Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KEPEMILIKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN:

EVALUASI OUTCOME PENDIDIKAN MENENGAH DI JAWA

Wahyu Purhantara
STIE Mitra Indonesia Yogyakarta, Indonesia
yupur66@gmail.com

Abstract: Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan: Evaluasi Outcome Pendidikan


Menengah di Jawa. Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk karakter
dan jiwa kewirausahaan. Karena Indonesia memiliki kurang dari 2% dari penduduknya
sebagai pengusaha, pendidikan kewirausahaan menjadi hal yang penting. Menurut
Drucker, sebuah negara akan makmur jika penduduknya memiliki jiwa kewirausahaan.
Pertanyaannya adalah, mengapa semangat kewirausahaan memainkan peran penting
dalam pengembangan organisasi, bisnis, dan pengembangan diri? Jawabannya adalah
bahwa kewirausahaan melatih orang untuk menjadi mandiri, kreatif, inovatif, kom-
petitif, berorientasi hasil, menyukai tantangan, bekerja keras, dan sebagainya. Hasil
evaluasi terhadap jiwa kewirausahaan berdasarkan hasil proses pendidikan tingkat
SMA/SMK di 5 kota di Jawa pada tahun 2011 menunjukkan bahwa mereka tidak mem-
iliki jiwa kewirausahaan seperti yang diharapkan oleh standar kompetensi bagi lulusan
SMA / SMK.

Kata kunci: Jiwa Kewirausahaan, Pendidikan Kewirausahaan

Abstract: Entrepreneurial Spirit Analysis: Outcome Evaluation of Secondary Educa-


tion in Java. Education has central role in forming character and entrepreneurial spirit.
Since Indonesia has less than 2% of its inhabitants as entrepreneurs, education of en-
trepreneurship becomes urgent. According to Drucker, a country would be prosperous
if its inhabitants have entrepreneurial spirit. The question is, why entrepreneurial
spirit plays an important role in organization development, business, and self devel-
opment? The answer is that entrepreneurship trains people to become self-support-
ing, creative, innovative, competitive, result oriented, fond of challenges, hard work-
ing, and so on. Result of evaluation on entrepreneurial spirit of high school education
outcome in 5 towns in Java in 2011 indicates that they do not have entrepreneurship
spirit as expected by the standard of competence for SMA/ SMK graduates.

Keywords: Entrepreneurial Spirit, Entrepreneurship Education

PENDAHULUAN rena itu pendidikan tidak hanya berfungsi un-


Pendidikan memiliki nilai yang strategis tuk how to know, dan how to do, tetapi
dan urgen dalam upaya membentuk suatu mereka juga dituntut untuk melakukan how
karakter dan masa depan suatu bangsa. Pen- to be. Persoalannya sekarang adalah untuk
didikan itu juga berupaya untuk menjamin mewujudkan how to do masih tertatih-tatih,
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab apalagi untuk mengerjakan how to be. Untuk
lewat pendidikanlah akan diwariskan jiwa upaya ini diperlukan adanya transfer budaya
luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut, ka- dan karakter. Jika hal ini dikaitkan dengan
pendidikan kewirausahaan, maka akan

175
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

terasa sekali bahwa pendidikan kita ternyata pelakunya adalah orang tua siswa. Semen-
masih jauh dari idealisme iklim tara siswa hanya duduk menonton dan ber-
kewirausahaan. Hal ini dikarenakan kondisi belanja, tanpa menjadi pelaku aktif. Padahal
budaya dan karakter orang Indonesia belum saat itu adalah saat yang tepat untuk mem-
memiliki entrepreneurial minded. buat siswa mempunyai keterampilan men-
Saat ini pendidikan kewirausahaan di ciptakan produk yang handal, memiliki daya
sekolah di semua jenjang pendidikan meru- saing tinggi, kemampuan menjual dan me-
pakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Sebab masarkan produk, mengelola organisasi yang
kemampuan wirausaha membuat seseorang berorientasi pasar, dan lain-lain (Pinayani,
bisa mandiri bahkan bisa menciptakan lapan- 2006).
gan kerja. Pendidikan kewirausahaan ber- Kualitas pendidikan di Indonesia pada
tujuan untuk membentuk manusia secara umumnya diakui oleh banyak kalangan me-
utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki mang belum dapat disejajarkan dengan
karakter, pemahaman dan ketrampilan se- kualitas pendidikan di negara-negara lain ter-
bagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan masuk ASEAN. Seperti diungkap Syafiq &
kewirausahaan dapat diimplementasikan Fikawati “… kondisi yang terjadi saat ini ada-
secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan lah banyaknya keluhan dari dunia usaha dan
pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidi- industri (DU-DI) tentang kompetensi yang di-
kan kewirausahaan dilakukan oleh kepala miliki tenaga kerja kita belum memenuhi
sekolah, guru, tenaga kependidikan (konse- kebutuhan pengguna. Contohnya bila ada
lor), peserta didik secara bersama-sama se- permintaan tenaga kerja (perawat) yang
bagai suatu komunitas pendidikan. Pendidi- cukup banyak jumlahnya dari luar negeri, da-
kan kewirausahaan diterapkan ke dalam ku- lam penyaringan hanya 4% yang memenuhi
rikulum dengan cara mengidentifikasi jenis- syarat. Hal ini disebabkan belum adanya
jenis kegiatan di sekolah yang dapat mereal- standar kompetensi untuk setiap kualifikasi
isasikan pendidikan kewirausahaan dan dire- tenaga kerja“ (22 Februari 2007).
alisasikan peserta didik dalam kehidupan Pada hal AFTA (Asean Free Trade Area)
sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidi- yang dimulai sejak 1 Januari 2003 dan AFLA
kan kewirausahaan di sekolah dapat diinter- (Asean Free Labour Area) telah dimulai pula,
nalisasikan melalui berbagai aspek (Pinayani, ACFTA (Asean China Free Trade Area) telah
2006). dimulai sejak awal tahun 2010, akan sangat
Upaya untuk memasukkan aspek memprihatinkan nasib outcome pendidikan
kewirausahaan di sekolah telah lama di- menengah di Indonesia. Fenomena ini mem-
usahakan. Banyak sekolah yang telah me- berikan arti bahwa persaingan tenaga kerja
masukkan aspek kewirausahaan di sekolah atau SDM menjadi terbuka. Konsekuensinya,
sebagai acara puncak dari sebuah tema pem- tenaga kerja (SDM) kita harus mampu ber-
belajaran (Brennan, Kogan & Teichler, 1996). saing secara terbuka dengan tenaga kerja
Banyak acara bazar atau pasar murah yang (SDM) asing dari berbagai negara. Jika tidak,
berlangsung di sekolah. Sayangnya yang jadi maka tenaga kerja (SDM) Indonesia akan ter-
sisih oleh tenaga kerja asing (SDM) dari

