dunia usaha. Tidak semua orang
yang memiliki bakat berwirausaha mampu untuk menjadi wirausahawan tanpa adanya
tempaan melalui suatu pendidikan/pelatihan.
Keuntungan berwirausaha menurut Hatani (2008), ada beberapa keuntungan
yang akan diperoleh dengan berwirausaha yaitu: 1)Meningkatnya harga diri,
2)Memperoleh penghasilan untuk diri sendiri, 3).Ide dan inovasi yang timbul untuk
maju besar,4).Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung kepada orang lain.
Karakteristik Wirausaha Menurut Steinhoff dan John F Burgess dalam Suryana (2003)
mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausahawan
yang berhasil, meliputi: 1)Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas, 2)Bersedia
menanggung risiko waktu dan uang,3).Berencana, mengorganisir, 4).Kerja keras sesuai
dengan tingkat kepentingannya, 5).Mengembangkan hubungan dengan pelanggan,
pemasok, pekerja, dan yang lainnya, 6)Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan
kegagalan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Menurut Astamoen
dalam Suherman (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat
berwirausaha di antaranya, mempunyai visi, kreatif, inovatif, berani menanggung risiko,
berjiwa kompetisi, cepat tanggap, gerak cepat, dan berjiwa sosial.
Indikator Minat Berwirausaha Minat berwirausaha adalah keinginan,
ketertarikan, serta kesediaan untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan risiko yang akan terjadi, serta
berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan. Indikator yang digunakan dalam
mengukur minat berwirausaha menurut Bhandari dalam Praswati (2014)
adalah:1).Harga diri, 2).Tantangan pribadi, 3)Kepemimpinan, 4).Fleksibilitas,
5).Keuntungan.
Konsep Kreativitas, Pengertian Kreativitas. menurut Joko Siswanto dalam
Nasution et al. (2007), kreativitas adalah kemampuan untuk mengombinasikan elemen-
elemen dari beberapa pengetahuan dan pengalaman dengan meninggalkan pola dan
struktur berpikir tradisional untuk menemukan ide-ide baru yang berguna. Sedangkan
menurut Theodore Levitt dalam Suryana (2003), kreativitas adalah berpikir sesuatu
yang baru (thinking new things). Evans dalam Bayu dan Yuyus (2010) menyatakan
kreativitas adalah keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek dari
perspektif baru dan membentuk kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah
tercetak dalam pikiran dan juga merupakan pembangkit ide baru. Menurut Sudradjad
(2012), seorang wirausaha harus memiliki sifat kreatif, yaitu kemampuan menciptakan
gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada.
Frinces dalam Suherman (2008) mengungkapkan bahwa; “Memahami kreativitas (daya
cipta) akan memberikan dasar yang kuat untuk membuat modul atau perangkat tentang
kewirausahaan”. Selanjutnya Robert Weisberg dalam Tilaar (2012), memberikan suatu
definisi kerja, yaitu: “Berpikir kreatif terjadi apabila secara intensional seseorang
menghasilkan suatu produk baru atau ketika dia melaksanakan suatu tugas”.
Indikator Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan
ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah-malasah serta
peluang-peluang dalam wirausaha. Indikator yang digunakan menurut Munandar dalam
Dewi et al. (2010) antara lain:1).Mempunyai prakarsa, 2).Mempunyai minat yang luas,
3).Melit (suka bertanya/ rasa ingin tahu tinggi), 4).Percaya diri, 5).Bersedia mengambil
risiko.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pendahuluan dan pembahasan di atas, maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan kewirausahaan adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan
dalam rangka menginternalisasi mental kewirausahaan, mentransmisi
pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan kepada peserta didik melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi) maupun lembaga non
formal (lembaga pelatihan) dalam upaya memanfaatkan peluang bisnis.
2. Wirausahawan yang akan berhasil adalah wirausahawan yang memiliki bakat
yang selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan, pelatihan atau bergaul
dalam komunitas dunia usaha. Tidak semua orang yang memiliki bakat
berwirausaha mampu untuk menjadi wirausahawan tanpa adanya tempaan
melalui suatu pendidikan/pelatihan. (3) Faktor-faktor yang mendorong minat
berwirausaha antara lain , mempunyai visi, kreatif, inovatif, berani menanggung
risiko, berjiwa kompetisi, cepat tanggap, gerak cepat, dan berjiwa sosial.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyatakan beberapa saran yaitu :
1. Bagi peneliti lain, diupayakan dilakukan kajian lebih mendalam terkait
peranan pendidikan kewirausahaan dalam meningkatkan kreatifitas
mahasiswa untuk berwirausaha.
2. Bagi institusi pendidikan, diupayakan lebih meningkatkan program kegiatan
dan materi pendidikan kewirausahaan agar mampu meningkatkan motivasi
wirausaha.

DAFTAR PUSTAKA
Aprilianty, Eka. 2012. Pengaruh Kepribadian Wirausahaan, Pengetahuan
Kewirausahaan, dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausahaan Siswa SMK.
Jurnal Pendidikan Vokasi. 2(3) : 311-324.
Kholis, N,. Peran Pendidikan Kewirausahaan Untuk Menumbuhkan Minat
Berwirausahaan Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan ( FITK ) Universitas Islam Negri Mualana Malik
Ibrahim Malang.
Ningsih, R. 2017. Peranan Pendidikan Kewirausahaan Dalam Meningkatkan Motivasi
Berwirausahaan Bagi Mahasiswa. Jurnal Diskusi Panel Kewirausahaan, No. 1,
60-68.
Supriyadi. 2013. Materi Kewirausahaan : Motivasi Wirausaha. http://pai-
umy.blogspot.co.id/2013/03/materi-pendidikan-kewirausahaan_25.html.
Diunduh tanggal 20 Juli 2017.
Suyitno, Ade. 2013. Pendidikan Kewirausahaan : Teori dan Praktik. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.
Utami, P, Dyah., Hasanah, U., Windani, I., Wicaksono, A, I., Widiyantono, D.,
Zulfanita. 2022. Penguatan Minat Wirausaha Mahasiswa Melalui Pendampingan
Penyusunan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan Pada
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, Vol. 6 No. 2, 936-940.
Yestisna., Alvian, A. 2021. Minat Kewirausahaan Mahasiswa Melalui Kreativitas dan
Inovasi Pada Mahasiswa Universitas Dharma Andalas Padang. Jurnal. Vol. XV,
No. 01, 133-140.

Anda mungkin juga menyukai