Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) di suatu negara. Salah satu pendidikan yang memiliki andil
besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan menengah
kejuruan. Di Indonesia pendidikan menegah kejuruan berupaya mencetak lulusannnya
agar siap bekerja pada bidang tertentu, Hal tersebut tercantum pada undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 yang menyebutkan bahwa,
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswanya
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan menengah yang dimaksud disini
adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selain membekali siswanya pada bidang
keahlian tertentu untuk memasuki dunia kerja, juga mempersiapkan lulusannnya agar bisa
hidup mandiri dan melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut
tertuang pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 26 ayat 3 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadia,
ahklak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tersebut, lulusan SMK
harus dibekali dengan kemampuan untuk bisa hidup mandiri. Kemampuan untuk bisa
hidup mandiri yang dimaksud disini adalah menciptakan atau membuka lapangan kerja
baru (berwirausaha). Hal tersebut senada dengan pendapat Mukhadis (2013:8) yang
menyatakan bahwa pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi salah satunya mempunyai
sisi substansi sebagai wahana pencipta atau pembuka lapangan kerja (job creator).
Pencipta atau pembuka lapangan kerja yang dimaksud adalah menjadi seorang pengusaha
mandiri dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan
kejuruan diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusannya sebagai calon tenaga kerja
kelas menengah yang terampil dan mempunyai pengetahuan, keterampilan, serta sikap
profesional sesuai dengan bidangnya. Berkaitan dengan hal tersebut Baiti (2014:165),
mengemukakan SMK merupakan tempat pengembangan pengetahuan, keterampilan
1
dalam rangka mencetak tenaga kerja terampil dan up to date dalam menghasilkan lulusan
yang dibutuhkan oleh industri. Begitu pula Clarke dan Winch (2007), mengungkapkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan tempat untuk mengembangkan bidang
ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan, dan meningkatkan kualitas tenaga kerja
tertentu dalam rangka peningkatan produktivitas masyarakat. Menurut Sudjimat (2014),
karakteristik pendidikan yang harus diterapkan pada SMK adalah membekali siswa
dengan berbagai keterampilan kognitif (academic) dan keterampilan teknikal (vokasional)
serta melengkapinya dengan berbagai kecakapan lunak (attitude, soft skills, employability
skills, atau generic skill) yang diperlukan secara terintegrasi dalam membentuk
kompetensi siswa untuk bekerja pada bidang yang dipilihnya.
Tujuan SMK yang telah dipaparkan di atas tentunya akan membuat siswa lebih
siap untuk hidup mandiri dengan berwirausaha, sehingga banyak bermunculan
wirausahawan di Indonesia, akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Jumlah
wirausahawan di Indonesia sekarang ini masih tergolong sedikit. Ketua umum Badan
Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Bahlil Lahadalia
mengatakan saat ini Indonesia baru memiliki 1,5% pengusaha dari sekitar 252 juta
penduduk Tanah Air. Di negara Asean seperti Singapura jumlah pengusahanya tercatat
sebanyak 7%, Malaysia 5%, Thailand 4,5%, dan Vietnam 3,3% (Suara.com, 2016). Data
tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia sekarang ini masih kurang
ideal, menurut Frinces (2011:4) suatu bangsa akan maju apabila jumlah enterprenurnya
paling sedikit 2% dari jumlah penduduknya.
Masalah lain yang terjadi selain kurangnya jumlah wirausahawan di Indonesia
adalah jumlah pengangguran yang tergolong tinggi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Suryamin mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai 7,02
juta orang atau 5,5% (Tempo.co, 2016). Badan Berita Resmi Statistik (No. 46/05/Th. XIX,
04 Mei 2016) memperlihatkan jumlah pengangguran terbanyak berasal dari lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 9,84 persen. Disusul lulusan diploma 7,22
persen Sekolah Menegah Atas (SMA) 6,95 persen, Universitas 6,22 persen, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) 5,76 persen, dan Sekolah Dasar (SD) kebawah 3,44 persen
(Badan Pusat Statistik, 2016).
Data dari BPS di atas menunjukkan bahwa lulusan SMK saat ini masih banyak
yang menjadi pengangguran terbuka. Salah satu faktor penyebabnya adalah siswa lebih
cenderung untuk memilih menjadi pencari kerja (job seeker) saja daripada menciptakan
lapangan kerja (job creator) (Rachmadi, 2015:205). Kecenderungan seperti itu akan
2
mengakibatkan banyak lulusan SMK bersaing memperebutkan lowongan pekerjaan yang
jumlanya tidak sebanding dengan banyaknya lulusan tiap tahunnya. Akhirnya banyak
lulusan SMK yang tidak terserap ke dalam duni kerja dan menganggur.
Berdasarkan hasil obervasi yang telah dilakukan pada beberapa SMK yang menjadi
sampel wilayah penelitian di Jawa Timur, menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
menganggur dan lebih memilih untuk menjadi pencari kerja daripada berwirausaha. Hal
tersebut ditunjukkan dari rata-rata lulusan Paket Keahlian Pengelasan pada tahun 2016
siswa yang bekerja sebesar 31,5%, siswa yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih
tinggi sebesar 7,6%, siswa yang membuka usaha sendiri (berwirausaha) sebesar 10,9%,
dan siswa yang masih menganggur sebesar 50%. Data tersebut menunjukkan bahwa masih
banyaknya siswa yang menganggur dan sedikit yang memilih untuk berwirausaha.
Banyaknya siswa yang telah memilih untuk mencari kerja (job seeker) saja
daripada menciptakan lapangan kerja (job creator), memperlihatkan bahwa siswa SMK
sekarang ini masih belum memiliki kesiapan untuk berwirausaha. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Wijaya (2007:118) yang menyatakan bahwa banyak lulusan sekolah
menengah kejuruan yang belum siap bekerja dan menjadi pengangguran, beberapa
diantaranya lebih senang menjadi pegawai atau buruh dan hanya sedikit sekali yang
tertarik untuk berwirausaha. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila siswa sudah memiliki
kesiapan dalam berwirausaha. Mereka tentunya akan banyak yang memilih untuk
membuka lapangan kerja baru dengan berwirausaha, mengingat persaingan mencari kerja
sekarang ini semakin sulit.
Kurangnya kesiapan berwirausaha yang dimiliki oleh siswa SMK pada saat ini
harus segera diatasi, agar masalah rendahnya jumlah wirausahawan dan pengangguran di
Indonesia bisa terselesaikan. Kesiapan berwirausaha ini bisa ditumbuhkan selama siswa
belajar di sekolah. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi proses pembentukan kesiapan
berwirausaha siswa. Slameto (2010:113) menjelaskan bahwa kesiapan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: (a) Kondisi fisik, mental dan emosional; (b) Kebutuhan-kebutuhan,
motif dan tujuan. Kebutuhan bisa mendorong adanya sebuah usaha atau membuat
seseorang untuk berbuat sesuatu, sehingga jelas ada hubungannya dengan kesiapan; (c)
Keterampilan, Pengetahuan dan pengertian lainnya yang telah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan pendapat di atas, kesiapan berwirausaha bisa dipengaruhi salah
satunya oleh minat seseorang terhadap kegiatan berwirausaha. Minat seseorang terhadap
kegiatan berwirausaha tersebut, tergolong ke dalam aspek motif (alasan) seseorang
melakukan sesuatu yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesiapan
3
berwirausaha. Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu yang dapat dinyatakan dengan perasaan senang terhadap sesuatu (Syah, 2005:35).
Seseorang yang memiliki keingan yang kuat dan perasaan yang senang terhadap obyek
tertentu, maka aktivitasnya akan selalu difokuskan terhadap kegiatan berwirausaha.
Aktifitas yang selalu difokuskan terhadap kegiatan berwirausaha akan menjadikan
seseorang menjadi siap untuk berwirausaha.
Minat berwirausaha merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki
sesorang sebelum menjadi seorang wirausahawan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Sumarni (2006:3) yang menyatakan bahwa, untuk membentuk suatu manusia yang berjiwa
wirausaha dan sekaligus mampu membentuk suatu manusia yang berijiwa wirausaha dan
sekaligus mampu melakukan wirausaha khususnya pada siswa SMK, maka harus tertanam
dahulu adalah minat untuk berwirausaha itu sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, minat
merupakan faktor penting dan utaman sebelum seseorang memulai sebuah usaha. Minat
berwirausaha ini harus ditumbuhkan kepada siswa SMK mulai dari bangku sekolah,
sehingga segala aktifitasnya akan diarahkan untuk berwirausaha dan pada akhirnya
mereka akan memiliki kesiapan berwirausaha setelah lulus sekolah.
Minat berwirausaha yang seharusnya dimiliki oleh siswa SMK sekarang ternyata
sekarang ini masih rendah. Mereka memilih untuk bekerja pada orang lain menjadi
pegawai. (2016:41). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada 100 siswa SMKN 2
Semarang secara acak mengenai rencana merekan setelah lulus dari sekolah, diperoleh
hasil dari 100 yang mengisi angket hanya 2% yang memiliki kecenderungan untuk
berwirausaha dan 58% memilih untuk bekerja atau menjadi pegawai, serta 40%
diantaranya memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ini
menunjukkan bahwa orientasi minat berwirausaha siswa sangat kecil karena mereka lebih
memilih bekerja ataupun melanjutkan ke perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada beberapa SMK yang
menjadi sampel penelitian di Jawa Timur, juga meununjukkan bahwa minat siswa untuk
berwirausaha masih kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari rata-rata lulusan Paket Keahlian
Pengelasan pada tahun 2016 siswa yang bekerja sebesar 31,5%, siswa yang melanjutkan
ke jenjang pendidikan lebih tinggi sebesar 7,6 % siswa yang membuka usaha sendiri
(berwirausaha) sebesar 10,9%, dan siswa yang menganggur sebesar 50%. Data tersebut
memperlihatkan bahwa siswa yang memilih berwirausaha hanya 10,9% saja, hal itu
menunjukkan bahwa minat siswa untuk berwirausaha masih kurang.