176
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

negeri jiran Malaysia, Philipina, Bangladesh, dengan kemajuan ‘hanya’ seperti ini, maka
India, dan sebagainya, sehingga menjadi “pe- untuk mencapai kepemilikan wirausaha (en-
nonton” di negeri sendiri. Pada hal selama ini trepreneurs) Indonesia sebesar 2% diper-
tenaga kerja (SDM) Indonesia belum mampu lukan waktu yang sangat lama, sekitar 50
bersaing dengan tenaga kerja asing. Bersa- sampai 100 tahun (Frinces, 2010).
maan dengan itu, era kompetisi yang cender- Pendidikan kita selama ini cenderung
ung individualistik kini sudah bergeser ke era berjalan dengan verbalistik dan berorientasi
komunalitas, yang memerlukan kesadaran semata-mata kepada penguasaan mata pela-
untuk saling mengerti dan saling mem- jaran (Satori, & Saud, 2003). Pengamatan ter-
bantu.Ini berarti bahwa bidang pendidikan hadap praktek pendidikan sehari-hari
perlu secara aktif berperan mempersiapkan menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan
calon tenaga kerja (SDM) agar mampu ber- agar siswa menguasai informasi yang terkan-
saing dengan rekan mereka dari negara lain. dung dalam materi pelajaran dan kemudian
Oleh karena itu, pendidikan kini juga harus dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu
memperhatikan perkembangan tersebut. dicapai oleh siswa. Seakan-akan pendidikan
Di banyak negara-negara maju, baik itu di bertujuan untuk menguasai matapelajaran.
Eropa, Amerika Serikat, ataupun di Asia, un- Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan
tuk mencapai tingkat kemakmurannya kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi
mereka membutuhkan sekitar 7 – 11% dari tersebut dapat digunakan untuk memeca-
penduduknya menjadi wirausaha. Se- hkan problema kehidupan, kurang mendapat
dangkan di Indonesia, hanya 0,18% dari perhatian. Pendidikan seakan terlepas dari
masyarakatnya memiliki ‘entrepreneurs’ (Ci- kehidupan keseharian, seakan-akan pendidi-
putra, 2009). Ini berarti bahwa kondisi kan untuk pendidikan atau pendidikan tidak
penduduk Indonesia masih jauh dari ideal- terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh
isme penciptaan kemakmuran. Pola pendidi- karena itu siswa tidak mengetahui manfaat
kan di Indonesia belum berbasiskan pengaja- apa yang dipelajari dan sampai lulus sering-
ran dan pendidikan entrepreneurial spirit. kali tidak tahu bagaimana menggunakan apa
Oleh karenanya, perlu dipikirkan bagaimana yang telah dipelajari dalam kehidupan
upaya pemerintah untuk menciptakan sehari-hari yang dihadapi.
orang-orang yang mampu berpikir seperti Menyadari hal di atas, pemerintah telah
wirausaha, sehingga orientasi pendidikan melakukan berbagai upaya agar kualitas pen-
tidak lagi pada job oriented, tetapi mencip- didikan dapat meningkat. Akhir-akhir ini, ke-
takan orang-orang yang berwatak wirausaha, bijakan dalam dunia pendidikan yang gencar
memiliki kepedulian kepada lingkungan seki- untuk digalakkan adalah program pendidikan
tar, dan mampu menangkap peluang untuk berorientasi kecakapan hidup (life skill) dan
mandiri. Bila kemajuan ekonomi dan pen- pengembangan Kurikulum Berbasis Kompe-
didikan di Indonesia serta tingkat demokrasi, tensi (KBK) (Satori & Udin, 2003). Bekal life
kebebasan politik dan ekonomi (democracy, skill dan kompetensi ini yang nantinya dapat
political and economic freedom) seperti ini
terus berlangsung dengan tingkat perubahan

177
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

dijadikan modal dasar bagi para lulusan pen- yang harus dilakukan dalam kegiatan pen-
didikan untuk menumbuhkembangkan jiwa didikan. Menurut Sukmadinata, (2007), eval-
kewirausahaan. uasi diartikan sebagai proses menggam-
Proses pendidikan akan menghasilkan barkan dan memberikan informasi yang
outcome sebagai suatu akibat dari sebuah berguna untuk menilai alternatif keputusan
output. McNamara, (2002) mengartikan out- Evaluasi dimaksudkan untuk mendapat-
come: kan penilaian atas hasil yang telah dicapai.
“These are actual impact/ benefits/ Dalam hal kaitan dengan outcome pendidi-
changes for participants during or after pro- kan menengah, kegiatan evaluasi diharapkan
gram. These change, or outcome, are usually untuk mendapatkan masukan dari para
expressed in term of: knowledge and skills pelaku (karyawan) dunia usaha, dunia indus-
(these are often considered to be rather short tri, perguruan tinggi, lembaga dan atau in-
term outcome), behavior (these are often stansi pengguna lulusan pendidikan menen-
considered to be rather intermediate-term gah, dan kesan atas kinerja mereka (kepua-
outcome), value, condition and status (these san pelanggan). Evaluasi outcome ini dapat
are often considered to rather long-term out- dilakukan dengan menggunakan pendekatan
come)”. model evaluasi kesenjangan (discrepancy
Dengan demikian, outcome adalah dam- model).
pak, keuntungan atau perubahan yang ter- Evaluasi model kesenjangan (discrepancy
jadi pada partisipan sebagai hasil dari sebuah model) pada penelitian ini dimaksudkan un-
program atau proyek, seperti: pengetahuan, tuk mengetahui tingkat kesesuaian antara
ketrampilan, sikap, tingkah laku, status, atau baku (standard) kompetensi lulusan yang su-
kondisi kehidupan. Jadi outcome merupakan dah ditentukan dalam program dengan
kualitas sebuah produk yang dirasakan oleh kinerja (performance) realita kepemilikan
pengguna. Dalam institusi pendidikan, jiwa kewirausahaan dari program pendidikan
produk yang dimaksud adalah lulusan lem- menengah (dalam penelitian ini hanya SMA
baga pendidikan yang juga merupakan dan SMK). Kesenjangan yang dapat dieval-
partisipan, sedangkan penggunanya adalah uasi dalam hal ini adalah: 1) kesenjangan an-
masyarakat yang memakai tenaga kerja lu- tara yang diduga atau diramalkan akan di-
lusan lembaga pendidikan (Teichler, 1999) peroleh dengan kondisi yang benar-benar
Dalam sebuah proses pembelajaran, direalisasikan; dan 2) kesenjangan antara
komponen yang turut menentukan keber- status kemampuan yang dimiliki dengan
hasilan sebuah proses adalah adanya eval- standar kemampuan yang ditentukan. Atas
uasi terhadap lulusan (produk) yang telah dasar realitas itu, maka pertanyaan
dihasilkan dan telah bekerja atau melanjut- penelitian ini adalah bagaimana bagaimana
kan studi. Melalui program evaluasi, orang kepemilikan jiwa kewirausahaan sebagai out-
akan mengetahui sampai sejauh mana pen- come Pendidikan Menengah yang tersebar di
yampaian program pendidikan dapat dicapai lima kota besar di Jawa?
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Eval- Kinerja SDM dipengaruhi oleh faktor
uasi merupakan salah satu kegiatan utama kemampuan dan motivasi. Kemampuan SDM

