PENDAHULUAN
Dalam hidup, manusia pasti mempunyai tujuan yang dilatarbelakangi oleh motivasi yang
berasal dari dalam dirinya. Motivasi kewirausahaan siswa mendorong upaya memulai bisnis
mereka sendiri, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kolaborasi antara orang lain dan
orang lain. Pada dasarnya manusia saling membutuhkan untuk hidup, itulah sebabnya manusia
disebut makhluk sosial. Masyarakat hidup saling bergantung dan selalu mendapat manfaat
satu sama lain .
Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya, ada siswa yang
motivasinya bersifat intrinsik dimana kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada
faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik,
kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di
dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anakanak dan
remaja dalam proses belajar (Suprihatin, 2015). Baum, Frese, and Baron (2007) menjelaskan
motivasi kewirausahaan ini mencakup dorongan untuk mencapai tujuan bisnis, seperti yang
berkaitan dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang bisnis. Motivasi
mengembangkan usaha baru tidak hanya didasarkan pada keyakinan terhadap kemampuan
seseorang untuk berhasil, namun juga pada akses seseorang terhadap informasi mengenai
peluang usaha.
Pengusaha sukses yang memiliki N Ach (Need for Achievement) tinggi akan memberikan
panduan untuk analisis diri. N Ach adalah tanda penting dari dinamisme bisnis. Motivasi
berwirausaha muncul dari keinginan untuk sukses. Semakin anda yakin akan pentingnya
pencapaian anda, semakin Anda yakin bahwa pencapaian Anda dapat mendorong pencapaian
pencapaian yang lebih baik lagi. Motivasi berwirausaha memerlukan kekuatan untuk
memperjuangkan kesuksesan, kemauan belajar melihat keberhasilan orang lain, dan keinginan
yang kuat untuk mengatasi hambatan dalam berwirausaha. Menurut Sarosa (2005) mengatakan
penggerak psikologis utama yang memotivasi wiraswastawan adalah kebutuhan untuk
berprestasi.
Menurut Suryana (2003) menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu yang
baru”. “Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk
menemukan caracara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang”.
Kreativitas merupakan suatu topik yang relevan tidak hanya bagi wirausaha yang baru
memulai, tetapi juga bagi bisnis dan kegiatan bisnis pada umumnya.
Penciptaan wirausaha (entrepreneur) menjadi alternatif solusi atas berbagai masalah di
masyarakat seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial, meningkatnya pengangguran usia
produktif saat ini, yang kesemuanya menuntut adanya tindakan kreatif dan inovatif. Jiwa
kewirausahaan bukan hanya sebatas kecerdasan akademik dan keterampilan menghasilkan
produk tetapi juga jiwa dinamis dalam menangkap tantangan dan resiko kemudian merubahnya
menjadi peluang dan potensi pertumbuhan (Soegoto, 2009).
Suatu negara akan maju dan sejahtera bila jumlah wirausahanya minimal dua orang dari
jumlah penduduk 4 jiwa. Saat ini, meski AS memiliki 11,5 hingga 12%, Singapura 7%, dan
Tiongkok, serta Jepang 10%, Indonesia hanya memiliki 0,24% dari total populasi 238 juta
jiwa, artinya masih membutuhkan sekitar 4 juta orang pengusaha. Meskipun Indonesia
mendidik sekitar 700 lulusan baru setiap tahunnya dan berpotensi melipatgandakan
pertumbuhan ekonomi, total pendapatan per kapita, mengurangi pengangguran dan
kemiskinan dengan meningkat secara bertahap namun yang pasti jumlah wirausahawan
berkembang pesat dengan menggunakan teknologi yang berkembang pesat saat ini (Ciputra,
2009). Hal ini sungguh disayangkan karena kewirausahaan berpotensi mengurangi kemiskinan
dan membuka lapangan kerja. Inilah sebabnya mengapa sociopreneurship dapat menjadi solusi
pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. Karena bersifat berkelanjutan dalam
perekonomian, wirausaha sosial memiliki kemampuan untuk memberikan solusi yang efektif
dan taktis terhadap permasalahan perekonomian Indonesia.
Technopreneurship adalah proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi
sebagai basisnya dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak
bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi
nasional. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa technopreneurship adalah proses dalam
sebuah organisasi yang mengutamakan inovasi dan secara terus menerus menemukan
problem utama organisasi, memecahkan permasalahannya, dan mengimplementasikan cara-
cara pemecahan masalah dalam rangka meningkatakan daya saing di pasar global
(Okorie, 2014). Technopreneurship menggabungkan antara teknologi dan kewirausahaan.
Dalam konsep technopreneurship, basis pengembangan kewirausahaan bertitik tolak dari
adanya invensi dan inovasi dalam bidang teknologi yang tidak sekedar high-tech
melainkan aplikasi pengetahuan pada kerja orang (human work) seperti penerapan
akuntansi, ekonomi order quantity, pemasaran secara lisan maupun online.
Setiap orang di dunia ini mempunyai bakat, minat, dan hobi yang akan membawa banyak
manfaat bila mengetahui cara memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Setelah lulus kuliah,
kita bisa memilih dari 4 pilihan: bekerja, memiliki usaha, atau melanjutkan studi. Pengusaha
adalah seseorang yang mengelola dan menghitung peluang dan risiko dari dinamika yang baru
atau berbeda, harus mampu memadukan logika (otak kiri) dan kreativitas (otak kanan).
Kewirausahaan adalah suatu usaha untuk memulai atau mengelola suatu usaha.
Technopreneurship adalah upaya memulai atau menjalankan bisnis yang menggunakan
teknologi sebagai inovasi, seringkali menciptakan sesuatu yang belum ada dengan visi jangka
panjang. Menurut dr. Suryana Msi, dalam bukunya kewirausaan (2003) pengetahuan
kewirausahaan berasal dari pengetahuan di bidang bisnis. Namun kemudian diperluas ke sektor
lain, khususnya industri, pendidikan, kesehatan, organisasi pemerintah, universitas dan lain-
lain. Berdasarkan pendapat di atas, siswa SMA mempunyai peluang yang sangat baik untuk
ikut serta dalam pembangunan perekonomian kerakyatan, termasuk siswa yang bersiap untuk
menempati lapangan kerja sebagai tenaga kerja dari dunia usaha dan industri.
b. Persiapan Alat.
Persiapan peralatan dan kuisuiner untuk pelatihan ini meliputi :
1. Mengunduh aplikasi zoom pada laptop/komputer/handphone.
2. Membuat kuisuiner tingkat pemahaman dan kepuasan pelatihan yang akan
diberikan kepada peserta.
4.1 Anggaran
Biaya pelaksanaan kegiatan
Subtotal 4.000.000
Persiapan dan Pelaksanaan kegiatan PKM :
- u a n g l e l a h Makan siang & Snack siswa 50 orang 50.000 2.500.000
3 peserta
- Penyewaan zoom 6 jam 300.000 300.000
- Pembuatan materi per pemakalah 300.000
1 set 900.000
Subtotal 3.700.000
Perjalanan dan Lain-lain
- Biaya telp dan koordinasi dengan sekolah - 500.000 500.000
dan siswa
- Pembuatan Laporan Akhir 10 Eksemplar 100.000 1.000.000 1.000.000
Subtotal 1.500.000
TOTAL Rp 9.200.000
4.1 Jadwal