4
Penelitian yang telah dilakukan oleh Aprilia (2012:3) juga memperlihatkan bahwa
data penelusuran tamatan SMKN 1 Kandeman dari 291 siswa, yang bekerja sebanyak 122
siswa (41,49%), berwirausaha 31 siswa (10,54%), melanjutkan 10 siswa (3,40%), dan
belum bekerja 131 siswa (44,56%). Hal tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya
minat siswa untuk membuka usaha sendiri (berwirausaha). Bisa kita lihat bahwa
prosentase siswa yang memilih untuk berwirausaha hanya 10,54% saja, sementara siswa
yang menganggur prosentasenta cukup besar, yaitu 44,56%. Apabila siswa mempunyai
minat untuk berwirausaha dan mau berusaha untuk membuka usaha sendiri, tentunya
angka prosentase siswa yang menganggur juga akan berkurang.
Kurang siapnya siswa SMK untuk berwirausaha tidak hanya disebabkan oleh
faktor minat yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh banyak faktor. Nurbaya
(2012:96) menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab siswa SMK banyak yang kurang
siap untuk membuka usaha sendiri setelah lulus. Siswa masih banyak menemukan
pemasalahan di lapangan, yaitu antara lain kurangnya pengetahuan dalam berwirausaha,
permodalan, rendahnya motivasi, minimnya fasilitas dan sarana praktik kewirausahaan di
sekolah yang seharusnya dikelola secara professional sebagai tempat untuk melatih dan
mendekatkan siswa pada kondisi yang sebenarnya, serta kurangnya dukungan keluarga
dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Faktor pengetahuan kewirausahaan merupakan salah satu faktor penting yang bisa
menumbuhkan minat dan kesiapan berwirausaha pada diri siswa. Hal tersebut didukung
oleh pendapat Saiman (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan kewirausahaan
meruapakn salah satu faktor pemicu minat kursus kewirausahaan akan tertarik untuk
berwirausaha. Alma (2010) juga mengungkapkan bahwa adanya sumber-sumber yang
dapat dimanfaatkan, pelatihan, seminar bisnis dapat mendorong seseorang untuk
berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan yang telah
dipelajari sebelumnya melalui pendidikan di sekolah, akan membuat siswa menjadi paham
tentang bagaimana cara untuk berwirausaha, sehingga membuat mereka tertarik dengan
kegiatan tersebut dan akhirnya siap untuk berwirausaha.
Pengetahuan kewirausahaan yang dibutuhkan oleh siswa SMK bisa didapatkan
melalui pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah. Pendidikan
kewirausahaan yang akan membentuk pemahaman siswa dan juga mengajarkan praktikum
berwirausaha secara langsung yang akan membentuk keterampilan dan pengalaman siswa.
Kenyataan di lapangan sekarang ini tidak demikian, pendidikan kewirausahaan masih
berfokus hanya mengajarkan pada teori saja, sementara praktikum untuk berwirausaha
5
masih kurang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurbaya (2012:96) yang menyatakan
bahwa selama ini pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang diajarkan di sekolah,
baru memperkenalkan konsep teori saja.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan pada beberapa SMK yang
menjadi sampel wilayah penelitian di Jawa Timur, menunjukkan bahwa pembelajaran
kewirausahaan yang diajarkan masih belum sesuai dengan bidang keahliannya, sebagian
besar masih berorientasi pada kerajinan, budi daya dan kuliner. Hasil produk siswa juga
belum dipasarkan dan dijual kepada masyarakat umum, hanya sebatas di lingkungan
sekolah saja. Padahal mata pelajaran kewirausahaan yang seharusnya diajarkan sesuai
Kurikulum 2013 harus mengajarkan bagaimana cara menjual produk berdasarkan prinsip
ekonomis, dan berwawasan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Luthfadi (2011:63) juga menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan di SMK 5 Bekasi dinilai 103 responden masih
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan terbesar 31,40% adalah metode pembelajaran
kewirausahaan di sekolah yang menurut responden terlalu teoritis dan kurang dalam
contohnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliyaningsih (2013:133) di SMKN 1
Sukoharjo juga menunjukkan bahwa, pegetahuan kewirausahaan yang diberikan di
sekolah hanya cukup membnatu siswa secara teori saja, akan tetapi dirasa belum cukup
ketika mereka harus membuka usaha sendiri dengan berwirausaha.
Faktor lain seselainn pengethua kewirausahaan yang memilki andil besar dapat
mempengaruhi kesiapan berwirausaha adalah kompetensi keahlian. Kompetensi keahlian
yang dimilki oleh siswa, sangat membantu dalam rangka membuka usaha yang akan
dijalankannya. Siswa akan memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang keahlian
yang telah dipelajari selama di bangku sekolah. Penguasaan kompetensi keahlian yang
telah dipelajari sebelumnya akan menimbulkan rasa percaya diri bagi siswa dan pada
akhirnya membuat siswa siap untuk berwirausaha sesuai bidang keahlian tersebut.
Pendapat Nasser yang telah dikutip oleh Ramadani (2015:202) menyakatakn bahwa jika
siswa sudah memiliki komptensi pada bidang tertentu, maka akan menimbulkan
kepercayaaan diri bagi mereka untuk memasuki dunia kerja baik di industri maupun
berwirausaha.
Kompetensi keahlian yang telah diajarkan di SMK salah satunya adalah paket
keahlian teknik pengelasan. Berdasarkan struktur Kurikulum SMK 2013, paket keahlian
pengelasanini mempelajari kompetensi tentang teknik pengelasan Oksi-Asetilin (OAW),
teknik pengelasan las busur manual (SMAW), teknik pengelasan gas metal (MIG/MAG),
6
dan teknik pengelasan gas tungsten (TIG/WIG). Keahlian teknik pengelasan tersebut
sangat dibutuhkan oleh siswa SMK untuk membentuk kemampuan mereka dalam bidang
pengelasan yang akhir-akhir ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya yang ada di
provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa
Timur pada buan Agustus 2015 persentase pedudukberumur 15 tahun keatas yang bekerja
menurut lapangan pekerjaan utama yaitu jasa kemasyarakatan, sosial dan perseoraangan
sebesar 14,21% (2,7 juta orang).
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan lapangan kerja jasa
kemasyarakatan, sosial dan perseorangan masih sangat banyak dibutuhkan oleh
masyarakat. Bidang pekerjaan yang tergolong di dalam jasa kemasyarakatan, sosial dan
perseorangan ini salah satunya adalah usaha dibidang jasa pengelasan yaitu berupa
bengkel pengelasan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kota Batu Jawa Timur, yang