178
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

terdiri dari kemampuan potensi dan mengembangkan karyawannya. Kinerja


kemampuan reality yang meliputi setiap orang dipengaruhi oleh kompetensi
pengetahuan dan keterampilan, sedangkan individu, dukungan organisasi, dan struktur
motivasi merupakan kondisi yang organisasi.
menggerakkan diri pegawai yang terarah Salah satu faktor yang menentukan kuali-
untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja in- tas kinerja SDM adalah kompetensi SDM.
dividu sangat terkait dengan kemampuan Secara umum kompetensi diartikan sebagai
SDM. Kemampuan (ability) merujuk ke suatu hasil integrasi dari pengetahuan dan perilaku
kapasitas individu untuk mengerjakan yang berkaitan dengan keberhasilan atau
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. kegagalan seseorang dalam pekerjaan.
Seluruh kemampuan seorang individu pada Menurut Simanjuntak (2005), kompetensi
hakekatnya tersusun dari dua perangkat SDM adalah kemampuan dan ketrampilan
faktor: kemampuan intelektual dan melakukan kerja. Kemampuan setiap orang
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual dipengaruhi oleh kemampuan dan
adalah kemampuan yang diperlukan untuk ketrampilan kerja dan motivasi dan etos
menjalankan kegiatan mental, sementara kerja. Kemampuan dan ketrampilan kerja
kemampuan intelektual memainkan peran setiap orang dipengaruhi oleh kebugaran
yang lebih besar dalam pekerjaan-pekerjaan fisik dan kesehatan jiwa individu yang
rumit yang menuntut persyaratan bersangkutan, pendidikan, akumulasi
pemrosesan informasi. Kemampuan fisik pelatihan, dan pengalaman kerjanya.
yang khusus memiliki makna penting untuk Kompetensi seseorang dapat berkem-
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang bang atau meningkat melalui beberapa cara,
menuntut keterampilan dan lebih seperti melalui pengalaman, belajar sendiri,
terbakukan dengan sukses. Pekerjaan- pendidikan formal maupun melalui pendidi-
pekerjaan mengajukan tuntutan yang kan dan pelatihan (diklat) tertentu. Masing-
berbeda-beda terhadap orang dan bahkan masing pola perkembangan tersebut mem-
orang memiliki kemampuan yang berbeda. iliki kelebihan dan kekurangan, namun
Oleh karena itu kinerja karyawan sebaiknya diperoleh melalui perpaduan dari
ditingkatkan bila ada kesesuaian antara semua cara tersebut. Dari aspek teoritis dan
pekerjaan dengan kemampuan. praktis perkembangan kompetensi yang di-
Kemampuan individu banyak peroleh melalui Diklat dapat dikatakan lebih
dipengaruhi oleh berbagai faktor lengkap dan mendalam dari pada melewati
sebagaimana yang dikemukakan oleh pengalaman. Cara-cara inilah yang akan
Heidjarchman & Husnan (1997) yang memperkuat kompetensi seseorang, dan hal
menyatakan bahwa kemampuan merupakan ini akan mampu meneguhkan kepemilikan
faktor-faktor jabatan yaitu: pendidikan, jiwa kewirausahan seseorang.
inisiataif dan pengalaman. Kaitannya dengan Kewirausahaan (entrepreneurship) mun-
hal tersebut maka dalam rangka cul apabila seseorang individu berani
meningkatkan kinerja SDM, organisasi dapat mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide
menjalankan usaha-usaha untuk barunya. Proses kewirausahaan meliputi

179
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang usahanya. Frinces (2004), memberikan ciri-
berhubungan dengan perolehan peluang dan ciri seseorang yang memiliki karakter
penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2003). wirausaha sebagai orang yang (1)
Esensi dari kewirausahaan adalah mencip- percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil,
takan nilai tambah di pasar melalui proses (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa
pengkombinasian sumber daya dengan cara- kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan,
cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. dan (6) keorisinalan.
Menurut Zimmerer (2006), nilai tambah ter- Jadi, jiwa kewirausahaan dipengaruhi
sebut dapat diciptakan melalui cara-cara se- oleh keterampilan, kemampuan, atau kom-
bagai berikut: pengembangan teknologi baru petensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan
(developing new technology), penemuan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
pengetahuan baru (discovering new Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa
knowledge), perbaikan produk (barang dan seseorang wirausaha adalah seseorang yang
jasa) yang sudah ada (improving existing memiliki jiwa dan kemampuan tertentu da-
products or services), dan penemuan cara- lam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah
cara yang berbeda untuk menghasilkan ba- seseorang yang memiliki kemampuan untuk
rang dan jasa yang lebih banyak dengan sum- menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
ber daya yang lebih sedikit (finding different (ability to create the new and different) atau
ways of providing more goods and services kemampuan kreatif dan inovatif. Kemam-
with fewer resources).” puan kreatif dan inovatif tersebut secara riil
Walaupun di antara para ahli ada yang tercermin dalam kemampuan dan kemauan
lebih menekankan kewirausahaan pada untuk memulai usaha (start up), kemampuan
peran pengusaha kecil, namun sebenarnya untuk mengerjakan sesuatu yang baru (crea-
karakter wirausaha juga dimiliki oleh orang- tive), kemauan dan kemampuan untuk men-
orang yang berprofesi di luar wirausaha. cari peluang (opportunity), kemampuan dan
Karakter kewirausahaan ada pada setiap keberanian untuk menanggung risiko (risk
orang yang menyukai perubahan, pembaha- bearing) dan kemampuan untuk mengem-
ruan, kemajuan dan tantangan, apapun bangkan ide dan meramu sumber daya.
profesinya.
Dengan demikian, menurut Frinces METODE
(2004), kepemilikan jiwa kewirausahaan, Penelitian ini dilaksanakan pada Septem-
adalah usaha menciptakan nilai tambah ber-Desember 2011 dengan mengambil sam-
dengan jalan mengkombinasikan sumber- pel karyawan, mahasiswa dan wirausaha di
sumber melalui cara-cara baru dan berbeda lima kota besar di Jawa, yaitu Jakarta, Ban-
untuk memenangkan persaingan. dung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya,
Kewirausahaan adalah jiwa yang memben- dengan jumlah sample 504 responden.
tuk karakter dan perilaku seseorang yang Pengkajian ini menggunakan metode
selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan deskriptif analitik. Deskripsi lingkungan kerja,
bersahaja dan berusaha dalam rangka perkembangan di pendidikan tinggi dan ling-
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan kungan perkembangan kebutuhan ekonomi

