Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam hidup, manusia pasti mempunyai tujuan yang dilatarbelakangi oleh motivasi yang
berasal dari dalam dirinya. Motivasi kewirausahaan siswa mendorong upaya memulai bisnis
mereka sendiri, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kolaborasi antara orang lain dan
orang lain. Pada dasarnya manusia saling membutuhkan untuk hidup, itulah sebabnya manusia
disebut makhluk sosial. Masyarakat hidup saling bergantung dan selalu mendapat manfaat
satu sama lain .

Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya, ada siswa yang
motivasinya bersifat intrinsik dimana kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada
faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik,
kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di
dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anakanak dan
remaja dalam proses belajar (Suprihatin, 2015). Baum, Frese, and Baron (2007) menjelaskan
motivasi kewirausahaan ini mencakup dorongan untuk mencapai tujuan bisnis, seperti yang
berkaitan dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang bisnis. Motivasi
mengembangkan usaha baru tidak hanya didasarkan pada keyakinan terhadap kemampuan
seseorang untuk berhasil, namun juga pada akses seseorang terhadap informasi mengenai
peluang usaha.

Pengusaha sukses yang memiliki N Ach (Need for Achievement) tinggi akan memberikan
panduan untuk analisis diri. N Ach adalah tanda penting dari dinamisme bisnis. Motivasi
berwirausaha muncul dari keinginan untuk sukses. Semakin anda yakin akan pentingnya
pencapaian anda, semakin Anda yakin bahwa pencapaian Anda dapat mendorong pencapaian
pencapaian yang lebih baik lagi. Motivasi berwirausaha memerlukan kekuatan untuk
memperjuangkan kesuksesan, kemauan belajar melihat keberhasilan orang lain, dan keinginan
yang kuat untuk mengatasi hambatan dalam berwirausaha. Menurut Sarosa (2005) mengatakan
penggerak psikologis utama yang memotivasi wiraswastawan adalah kebutuhan untuk
berprestasi.

Menurut Suryana (2003) menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu yang
baru”. “Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk
menemukan caracara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang”.
Kreativitas merupakan suatu topik yang relevan tidak hanya bagi wirausaha yang baru
memulai, tetapi juga bagi bisnis dan kegiatan bisnis pada umumnya.
Penciptaan wirausaha (entrepreneur) menjadi alternatif solusi atas berbagai masalah di
masyarakat seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial, meningkatnya pengangguran usia
produktif saat ini, yang kesemuanya menuntut adanya tindakan kreatif dan inovatif. Jiwa
kewirausahaan bukan hanya sebatas kecerdasan akademik dan keterampilan menghasilkan
produk tetapi juga jiwa dinamis dalam menangkap tantangan dan resiko kemudian merubahnya
menjadi peluang dan potensi pertumbuhan (Soegoto, 2009).

Suatu negara akan maju dan sejahtera bila jumlah wirausahanya minimal dua orang dari
jumlah penduduk 4 jiwa. Saat ini, meski AS memiliki 11,5 hingga 12%, Singapura 7%, dan
Tiongkok, serta Jepang 10%, Indonesia hanya memiliki 0,24% dari total populasi 238 juta
jiwa, artinya masih membutuhkan sekitar 4 juta orang pengusaha. Meskipun Indonesia
mendidik sekitar 700 lulusan baru setiap tahunnya dan berpotensi melipatgandakan
pertumbuhan ekonomi, total pendapatan per kapita, mengurangi pengangguran dan
kemiskinan dengan meningkat secara bertahap namun yang pasti jumlah wirausahawan
berkembang pesat dengan menggunakan teknologi yang berkembang pesat saat ini (Ciputra,
2009). Hal ini sungguh disayangkan karena kewirausahaan berpotensi mengurangi kemiskinan
dan membuka lapangan kerja. Inilah sebabnya mengapa sociopreneurship dapat menjadi solusi
pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. Karena bersifat berkelanjutan dalam
perekonomian, wirausaha sosial memiliki kemampuan untuk memberikan solusi yang efektif
dan taktis terhadap permasalahan perekonomian Indonesia.