dimaksud dengan jasa peseorangan dan rumah tangga meliputi jasa perbengkelan,
reparasi, jasa pembantu rumah tangga dan jasa perseorangan lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usaha bengkel pengelasan merupakan lapangan pekerjaan di bidang
jasa kemasyarakatan perseorangan yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
masyarakat di Jawa Timur saat ini.
Paket keahlian teknik pengelasan ini merupakan paket keahlian yang sangat
mungkin digunakan oleh siswa SMK untuk berwirausaha. Siswa yang baru lulus sekolah
menengah kejuruan bisa langsung membuka usaha dalam bidang pengelasan ini, karena
selaian sudah memiliki kompetensi pada bidang pengelasan, modal yang dibutuhkan tidak
terlalu besar. Bandingkan dengan paket keahlian yang lain, misalnya paket keahlian teknik
mesin yang harus membutuhkan modal besar untuk membuka usaha dibidang teknik
mesin tersebut. Bidang teknik mesin membutuhkan mesin dan peralatan yang harganya
cukup mahal. Berbeda dengan bidang pengelasan yang membutuhkan modal kecil untuk
membeli mesin dan peralatan yang dibutuhkan.
Faktor lain lagi yang bisa mempengaruhi kesiapan berwirausaha siswa SMK
adalah relasi sosial. Relasi sosial sangat diperlukan oleh siswa SMK karena dengan adanya
relasi sosial, maka siswa akan memiliki hubungan dengan orang-orang yang ada
disekitarnya termasuk rekan bisnis yang bisa menunjang usaha yang akan dibukanya.
Siswa bisa mendapatkan ilmu dari teman bisnisnya tersebut, bahkan juga bisa
mendapatkan bantuan modal untuk membuka usaha yang akan dijalankannya. Relasi
sosial juga berperan besar dalam memberi dukungan kepada siswa agar memilki
kepercayaan diri, berani mengambil resiko, dan kerja keras. Hal tersebut sesuai dengan
7
penelitian Fafchamps (2007) yang memperolah kesimpulan bahwa akumulasi modal sosial
terbukti memberikan peran yang sangat nyata dalam bisnis (kewirausahaan). Dua hal
penting adalah jumlah pedangan laian yang dikenal dan jumlah orang yang siap membantu
jika menghadapi permasalahan.
Penelitian Brata (2004:5) di Yogyakarta menemukan bahwa bagi seseorang
pedagang angkringan (pedagang makanan), jaringan sosial memainkan peranan dengan
mengamati beberapa aspek, yaitu informasi peluang usaha, informasi tentang lokasi,
mengatasi kebutuhan dana untuk usaha, menambah modal sosial. Modal sosial berupa
jaringan yang telah membuka jalan untuk jaringan sosial yang ada dan bermanfaat dalam
memperoleh bantuan atau pinjaman yang bersifat informal, ketika bantuan formal dari
pemerintah sangat terbatas. Hubungan sosial kekerabatan turut menentukan proses
menjadi pedagang angkringan, dimana pengalaman teman ataupun kerabata dekat telah
menjadi pedagang angkringan merupakan faktor penting, shingga seseorang akhirnya bisa
menjadi pedagang angkringan.
Relasi sosial meiliki peranan penting daam mempersiapkan siswa untuk menjadi
seorang pengusaha. Relasi sosial yang dimiliki siswa ini, akan berperan untuk menjalin
hubungan yang baik dengan teman sebaya, teman bisnis, keluarga, dan masyarakat,
shingga bisa membantu mereka memeroleh informasi mengenai usaha yang akan
dibukanya, mendapatkan bantuan berupa modal, fisik maupun mental. Bantuan-bantuan
tersebut akan membuat siswa menjadi percaya diri untuk berwirausaha. Kepercayaan diri
yang akan tumbuh ini akan membuat siswa tertarik dan berminat untuk membuka usaha
sendiri, dan pada akhirnya siswa merasa siap untuk berwirausaha.
Relasi sosial yang seharusnya dimiliki oleh siswa sekarang ini ternyata masih
rendah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ramayani (2013:2) di SMK
Negeri 2 Palu Punjung Kabupaten Dharmasraya menemukan beberapa masalah, antara
lain peserta didik tidak memberikan kesempatan kepada temannya untuk mengeluarkan
pendapat, peserta didik mengeluarkan pendapat ditertawakan oleh temannya, saling
menyindir antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya, peserta didik berkata
kasar pada temannya, selain itu peserta didik kurang bersosialisasi di dalam kelas, dan
adanya peserta didik yang tidak menghargai pendapat temannya. Permasalahan relasi
sosial pada siswa tersebut segera diatasi, apabila tidak segera diatasi maka akan menjadi
masalah dikemudian hari ketika mereka sudah lulus sekolah.
Faktor-faktor yang dipaparkan di atas, memiliki peran yang sangat penting bagi
kesiapan berwirausaha oleh siswa SMK. Kompetensi keahlian pengelasan memiliki peran
8
penting untuk membentuk dan membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan
pada bidang pengelasan. Pengetahuan kewirausahaan memiliki peran untuk memberi
bekal pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara untuk membuka sebuah usaha sesuai
bidang keahlian pengelasan. Relasi sosial memiliki peran untuk menjalin hubungan sosial
dengan teman sebaya, teman bisnis, keluarga dan masyarakat, sehingga hal tersebut
berguna untuk mendapatkan informasi, dukungan, serta modal berwirausaha. Minat
berwirausaha memiliki peran sebagai pemicu awal siswa untuk tertarik dan menyukai
kegiatan berwirausaha, sehingga semua kegiatannya akan difokuskan kearah
berwirausaha. Semua faktor-faktor tersebut akhirnya akan membentuk kesiapan
berwirausaha siswa.
Berdasarkan permasalahan yang ada, serta pentingnya minat dan kesiapan
berwirausaha bagi siswa SMK untuk mempersiapkan lulusan yang siap hidup mandiri
dengan berwirausaha, maka perlu diadakan penelitian dengan judul Kontribusi
Kompetensi Pengelasan, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Relasi Sosial terhadap Minat
Berwirausaha yang Dimiliki Siswa serta Dampaknya pada Kesiapan Berwirausaha.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan
terhadap minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa
Timur?
2. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara pengetahuan kewirausahaan
terhadap minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa
Timur?
3. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara relasi sosial terhadap minat
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur?
4. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi
pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, dan relasi sosial terhadap minat
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur?
5. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan
terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di
Jawa Timur?