180
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

regional dapat juga dipandang sebagai pen- bekerja sambil menunggu kesempatan
dekatan kasus jamak (multiple case studies), kuliah. Sedang lulusan SMK yang bekerja
namun dapat juga termasuk sebagai pada tahun itu juga sebesar 49%, dan mereka
pengkajian kebijakan Dirjen Pendidikan yang memilih melanjutkan studi di pendidi-
Tinggi yang bersifat eksplanatoris. Ketiga kan tinggi sebesar 24%, dan sisanya tidak
sudut pandang itu digunakan dalam garis dapat diketahui.
besarnya dalam pengkajian ini. Sedangkan Apabila hal tersebut dikaitkan dengan
pisau analisis dikembangkan dengan target kinerja dari Direktorat Pembinaan
menggunakan hasil kajian kebijakan, kajian SMK, di mana pada tahun 2011 ditargetkan
konseptual dan kajian empirik. lulusan SMA/SMK/SMLB bekerja pada tahun
Pada DU-DI, perguruan tinggi, dan kelulusan sebesar 52.92% (Renstra Dirjen
wirausaha dikumpulkan data melalui Dikmen 2010-2014: 66). Simpangan hasil sur-
kuesioner, observasi serta wawancara. Hasil vei dengan target ini dapat dipahami, meng-
temuan di lima kota terpilih kemudian ingat: pertama, survei hanya dilakukan di
diselenggarakan kajian mendalam dan di- lima kota besar di Jawa, sehingga angka ket-
crosschek (proses trianggulasi) dengan para erwakilan secara nasional belum dianggap
pengguna lulusan pendidikan menengah. cukup. Kedua, beberapa SMA dan SMK yang
Hasil wawancara dengan pimpinan DU-DI, dijadikan sampel survei tidak semuanya
pimpinan PTN-PTS, dan beberapa wirausaha- memiliki data yang komprehensif.
wan kemudian dianalisis dengan Secara rinci hasil survei kepemilikan jiwa
menggunakan hasil kajian konseptual dan kewirausahaan outcome pendidikan menen-
empirik. gah di lima kota besar di Jawa dapat dilihat
dari tiga karakteristik responden yakni karya-
HASIL DAN PEMBAHASAN wan perusahaan atau pemerintah, maha-
Lulus pendidikan menengah (SMA dan siswa, dan wirausahawan.
SMK) terus mau ke mana adalah sebuah per- Jiwa Kewirausahaan Karyawan
tanyaan klasik yang menjadi pikiran bagi Sebagai karyawan perusahaan atau
mereka. Dari data statistik menunjukkan pemerintah ditemukan bahwa jiwa
bahwa setiap tahunnya kurang lebih ada 2,2 kewirausahaan yang mereka miliki sekarang
juta jiwa yang lulus dari SMA dan SMK. Dari ini dapat dibilang hanya pas-pasan. Artinya,
angka tersebut, hanya 63% saja yang berhasil dalam hal kreativitas dan inovasi kurang dil-
melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi, akukan, karena mereka melakukan atau
dan sisanya (37%) dapat dipastikan menjadi menunggu orang lain melakukan inovasi
angkatan kerja (Harian Ekonomi Neraca, 6 (44,90%). Akibatnya, mereka tidak mampu
November 2011). Jika ini dikaitkan dengan menciptakan perubahan pada dirinya. Ini ter-
hasil pelacakan alumni (SMA dan SMK) Sep- bukti mereka menunggu diperintah orang
tember 2011 di lima kota besar di Jawa, lain untuk merubah diri (44,90%). Pada hal
menunjukkan bahwa lulusan SMA yang responden karyawan berpendidikan menen-
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi gah di lima kota besar di Jawa ternyata mem-
sebesar 74,74%, dan sisanya lebih memilih

181
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

iliki keahlian khusus (56,58%) dan menun- (83,78). Sementara untuk memperoleh ide
jang pekerjaannya (81,43%). Dari sejumlah inovasi pekerjaan dengan proses membaca
responden menyatakan bahwa keahlian khu- buku, majalah, atau referensi lainnya sangat
susnya menentukan dalam kualitas/ kuanti- kecil (2,32%). Ini menunjukkan bahwa tingkat
tas produk (32,45%). minat membaca buku dari mereka sangat
Kemampuan menerapkan jiwa kecil, sehingga sumber kreativitas dan ino-
kewirausahaan yang telah diperoleh mereka vasi mereka sangatlah minim. Ilmu penge-
di sekolah menengah ternyata kurang tahuan bersumber pada buku, jurnal, maja-
mampu diimplementasikan di dunia kerja. Ini lah, dan internet. Jika SDM di DU-DI dan lem-
berarti bahwa jiwa kewirausahaan belum baga pemerintah tidak memiliki minat mem-
mampu diinternalisasikan dalam dirinya, baca, maka sulit sekali untuk melakukan pe-
atau masih sebatas kewirausahaan sebagai rubahan dalam dirinya. Karena dari ilmu
ilmu, belum sebagai jiwa dan semangat. Pada pengetahuan yang diperolehnya, mereka
hal jiwa kewirausahaan sangat bermanfaat akan terinspirasi untuk melakukan inisiatif,
dalam dunia kerja apapun. Kemauan untuk kreativitas, dan inovasi terhadap peker-
melakukan kreativitas dan inovasi, mereka jaannya.
masih menunggu orang lain untuk Sikap kompetisi mereka salah satunya di-
melakukan sesuatu, sehingga mereka dapat tunjukan dengan menghasilkan pekerjaan
terinspirasi. Atau mereka menunggu di- yang lebih baik daripada orang lain (99,38%).
perintah oleh orang lain, baru kemudian Cara yang ditempuh oleh karyawan dalam
mereka melakukan kreativitas dan inovasi. berprestasi dan berkompetisi adalah bekerja
Keadaan ini telah mengakibatkan mereka sesuai dengan standar operasi prosedur
tidak melakukan perubahan terhadap (47,26%). Sementara itu responden yang lain
dirinya. melakukan inovasi atas pekerjaannya
Kompetensi yang diperoleh dari sekolah (35,82%), sedang yang lain menempuh
menengah sangat menentukan keberhasilan dengan cara bekerja tepat waktu pada setiap
pekerjaan responden (73,60%), dan ini pekerjaannya (16,42%), dan hanya 0,5% yang
berhubungan dengan posisi jabatan yang di- menempuh jalan kotor, yaitu menjatuhkan
peroleh saat ini (56,00%). Hanya 22,86% kinerja orang lain.
yang menyatakan bahwa jabatan pekerjaan Meski demikian mereka pernah men-
tidak berhubungan dengan kompetensi dari galami kendala dalam menjalankan peker-
pendidikan menengahnya. Keberhasilan jaan (78,6%). Mereka mengatasi masalahnya
menempati jabatan juga ditunjang oleh kom- dengan cara mendiskusikan dengan temen
petensi yang diperoleh di sekolah menengah pekerja (44,90%) dan menanyakan kepada
dan pemahaman atas pekerjaannya yang lebih berpengalaman dalam satu level
(68,18%). jabatan (33,67%). Responden lain
Apabila dikaitkan dengan daya inovasi menempuh cara mengatasi masalah peker-
pekerjaan, semua responden mengupayakan jaannya dengan menanyakan kepada
untuk melakukan perbaikan hasil pekerjaan atasanya (17,86%) dan mencari solusi me-
dengan mengevaluasi hasil pekerjaannya lalui referensi (3,57%) dari buku, majalah,