Sociopreneurship merupakan jalan strategis untuk menciptakan masyarakatyang sejahtera


dengan peran serta pemuda. Bayangkan di setiap daerah ada 10 orang saja yang merintis untuk
berwirausaha dengan konsep sociopreneursip. Di masa depan, Indoenesia akan mengalami
penurunan angka kemiskinan yang nyata dan banyak lapangan kerja yang tersedia untuk
generasi muda.Karena rakyat Indonesia telah menunggu perubahan masa depan yang salah
satunya bisa melalui sociopreneurship. Kewirausahaan sosial atau sociopreneurship
mempunyai tantangan yang besar pula yaitu bagaimana ide yang ditawarkan dapatditerima
masyarakat (Dhewanto, dkk,2013). Sociopreneurship berperan menyediakan lapangan kerja
bagi pencari kerja, diharapkan tingkat pengangguran bekurang.

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 menyebutkan bahwa dalam Untuk


meningkatkan daya saing nasional, perlu dilakukan pembinaan terhadap wirausahawan baru
yang tangguh, kreatif, dan profesional. Pengembangan inkubator startup bertujuan untuk
menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha baru yang bernilai ekonomi dan berdaya saing
tinggi, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia yang terdidik untuk
menggerakkan perekonomian dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Technopreneurship adalah proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi
sebagai basisnya dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak
bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi
nasional. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa technopreneurship adalah proses dalam
sebuah organisasi yang mengutamakan inovasi dan secara terus menerus menemukan
problem utama organisasi, memecahkan permasalahannya, dan mengimplementasikan cara-
cara pemecahan masalah dalam rangka meningkatakan daya saing di pasar global
(Okorie, 2014). Technopreneurship menggabungkan antara teknologi dan kewirausahaan.
Dalam konsep technopreneurship, basis pengembangan kewirausahaan bertitik tolak dari
adanya invensi dan inovasi dalam bidang teknologi yang tidak sekedar high-tech
melainkan aplikasi pengetahuan pada kerja orang (human work) seperti penerapan
akuntansi, ekonomi order quantity, pemasaran secara lisan maupun online.

Setiap orang di dunia ini mempunyai bakat, minat, dan hobi yang akan membawa banyak
manfaat bila mengetahui cara memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Setelah lulus kuliah,
kita bisa memilih dari 4 pilihan: bekerja, memiliki usaha, atau melanjutkan studi. Pengusaha
adalah seseorang yang mengelola dan menghitung peluang dan risiko dari dinamika yang baru
atau berbeda, harus mampu memadukan logika (otak kiri) dan kreativitas (otak kanan).
Kewirausahaan adalah suatu usaha untuk memulai atau mengelola suatu usaha.
Technopreneurship adalah upaya memulai atau menjalankan bisnis yang menggunakan
teknologi sebagai inovasi, seringkali menciptakan sesuatu yang belum ada dengan visi jangka
panjang. Menurut dr. Suryana Msi, dalam bukunya kewirausaan (2003) pengetahuan
kewirausahaan berasal dari pengetahuan di bidang bisnis. Namun kemudian diperluas ke sektor
lain, khususnya industri, pendidikan, kesehatan, organisasi pemerintah, universitas dan lain-
lain. Berdasarkan pendapat di atas, siswa SMA mempunyai peluang yang sangat baik untuk
ikut serta dalam pembangunan perekonomian kerakyatan, termasuk siswa yang bersiap untuk
menempati lapangan kerja sebagai tenaga kerja dari dunia usaha dan industri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan diambil.
1. Bagaimana tingkat pemahaman dan keterlibatan siswa terhadap konsep technopreneurship
dan sociopreneurship di sekolah menengah atas Kota Balikpapan?
2. Bagaimana efektivitas metode dan strategi yang digunakan dalam mengimplementasikan
program kewirausahaan, terutama dalam aspek technopreneurship dan sociopreneurship,
di sekolah menengah atas Kota Balikpapan?
3. Apa dampak dari pelaksanaan program kewirausahaan, terutama dalam aspek
technopreneurship dan sociopreneurship, terhadap perkembangan keterampilan dan minat
siswa di sekolah menengah atas Kota Balikpapan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan Kegiatan :
1. Untuk memberikan tingkat pemahaman dan keterlibatan siswa terhadap konsep
technopreneurship dan sociopreneurship di sekolah menengah atas Kota Balikpapan.
2. Untuk memperoleh efektivitas metode dan strategi yang digunakan dalam
mengimplementasikan program kewirausahaan, terutama dalam aspek technopreneurship
dan sociopreneurship, di sekolah menengah atas Kota Balikpapan.
3. Memberikan dampak dari pelaksanaan program kewirausahaan, terutama dalam aspek
technopreneurship dan sociopreneurship, terhadap perkembangan keterampilan dan minat
siswa di sekolah menengah atas Kota Balikpapan.
Manfaat Kegiatan :
1. Siswa Menengah Atas.
Dapat memotivasi siswa untuk memulai usaha sejak dibangku sekolah dan memberikan
pengetahuan dasar serta memberikan ide – ide kewirausahaan siswa yang ingin
dikembangkan.
2. Sekolah Menengah Atas.
Penerapan program kewirausahaan yang sukses dapat meningkatkan citra sekolah sebagai
lembaga pendidikan inovatif yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didiknya.