9
6. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara pengetahuan kewirausahaan
terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di
Jawa Timur?
7. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara relasi sosial terhadap kesiapan
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur?
8. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara minat berwirausaha terhadap
kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur?
9. Apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi
pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, dan minat berwirausaha
terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di
Jawa Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi
pengelasan terhadap minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik
Pengelasan di Jawa Timur.
2. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara pengetahuan
kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik
Pengelasan di Jawa Timur.
3. Mengetahu apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara relasi sosial terhadap
minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
4. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi
pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, dan relasi sosial terhadap minat
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
5. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi
pengelasan terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik
Pengelasan di Jawa Timur.
6. Mengetahu apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara pengetahuan
kewirausahaan terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik
Pengelasan di Jawa Timur.
7. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara relasi sosial terhadap
kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.

10
8. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara minat berwirausaha
terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di
Jawa Timur.
9. Mengetahui apakah terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi
pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, dan minat berwirausaha
terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di
Jawa Timur.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan
terhadap minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa
Timur.
2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara pengetahuan kewirausahaan terhadap
minat berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara relasi sosial terhadap minat berwirausaha
siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
4. Terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan,
pengetahuan kewirausahaan, dan relasi sosial terhadap minat berwirausaha siswa
SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
5. Terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan
terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di
Jawa Timur.
6. Terdapat kontribusi yang signifikan antara pengetahuan kewirausahaan terhadap
kesiapan berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
7. Terdapat kontribusi yang signifikan antara relasi sosial terhadap kesiapan
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
8. Terdapat kontribusi yang signifikan antara minat berwirausaha terhadap kesiapan
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.
9. Terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan,
pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, dan minat berwirausaha terhadap kesiapan
berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.

11
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak,
diantaranta sebagai berikut:
1. Bagi dinas Pendidikan Jawa Timur, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk memperbaiki proses pendidikan dan pembelajaran di SMK, agar
tujuan pendidikan dapat tercapai terutama pada aspek peningkatan sarana bidang
kejuruan, saran untuk berwirusaha dan lingkungan belajar yang kondusif guna untuk
mempersiapkan lulusan yang siap berwirausaha.
2. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi
tentang faktor-faktor yang bisa menumbuhkan minat berwirusaha dan kesiapan
berwirausaha pada siswa. Faktor-faktor tersebut harus diajarkan dan ditanamkan
kepada diri siswa melalui pembelajaran di sekolah dengan semaksimal mungkin, agar
siswa bisa memiliki minat berwirausaha dan juga siap untukt berwirausaha dengan
membuka usaha sendiri.
3. Bagi Guru, terutama bagi guru mata pelajaran kewirausahaan penelitian ini bisa
dijadikan bahan masukan untuk memperbaiki pembelajaran kewirausahaan dengan
memberikan teori-teori kewirausahaan dan juga ditambah dengan aplikasi teori untuk
menyusun sebuah usaha sesuai dengan bidang kompetensi yang dimiliki siswa. Siswa
juga diberikan pemahaman tentang pentingnya sebuah relasi sosial yang akan
mempermudah mereka memperolah relasi dengan orang lain. Guru kewirausahaan
juga harus mengarahkan dan memotivasi siswanya untuk siap menjadi seorang
wirausahawan. Bagi guru produktif hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pembelajaran dalam hal
pembentukan kompetensi paket keahlian teknik pengelasan pada siswa.
4. Bagi Siswa, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk lebih
meningkatkan kompetensi keahlian teknik pengelasan, penguasaan terhadap mata
pelajaran kewirausahaan, hubungan (relasi sosial) dengan orang lain, menumbuhkan
minat berwirausaha, dan kesiapan berwirausaha.
5. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil ini diharapkan sebagai bahan refensi dalam rangka
mengembangkan penelitian sejenis dengan variabel-variabel lain yang bisa
mempengaruhi kesiapan berwirausaha.

12
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi oprasional dari setiap variabel yang telah dikaji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penguasaan kompetensi pengelasan adalah kemampuan siswa yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelasan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan. Indikator yang digunakn
untuk mengukur penguasaan kompetensi pengelasan, yaitu: (1) Memahami dan
melakukan Pengelasan Oksi-Asetilin (OAW); (2) Memahami dan melakukan
Pengelasan Las Busur Manual (SMAW); (3) Memahami dan melakukan Pengelasan
Gas Metal (MIG/MAG); (4) Memahami dan melakukan Pengelasan Gas Tungsten
(TIG/WIG).
2. Pengetahuan kewirausahaan adalah suatu ilmu, perilaku, dan mental siswa yang
diperolehnya melalui proses pembelajaran kewirausahaan di sekolah menengah
kejuruan (SMK). Pengetahuan kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pemahaman siswa terkait teori dan praktik pada bidang kewirausahaan yang
pernah mereka dapatkan dan praktikkan.
3. Relasi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi antar
individu dan individu, antar individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok. Relasi sosial pada penelitian ini yang dimaksud adalah hubungan yang
terjadi antara siswa dengan teman sekolah, teman bisnis, keluarga, masyarakat dan
berbagai pihak yang bisa memberikan bantuan, motivasi, dan danan untuk melakukan
kegiatan berwirausaha.
4. Minat berwirausaha siswa adalah ketertarikan dan keinginan yang tinggi untuk
melakukan kegiatan berwirausaha yang dapat dinyatakan dengan perasaan senang
terhadap kegiatan berwirausaha tersebut. Minat berwirausaha yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah minat siswa untuk mempelajari kegiatan berwirausaha baik teori
maupun praktiknya.
5. Kesiapan berwirausaha adalah keseluruhan kondisi sesoranng yang membuatnya siap
untuk memberi respon atau jawaban tentang kewirausahaan dengan cara tertentu
terhadap suatu situasi. Kesiapan berwirausaha yang dimaksud dalam penelitia ini
adalah kesiapan seorang siswa dilihat dari pengetahuam\n, keterampilan, dan
sikapnya untuk membuka usaha sendiri (berwirausaha).

13
BAB
KAJIAN PUSTAKA

A. Kesiapan Berwirausaha
1. Pengertian Kesiapan Berwirausaha
2. Komponen Kesiapan Berwirausaha
B. Minat Berwirausaha
1. Pengertin Minat Berwirausaha
2. Komponen Minat Berwirausaha
C. Penguasaan Kompetensi Pengelasan
1. Pengertian Kompetensi Pengelasan
2. Komponen Kompetensi Pengelasan
D. Pengetahuan Kewirausahaan
1. Pengertian Pengetahuan Kewirausahaan
2. Komponen Pengetahuan Kewirausahaan
E. Relasi Sosial
1. Pengertian Relasi Sosial
2. Faktor yang Mempengaruhi Relasi Sosial
3. Komponen Relasi Sosial
F. Hubungan antar Variabel
1. Kontribusi Penguasaan Kompetensi Pengelasan terhadap Minat Berwirausaha
2. Kontribusi Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha
3. Kontribusi Relasi Sosial terhadap Minat berwirausaha
4. Kontribusi Minat Berwirausaha terhadap Kesiapan Berwirausaha
5. Kontribusi Penguasaan Kompetensi Pengelasan terhadap Kesiapan Berwiarausaha
6. Kontribusi Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Kesiapan Berwirausaha
7. Kontribusi Relasi Sosial terhadap Kesiapan Berwirausaha

14
G. Kerangka Berpikir

Pengusaan Kompetensi
Pengelasan

Kemampuan siswa pada bidang


keahlian pengelasan baik
pengetahuan/keterampilan

Pengusaan Kewirausahaan

Pengetahuan dasar
kewirausahaan yang didapatkan Minat Berwirausaha Kesiapan
oleh siswa selama menempuh Berwirausaha
pembelajaran dikelas baik
teori/praktik