182
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

jurnal dan referensi lainnya. Tentu saja untuk selisihnya kecil, ternyata pendidikan SMK
kepentingan itu ditunjang oleh keluwesan lebih memberikan peluang untuk menempati
dalam bergaul mereka, karena mereka ber- posisi jabatan, minimal first line manager,
gaul tanpa memandang jabatan pekerja daripada pendidikan SMA. Lebih-lebih di
(92,8%) dan dilakukan setiap saat (72,9%). dunia usaha dan dunia industri yang diwarnai
Ilmu pengetahuan yang diperoleh di oleh ketatnya kompetisi, maka profesional-
sekolah menengah sangat menunjang peker- isme kerja adalah salah satu cara untuk
jaan responden karyawan DU-DI, lembaga membangun kualitas kerja, kualitas produk,
pemerintah (77,42%), demikian pula halnya kualitas layanan, kepercayaan pelanggan,
dengan ketrampilan dan penguasaan dan lain-lain.
teknologi di sekolah juga menunjang peker-
jaannya (77,78%). Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa
Posisi jabatan sebagai first line manager Tingkat pemahaman nilai-nilai
(ada 97 responden) yang diperoleh saat ini, kewirausahaan di kalangan mahasiswa tern-
85 responden atau 87,63% menyatakan yata masih kurang. Hanya 60% dari re-
terkait dengan pemahaman terhadap peker- sponden yang selalu melakukan kreativitas
jaannya dan 24,21% menyatakan kurang dan inovasi di dalam menempuh pendidi-
terkait dengan pemahaman terhadap peker- kannya. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan ke-
jaan, tetapi ditentukan oleh faktor komu- mampuan khusus sebagai pembeda di antara
nikasi dan jaringan kerja. Di sisi lain, posisi mereka hanya 59,38%. Sedang responden
jabatan yang mereka peroleh sekarang ini mahasiswa yang menjawab bahwa mereka
(95 responden) didasarkan atas kompetensi memanfaatkan peluang untuk menunjang
yang dimiliki olehnya (57,89%), dan yang lain proses kuliahnya (50,00%), karena hal ini
adalah 28,43% didasarkan atas latar dapat menentukan kualitas tugas dan kuanti-
belakang pendidikannya. Jika dilihat dari tas tugas-tugas mata kuliah. Kemampuan
latar belakang pendidikan, posisi first line daya pembeda di antara mahasiswa juga san-
manager ditempati oleh lulusan SMK gat minim sekali, yaitu 26,32%. Bila dikaitkan
(53,61%), dan sisanya (46,39%) ditempati dengan prestasi akademik, keadaan itu
oleh responden dari lulusan SMA. memiliki korelasi. Sebagian besar mahasiswa
Data tersebut menunjukkan bahwa dapat menyelesaikan studi tepat waktu,
level jabatan di DU-DI, dan di lembaga yaitu 8,2 semester untuk program sarjana so-
pemerintah ditentukan oleh faktor: pema- sial dan 9,4 semester untuk sarjana eksakta,
haman terhadap pekerjaan, kompetensi dan 6,1 semester untuk program diploma. In-
SDM yang dimilikinya, latar belakang pen- deks Prestasi Komulatif (IPK) yang mereka
didikan, dan masa kerja responden. Ini be- tempuh pun cukup tinggi, di mana rata-rata
rarti bahwa profesionalisme pekerjaan san- mereka mampu mendapatkan IPK 3,32 untuk
gat menentukan level pekerjaan, sehingga wanita dan 3,27 bagi pria. IPK mahasiswa dari
posisi sebagai first line manager yang di- SMA ternyata lebih baik dari pada mahasiswa
perolehnya benar-benar dikarenakan paham dari SMK.
terhadap karakter pekerjaannya. Walaupun

183
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

Jiwa Kewirausahaan Wirausahawan iliki niatan untuk berwirausaha dengan ber-


Menjadi wirausaha yang berhasil adalah modalkan kemampuan yang dimilikinya.
impian setiap pelaku usaha, dan persyaratan Kemauan untuk mandiri ini (96,67%) yang di-
utama yang harus dimilikinya adalah jiwa dan tunjang oleh perolehan kemampuan ber-
watak kewirausahaan. Jiwa dan watak wirausaha dari orang tuanya (43,33%) telah
kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh menunjukkan keberhasilan usahanya.
keterampilan, kemampuan, atau kompe- Binaan dari orang tuanya ini menunjuk-
tensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh kan keberhasilannya dalam membangun
pengetahuan dan pengalaman usaha. usaha yang hanya membutuhkan waktu ku-
Seorang wirausaha adalah seseorang yang rang dari 1 tahun (37,84), sebuah prestasi
memiliki jiwa dan kemampuan tertentu da- usaha yang luar biasa. Sementara responden
lam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah yang lain menjawab keberhasilan mem-
seseorang yang memiliki kemampuan untuk bangun usaha kurun waktu 2 – 3 tahun
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (27,03%), sedang yang berhasil berbisnis an-
(ability to create the new and different). Ke- tara 1 – 2 adalah 20,73%, dan sisanya 5,41%
mampuan kreatif dan inovatif tersebut menjawab lebih dari 4 tahun dalam mem-
secara riil tercermin dalam kemampuan dan bangun usahanya.
kemauan untuk memulai usaha (start up), Usaha bisnis yang dibangun oleh
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu wirausaha lulusan pendidikan menengah di-
yang baru (creative), kemauan dan kemam- awali dengan usaha kerjasama (60,00%),
puan untuk mencari peluang (opportunity), yaitu dengan orang tuanya dan ditunjang
kemampuan dan keberanian untuk me- oleh kesesuaian usaha dengan kompetensi
nanggung risiko (risk bearing) dan kemam- yang dimiliki olehnya (50,00%) dan pendidi-
puan untuk mengembangkan ide dan kan kewirausahaan yang diselenggarakan
meramu sumber daya. oleh lembaga pemerintah (40,00%).
Dari pengertian di atas dan dihubungkan Dari gambaran di atas menunjukkan
dengan hasil evaluasi, ternyata lulusan pen- bahwa: 1) para wirausaha yang berlatar
didikan menengah juga melakukan upaya un- belakang pendidikan menengah diperoleh
tuk menjadi wirausaha. Lepas dari per- dari pendidikan, baik itu di sekolah, dari
saingannya dengan wirausaha yang berasal orang tuanya, ataupun dari lembaga
dari lulusan pendidikan tinggi, ternyata pemerintah. 2) Mereka berwirausaha mulai
mereka dapat eksis, survival dan sustainable dari awal, sehingga mereka tahu benar
dalam menjalankan usahanya. Hasil bagaimana berjuang untuk mandiri,
penelitian menunjukkan bahwa para lulusan bagaimana menangani proses operasi usaha,
pendidikan menengah juga memiliki kemam- bagaimana mengelola risiko usaha, sehingga
puan untuk berwirausaha. Dari responden di mereka berhasil membangun usaha dalam
lima kota yang berhasil disurvei menunjuk- waktu yang relatif singkat (kurang dari satu
kan bahwa mereka (73,33%) memulai usaha tahun). Waktu yang seperti ini adalah waktu
dari awal. Artinya, mereka memang mem- yang relatif sangat baik di dalam mem-

184
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

bangun usaha.Ini berarti bahwa mereka me- Ketepatan memilih strategi pemasaran
mang memiliki kapabilitas untuk mem- bagi usahanya sangat menunjang keberhasi-
bangun usaha sendiri. lan upayanya untuk mengembalikan modal
Jatuh bangun dalam berwirausaha ada- (breakeven point, BEP). Dari responden di
lah sebuah dinamika yang harus dialami bagi Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan
mereka dalam bergelut di bidang usaha. Yogyakarta menunjukkan bahwa 83,33%
Dinamika yang demikian itu ditunjukkan oleh mereka telah berhasil mengembalikan
mereka dalam proses produksi atau operasi, modal, dan 36,67% dari angka itu berhasil
di mana 66,67% di antara mereka pernah mengembalikan modalnya antara 3 – 4 tahun
mengalami kendala dalam proses operasi, di (lihat Grafik 9). Ini suatu periode waktu yang
mana ditunjukkan mereka mengalami ken- sangat luar biasa, dan ini berarti bahwa
dala: 23,33% bidang bahan baku, 30% dalam 73,33% mereka sekarang ini telah menikmati
proses produksi, 20% waktu produksi yang hasil usahanya, karena usaha mereka telah
tidak tepat waktu, dan sisanya 26,67% men- lebih dari 4 tahun.
galami kecacatan produk. Keberhasilan di bidang keuangan di-
Dari sisi bauran pemasaran (marketing tunjang oleh cash flow yang dapat diper-
mix), mereka lebih memilih tempat usaha tanggungjawabkan. Indikasinya adalah
yang strategis (51,35%), dan wirausaha yang ketepatan dalam membayar gaji karyawan
memilih harga produk sebesar 29,73%. Se- (90,00%); ketepatan membayar utang untuk
dang wirausaha yang mempergunakan kuali- modal kerjanya (93,33%); taat membayar pa-
tas produk hanya 10, 81%, dan mereka jarang jak (80,00%), dan 80,00% di antaranya mem-
mempergunakan cara promosi (8,11%). Pem- bayar pajak dengan tepat waktu.
ilihan tempat usaha mereka ini ditunjukkan Dari aspek legalitas usaha, 70,00% di an-
oleh tempat usaha mereka yang memang tara mereka telah memiliki ijin usaha (HO),
strategis (83,33%), sehingga hal ini menun- dan 60,00% mereka telah memiliki Nomor
jang transaksi penjualan ramai (53,33%). Pokok Wajib Pajak (NPWP). Ini menunjukkan
Untuk menunjang kelancaran usaha, bahwa mereka telah memikirkan aspek legal-
para wirausahawan ini melakukan promosi itas dan kesadaran hukum terhadap
dengan cara iklan di media cetak (56,67%) bisnisnya.
dan mengikuti pameran atau ekspo Keberhasilan usaha mereka, ternyata
(10,00%). Hal ini menunjukkan bahwa dapat membuka peluang kerja untuk orang
strategi pemilihan tempat usaha sangat di- lain. 37,50% dari responden ternyata mem-
perhatikan daripada strategi harga, promosi, iliki karyawan kurang dari lima orang, 37,50%
maupun kualitas produk.Ini dibuktikan memiliki 5 – 10 karyawan. Sedang wirausaha
dengan transaksi usaha mereka yang tergo- yang mempekerjakan karyawannya sejumlah
long ramai, sehingga wajar jika mereka dapat 10 – 30 orang sebesar 10,00% dan hanya
membangun usahanya kurun waktu 2 – 3 ta- 15,00% saja yang memiliki karyawan lebih
hun. Hal ini dikarenakan usaha mereka dari 30 orang. Dari karyawan yang mereka
(41,38%) di bidang jasa konstruksi, otomotif, berdayakan, 66,67% adalah wanita, dan
boga, kecantikan, dan busana. 60,00% status mereka adalah karyawan