1.4 Permasalahan Mitra


Dalam pembangunan negeri ini, partisipasi seluruh lapisan masyarakat perlu terus
ditingkatkan. Penerapan koordinasi antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah harus lebih
kuat. Setiap warga negara harus berperan aktif dalam pembangunan dan kemajuan negara ini.
Peran generasi penerus bangsa (dalam hal ini generasi muda yang duduk di bangku sekolah
menengah) dianggap sangat penting karena jumlah generasi muda saat ini cukup besar dan
pada tahun 2025, Indonesia diperkirakan akan memperoleh manfaat dari demografinya.
Semoga generasi muda menjadi pemimpin masa depan. Namun belakangan ini terungkap
bahwa sangat sedikit anak-anak zaman sekarang yang termotivasi menjadi wirausaha karena
alasan modal dan lain-lain. Kalaupun hal ini dipahami secara umum, bangsa yang berdaya
saing harus mengarahkan roda perekonomiannya berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Berdasarkan isu diatas, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat diberikan
dalam bentuk pelatihan dengan topik “Motivasi dan pelatihan Kewirausahaan”. Diharapkan
kegiatan ini mendapat kerjasama dari SMA seluruh Kota Balikpapan sebagai tempat
pelaksanaan dan mengundang beberapa siswa untuk turut serta menjadi peserta dalam
kegiatan ini.
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MITRA

2.1 Gambaran Umum


Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, terdapat beberapa gambaran yang
dipaparkan antara lain:
1. Mengenal apa itu kewirausahaan? serta perannya dalam menciptakan keunggulan
kompetitif nasional.
2. Memahami dan memahami studi kelayakan bisnis dan rencana pemilihan ide bisnis.
3. Kemampuan menangkap ide bisnis dan menciptakan peluang bisnis serta inovasi yang
dapat memberikan manfaat atau meningkatkan kualitas hidup.
4. Memahami generasi ide bisnis dan kebutuhan pengembangan desain produk.

2.2 Luaran PKM


Pelatihan ini dapat memberikan motivasi, motivasi, pencerahan dan meningkatkan
kesadaran peserta agar dapat berpartisipasi aktif dalam mencari solusi inovatif atas
permasalahan (kebutuhan) masyarakat, sekaligus dapat menciptakan peluang usaha. Berbagai
kasus diterapkan untuk meningkatkan ide kreatif dan mengembangkan interaksi peserta
selama proses pelatihan. Dan pelatihan ini juga diharapkan dapat mendorong lahirnya
wirausaha-wirausaha baru sehingga kedepannya Indonesia dapat mencapai kemandirian dan
kedaulatan ekonomi.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahapan Pelaksanaan

3.1.1 Persiapan Kegiatan


a. Survei Kebutuhan:
Analisis dilakukan dengan survei wawancara terlebih dahulu kepada beberapa
guru dan pelajar menengah atas.

b. Persiapan Alat.
Persiapan peralatan dan kuisuiner untuk pelatihan ini meliputi :
1. Mengunduh aplikasi zoom pada laptop/komputer/handphone.
2. Membuat kuisuiner tingkat pemahaman dan kepuasan pelatihan yang akan
diberikan kepada peserta.