Relasi Sosial

Hub. Sosial dengan keluarga,


teman sebaya, masyarakat
melalui komunikasi dan kontak
sosial

Gambar 2.1 Model Kerangka Berpikir

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
survei. Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
misalnya dengan menggunakan kuesioner, tes dan wawancara terstruktur ( Sugiyono,
2016:2). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur
(path analisis) dengan model dekomposisi. Path analysis digunakan untuk menganalisis
pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) Riduwan &
Kuncoro (2013:2). Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh
yang bersifat kausalitas antar variabel, baik pengaruh langsung maupun tidak langsung
Riduwan & Kuncoro (2013:15).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi antara variabel bebas terhadap
variabel terikat melalui hubungan kausal (sebab akibat), baik langsung maupun tidak
langsung melalui variabel intervening. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
keterlibatan siswa SMK dalam TEFA (X1), pengetahuan kewirausahaan (X2), dan relasi
sosial (X3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self confidence (Z), dan variabel
intervening penelitian ini adalah mindset enterpreneurship (Y). Diagram jalur hubungan
antar variabel ditunjukkan oleh gambar 3.1 berikut ini:

16
Keterlibatan Siswa
SMK dalam TEFA
(X1)

Pengetahuan Self Confidence Mindset


Kewirausahaan (X2) (Y) Enterpreneurship
(Z)

Relasi Sosial (X3)

Gambar 3.1 Diagram Jalur Hubungan antar Variabel

Keterangan:

: pengaruh langsung antar variabel

: hubungan korelasional antar variabel

Gambar 3.1 menjelaskan hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikat.
Perhitungan pada penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan dekomposisi yang
merujuk pada Riduwan & Kuncoro (2013:152), yaitu: (1) Direct causal effect (pengaruh
kausal langsung) adalah pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang
terjadi melalui variabel endogen lain. (2) Indirect causal effect (pengaruh kausal tidak
langsung) adalah pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi
melalui variabel endogen lain yang terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang
dianalisis, (3) Total causal effect (pengaruh kausal total) adalah jumlah dari pengaruh kausal
langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:117). Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI Paket Keahlian Teknik Pengelasan pada SMK Negeri dan Swasta di

17
Jawa Timur dengan akreditasi A yang terdiri dari 17 SMK. Rincian populasi dalam penelitian
ini seperti ditunjukkan oleh tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Data Populasi SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan Di Jawa Timur
No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa
1 SMKN 1 Duduk Sampeyan Negeri 87
2 SMKN 1 Jetis Negeri 61
3 SMKN 1 Pungging Negeri 96
4 SMKN Rengel Negeri 56
5 SMKN 2 Lamongan Negeri 36
6 SMKN 1 Wonoasri Negeri 67
7 SMKN 1 Kebonsari Negeri 73
8 SMKN 1 Bendo Magetan Negeri 79
9 SMKN 1 Jenangan Negeri 34
10 SMKN 1 Udanawu Negeri 106
11 SMKN 1 Purwosari Negeri 74
12 SMKN 1 Glagah Negeri 37
13 SMKN 2 Sampang Negeri 36
14 SMK Semen Gresik Swasta 31
15 SMK Teknik PAL Surabaya Swasta 44
16 SMK PGRI 3 Surabaya Swasta 25
17 SMK Raden Patah Swasta 39
Jumlah Populasi 981
(Sumber: Data Pokok SMK 2017)

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyomo, 2016: 118). Riduwan dan Kuncoro (2013:40) menjelaskan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Syarat
penting dalam menentukan sampel ada dua macam, yaitu sampel yang mencukupi dan profil
sampel yang dipilih harus mewakili. Berdasarkan hal tersebut diperlukan cara memilih
sampel agar benar-benar mewakili semua populasi yang ada, yang disebut dengan teknik
sampling (Sukardi, 2013:54).
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah multistage random sampling (sampling
bertahap), yaitu cluster sampling (area sampling) dan proportional random sampling.
Teknik sampling yang pertama yang digunakan adalah cluster sampling. Cluster sampling
adalah teknik sampling daerah yang digunakan untuk menemukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2016:121). Populasi dalam penelitian ini
tergolong sangat luas, yaitu semua SMK yang memiliki akreditasi A di propinsi Jawa Timur

18
dengan jumlah 17 SMK. Jumlah yang sangat banyak tersebut, mengharuskan untuk
melakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Pengambilan sampel dengan
cara cluster sampling ini dilakukan berdasarkan wilayah geografis sesuai dengan arah mata
angina, yaitu wilayah Utara, Selatan, Barat, Timur dan Tengah. Tujuannya agar dapat
mewakili dari masing-masing wilayah tersebut.
Jumlah SMK yang dijadikan dalam penelitian ini berdasarkan teknik cluster sampling
yaitu sebanyak 6 sekolah. Wilayah Utara diwakili oleh SMK Negeri Duduk Sampeyan
Gresik, wilayah Barat Laut SMK Negeri 1 Pungging Mojokerto, wilayah barat SMK Negeri 1
Wonosari MAdiun, wilayah Barat Daya SMK Negeri 1 Udanawu Blitar, wilayah Timur SMK
Negeri 1 Purwosari, dan wilayah Tengah diwakili oleh SMK PGRI 3 Malang. Wilayah
Selatan tidak terdapat SMK dengan Paket Keahlian Teknik Pengelasan. Pengambilan SMK
yang dijadikan sampel wilayah tersebut dilakukan dengan cara acak (random) sesuai dengan
wilayah masing-masing. Berdasrkan teknik cluster sampling yang telah dilakukan, maka
diperoleh jumlah sampel wilayah sebanyak 455 siswa dari 6 SMK yang diambil.
Sampel wilayah sebanyak 455 siswa dari 6 SMK tersebut, kemudian diambil sampel
individu menggunakan rumus Slovin dengan toleransi 5% (Riduwan dan Kuncoro (2013:49),
berikut ini adalah cara perhitungan sampel.
N 455 455
n= = =
N.d2 +1 455.(0,05) 2 +1 2,14

= 212,62
= 213 siswa
Keterangan:
n= jumlah sampel
N= jumlah populasi
d= presisi (batas toleransi kesalahan)
Teknik sampling yang digunakan selanjutnya setelah cluster sampling adalah
proporsional random sampling. Teknik proporsional random sampling adalah pengambilan
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
adalam populasi itu (Sugiyono, 2016:120). Pengambilan sampel dilakukan secara
proporsional pada masing-masing SMK (Riduwan dan Kuncoro (2013:45) menyatakan
bahwa pengambilan sampel secara proporsional random sampling memakai rumusan alokasi
proporsional sebagai berikut:

19
𝑁𝑖
ni = xn
𝑁

Keterangan:
ni= jumlah sampel setiap sekolah
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni= jumlah pupulasi setiap sekolah
N= Jumlah pupulasi seluruhnya
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka jumlah sampel setiap

sekolah dapat dijabarkan pada tabel 3.2 sebagai berikut.

Jumlah Jumlah
No Nama Sekolah Status Siswa Perhitungan Sampel
SMKN 1 Duduk
1 Sampeyan Negeri 87 (87/455) x 213 40
2 SMKN 1 Pungging Negeri 96 (96/455) x 213 45
3 SMKN 1 Wonoasri Negeri 67 (67/455) x 213 31
4 SMKN 1 Udanawu Negeri 106 (106/455) x 213 50
5 SMKN 1 Purwosari Negeri 74 (74/455) x 213 35
6 SMKN PGRI 3 Malang Swasta 25 (25/455) x 213 12
Total 455 213

Berdasarkan tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel pada setiap sekolah

dengan teknik proportional random sampling. Pengambilan sampel pada setiap sekolah

dilakukan secara acak (random) dengan porsi yang sama. SMKN 1 Duduk Sampeyan 40

Siswa, SMKN Pungging 45 siswa, SMKN 1 Wonosari 31 siswa, SMKN Udanawu 50 siswa,

SMKN Purwosari 35 Siswa, SMK PGRI 3 Malang 12 Siswa.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto 2010:203). Instrumen

penelitian digunakan untuk mendapatkan data dari kelima variabel penelitian, yaitu

20
kompetensi pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, mina wirausaha, dan

kesiapan berwirausaha.

1. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, tes, dan dokumentasi.

Instrumen angket yang digunakan untuk mengukur variabel relasi sosial, minat berwirausaha,

dan kesiapan berwirausaha. Instrumen angket pada penelitian ini menggunakan skala likert

dengan empat alternatif jawaban. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,

2016:134). Instrumen tes digunakan untuk mengukur kompetensi pengelasan pada aspek

kognitif siswa dan pengetahuan kewirausahaan siswa. Dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data kompetensi pengelasan pada aspek psikomotor berupa nilai praktikum

siswa. Berikut ini akan dijabarkan kisi-kisi instrument yang digunakan untuk setiap variabel.

a. Instrumen Kompetensi Pengelasan

Kompetensi pengelasan siswa terdiri aspek kognitif dan aspek psikomotor. Data aspek

psikomotor diperoleh dari nilai praktikum keseharian siswa, sehingga instrumennya tidak

perlu dikembangkan. Data aspek kognitif didapatkan dari hasil tes kepada siswa, sehingga

perlu dikembangkan instrument tes untuk mengukurnya. Instrumen tes dikembangkan dengan

merujuk kepada kurikulum 2013 SMK paket keahlian teknik pengelasan.

b. Instrumen Pengetahuan Kewirausahaan

Instrumen pengetahuan kewirausahaan berbentuk tes yang dikembangkan dan

diadaptasi dari Wijayanti (2016), Ramadani (2015), Nasser (2015), dan buku Mata Pelajaran

Prakarya dan Kewirausahaan (2015) sesuai dengan kurikulum 2013.

c. Instrumen Relasi Sosial

Instrumen relasi sosial berbentuk angket yang dikembangkan dan diadaptasi dari

Suryo (2013), Soekanto (2012), dan Widayanti (2005)


21
d. Instrumen Minat Berwirausaha

Instrumen minat berwirausaha berbentuk angket yang dikembangkan dan diadaptasi

dari Ramadani (2015), Nasser (2015), Raharjo (2014), Suharyat (2009), dan Sumarwan

(2003).

e. Instrumen Kesiapan Berwirausaha

Instrumen kesiapan berwirausaha berbentuk angket yang dikembangkan dan

diadaptasi dari Wijayanti (2016), Ramadani (2015), Nasser (2015), Nitisusastro (2012), dan

Slameto (2010).

2. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrument dilakukan untuk mengetahui bahwa instrument yang telah dibuat

dan akan digunakan untuk mengambil data penelitian sudah relevan dan akurat. Uji coba

instrument tersebut meliputi uji validitas dan realibilitas.

a. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas instrument dilakukan untuk mengetahui bahwa instrumen yang telah

dibut sudah benar-benar valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016:173). Instrumen yang sudah valid,

akan menghasilkan data penelitian yang juga valid dan dapat dipercaya. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes dan non tes. Instrumen tes harus

memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan contect validity (validitas isi),

sedangkan untuk instrument non tes yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi

validitas konstruksi (Sugiyono, 2016:176). Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengujian

validitas dalam penelitiian ini menggunakan validitas konstruk dan validitas isi, serta uji

validitas butir soal yang diujicobakan kepada siswa.

Uji validitas konstruk dapat digunakan pendapat para ahli (judgment expert)

(Sugiyono, 2016:177). Uji validitas konstruk ini dilakukan dengan mengkonsultasikan

22
instrument yang telah dibuat kepada para ahli, untuk dimintai pendappat tentang konstruksi

instrument tersebut. Langkah uji validitas konstruk yaitu, mengkonstruk instrument tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan kajian teori tertentu, kemudian

instrument yang telah dibuat tersebut dikonsultasikan kepada para ahli.

Uji validitas isi digunakan untuk instrument yang berbentuk tes dengan

membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan

(Sugiyono, 2016:182). Uji validitas isi ini digunakan untuk menguji instrument tes yang akan

digunakan untuk mengambil data kompetensi pengelasan siswa, dan hal tersebut merujuk

pada kompetensi dasar pada paket keahlian pengelasan pada kurikulum 2013 2013. Langkah

uji validitas isi yaitu, instrument dibandingkan antara isi instrument yang telah dibuat dengan

materi pelajaran yang telah diajarkan (dalam hal ini adalah kompetensi dasar pada paket

keahlian pengelasan). Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan instrument tersebut

kepada para ahli.

Uji validitas yang terakhir adalah validitas butir soal yang diujicobakan kepada para

siswaa secara empirik. Uji coba ini dilakukan di dalam populasu dan di luar sampel penelitian

sebanyak 30 siswa. Hasil uji coba instrument ini kemudian dianalisis dengan

mengkorelasikan antara skor tiap item soal dengan skor total item menggunakan uji korelasi

pearson product moment melalui bantuan program SPSS. Pengambilan keputusannya apabila

nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (nilai signifikasi > 0,05), maka instrument dikatakan

tidak valid. Sebaiknya apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (nilai signifikansi <

0,05), maka instrument dikatakan valid (Priyatno, 2016: 150).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah instrument yang telah dibuat memiliki

kekonsistenan. Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2016). Uji

23
reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan metode Alpha Cronbach > 0,700), maka

instrument dikatan reliabel. Sebaliknya apabila nilai Alpha Cronbach lebih kecil dari pada

0,700 (Alpha Cronbach < 0,700), maka instrument dikatakan tidak reliabel (Widoyoko, 2015:

180).

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi

kualitas data hasil penelitian. Instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum

tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrument tersebut tidak

digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya (Sugiyono, 2016:193). Pengumpulan

data pada penelitian ini mengunakan sumber data primer dengan teknik tes, angket dan

dokumentasi. Berikut ini jbaran tentang teknik pengumpulan data pada masing-masing

variabel penelitian.

Tabel 3.1 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian


Sumber Teknik
No Variabel Penelitian Data Pengumpulan Data
1 Kompetensi Pengelasan Siswa Tes dan Dokumentasi
Pengetahuan
2 Kewirausahaan Siswa Tes
3 Relasi Sosial Siswa Angket
4 Minat Berwirausaha Siswa Angket
5 Kesiapan Berwirausaha Siswa Angket

1. Angket

Angket (kuisioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2016:199). Angket yang digunakan pada penelitian ini tergolong angket tertutup

dengan empat alternatif jawaban.Angket tertutup merupakan angket yang mengharapkan

jawaban singkat dari responden untuk memilih satu alternatif jawaban yang sudah disediaka.

Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang variabel relasi sosial,

minat wirausaha dan kesiapan berwirausaha yang dimiliki oleh siswa.


24
2. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan

kepada responden yang mengandung unsur benar/salah, yaitu dengan aturan yang sudah

ditentukan (Arikunto, 2012:53). Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengambil data

tentang variabel kompetensi pengelasan pada aspek kognitif siswa dan untuk mengambil data

variabel pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki oleh siswa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data secara langsung atau data yang

sudah tersedia di tempat penelitian, dapat berupa dokumen laporanhasil, buku-buku,

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian

(Sudaryono, dkk, 2013: 41). Dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengambil

data tentang variabel kompetensi pengelasan pada aspek psikomotor siswa melalui nilai

praktikum harian siswa. Nilai praktikum harian siswa ini di dapatkan dari guru produktif.

E. Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif bisa menggunakan statistic desktiptif

dan statistik infrensial. Statistik inferensial meliputi satatistik parametris dan

statistiknonparametris (Sugiyono, 2016: 207). Analisis data yang digunakan pada penelitian

ini adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Tahapan analisis data pada penelitian

ini adalah melakukan analisis deskritif data, kemudian sebelum dilakukan analisis statistik

infrensial, data harus diuji prasyarat analisis terlebih dahulu. Apabila data sudah lolos dari uji

prasarat analisis, kemudian selanjutnya adalah melakukan analisis data statistic inferensial

untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci tahapan analisis

data pada penelitian ini.

1. Analisis Deskriptif

25
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiaman adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umu atau generalisasi (Sugiyono, 2016:207). Data berupa

angka-angka akan diolah dan disajikan dalam bnetuk tabel frekuensi dan persentase hasil

penelitian. Ukuran statistic yang sering dipakai dalam pengambilan keputusan yaitu, (1)

tendensi sentral, seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), dan modus, (2) disperse,

seperti standar deviasi dan varian (Suardi, 2013:31).

2. Uji Prasarat Analisis

Uji prasarat analisis digunakan untuk mengetahui data penelitian yang telah diperoleh

sudah memenuhi syarat sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis jalur (path

analisis). Uji prasarat analisis yang diguunakan pada analisis jalur (path analisis) mengikuti

uji prasarat pada analisis regresi, yaitu (1) uji normalitas; (2) uji linieritas; (3) uji

multikolinieritas; (4) uji autokorelasi; dan (5) uji heteroskedasitas (Ghozali, 2009: 95).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data penelitian berdistribusi dengan

normal atau tidak. Analisis parametric seperti regresi linier mensyaratkan data harus

terdistribusi dengan normal (Priyatno, 2010:54). Pengujian normalitas data pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan bantuan

program SPSS. Metode pengambilan keputusannya yaitu, jika nilai signifikan (Asymp.sig) >

0,05 maka data berdistribusi normal dan jika nilai signifikansi (Asymm.sig) < 0,05 maka data

berdistribusi tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dengan

variabel tak bebas mempunyai hubungan tak linier (Siregar, 2013:178). Metode pengambilan

26
keputusannya yaitu, jika signifikansi pada linierity > 0,05 maka hubungan antara dua variabel

tidak linier, dan jika signifikansi pada linierty < 0,05 maka hubungan antara dua variabel

dinayatakan dua variabel dinyatakan linier. Uji linieritas yang dilakukan pada penelitian ini

adalah untuk menguji variabel bebas X1, X2, dan X3 dengan variabel terikat Y dan Z.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui pakah ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas (Ghozali, 2009:95). Multikolinieritas adalah keadaan dimana antara dua

variable indepen atau lebih pada model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah

multikolinieritas (Priyatno, 2010:62). Uji multikolinieritas yang dilakukan dalam penelitian

ini menggunakan uji VIF (Value of Inflation Factor) pada program SPSS. Jika nilai

Tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui terjadinya korelasi dari residual

pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Model

regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalh autokorelasi (Priyatno, 2010:75). Uji

autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dengan bantuan

program SPSS. Metode pengambilan keputusan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah

jika nilai Durbin-Watson (DWhitung) > nilai DU pada Durbin-Watson (DWTabel), maka hal

tersebut tidak terjadi autokorelasi.

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui terjadi ketidaksamaan varian dari

residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah

heteroskedastisitas (Priyatno, 2010:75). Pengujian heteroskedastisitas dilakukan

menggunakan dengan bantuan program SPSS dengan melihat grafik scatterplot, yaitu jika

27
titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,

maka dapat disimpulkan bahwa terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan statistik inferensial yang bertujuan

untuk meganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Analisis data yang

digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah analisis jalur (path analisis).

Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untk

mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)

terhadap variabel terikat (endogen) (Riduwan & Kuncoro, 2013:2). Langkah pengujian

hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis jalur yang akan dijabarkan sebagai

berikut:

a. Pengujiaan Secara Simultan

Langkah pengujian analisis jalur secara simultan (keseluruhan) ini dilakukan dengan

merumuskan persamaan struktural terlebih dahulu (Riduwan & Kuncoro, 2013: 128).

Persamaan struktural ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sub struktur pertama dan

sub struktur kedua. Maksud dari pembagian sub struktur ini adalah untuk

mempermudah dalam menganalisis data. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci terkait

kedua sub struktur tersebut.

1) Sub Struktur Pertama

Pengujian sub struktur pertama ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi penguasaan

kompetensi pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, dan relasi sosial terhadap minat

berwirausaha. Berikut ini adalah gambar diagram jalur sub struktural pertama.

28
Gambar 3.2 Diagram Jalur Sub Struktural Pertama

Gambar 3.2 menjelaskan hubungan secara simultan antara variabel bebas penguasaan

kompetensi pengelasan(X1), pengetahuan kewirausahaan (X2), dan relasi sosial (X3) terhadap

variabel terikat minat berwirausaha (Y). Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ha: Terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan,

pengetahuan kewirausahaan, dan relasi sosial terhadap minat berwirausaha siswa SMK

Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.

H0: Tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan,

pengetahuan, pengetahuan kewirausahaan, dan relasi sosial terhadap minat

berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.

2) Sub Struktur Kedua

Pengujian sub struktur kedua ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pengusaan

komptensi pengelasan kompetensi pengelasan, pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, dan

minta berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha. Berikut ini adalah gambar diagram jalur

sub struktur kedua.

29
Gambar 3.3 Diagram Jalur Sub Struktur Kedua
Gambar 3.3 menjelaskan hubungan secara simultan antara variabel bebas penguasaan

komptensi pengelasan (X1), pengetahuan kewirausahaan (X2), relasi sosial (X3), dan minat

berwirausaha (Y) terhadap variabel terikat kesiapan berwirausaha (Z). Hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut.

Ha: Terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan,

pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, dan minat berwirausaha terhadap kesiapan

berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pengelasan di Jawa Timur.

H0: Tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara penguasaan kompetensi pengelasan,

pengetahuan kewirausahaan, relasi sosial, dan minta berwirausaha terhadap kesiapan

berwirausaha siswa SMK Paket Keahlian di Jawa Timur.

Pengujian signifikansi analisis jalur secara simultan ini dilakukan menggunakan program

SPSS dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan membandingkan antara

nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. Metode pengembilan keputusannya jika

nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig (0,05≤Sig), maka H0

diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat kontribusi yang signifikan. Jika nilai

probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig (0,05≥Sig), maka H0

30
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat kontribusi yang signifikan (Riduwan & Kuncoro,

2013:121).

b. Pengujian Secara Individual

Pengujian analisis jalur secara individual ini dilakukan setelah pengujian secara

simultan dilakukan. Pengujian secara individual dilakukan menggunakan program SPSS

dengan menbandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. (0,05 ≤

Sig), maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat kontribusi yang signifikan. Jika

nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0,05 ≥ Sig), maka

H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat kontribusi yang signifikan (Riduwan &

Kuncoro, 2013:121). Berikut ini dijabarkan rincian pengujian analisis jalur secara individual.

1) Pengujian pada sub struktur pertma, yaitu (variabel X1 terhadap variabel Y), (variabel X2

terhadap variabel Y), dan (variabel X3 terhadap variabel Y).

2) Pengujian pada sub struktur kedua yaitu, (variabel X1 terhadap variabel Z), (variabel X2

terhadap variabel Z), variabel X3 terhadap variabel Z), dan(variabel Y terhadap variabel

Z).

31
DAFTAR RUJUKAN

Aprilia, Fitriani. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha pada Siswa
Kelas XII SMK Negeri 1 Kandeman Kabupaten Batang Tahun 2011/2012. Economic
Education Analysis Journal, (Online), 1(2): 1-5,
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/download/527/-562), diakses 02
Mei 2018.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu. 2013. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Batu. Kota Batu: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu. (Online),
(http://batukota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Produk-Domestik-Regional-Bruto-
Kota-Batu-2013.pdf), diakses 02 Mei 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur. 2015. Keadaan Angkatan Kerja di Jawa
Timur. Surabaya: Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur (Online),
(https://jatim.bps.go.id/4dm!n/pdf_publikasi/-Keadaan-Angkatan-Kerja-di-Jawa-
Timur-2015.pdf), diakses 02 Mei 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik Keadaan
Ketenagakerjaan Februari 2016. (Online), (https://www.-bps.go.id/website/brs_ind-
20160504120321.pdf), diakses 02 Mei 2018.
Baiti. A. 2014. Pengaruh Pengalaman Praktik, Prestasi Belajar Dasar Kejuruan dan
Dukungan Orang Tua terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 4(2): 164-180.
Brata, Aloysius G. 2004. Nilai Ekonomis Modal Sosial pada Sektor Informal Perkotaan.
Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya. (Online),
(http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/SocialMatters/angkringartikel, pdf), diakses
02 Mei 2018.
Clarke, L.&Winch, C. 2007. Vocational Education Internastional Approach Developmenth
and System. New York: Routledge.
Fatchamps, Marcel. 2007. Trade and Social Capital. Global Poverty Research Group.
(Online), (http://www.gprg.org/themes/t4-soccap-pub-socsafe/scuses/trade-sc.htm),
diakses 02 Mei 2018.
Frinces, Z.H. 2011. Be an entrepreneur (Jadilah seorang Wirausaha). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ghozali, I. Aplikasi Analisis Mutivariat dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Luthfiadi, Ridwan & Rahmanto, M. ikhwan.2011. Analisis Peran Pendidikan Kewirausahaan,
Kepribadian, dan Lingkungan terhadap Minat Siswa SMK untuk Berwirausaha di
Kota Bekasi. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, (Online), 3 (1):56-55,
(http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/cefar/article/download/555/508),
diakses 02 Mei 2018.
Mukhadis, A. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran Bidang Teknologi. Malang: Bayumedia
Publishing.
Nasser, R. 2015. Hubungan Kerja Industri dan Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Minat
Berwirausaha serta Dampaknya pada Kesiapan Berwirausaha Siswa Keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan SMK se-Kota Makassar. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
32
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Kewirausahaan dan Managemen Usaha Kecil. Bandung:
Alfabeta.
Nurbaya, Siti. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berwirausaha Siswa
SMKN Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Online), 21 (2):95-105,
(http://id.portalgaruda.org/?ref=search&mod=document&select-=title&q=Faktor-
faktor+yang+Memepengaruhi+Kesiapan+Berwirausaha-
+Siswa+SMKN&button=Search+Document), diakses 02 Mei 2018.
Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya dengan SPSS.
Yogyakarta: Gava Media.
Priyatno, Duwi. 2016. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan
SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.
Rachmadi, H. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Kompetensi
dan Pengalaman untuk Menciptakan Wirausaha Baru pasa Siswa SMK Yogyakarta.
Jurnal Media Wisata, (Online), 13 (1): 2014-213, (http://
http://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS/article/view/78/76, diakses 02 Mei 2018.
Ramadani, Ali Hasbi. 2015. Kontribusi Pengetahuan Kewirausahaan, Prestasi Prakerin,
Kompetensi Keahlian terhadap Minat Berwirausaha dan Kesiapan Berwirausaha
Siswa SMK Paket Keahlian Pemesinan di Madura. Jurnal Teknologi dan Kejuruan,
38 (2), 199-210.
Ramadani, Ali Hasbi. 2015. Kontribusi Pengetahuan Kewirausahaan, Prestasi Prakerin,
Kompetensi Keahlian terhadap Minat Berwirauasaha dan Kesiapan Berwirauasaha
Siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pemesinan di Madura. Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, (Online), 38 (2):119-120, (http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-
kejuruan/article/download-/4959/1339), diakses 02 Mei 2018.
Ramadani, Ali Hasbi. 2015. Kontribusi Pengetahuan Kewirausahaan, Prestasi Prakerin,
Kompetensi Keahlian terhadap Minat Berwirauasaha dan Kesiapan Berwirauasaha
Siswa SMK Paket Keahlian Teknik Pemesinan di Madura. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: PPs Universitas Negeri Malang.
Ramayani, Ika. 2013. Upaya membina Hubungan Sosial Melalui Bimbingan Kelompok di
SMK Negeri 2 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Wisuda ke 47
Bimbingan & Konseling, (Online), 2 (2): 1-8,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=181897&val=6303&title=UPA
YA%20MEMBINA%20HUBUNGAN%20SOSIAL%20MELALUI%20BIMBINGA
N%20KELOMPOK%DI%20SMK%20NGERI%20PULAU%20PUNJUNG%20KAB
UPATEN%20DHARMASRAYA), diakses 02 Mei 2018.
Riduwan & Kuncoro, Engkos Ahmad. 2013. Cara Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Rifai, Indra Abintya & Sucihatiningsih. 2016. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan
Pelaksanaan Kegiatan Business Center terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI
Jurusan Pemasaran SMK Negeri 2 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. Journal of
Economic Education, (Online), 5 (1): 39-51,
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec/-article/download/133457/7148), diakses
02 Mei 2018.
Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan Teori, Praktir dan Kasus-kasus. Jakarta: Salemba
Empat.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

33
Suara.com. 2016. Jumlah Pengusaha di Indonesia 1,5 Persen dari Total Penduduk.
(https://www.suara.com/bisnis/2016/05/09/133306/jumlah-pengusaha-di-indonesia-
baru-15-persen-dari-total-penduduk), diakses 02 Mei 2018.
Sudaryono, Margono, G., Rahayu, W. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjimat, D.A. 2014. Perencanaan Pembelajaran Kejuruan, dari Kajian Empirik
Dikembangkan Sesuai Kurikulum 2013 untuk pembelajaran Abad XXI. Malang: UM
Press.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung Alfabeta.
Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku manusia. Jurnal Region,
(Online), 1 (3):1-19, (http://dowload.portalgaruda.org/-
article.php?article=19324&val=1225), diakses 02 Mei 2018.
Sumarni. 2006. Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar dan Lingkungan Terhadap Minat
Berwirausaha Pada Siswa SMK Negeri 2 Semarang. Tesis Fakultas ILmu Sosial
Jurusan Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.
Bogor: PT. Ghalia Indonesia.
Suryo, Nurcahyo Putra Dwi. 2013. Pengaruh Adversity Intelligence, Relasi Sosial dan
Kemampuan Metakognotif terhadap Nilai-nilai Kewirausahaan yang Dimiliki Siswa
SMK Negeri di Kota Yogyakarta Program KeahlianTeknik Ketenagalistrikan. Tesis
tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Syah, Muhibin. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tempo.co. 2016. BPS: Pengangguran Terbuka di Indonesia Capai 7,02 Juta Orang.
(Online), (https://nasional.tempo.co/read/768481/bps-pengangguran-terbuka-di-
indonesia-capai-702-juta-orang), diakses 02 Mei 2018.
Widoyoko, Eko. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Wijaya, Toni. 2007. Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha (Studi
Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta). Journal Manajemen dan Kewirausahaan,
(online), 9 (2): 117-127, (http://jurnal-
manajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/download/16784/16764), diakses 02
Mei 2018.
Wijayanti, Lia Nur, E.R. 2016. Kontribusi Pengetahuan Kewirausahaan, Kreativitas, dan
Pengalaman Prakerin terhadap Pola Pikir Wirausaha pada Kesiapan Berwirausaha
Siswa SMK paket Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di Kabupaten Nganjuk.
Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs Universitas Negeri Malang.

SindoNews.com. 2018. BPS: Jumlah Pengagguran di Indonesia Capai 6,87 Juta.


(https://ekbis.sindonews.com/read/1303706/33/bps-jumlah-pengangguran-di-
indonesia-capai-687-juta-1525681109), diakses 03 Oktober 2018.
Muhamad, H. 2017. Strategi Implementasi Revitalisasi SMK (10 Langkah Revitalisasi
SMK). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Ratnawati, D & Kuswardani, I. (2010). Kematangan Vokasional Dan Motivasi Berwirausaha Pada
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jurnal Psikohumanika, (III) No. 1

34
35

Anda mungkin juga menyukai