185
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

tetap. Gambaran ini menunjukkan bahwa 1) membayar hutang modal kerja, ketaatan
usaha mereka memiliki nilai kemanfaatan membayar pajak yang tepat waktu, ku-
bagi orang lain, yaitu memberi kesempatan rangnya piutang adalah bukti bahwa usaha
orang lain untuk turut serta bekerja dan mereka layak untuk diteruskan.
mengembangkan usahanya, bahkan dapat Deskripsi di atas menunjukkan bahwa
menularkan nilai-nilai kewirausahaan dari usaha mereka memiliki jaminan keselamatan
pemilik ke pegawainya. bagi investasi di dalam usahanya. Jaminan
Jika ditinjau dari kelayakan usaha, maka keselamatan investasi adalah alat utama
usaha mereka sudah tergolong layak dan untuk mengembangbiakkan dana investasi.
dapat dijadikan tumpuan hidup bagi mereka. Jaminan ini dapat ditunjukkan melalui:
Pengertian “layak” atau feasible dalam prospek keuangan (risiko finansial), prospek
penilaian ini adalah usaha mereka telah pasar dan produk (analisa keunggulan),
memberi manfaat, baik manfaat keuangan model manajemen dan organisasi, jaminan
(financial benefit) maupun manfaat sosial hukum, penghitungan risiko bisnis, dll.
(social benefit). Manfaat keuangan, usaha Jaminan keselamatan ini sangat
harus menghasilkan profit dan bahkan BEP mempengaruhi investor menanamkan
mereka tergolong cepat, karena profit akan modalnya, karena keselamatan bisnis sangat
bermanfaat bagi pemilik modal, SDM, berkaitan dengan keberlanjutan bisnis.
investor, kreditor, pemerintah. Sedang Investor tidak menginginkan kerugian yang
manfaat sosial berupa: manfaat bagi sekitar diakibatkan oleh salah perhitungan di dalam
tempat usaha, pelanggan, dan pemerintah. menempatkan dananya.
Dari sisi kelayakan produksi, bagi mereka Aset yang dipergunakan untuk usaha,
yang paling penting adalah produk mereka sebagian besar dari responden
tergolong baik dan diminati oleh pelanggan. mempergunakan tanah dan gedung (43,33%)
Bukti dari tingkat minat pelanggan yang me- dengan status sewa (40,00%), sedang yang
nyukai produknya adalah tingkat transaksi milik sendiri ada 26,67%. Demikian pula
yang tergolong ramai. Kondisi yang demikian halnya dengan aset jaringan usaha, mereka
ini sangat dipengaruhi oleh strategi pemasa- yang menggunakan telepon dan faxcimile
ran yang tepat dengan penggunaan strategi sebanyak 73,33%, dan hanya 16,67% saja
tempat yang paling utama. Dari sisi mana- dari mereka yang telah menggunakan
jemen SDM, mereka mampu mem- fasilitas internet, dimana statusnya milik
berdayakan masyarakat sekitarnya untuk sendiri (50%), dan 30% mereka menyewa.
turut serta bekerja di tempat usahanya. Alat transportasi yang dipergunakan dan
Kunci kelayakan usaha terletak pada peralatan usaha 80,00% adalah milik sendiri.
bagaimana mengelola keuangan yang tepat Kondisi kepemilikan aset adalah
agar usahanya tetap menghasilkan laba. Ali- cerminan dari keseriusan seseorang dalam
ran kas mereka tergolong lancar, ini dapat di- berwirausaha. Maksudnya adalah bagi
tengarai melalui pendapatan yang melebihi wirausahawan yang berhasil, aset yang
dari pengeluaran usahanya. Kelancaran da- dipergunakan adalah tidak semuanya milik
lam membayar gaji karyawan, kelancaran sendiri. Untuk pemilihan tanah dan gedung

186
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

usaha, ada beberapa model penghitungan Pembinaan dari lembaga pemerintah


untuk menentukan status sewa atau adalah salah bentuk kepeduliannya kepada
membeli dan ini terkait dengan jangka waktu keberadaan wirausaha. Permasalahannya,
bisnis. Bagi bisnis yang memerlukan tempat dari responden justru tidak mendapat
strategis dan untuk jangka waktu yang pembinaan dari dinas terkait. Ini perlu diteliti
panjang, maka status aset sebaiknya adalah lebih lanjut, karena hanya 40% dari
membeli. Sedang untuk peralatan, untuk responden saja yang mendapat binaan dari
kebutuhan jangka panjang justru lebih baik Dinas Koperasi, Perindustrian dan
dengan sistem sewa. Namun sayang, bisnis Perdagangan. Pada hal pembinaan ini sangat
mereka belum didukung oleh fasilitas bermanfaat untuk membesar usaha mereka
jaringan komunikasi dengan internet. melalui pendidikan dan pelatihan, kursus
Mereka masih mengandalkan komunikasi singkat, pendampingan, sampai pada
dengan telepon dan faksimile. Pada hal bantuan modal kerja.
untuk membangun bisnis masa kini dan masa Di bidang modal kerja atas usahanya,
depan, bisnis harus dapat menguasai responden mensikapinya dengan
informasi (Alvin Toefler), yaitu suatu bisnis mempergunakan modal sendiri (40%) dan
yang mampu memanfaatkan jaringan pinjaman dari orang tuanya sebesar 30%,
internet untuk usahanya. sementara mereka yang menggunakan
Untuk mendukung usaha mereka, fasilitas pinjaman (kredit) dari investor hanya
sebagian responden sering mengikuti 20%. Lembaga yang memberikan dana
pameran (33,33%) yang diselenggarakan talangan usaha, 33,33% berasal dari
oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta, pemerintah daerah, dan 16,67% berasal dari
sedang mereka yang mengikuti asosiasi asosiasi pengusaha (koperasi).
bisnis sejumlah 30,00%. Keikutsertaan Data di atas menunjukkan bahwa
pemeran ini ternyata lebih didukung atas responden wirausaha lebih percaya
pembinaan yang diselenggarakan oleh Dinas menggunakan dananya sendiri untuk
Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian kebutuhan modal kerjanya dan dukungan
Daerah (40%). Meski demikian, sebagian fasilitas atau bantuan dari orang tuanya. Ini
besar responden (60%) tidak mendapat dapat dianalisa, pertama, mereka kurang
pembinaan dari lembaga terkait, alias berani menghadapi risiko kredit di lembaga
mereka berwirausaha, berkembang, dan investor. Pada hal banyak lembaga
menikmati hasilnya tanpa dibina oleh pihak pemerintah dan swasta yang menawarkan
manapun. Hanya 40% responden saja yang kredit murahnya beserta dengan
mendapat pembinaan dari dinas terkait. kemudahannya. Kedua, orang tua yang ingin
Implementasi pembinaan ini berupa bantuan memberikan binaan dan motivasi
permodalan yang berupa bantuan lunak berwirausaha kepada anaknya. Kepedulian
(16,67%), kursus singkat terkait dengan ini dapat dipahami, mengingat kemampuan
kewirausahaan (10%), serta pendidikan dan wirausaha mereka didapat dari orang tuanya
latihan sebesar 3,33%. (43,33%). Artinya, orang tuanya memang