3.2.1 Pelaksanaan kegiatan.


Adapun pelaksanaan PKM yang akan dilakukan sebagai berikut.
1. Kata sambutan Kepsek /wakil dari sekolah
2. Kata Pengantar dari Ketua Pelaksana PKM
3. Pengantar kewirausahaan
4. Aspek kebutuhan pasar dan studi kelayakan
5. Pembangkitan ide usaha dan desain konsep kebutuhan
6. Pembagian kuisuiner Kepuasan Pelatihan

3.2 Partisipasi Mitra dalam PKM


Sekolah Menengah Atas yang bekerjasama dalam penyelenggaraan pelatihan ini
mencanangkan seruan dan mengingatkan siswa untuk mengikuti pelatihan ini namun tetap
harus menjunjung ketertiban dan keramahan selama kegiatan berlangsung.

3.3 Kepakaran dan Pembagian Tugas PKM


Tim PKM akan dibagi tugas masing-masing sebagai Instruktur sesuai dengan keahlian
yang dimiliki, sebagai berikut:
1. Keahlian di bidang riset operasi, pemodelan dan simulasi, desain bisnis industri, serta
desain konsep dan spesifikasi produk. Dengan keterampilan ini peserta akan lebih
memahami proses pengembangan ide dan desain produk.
2. Keahlian strategi dalam pelaksanaan Technopreneurship dan Sosiopreneurship.
3. Tim mahasiswa mempresentasikan contoh-ontoh tugas, ide dan inovasi.
BAB IV
ANGGARAN

4.1 Anggaran
Biaya pelaksanaan kegiatan

Tabel 4.1 Rekapitulasi Biaya PKM


No. Rekapitulasi Biaya Jumlah (Rp) Persentase
1 Honorarium 4.000.000 43 %
2 Persiapan dan Pelaksanaan PKM 3.400.000 37 %
3 koordinasi dan lain-lain 1.500.000 20 %
Total biaya 9.200.000 100%

4.2 Rincian Biaya PKM


Harga (Rp)
No. Uraian Biaya Jumlah Satuan Jumlah
1 Honorarium :
Honor instruktur 1 Orang 1.500.000 1.500.000
Honor Nara Sumber 1 Orang 1.500.000 1.500.000
2 Honor Mhsiswa 4 Orang 250.000 1.000.000

Subtotal 4.000.000
Persiapan dan Pelaksanaan kegiatan PKM :
- u a n g l e l a h Makan siang & Snack siswa 50 orang 50.000 2.500.000
3 peserta
- Penyewaan zoom 6 jam 300.000 300.000
- Pembuatan materi per pemakalah 300.000
1 set 900.000
Subtotal 3.700.000
Perjalanan dan Lain-lain
- Biaya telp dan koordinasi dengan sekolah - 500.000 500.000
dan siswa
- Pembuatan Laporan Akhir 10 Eksemplar 100.000 1.000.000 1.000.000

Subtotal 1.500.000

TOTAL Rp 9.200.000
4.1 Jadwal

Rencana Waktu Pelaksanaan Kegiatan:


Tabel 4.3. Tahapan Kegiatan PKM
No. Kegiatan Semester Genap 2023/2024
Sep Okto Nop Des Jan Per
1. Komunikasi awal untuk mengerti
kebutuhan dari kegiatan pelatihan
2. Menyiapkan materi presentasi,Materi /
bahan pelatihan.
3. Pelaksanaan kegiatan PKM
4. Laporan hasil PKM
Daftar Pustaka
Suprihatin, S. (2015). Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro, 3(1), 73-82.
Baum, J. R., Frese, M., & Baron, R. A. (2007). The psychology of entrepreneurship. Mahwa, New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Sarosa, P. (2005). Kiat praktis membuka usaha. Becoming young entrepreneur: Dream big start
small, act now! Panduan praktis & motivasional bagi kaum muda dan mahasiswa.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Suryana. (2003). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta: Salemba Empat
Suryana. 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menunju Sukses, Edisi Revisi,
Jakarta: Salemba Empat.
Kementrian Koperasi UMKM RI, 2005, Peran UKM dalam Pembangunan Ekonomi Nasional,
diakses pada 18 Desember 2023.
Ciputra. 2009.Ciputra Quantum Leap Entrepreneurship: Mengubah Masa Depan Bangsa dan Masa
Depan Anda (edisi ke-4). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Okorie N. N. et al. 2014. Technopreneurship: An Urgent Need in The Material World
for Sustainability in Nigeria. European Scientific Journal, 10(30): 1857-7881
Dhewanto, Wawan. dkk.2013.Inovasidan Kewirausahaan Sosial.Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai