Anda di halaman 1dari 14

MODEL PEMBELAJARAN

UNTUK MENGENALKAN KEWIRAUSAHAAN


PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

Dwi Ampuni Agustina ¹)


)
¹ Staf Pengajar UPBJJ - UT Semarang
Jl. Raya Semarang - Kendal Km 14,5 Mangkang Wetan Semarang
Email : dwiam@ecampus.ut.ac.id

ABSTRAK

Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada 31 Desember 2015
menuntut tersedianya sumberdaya manusia yang terampil serta memiliki kompetensi yang tinggi
untuk bersaing ditingkat regional, nasional dan internasional. Pendidikan kewirausahaan
merupakan komponen penting dalam meningkatkan kompetensi dan kemandirian siswa untuk
menangkap peluang di era pasar bebas. Pendidikan kewirausahaan perlu dilakukan sejak dini.
Makalah ini dimotivasi oleh pengenalan dan minat siswa sekolah dasar yang masih rendah
terhadap profesi wirausaha dibanding profesi lain. Artikel ini menggunakan studi literatur untuk
mengeksplorasi dan menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa sekolah dasar dan
bertujuan untuk membahas model pembelajaran untuk mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan
pada siswa sekolah dasar kelas rendah dalam mendukung kompetensi SDM di era pasar bebas.
Pendidikan kewirausahaan merupakan komponen penting dalam meningkatkan kompetensi dan
kemandirian siswa untuk menangkap peluang di era pasar bebas; Kurikulum berbasis
kewirausahaan memberikan arahan pembelajaran siswa Sekolah Dasar;Guru mempunyai peran
penting ;Pada tingkat pendidikan dasar, penanamkan konsep-konsep terkait dengan kegiatan
kewirausahaan dapat di berikan, walau hanya pengenalan minimalis.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Model Pembelajaran, Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

PENDAHULUAN manusia yang terampil serta


memiliki kompetensi yang tinggi
Globalisasi ekonomi dan untuk bersaing di regional, nasional
adanya era perubahan dalam dan internasional. Inti pesaingan
menghadapi perdagangan bebas global adalah persaingan SDM atau
merupakan tantangan serius bagi pergerseran dari keunggulan
bangsa Indonesia untuk menangkap komperatif (comperative advantage)
peluang dan bersaing di tingkat menjadi keunggulan kempetitif
lokal, regional dan global. Kebijakan (competitive advantage).
persaingan sudah menjadi agenda
internasional. Indonesia merupakan Banyak negara saat ini mampu
salah satu dari sejumlah kecil negara maju dan berkembang pesat karena
berkembang yang menerapkan didasari oleh pembangunan SDM
kebijakan persaingan (Soesastro, yang kuat, terencana dan terarah.
2004: 1). Padahal negara-negara tersebut
hanya mempunyai sumber daya alam
Diberlakukannya perdagangan (SDA) yang terbatas. Jepang dan
bebas seperti dalam Masyarakat Singapura adalah contoh dari negara
Ekonomi ASEAN (MEA) yang dengan SDM yang berkualitas tinggi
dimulai pada 31 Desember 2015 dan tanpa SDA yang telah dapat
menuntut tersedianya sumberdaya menikmati kemakmuran dengan

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 43


standar hidup yang tinggi. Sangat Myanmar (149) di tempat
jelas, kesuksesaan tersebut terakhir.Pendidikan sebagai pencetak
dikarenakan oleh pengembangan sumber daya manusia (SDM)
SDM yang terarah, optimasi berkualitas menjadi jawaban
pemakaian teknologi canggih, dan terhadap kebutuhan sumber daya
organisasi yang efektif. manusia. Oleh karena itu
meningkatkan standar mutu sekolah
Kehadiran MEA menjadikan menjadi keharusan agar lulusannya
peluang bagi Indonesia untuk siap menghadapi persaingan.
memanfaatkan keunggulan dan
menjadikannya sebagai sebuah Pemerintah RI terus
momentum untuk memacu meningkatkan komitmennya dalam
pertumbuhan ekonomi. Struktur mendukung optimalisasi daya saing
perekonomian dunia mengalami guna memacu produktivitas dan
transformasi dengan cepat seiring pertumbuhan ekonomi yang
dengan pertumbuhan ekonomi, dari berkualitas. Dalam bidang
yang tadinya berbasis Sumber Daya pendidikan, Pemerintah juga dapat
Alam (SDA) menjadi berbasis SDM, melakukan pengembangan
dari era pertanian ke era industri dan kurikulum pendidikan yang sesuai
informasi. Alvin Toffler (1980) dengan MEA diantaranya melalui
dalam teorinya melakukan kurikulum berbasis kewirausahaan.
pembagian gelombang peradaban Sejak 2009 lalu, pemerintah sudah
ekonomi kedalam tiga gelombang. menyusun kurikulum berbasis
Gelombang pertama adalah kewirausahaan yang harusnya
gelombang ekonomi pertanian. diintegrasikan dalam pembelajaran.
Kedua, gelombang ekonomi industri. Tujuannya antara lain bagaimana
Ketiga adalah gelombang ekonomi mempersiapkan generasi muda yang
informasi. Kemudian diprediksikan kompetitif serta bisa membuka dunia
gelombang keempat yang merupakan usaha baru, termasuk mampu
gelombang ekonomi kreatif dengan memberikan kerja untuk orang lain.
berorientasi pada ide dan gagasan Mencetak wirausaha tentu tidak
kreatif. semudah membalikkan telapak
tangan.Perlu sebuah sistem yang
Kompetensi SDM Indonesia baik, dijalankan secara konsisten,
diperlukan untuk bersaing di dikontrol, dan ditanamkan sejak dini
Masyarakat Ekonomi Asean maupun pada setiap insan Indonesia.
dalam lingkup Global. Namun Kurikulum yang diterapkan harus
demikian, hasil laporan UNDP terintegrasi karakter kewirausahaan.
(2014) tentang indeks pembangunan Sehingga siswa sudah dikenalkan
manusia - IPM (human Development pada kewirausahaan sejak dini
Index- HDI), Indonesia menduduki (satuan pendidikan tingkat TK/SD).
peringkat 108 dari 169 negara atau Hal ini sudah dicanangkan
rangking enam di antara negara- pemerintah dengan semangat
negara ASEAN.Indonesia berada di membangun semangat
bawah Singapore (18), Brunei kewirausahaan dan memperbanyak
Darussalam (30), Malaysia (64), wirausaha melalui Instruksi Presiden
Thailand (103), dan Philipines (114). Nomor 24 Tahun 1995 tentang
Sedangkan di bawah Indonesia Gerakan Nasional Memasyarakat dan
terdapat Vietnam (127) dan