187
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

memiliki keinginan agar anaknya menjadi lebih banyak daripada lulusan SMK. Fenom-
wirausaha. ena ini perlu dikaji lebih serius untuk menge-
tahui latar belakang untuk memilih menjadi
SIMPULAN wirausaha. Memang untuk kebutuhan ini,
Penguasaan nilai-nilai kewirausahaan, di akhirnya mereka harus menambah ketrampi-
antara karyawan lulusan SMA dan SMK tidak lan teknis, kursus-kursus, dan melanjutkan
terjadi perbedaan yang signifikan. Rata-rata studinya di pendidikan tinggi dengan biaya
mereka kurang memiliki jiwa kewirausahaan sendiri
atau tidak dapat mengimplementasikannya Usaha mereka di bidang bisnis belum
di pekerjaannya. Kerja keras, berani untuk mampu memanfaatkan sentuhan bisnis yang
berisiko dan tidak takut salah, kerja penuh profesional. Ini dapat dilihat dari bauran
inovasi, berani bersaing, dan lain-lain kurang pemasaran (marketing mix) yang mereka
teraktualisasikan pada pekerjaannya. pergunakan, di mana mereka masih berprin-
Mereka lebih banyak bersikap menunggu di- sip bahwa faktor tempat yang strategis san-
perintah, bekerja sesuai standar operasional gat menentukan keberhasilan usaha. Faktor
atau sesuai perintah. Demikian pula halnya promosi (promotion), produk (product), dan
mereka yang berstatus sebagai mahasiswa, harga (price) belum diterapkan secara opti-
di mana nilai-nilai entrepreneurial spirit san- mal. Apalagi menggunakan strategi pemasa-
gat kurang dimiliki oleh mereka. Hasil krea- ran STP (strategy, targeting, dan position-
tivitas dan inovasi mahasiswa sangatlah ku- ing), usaha mereka sama sekali tidak
rang, baik dalam karya ilmiah, riset ilmiah, mengenal hal tersebut.
produk inovatif, atau kegiatan kemaha- Berdasarkan temuan tersebut direk-
siswaan. omendasikan bahwa pola pendidikan
Bagi mereka yang lebih memilih menjadi menengah perlu mendapat sentuhan jiwa
wirausaha, peran orang tua lebih menen- kewirausahaan dalam berbagai lini, seperti
tukan daripada pendidikan kewirausahaan pengintegrasian pendidikan kewirausahaan
dari sekolah atau dari manapun. Peran orang dalam seluruh mata pelajaran, penginte-
tua ini ditunjukkan langkah teknik ber- grasian nilai-nilai kewirausahaan dalam sila-
wirausaha (pendampingan dilakukan oleh bus dan RPP, pendidikan kewirausahaan
orang tua, dan modal awal usahanya). Peran yang terpadu dalam kegiatan ekstra kuriku-
tersebut dapat dimaklumi, karena mereka ler, dan pendidikan kewirausahaan melalui
masih sering mengalami kendala operasi. pengembangan diri peserta didik.
Artinya, proses operasi yang memerlukan pe- Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran
nanganan secara langsung, konsultasi Kewirausahaan dari Teori ke Praktik. Pem-
dengan orang tua dapat dijalankan lebih belajaran kewirausahaan diarahkan pada
efektif, yaitu setiap saat dengan orang pencapaian tiga kompetensi yang meliputi
tuanya. penanaman karakter wirausaha, pema-
Hal tersebut bila dihubungkan dengan haman konsep dan pengembangan skill,
jumlah wirausaha yang ternyata lulusan SMA

188
Analisis Kepemilikan Jiwa Kewirausahaan …. (Wahyu Purhantara)

dengan bobot yang lebih besar pada pen- masa lalu, tetapi kebutuhan masa depan
capaian kompetensi jiwa dan skill dibanding- perlu dirancang.
kan dengan pemahaman konsep. Program pendidikan menengah harus
Pola pendidikan di sekolah menengah dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi
perlu digeser, tidak sekedar berorientasi lingkungan, karakteristik peserta didik, po-
pada pasar kerja tetapi peserta didik perlu tensi ekonomi dan teknologi lokal, dan
mendapat orientasi kemandirian (entrepre- perkembangan ilmu pengetahuan dan
neurial oriented). Artinya, output pendidikan teknologi. Ini bertujuan agar lulusan pendi-
menengah tidak hanya berorientasi pada dikan dapat menyesuaikan diri secara cepat
mencari lapangan kerja, tetapi mereka juga dengan lingkungan ekonomi yang berkem-
memiliki keberanian dan kemampuan untuk bang pesat.
membuka lapangan kerja baru.
Untuk menghasilkan lulusan yang siap DAFTAR PUSTAKA
pakai, mandiri atau mampu berwirausaha, Brennan, J., Kogan, M. & Teichler, U. (1996)
maka pendidikan di SMA dan SMK perlu Higher Education and Work. London: Jes-
melakukan usaha-usaha baik di bidang sica Kingsley Publication.
pengembangan kurikulum, tenaga kepen- Ciputra. (2009) “Solusi Job Creation di Ten-
didikan, dengan menyertakan DU-DI dalam gah Krisis Global,” Harian indopos, Sabtu
kegiatan sekolah. Pihak DUDI menyarankan 21 Februari 2009.
agar SMA-SMK: a) menambah life skill Frinces, Z.H. (2004) Kewirausahaan dan Ino-
dengan materi yang sesuai dengan potensi vasi Bisnis, Yogyakarta: Mida Pustaka
lokal; b) menambah guru yang sesuai dengan Frinces, Z.H. (2010) ”Entrepreneurial
bidangnya; dan c) perlu meningkatkan kom- Leadership: Paradigma Baru
petensi dan wawasan agar sesuai dengan Kepemimpinan Global,” Journal of
Economic, 1(2).
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang relevan dengan bidang keahl- Heidjarchman & Husnan, S. (1997)
Manajemen Personalia, Yogyakarta:
ian yang diampunya (Pusat Kurikulum Balit-
BPFE.
bang Kemendiknas. 2010).
McNamara, D. (2002) Classroom Pedagogy
Sarana dan prasarana perlu dilengkapi
and Primary Practice, London: Routledge
untuk semua jurusan, termasuk pengadaan 11 New Letter Lane.
wahana pelatihan berbasis produksi (teach-
Pinayani, A. (2006) “Prospek Masa Depan
ing factory) untuk menerapkan kegiatan Kewirausahaan di Indonesia,“ Jurnal
pengembangan life skill dan penanaman jiwa Ekop, 1(1),
kewirausahaan (entrepreneurial spirit). Un- Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas.
tuk itu perlu ditentukan kebijakan dari (2010) Pengenbangan Pendidikan
pengelola pendidikan menengah (Dirjen Pen- Kewirausahaan; Bahan Pelatihan Pen-
didikan Menengah), sehingga pengem- guatan Metodologi Pembelajaran Ber-
dasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Mem-
bangan kurikulum dan pengajaran tidak
bentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.
hanya berbasis pada kebutuhan saat ini dan Jakarta: Kemdiknas.

189
Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013

Satori, D. & Udin, S.S. (2003) Implementasi Syafiq, A. & Fikawati, S. (2007) “Kompetensi
Program “Life Skills” dan “Broad – Based Yang Dibutuhkan Dalam Dunia Kerja,”
Education” Sebagai Strategi Peningkatan Makalah Seminar Sehari di Universitas
MutuPendidikan Dasar dan Menengah. Indonesia pada tanggal 22 Februari 2007.
Bandung: Jurnal Adpen UPI. Teichler, U. (1999) “Research On The Rela-
Simanjuntak, P.J. (2005) Manajemen Dan tionship Between Higher Education And
Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit The World Of Work: Past Achievements,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Problems And New Challenges.” Higher
Education, 38: 169-190.
Sukmadinata, N.S. (2007) Metode Penelitian
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda- Zimmerer, TW & Scarborough, NM. (2006)
karya. Essential of Entrepreneurship and Small
Management, New Jersey: Pearson Edu-
Suryana (2003) Kewirausahaan. Jakarta:
cation.
Salemba Empat.

190

Anda mungkin juga menyukai