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 44


Membudayakan Kewirausahaan. berdampak pula pada menurunnya
Pendidikan kewirausahaan dapat angka pengangguran.
terintegrasi dalam semua mata
pelajaran, muatan lokal, kegiatan Artikel ini berisi tentang
ekstrakurikuler, pengembangan diri, beberapa bahasan, yaitu pertama :
kultur sekolah atau aturan-aturan pendahuluan membahas pentingnya
yang buat oleh sekolah. pendidikan kewirausahaan sejak dini
untuk meningkatkan kompetensi
Dengan pendidikan SDM dalam mendukung
kewirausahaan lebih dini, sebuah implementasi Masyarakat Ekonomi
negara menciptakan banyak ASEAN (MEA) 2015. Kedua
wirausaha berkualitas. Sehingga, membahas tentang konsep
wirausaha tersebut dapat menjadi pendidikan dan pembelajaran
penyokong utama dalam memajukan kewirausahaan. Ketiga membahas
dan menyejahterakan bangsa untuk tentang perkembangan anak pada
bersaing dengan negara lain. Dalam usia sekolah dasar kelas rendah.
mengukur apakah sebuah negara Keempat membahas tentang model
berkembang bisa menjadi negara pembelajaran yang menumbuhkan
maju, bisa dilihat dari banyaknya nilai-nilai kewirausahaan pada siswa
wirausahawan di negara tersebut. sekolah dasar tingkat rendah, melalui
studi kasus pada beberapa sekolah.
Hasil observasi ke beberapa Terakhir, merupakan penutup yang
siswa sekolah dasar, dapat di merupakan kesimpulan.
temukan bahwa siswa lebih banyak
bercita-cita untuk menjadi dokter, PENDIDIKAN MENGENAI
insinyur, guru dibandingkan dengan NILAI-NILAI
menjadi wirausaha. Sedangkan di KEWIRAUSAHAAN
negara-negara maju, khususnya di
negara barat, telah berkembang Menurut UU RI No.20 Tahun
konsep micro-entrepreneur. Pada 2003 tentang Sistem Pendidikan
saat Amerika mengalami resesi, Nasional, pasal 1, pengertian
semangat kewirausahaan ditanamkan pendidikan adalah sebagai berikut.
sehingga tumbuh wirausaha yang
“usaha sadar dan terencana
mampu menangkap peluang untuk
untuk mewujudkan suasana belajar
mengatasi tekanan resesi tersebut.
dan proses pembelajaran agar
Perkembangan ekonomi di negara
peserta didik secara aktif
berkembang seperti Taiwan dan
mengembangkan potensi dirinya
Korea saat ini sangat pesat karena
untuk memiliki kekuatan spiritual
masyarakat meningkatkansemangat
keagamaan, pengendalian diri,
kewirausahaannya (Tan & Ng,
kepribadian, kecerdasan, akhlak
2006). Apabila anak didik mulai
mulia, serta keterampilan yang
sekolah dasar diberikan materi
diperlukan dirinya, masyarakat,
kewirausahaan secara terintegrasi,
bangsa dan Negara”.
diharapkan generasi masa depan
akan berparadigma kewirausahaan. Pada dasarnya, pendidikan
Hal ini akan berdampak pada memiliki arti lebih luas dibanding
menurunnya tingkat ketergantungan pembelajaran. Pembelajaran
generasi muda untuk mengandalkan merupakan bagian dari sebuah
lapangan pekerjaan, sehingga akan pendidikan. Secara sederhana,

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 45


pendidikan merupakan usaha sadar terutama pembentukan karakter
dan sengaja untuk mendewasakan termasuk karakter wirausaha peserta
peserta didik dengan mentransfer didik sesuai tujuan pendidikan dapat
nilai-nilai (value). Sedangkan dicapai.
pembelajaran merupakan usaha sadar
dan sengaja untuk mendewasakan Konsep pembelajaran
peserta didik dengan mentransfer Kurikulum Pendidikan bervisi
pengetahuan. Secara mendasar, kewirausahaan dapat diadopsi dari
perbedaan antara pendidikan dan kurikulum 1968, yaitu correlated
pembelajaran dapat dilihat dari subject curriculum, yang berarti
perbedaan arti antara kata mengajar materi pelajaran pada tingkat bawah
dan mendidik. Mengajar ialah mempunyai korelasi dengan
memberikan pengetahuan atau kurikulum sekolah lanjutan.
melatih kecakapan - kecakapan Pembelajaran kewirausahaan diawali
(keterampilan). Sedangkan mendidik dengan memberikan pengetahuan
adalah membentuk budi pekerti dan dasar tentang kewirausahaan di
watak. tingkat sekolah dasar yang
selanjutnya dikembangkan sesuai
Instruksi Presiden Nomor 4 tataran pendidikannya.
Tahun 1995 tentang Gerakan Pelaksanaanya dapat diadopsi dari
Nasional Memasyarakatkan dan Kurikulum 1994 yaitu Cara Belajar
Membudayakan Kewirausahaan, Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum
mengamanatkan kepada seluruh tersebut membimbing siswa agar
masyarakat dan bangsa Indonesia mampu mengamati,
untuk mengembangkan program- mengelompokkan, mendiskusikan,
program kewirausahaan. Integrasi hingga melaporkan sehingga setiap
pendidikan kewirausahaan yang peserta didik mempunyai kompetensi
dilakukan saat ini merupakan yang standar dan dapat diandalkan
momentum untuk revitalisasi oleh pemerintah. Proses untuk
kebijakan Gerakan Nasional mencapai kompetensi itu adalah
Memasyarakatkan dan “learning to know, learning to do,
Membudayakan Kewirausahaan. learning to live together, dan
Pendidikan yang berwawasan learning to be”.
kewirausahaan ditandai dengan
proses pendidikan yang menerapkan
prinsip-prinsip dan metodologi ke
arah pembentukan kecakapan hidup
(life skill) pada peserta didiknya
melalui kurikulum terintegrasi yang
dikembangkan di sekolah.
Pendidikan karakter terpadu
memadukan dan mengoptimalkan
kegiatan pendidikan informal
lingkungan keluarga dengan
pendidikan formal di sekolah. Dalam
hal ini, waktu belajar peserta didik di Gambar 1. Kurikulum Pendidikan
sekolah perlu dioptimalkan agar Bervisi Kewirausahaan Yang
peningkatan mutu hasil belajar, Terintegrasi (Sumber:Kemdikbud,
2013)

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 46


PERKEMBANGAN ANAK rasa aman, bersifat individual dan
SEKOLAH DASAR TINGKAT kontekstual, anak mengalami
RENDAH langsung yang dipelajarinya
(Kemendikbud, 2013: 7).
Tingkatan kelas di sekolah
dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu Kebutuhan Peserta Didik Siswa
kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas SD Kelas Awal
rendah terdiri dari kelas satu, dua,
dan tiga, sedangkan kelas-kelas Senang Bermain
tinggi terdiri dari kelas empat, lima,
Anak senang bermain dalam
dan enam (Supandi, 1992: 44). Usia
situasi berlomba atau bertanding
siswa pada kelompok kelas rendah,
dengan pengorganisasian yang
yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun.
sederhana. Misalnya: berlomba
Siswa yang berada pada kelompok
dalam beberapa macam gerakan
ini termasuk dalam rentangan anak
seperti berlari, merayap, melompat,
usia dini. Masa usia dini ini
menggiring bola, adu lempar tangkap
merupakan masa yang pendek tetapi
dan sebagainya. Melakukan
sangat penting bagi kehidupan
pertandingan kecabangan olahraga
seseorang. Oleh karena itu, pada
yang peraturannya disederhanakan.
masa ini seluruh potensi yang
Karakteristik ini menuntut guru SD
dimiliki anak perlu didorong
untuk melaksanakan kegiatan
sehingga akan berkembang secara
pendidikan yang bermuatan
optimal. Selain itu, siswa pada usia
permainan terlebih untuk kelas
sekolah dasar memiliki kekhususan
rendah. Guru SD seyogyanya
pada perkembangan psikologinya,
merancang model pembelajaran yang
yaitu melihat segala sesuatu sebagai
memungkinkan adanya unsur
satu keutuhan (holistik) serta mampu
permainan di dalamnya. Guru
memahami hubungan antara konsep
hendaknya mengembangkan model
secara mendalam. Proses
pengajaran yang serius tapi santai
pembelajaran masih bergantung
(Sugiyanto & Sudjarwo, 1992: 127-
kepada objek-objek konkret dan
128).
pengalaman yang dialami secara
langsung (Suliharti, 2007: 222). Senang Bergerak
Pada tahap ini juga ditandai Orang dewasa dapat duduk
oleh proses belajar dan pembelajaran berjam‐jam, sedangkan anak SD
bermakna. Belajar merupakan proses dapat duduk dengan tenang paling
perubahan di dalam kepribadian lama sekitar 30 menit. Oleh karena
yang berupa kecakapan, sikap, itu, guru hendaknya merancang
kebiasaan, dan kepandaian yang model pembelajaran yang
bersifat menetap dalam tingkah laku memungkinkan anak berpindah atau
yang terjadi sebagai suatu hasil dari bergerak. Menyuruh anak untuk
latihan atau pengalaman. duduk rapi untuk jangka waktu yang
Pembelajaran adalah proses interaksi lama, dirasakan anak sebagai siksaan
antar anak dengan anak, anak dengan (Hurlock, 1998: 146).
sumber belajar dan anak dengan
pendidik. Kegiatan pembelajaran Senang Bekerja dalam Kelompok
bermakna jika dilakukan dalam
lingkungan nyaman dan memberikan

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 47


Anak ingin bersama dengan Menurut Schumpeter (1934),
kelompoknya, karena hanya dengan wirausaha adalah orang yang
demikian terdapat cukup teman mendobrak sistem ekonomi yang
untuk bermain dengan jenis-jenis statis dengan menciptakan peluang-
permainan yang dia gemari peluang untuk pertumbuhan ekonomi
(Kusmaedi et al., 2004:63-64) atau baru. Sedangkan menurut Kirzner
melakukan aktivitas lainnya untuk (1973) menjelaskan wirausaha
mendapatkan kegembiraan. Dalam mengenali dan bertindak sesuai
kelompoknya, secara bersama-sama dengan peluang pasar. Berdasarkan
anak-anak membuat sesuatu seperti pendapat kedua pakar terbut dapat
mainan dari kayu, menonton disimpulkan bahwa wirausaha
bersama-sama, melihat alam sekitar. menciptakan peluang pasar melalui
Biasanya mereka memiliki tempat inovasi dan memenuhi peluang
berkumpul tertentu yang jauh dari pertumbuhan baru. Selanjutnya
jangkauan dan pengawasan orang persaingan berperan untuk
tua. Ketika terjadi pertentangan kematangan wirausaha (melalui
dengan orang tua, anak lebih kompetisi kualitas) dalam memasuki
cenderung menentang orang tuanya pertumbuhan (Kirzner, 1973).
dan mengikuti kelompoknya. Dalam
hubungan dengan kelompoknya anak Hamer (2000: 29) menekankan
belajar hidup dalam masyarakat, pentingnya dalam penerapan
misalnya dalam hal bekerja sama pengajaran kewirausahaan lebih
dengan anak lain, menerima berkaitan tentang metoda yang
tanggung jawab, membela anak lain berdasar pada praktek (field-based)
jikalau diperlakukan tidak adil, dan (seperti melalui pelatihan
secara sportif menerima kekalahan. keterampilan dan keahlian) dan
sedikit dukungan metoda pengajaran
Senang Merasakan / Melakukan/ kelas (classroom-based) (seperti
Memperagakan Sesuatu Secara metode permainan peran dan
Langsung simulasi). Minat siswa cenderung
lebih tinggi pada teknik
Ditunjau dari teori pembelajaran berdasarkan
perkembangan kognitif, anak SD pengalaman secara riil di lapangan
memasuki tahap operasional konkret. dibanding pendekatan ceramah
Dari apa yang dipelajari di sekolah, tradisional (Aronsson, 2004: 291).
ia belajar menghubungkan konsep- Bagi siswa sekolah dasar tingkat
konsep baru dengan konsep‐konsep rendah, mengenalkan praktik
lama. Berdasar pengalaman ini, wirausaha yang berhasil dalam dunia
siswa membentuk konsep‐konsep nyata dan dikemas secara menarik
tentang angka, ruang, waktu, akan lebih efektif meningkatkan
fungsi‐fungsi badan, peran jenis minat dibandingkan dengan metode
kelamin, moral, dan sebagainya ceramah.
(Kolstelnik, 1991: 17).
Minat dalam pendekatan
MODEL PENDIDIKAN DAN ekonomi (Verheul, 2001)
PEMBELAJARAN dipengaruhi oleh dua aspek yaitu
KEWIRAUSAHAAN manfaat dan risiko. Melalui
pendekatan tersebut, maka minat
ketertarikan siswa sekolah dasar

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 48


tingkat rendah terhadap profesi Menurut Garavan dan Barra
wirausaha dapat dipengaruhi oleh (1994:4) wirausahawan dan
sejauh mana profesi wirausaha innovator memiliki tiga karakteristik
menarik dibandingkan dengan utama, yang terdiri dari:
profesi lain. Minat ketertarikan siswa pengetahuan, sikap dan
tersebut dalam pendekatan Teori keterampilan. Pengetahuan adalah
Psikososial (misal : (Krueger, 1993) seperti pengetahuan aktivitas
dan (Ajzen & Fishbein, 1980) wirausaha industri. Keterampilan
dipengaruhi oleh sikap dan persepsi. adalah seperti keterampilan
Hal ini merekomendasikan peran networking, keterampilan
informasi dari lingkungan (guru, manajemen, keterampilan keuangan,
sekolah, keluarga dan masyarakat) keterampilan komunikasi,
dalam membangun sikap dan keterampilan pengambilan
persepsi. keputusan, keterampilan personal
(seperti ketekunan dan kerja keras).
Brown (2000: 1-2) menyatakan Sikap adalah sikap terhadap
bahwa pendidikan kewirausahaan pengambilan resiko (risk-taking),
harus dipandang secara luas dalam seperti halnya kekuatan psikososal
terminologi keterampilan yang dapat individu dan kontek budaya,
diajarkan dan karakteristik yang mempengaruhi perilaku bersifat
dapat membangkitkan motivasi para wirausahawan (Ferreira & Raposo,
siswa sehingga dapat menolong 2008: 64). Ketiganya sama
mereka untuk menangkap peluang pentingnya bagi wirausahawan.
usaha.Sejalan dengan perkembangan Sebagai konsekwensi, Pembelajaran
zaman yang semakin pesat, dalam kewirausahaan perlu memusatkan
dunia pendidikan terdapat perubahan perhatian pada (Garavan dan Barra,
paradigma, khususnya dengan 1994: 4): (a) Penyebarluasan
adanya arus globalisasi saat ini. pengetahuan tentang manfaat
Banyak kegiatan usaha yang kewirausahaan, (b) Memperoleh alat
menuntut adanya keunggulan, untuk menganalisis dan membaca
pemerataan, dan persaingan, lingkungan bisnis, (c)
sehingga perubahan paradigma Mengembangkan keterampilan
tersebut juga harus diantisipasi oleh wirausahawan, pengelolan dan bakat,
pendidikan, khususnya bidang (d) Motivasi individu untuk
pendidikan kewirausahaan. Menurut mendukung kewirausahaan, (e)
laporan dari Global Stimulasi Pemikiran kreatif, (f)
Entrepreneurship Monitor (GEM) Mengembangkan sikap yang positif
terdapat suatu korelasi tinggi antara dan keinginan untuk berubah, (g)
pendidikan, termasuk dalam hal ini Memberi harapan dan mendukung
adalah pembelajaran kewirausahaan wirausaha baru.
dengan kepercayaan dan motivasi
individu untuk terlibat dalam Rae (2005: 323-335)
aktivitas kewirausahaan (Reynolds et berpendapat bahwa pendidikan
al., 2002). Dalam hal ini, pendidikan kewirausahaan perlu fokus pada
turut mendukung dan berperan identifikasi kesempatan, karena
penting dalam pengembangan identifikasi kesempatan adalah
kewirausahaan di seluruh dunia. tindakan belajar mandiri dan sumber
motivasi untuk belajar

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 49


kewirausahaan. Dalam pendekatan karakteristik perilaku seorang
lain untuk menghasilkan wirausaha (Bell, 2008: 13).
pembelajaran kewirausahaan,
Shepherd (2004) berpendapat tentang Pengusaha mengidentifikasi
perlunya pengelolaan emosi yang peluang ketika mereka sangat
terkait dengan kegagalan untuk mengenal dan memahami lingkungan
memaksimalkan belajar dari industri (Rae, 2004: 195-202) dan
pengalaman. Menurut Bell (2008: menggabungkan informasi untuk
12), pendidikan kewirausahaan produk atau layanan yang berharga
tidak hanya fokus pada penyusunan bagi orang lain (Shane &
rencana bisnis, bagaimana Venkataraman, 2000: 217-226).
mendapatkan pembiayaan, proses Pengetahuan tentang minat tertentu,
pengembangan usaha dan pengetahuan lingkungan industri
manajemen. Pendidikan tersebut juga secara umum, pengetahuan tentang
memberikan pengetahuan mengenai pasar, pengetahuan tentang masalah
prinsip-prinsip kewirausahaan dan pelanggan, dan pengetahuan cara
keterampilan teknis bagaimana untuk melayani pasar akan
menjalankan bisnis. Namun meningkatkan peluang untuk
demikian, peserta didik yang memanfaatkan kesempatan.
mengetahui prinsip-prinsip Kemampuan kognitif untuk
kewirausahaan dan pengelolaan menggabungkan informasi kurang
bisnis tersebut belum tentu menjadi memperhatikan kegagalan dan lebih
wirausaha yang sukses. Mereka fokus pada upaya memaksimalkan
perlu dibekali dengan berbagai keberhasilan. Fletcher & Watson
atribut, keterampilan dan perilaku (2007: 9-26) mengusulkan teknik
yang dapat meningkatkan narasi untuk mendorong
kemampuan kewirausahaan mereka. pembelajaran kewirausahaan. Teknik
Artinya pendidikan kewirausahaan narasi menjelaskan pengalaman
perlu dirancang secara khusus pribadi untuk menemukan ide-ide
untuk dapat mengembangkan bisnis dan mengenali bagaimana ide
karakteristik kewirausahaan, bisnis tersebut dikembangkan.
seperti: kreativitas, menangkap dan
Berbagai model pembelajaran
merespon peluang, pengambilan
dapat diterapkan untuk mengenalkan
keputusan, kepemimpinan, jejaring
nilai-nilai kewirausahaan pada siswa
sosial, manajemen waktu dan
sekolah dasar tingkat rendah seperti
kerjasama tim. Untuk itu diperlukan
model pembelajaran berbasis
perubahan sistem pendidikan
pengalaman (experiential learning)
kewirausahaan yang tadinya
(Kolb, 1984), pembelajaran berbasis
difokuskan pada orientasi
masalah (Tan & Ng, 2006),
pengendalian fungsional menjadi
pembelajaran berbasis tindakan
fokus pada mengembangkan jiwa
(Taylor, Jones, & Boles 2004), dan
kewirausahaan pada peserta didik.
teori pembelajaran terintegrasi
Sehingga tantangannya adalah
(Huber et al., 2005). Guru
bagaimana sistem pembelajaran yang
mempunyai peran penting dalam
dapat mengembangkan diri peserta
membawa, menyampaikan dan
didik mereka dalam hal
mengemas secara menarik dan riil
keterampilan, atribut dan sekaligus
lingkungan wirausaha terhadap siswa
(experiential learning),

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 50


mengintegrasikan nilai-nilai wirausaha dan perannya dalam
kewirausahaan dalam mata pelajaran, masyarakat (Ilmu Pengetahuan
semua mata pelajaran, muatan lokal, Sosial), berlatih menghitung
kegiatan ekstrakurikuler, sederhana pendapatan, biaya dan
pengembangan diri, kultur sekolah keuntungan (Matematika), membuat
atau aturan-aturan yang buat oleh suatu produk keterampilan,
sekolah (Integrative Learning), mengemasnya dan bercerita untuk
mencontohkan pemecahan masalah memasarkannya (Seni Budaya dan
wirausaha secara sederhana Keterampilan).
(Problem Based Learning) sesuai
kondisi siswa sekolah dasar yang 2. Strategi pada mata pelajaran
rendah yang masih senang bermain, muatan lokal
aktif, bekerja dalam kelompok dan
Memasukkan materi
merasakan / melakukan /
kewirausahaan ke beberapa materi
memperagakan sesuatu secara
pelajaran muatan lokal yang relevan,
langsung. seperti : membuat pola batik,
Uraian di atas menggambarkan mengenalkan sejarah, manfaat
beberapa model pendidikan ekonomi dan budaya dalam
kewirausahaan yang dapat diterapkan masyarakat (muatan lokal Batik),
pada siswa sekolah dasar tingkat mengenalkan bahasa, keunikan dan
rendah. Model pembelajaran kearifan lokal budaya Jawa yang
bertujuan untuk mempromosikan tidak dimiliki negara lain (Bahasa
secara kreatif dan berpikir cross- Jawa).
functional melalui pendekatan
3. Strategi melalui kegiatan
holistik dan integratif diperlukan
ekstrakurikuler
terhadap pencapaian tujuan dari
pembelajaran kewirausahaan. Menyelenggarakan kegiatan
Pendidikan kewirausahaan dapat ekstrakulikuler wajib berupa
terintegrasi dalam semua mata kewirausahaan di setiap sekolah.
pelajaran, muatan lokal, kegiatan
ekstrakurikuler, pengembangan diri, 4. Strategi pengembangan diri,
kultur sekolah atau aturan-aturan kultur sekolah atau aturan-
yang buat oleh sekolah. aturan yang buat oleh sekolah

Strategi dapat dilakukan Memasukkan materi


berdasarkan tema (Kurikulum 2013) kewirausahaan ke mata pelajaran
atau integrasi mata pelajaran pengembangan diri (misal) dengan
(Kurikulum 2006). membuat tulisan, gambar untuk
kemasan, promosi sebuah produk
1. Strategi integrasi dalam semua (mata pelajaran Komputer). Sekolah
mata pelajaran juga dapat memberikan jam khusus
untuk kegiatan kewirausahaan
Memasukkan materi
dengan memasukkan kewirausahaan
kewirausahaan ke beberapa materi
sebagai mata pelajaran wajib yang
pelajaran yang relevan, seperti :
harus ditempuh. Memberikan hari
melatih berkomunikasi (bercerita)
khusus, yaitu Hari Sabtu untuk
tentang suatu produk / jasa (Bahasa
kegiatan kewirausahaan.
Indonesia), mengenalkan profesi

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 51


Masing - masing alternatif Ciputra Education Group telah
tersebut mempunyai kelebihan dan mengidentifikasi prioritas yang luas
kekurangannya apabila yang meliputi (sekolahciputra.sch.id)
diaplikasikan, sehingga perlu kajian : a) Mempromosikan pengembangan
yang lebih mendalam untuk memilih kualitas pribadi yang relevan dengan
alternatif terbaik. Sebagai referensi, kewirausahaan, seperti kreativitas,
dapat digunakan kurikulum- pengambilan risiko dan tanggung
kurikulum terdahulu yang pernah jawab. b) Meningkatkan kesadaran
berlaku di Indonesia. siswa tentang wirausaha sebagai
pilihan karir, menyediakan siswa
CONTOH BEBERAPA MODEL kesempatan untuk mengembangkan
PENDIDIKAN DAN keterampilan teknis dan bisnis.
PEMBELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN Pada tingkat pra-SD (TK),
pendidikan kewirausahaan bertujuan
Sekolah Ciputra untuk memperkenalkan
pengembangan sikap kewirausahaan
Sekolah Ciputra adalah sekolah
dan keterampilan dalam berbagai
berstandar internasional di Surabaya
proses pembelajaran yang
Jawa Timur yang mempunyai
menyenangkan seperti kunjungan ke
program pendidikan dari Play Group
perusahaan, presentasi visual, kontes
sampai Program Diploma. Sekolah
berbicara dan melalui produksi
Ciputra memberikan pendidikan
kerajinan dan " pemasaran "dari "
standar internasional, dengan tetap
produk " kerajinan. Pada tingkat
mempertahankan dan menghargai
sekolah dasar, pendidikan
latar belakang adat dan tradisi dari
kewirausahaan bertujuan untuk
budaya lokal. Kurikulum yang luas
mendorong kualitas-kualitas pribadi
dan seimbang dengan program-
siswa seperti kreativitas, semangat
program yang mendukung
inisiatif dan kemandirian yang
pertumbuhan anak berkembang,
berkontribusi pada pengembangan
meliputi kebutuhan sosial, fisik,
sikap kewirausahaan, yang akan
etika, emosional dan budaya di
berguna dalam hidup dan dalam
samping pengembangan akademik
setiap pekerjaan. Konsep otonomi
yang kuat. Mendorong
dan belajar aktif dikembangkan.
kewirausahaan merupakan kunci
Siswa dikenalkan pengetahuan dasar
untuk menciptakan lapangan kerja
tentang bisnis dan keuangan melalui
dan meningkatkan daya saing dan
kunjungan ke dunia bisnis, siswa
pertumbuhan ekonomi di dunia.
akan lebih memahami tentang peran
Pentingnya kewirausahaan diakui
pengusaha dalam masyarakat.
secara luas sebagai keterampilan
Kegiatan tersebut termasuk bekerja
positif untuk dikembangkan melalui
pada proyek-proyek usaha kecil
pembelajaran seumur hidup, dan
("proyek perusahaan mini")
belajar berbasis pengalaman.
presentasi studi kasus sederhana dan
Kewirausahaan (atau Pendidikan
kunjungan ke perusahaan lokal dan
Kewirausahaan) sudah ada dalam
perusahaan interlokal. Sekolah
kebijakan pendidikan nasional
Ciputra mempunyai komitmen untuk
banyak negara
pengembangan kewirausahaan.
(sekolahciputra.sch.id).
Komitmen sekolah tersebut diperkuat

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 52


dengan mengembangkan Kebijakan program belum berjalan baik serta
Pendidikan Kewirausahaan sendiri orang tua yang kurang intensif dalam
dalam unit kurikulum yang memiliki kegiatan market day. Adapun hasil
fokus yang jelas pada kewirausahaan dari penanaman nilai-nilai
(sekolahciputra.sch.id). kewirausahaan melalui model
pendidikan market day pada siswa di
SD Alam Ungaran SD Alam Ungaran yaitu siswa
memiliki kemampuan berfikir logis,
Pembelajaran market day
memiliki sikap percaya diri,
dilaksanakan menjadi dua model
kerjasama dan nilai religius, jiwa
pembelajaran yaitu pembelajaran
kepemimpinan, keberanian
tentang konsep - konsep
menanggung resiko, kemandirian,
kewirausahaan di kelas dengan cara
tanggung jawab, dan memiliki
mengintegrasikan konsep - konsep
mental pantang menyerah serta
kewirausahaan ke seluruh mata
mampu berkreasi dalam kegiatan
pelajaran pada suatu tema
market day. Model pendidikan
pembelajaran tertentu dengan
market day di SD Alam Ungaran
memfokuskan pada karakteristik
didasarkan pada visi dan misi
mata pelajaran yang bersangkutan.
SAUNG yang termuat dalam
Kemudian pembelajaran praktik
kurikulum pengembangan diri.
berjualan dilakukan melalui kegiatan
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan
praktek berjualan secara langsung
pada kegiatan market day dilakukan
dengan melibatkan seluruh siswa
dengan konsep teori di kelas dan
SAUNG yang dilaksanakan secara
praktik berjualan di sekolah dan di
individu di sekolah dan di luar
luar sekolah. Hasil penanaman nilai-
sekolah. Proses penanaman nilai-
nilai kewirausahaan untuk
nilai kewirausahaan dilakukan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan
dengan mengintegrasikan konsep-
pada siswa melalui pembentukan
konsep kewirausahaan ke dalam
aspek kognitif, afektif, dan
mata pelajaran Matematika, IPA,
psikomotorik siswa (Noorman,
IPS, Bahasa Indonesia, Agama pada
2011).
suatu tema pembelajaran tertentu
untuk mengembangkan aspek KESIMPULAN
intelektual siswa. Sementara proses
penanaman nilai-nilai kewirausahaan 1. Pendidikan kewirausahaan
selanjutnya dilakukan melalui merupakan komponen penting
kegiatan praktek berjualan dengan dalam meningkatkan kompetensi
melibatkan seluruh siswa SAUNG dan kemandirian siswa untuk
yang dilaksanakan secara individu di menangkap peluang di era pasar
sekolah dan berkelompok di luar bebas.
sekolah. Dalam kegiatan ini siswa 2. Kurikulum berbasis
dilatih untuk menumbuhkan motif kewirausahaan memberikan
berprestasi, jiwa kepemimpinan, jiwa arahan pembelajaran siswa
kreatif dan inovatif, mental pantang Sekolah Dasar lebih pada aspek:
menyerah, kerjasama, percaya diri, a) Pengenalan awal tentang
tanggung jawab, dan nilai religius. kewirausahaan, b) Pengarahan
Kendala market day yaitu pendangan dan pola pikir siswa
manajemen yang belum tertata rapi, tentang kewirausahaan, serta c)
administrasi dan perencanaan

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 53


Pemberian motivasi ………. 2012. Dokumen Kurikulum
kewirausahaan kepada siswa. 2013. Jakarta: Kementrian
3. Guru mempunyai peran penting Pendidikan dan Kebudayaan.
dalam : a) Membawa,
menyampaikan dan mengemas Ajzen, I. & Fishbein, M. 1980,
secara menarik dan riil Understanding Attitudes and
lingkungan wirausaha terhadap Predicting Social Behavior,
siswa. b) Mengintegrasikan nilai- Prentice-Hall. NJ: Englewood
nilai kewirausahaan dalam mata Cliffs.
pelajaran, muatan lokal, kegiatan
Aronsson, M. 2004. Education
ekstrakurikuler, pengembangan
Matters--But Does
diri, dan aturan-aturan yang
Entrepreneurship Education?
dibuat oleh sekolah. c)
An interview with David
Mencontohkan pemecahan
Birch. Academy of
masalah wirausaha secara
Management Learning &
sederhana sesuai kondisi siswa
Education, Vol. 33, 289-292.
sekolah dasar kelas rendah.
4. Pada tingkat pendidikan dasar, Bell, Joseph R. 2008. Utilization of
penanamkan konsep-konsep Problem Based-Learning in
terkait dengan kegiatan an Entrepreneurship Business
kewirausahaan dapat di berikan, Planning Course, New
walau hanya pengenalan England Journal of
minimalis. Entrepreneurship, Spring, 53.
Jadi pendidikan yang Brown, C. 2000. Entrepreneurial
berwawasan kewirausahan menjadi Education Teaching
lebih bermanfaat dan akan Guide.CELCEE Digest 00-7.
memberikan peluang tumbuh dan Los Angeles, CA: Adjunct
berkembangnya kearah potensi ERIC Clearinghouse on
kreativitas dan inovasi anak yang Entrepreneurship Education.
pada akhirnya pribadi yang memiliki http://files.eric.ed.gov/fulltext/
karakter kreatif, inovatif, ED452430.pdf. Diakses 17
bertanggung jawab, disiplin dan Februari 2014, pk. 09.14.
konsisten akan memilki kemampuan
kewirausahaan. Ferreira, J., and Raposo. 2008.
“Entrepreneur’s profile: a
DAFTAR PUSTAKA taxonomy of attributes and
motivations of university
………. 1968. Dokumen Kurikulum
students”, Journal of Small
1968. Jakarta: Kementrian
Business and Enterprise
Pendidikan dan Kebudayaan.
Development.
………. 1994. Dokumen Kurikulum
Fletcher, D. E., & Watson, T. J.
1994. Jakarta: Kementrian
2007. Entrepreneurship,
Pendidikan dan Kebudayaan. management learning and
………. 2006. Dokumen Kurikulum negotiated narratives: Making
2006. Jakarta: Kementrian it otherwise e for us—
Pendidikan dan Kebudayaan. otherwise for them.

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 54


Management Learning, 38 (1), Kolb, D. A., Boyatzis, R., &
9–26. Mainemelis, C. 2001,
Experiential Learning Theory:
Garavan, T. N. & Barra, O Cinneide. Previous Research and New
1994. Entrepreneurship Directions dalam R. J.
education and training Sternberg & L.f.Zhang Eds.,
programmes: a review and Perspectives on thinking,
evaluation - Part 1. Journal of learning, and cognitive styles
European Industrial Training, 227-247. Mahwah, NJ: L.
18(8), 3-10. Erlbaum Associates.
Hamer, L.O. 2000. The Additive Kostelnik, J.M., et al. 1991.
Effects of Semistructured Teaching Young Children
Classroom Activities on Using Themes. Glenview:
Student Learning: An Good Year Books.
Application of Classroom-
Based Experiential Learning Krueger NF. 1993. The Impact of
Techniques. Journal of Prior Entrepreneurial
Marketing Education, Vol. Exposure on Perceptions and
221: 25-34. New Venture Feasibility and
Desirability. Entrepreneurship
Huber, S. G. 2004. School leadership Theory and Practice 18: 5–21.
and leadership development
Adjusting leadership theories Kusmaedi, Nurlan., Husdarta, J.S.,
and development programs to Hidayat, Yusuf. 2004.
values and the core purpose of Pertumbuhan dan
school. Educational Perkembangan Sepanjang
Administration. Rentang Kehidupan Konsep,
Teori, dan Implikasi-Implikasi
Hurlock, E.B. 1998. Perkembangan Timbal Balik Terhadap Penjas
Anak. Alih bahasa oleh dan Olahraga. Bandung:
Soedjarmo & Istiwidayanti. FPOK UPI.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Noorman B. 2011. Model
………. 1995. Instruksi Presiden Pendidikan Market day di SD
Nomor 4 Tahun 1995 tentang Alam Ungaran (Studi tentang
Gerakan Nasional Penanaman Nilai-Nilai
Memasyarakatkan dan Kewirausahaan pada Siswa
Membudayakan Sekolah Dasar).Under
Kewirausahaan. Graduates thesis, Universitas
Negeri Semarang.
Kemdikbud. 2013. Pengelolaan
Pembelajaran Tematik Rae, D. 2004. Practical theories
Terpadu. from entrepreneurs’ stories:
discursive approaches to
Kirzner, I.M. 1973. Competition and
entrepreneurial learning,
Entrepreneurship.Chicago,
Journal of Small Business and
IL: University of Chicago
Enterprise Development, Vol.
11 No. 2: 195-202.Rae, D.
2005. Entrepreneurial.

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 55


learning: a narrative-based Teknologi Pendidikan, 9(3):
conceptual model. Journal of 221-234
Small Business and Enterprise
Development Vol. 12 No. 3: Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992.
323-335 Perkembangan dan Belajar
Gerak. Jakarta: Departemen
Reynolds, P.D., Bygrave, W.D., Pendidikan dan kebudayaan.
Autio, D D. & Hay, M. 2002.
Global Entrepeneurship Supandi. 1992. Strategi Belajar
Monitor; Summary report. Mengajar Pendidikan
Kansas City: Ewin Marion Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Kauffman Foundation.
Tan, S. S., & Ng, C. K. F. 2006. A
Schumpeter, J.A. 1934. The Theory problem-based learning
of Economic Development. approach to entrepreneurship
Cambridge, MA: Harvard education. Education &
University Press. Training, 48(6), 416-428.

Shane, S., & Venkataraman, S. 2000. Taylor, D. W., & Thorpe, R. 2004.
The promise of Entrepreneurial learning: a
entrepreneurship as a fieldof process of co-participation.
research. Academy of Journal of Small Business and
Management Review, Enterprise Development,
25(1):217-226. 11(2), 203-211.

Shepherd, D. 2005. Entrepreneurial Toffler, Alvin. 1980. The Third


Orientation and Small Wave. London: Pan Books Ltd
Business Performance: A in association with William
Configurational Approach. Collins Sons & Co. Ltd.
Journal of Business
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang
Venturing.
Sistem Pendidikan Nasional.
Soesastro, H. 2004. Kebijakan
UNDP. 2014. Human Development
Persaingan, Daya Saing,
Report.http://www.undp.org/c
Liberalisasi, Globalisasi,
ontent/undp/en/home/presscen
Regionalisasi dan Semua Itu.
ter/events/2014/july/HDR2014
CSIS Economics Working
.html
Paper Series from Centre for
Strategic and International Verheul, I, Wennekers, S.,
Studies, Jakarta, Indonesia No Audretsch, D. dan Thurik, R.
WPE082, 2001. An Eclectic Theory of
http://www.csis.or.id/working Entrepreneurship. Tinbergen
_paper_file/42/wpe082.pdf Institute Discussion Paper TI
2001-030/3, diakses di
Suliharti, S. 2007. Konsistensi
http://www.tinbergen.nl
Kebijakan Pemerintah dalam
Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik di Sekolah.Jurnal

Bangun Rekaprima Vol.03/2/Oktober/2017 56

Anda mungkin juga menyukai