Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA DAN KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
IRMA MENTARI BR G(2115010118)
ITA INDRIANI BR PA(2115010146)
WILLA ABSARI BR PANDIA(2115010090)
CICI SRIWILINA SIHITE(2115010095)
IMANIA KARSENA BR G(2115010103)
SETASYA BR KABAN(2115010089)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERISTAS QUALITY BERASTAGI
2021/2022
1
MAKALAH
HAKEKAT MANUSIA DAN KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
IRMA MENTARI BR G(2115010118)
ITA INDRIANI BR PA(2115010146)
WILLA ABSARI BR PANDIA(2115010090)
CICI SRIWILINA SIHITE(2115010095)
IMANIA KARSENA BR G(2115010103)
SETASYA BR KABAN(2115010089)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERISTAS QUALITY BERASTAGI
2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”Hakekat
Manusia dan Kebutuhan Akan Pendidikan”.Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
selama ini,sehingga sangat diharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”Hakekat
Manusia dan Kebutuhan Akan Pendidikan”.Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
selama ini,sehingga sangat diharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca

1
HAKIKAT MANUSIA DAN KEBUTUHAN
AKAN
PENDIDIKAN

Dosen Prodi:
Nina Nurbaidah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Gustina Siregar
2. Fitrah Mawaddah Lubis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2022-2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang membahas

2
tentang “HAKIKAT MANUSIA DAN KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN”. Tidak
lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad Saw mana jika bukan tanpa beliau alam
semesta tidak akan di ciptakan.

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi pembelajaran. Kami sadar makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
untuk memacu semangat kami untuk memperbaiki makalah di kemudiaan hari.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

3
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun
manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata
dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau
memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat
beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku
seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk
memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang
saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu
tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga
pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai
tujuan pendidikan.

Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat dibedakan


menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal adalah segala
bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik
bersifat umum maupun bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan atau
pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada
organisasi tertentu (bukan organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala bentuk
pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan formal. Pada
makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan formal yang
diselenggarakan di Indonesia. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan
menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan. Kedua dampak itu adalah
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala sesuatu yang merupakan
harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat disebut sebagai
’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan merupakan harapan
dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai

hambatan atau masalah yang ditimbulkan. Jika peristiwa di atas dihubungkan


dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan menimbulkan dampak negatif yang
disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi. Hal ini akan lebih tepat bila
disebut sebagai permasalahan Pendidikan. Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan
dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan
atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal

4
yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala- sesuatu hal yang
merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk
masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di negara Indonesia.

Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/ dijelaskan bahwa program
utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan


b. Peningkatan mutu pendidikan
c. Peningkatan relevansi pendidikan
d. Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikan
e. Pengembangan kebudayaan
f. Pembinaan generasi muda Adapun masalah yang dipandang sangat rumit dalam dunia
pendidikan adalah sebagai berikut: a. Pemerataan b. Mutu dan Relevansi c. Efisiensi dan
efektivitas Setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya
adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya 4 masalah di atas adalah sebagai
berikut: a. Ilmu Pengeahuan dan Teknologi (IPTEK) b. Laju Pertumbuhan penduduk c.
Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas yang dihadapinya d.
Ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pendidikan (Permasalahan
Pembelajaran).

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hakikat Manusia

5
Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatuan integral dari potensi- potensi
esensial yang ada pada diri manusia, yakni manusia sebagai makhluk pribadi, manusia
sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk susila dan manusia sebagai makhluk
religius. Dengan kata lain yang mudah dipahami, bahwa” manusia sebagai makhluk
pribadi, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk susila, dan manusia
sebagai makhluk religius” adalah status atau peran yang ditempatinya, pada hal yang
seperti demikian dituntut ada fungsi atau tugas yang dijalankannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Sesungguhnya juga itu adalah tanggung jawab yang harus diembannya. Jika
kita mengatakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial misalnya, maka hakikat-nya akan
hilang jika ia berada di suatu tempat pertapaan (dalam keadaan sendirian). Demikian pula
halnya jika seorang laki- laki berzina dengan seorang perempuan, pada saat itu juga
hilanglah hakikat- susilanya.

Sejatinya hakikat manusia tidak demikian. Hakikat manusia akan dapat hilang
hanya jika ia sudah mati. Hakikat itu tidak terikat dengan peran atau fungsi. Hakikat adalah
sesuatu yang ada dan wajib ada. Berikut Jalius menjelaskan pengertian tentang hakikat ini.
Hakikat adalah berupa apa yang membuat sesuatu terwujud. Dengan kata lain dapat
dirumuskan, hakikat adalah unsur utama yang mewujudkan sesuatu. Hakikat mengacu
kepada faktor utama yang lebih fundamental. Faktor utama tersebut wajib ada dan
merupakan suatu kemestian. Hakekat selalu ada dalam keadaan sifatnya tidak berubah-
rubah. Tanpa faktor utama tersebut sesuatu tidak akan bermakna sebagai wujud yang kita
maksudkan. Karena hakekat merupakan faktor utama yang wajib ada, maka esensi-nya itu
tidak dapat dipungkiri atau dinafikan. Keberadaannya eksistensi-nya itu di setiap tempat
dan waktu tidak berubah. Dengan kata lain hakikat itu adalah pokok atau inti dari yang ada.
Tidak akan pernah ada sebuah atribut jika tidak ada hakikat.

Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia


dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam hakikatnya
manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan
berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap
manusia. Sesungguhnya hakikat manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab atas
tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari
dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk
hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya
kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap
waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahata. Namun pada hakikatnya
atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab. Hakikat

6
manusia adalah sebagai berikut: a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. b. Individu yang
memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif sehingga mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. c. Makhluk yang dalam proses
menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya. d.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati e.
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanyamerupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.

Menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selalu
gelisah dan bermasalah. Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang
keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu
perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air
karena perubahan temperatur lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa
pendidikan orang utan dapat dijadikan manusia. Padahal kita tahu bahwa manusia
mempunyai akal dan pikiran yang dapat dijadikan sebagai perbedaan manusia dengan
hewan.

2. Hakikat Manusia dan Wujud dan Sifatnya


Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan
dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam
membenahi konsep pendidikan, yaitu:

1. Kemampuan Menyadari Diri Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia


dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,
maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau
karakteristik diri. Drijarkara menyebut kemampuan tersebut dengan istilah “meng-
Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri,
dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan
sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
2. Kemampuan Bereksistensi Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan
mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia
mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”

7
3. Kata Hati Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya
perbuatan sebagai manusia.
4. Moral Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang
singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai
manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)
5. Tanggung Jawab Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat
diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia.
6. Rasa Kebebasan Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai
dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral.
Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan
kodrat manusia.
7. Kewajiban dan Hak Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh
manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah
memenuhi kewajiban.
8. Kemampuan Menghayati Kebahagian Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir
dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai
himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan
sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan. Manusia adalah mahluk yang
serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam
krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M. Langeveld.
Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk
bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya
didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima. Bahkan menurut Langeveld,
adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukse
pergaulan. Adanyta dorongan untuk menerima dan memberi itu sudah menggejala mulai
pada masa bayi. Seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima belaian ibunya
dengan rasa senang kemudian sebagia balasan ia dapat memberikan senyuman kepada
lingkungannya, khususnya pada ibunya. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia
tampak lebih jelas dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap
orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga bila
dipenjarakan merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh manusia. Karena
dengan diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul tersebut secara

8
mutlak. Immanuel Kant seorang filosofis tersohor bangsa jerman menyataknan: Manusia
hanya menjadi manusia jika berada di sekitar manusia. Kiranya tidak ada seorang pun yang
bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. 3. Dimensi Kesusilaan Susila berasal dari kata
su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan
bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu pengertian susila
berkembangsehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa
ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket
(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kedua hal tersebut
biasanya dikaitkan dengan persoalan hak dan kewajiban. Sehubungan dengan hal tersebut
ada dua pendapat yaitu:

a. Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya. Etiket


tidak bisa dibedakan dari etika karena sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan.
b. Golongan yang memandang bahwa etiket dan etika perlu dibedakan, karena masing-
masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu berjalan. Kesopanan
merupakan minyak pelincir dalam pergaulan hidup, sedangkan etika merupakan
isinya.
Di dalam uraian ini kesusialaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan
kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan
manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia
yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakn nilai- nilai tersebit dalam
perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya, sehingg adapat
diyakini dan dijadikan pedoman dalam kehidupan. 4. Dimensi Keberagamaan Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum manusia
mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan
perantara alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup
alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan
tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Kemudian setelah ada agama manusia mulai
menganutnya. beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk
yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi
keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia.
Ph. Khonstam berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua
dalam

9
meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiyah menjadi berbudaya. Memdidik adalah
membudayakan manusia. Berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan telah
melahirkan berbagai teori mengenai apakah sebenarnya pendidikan itu. Pendidikan adalah
usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek, obyek atau sasaran pendidikan adalah
manusia.

Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-


potensi kemanusiaannya. Oleh karena keberadaan manusia yang tidak dapat terlepas dari
lingkungannya maka berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya akan berkaitan erat
dengan lingkungan dan akan saling mempengaruhi secara timbal balik. Potensi-potensi
manusia dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya
interaksi secara efektif dan efisien antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara
efektif dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-
petensi kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan. Pendidikan akan dapat dilaksanakan
secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien
metode atau caracara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada
suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik
perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.

Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan


manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu
landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap
konsep dan praktek pendidikannya. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan
bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Wujud sifat hakikat manusia mencakup: kemampuan menyadari diri,
kemampuan bereksistensi, pemilikan kata hati, moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa
kebebasan (kemerdekaan), kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak,
kemampuan menghayati kebahagiaan. Sedangkan dimensi- dimensinya meliputi: dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan. Sifat hakikat manusia dan
segenap dimensinya hanya dimiliki manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang
khas tersebut membedakan secara prinsipil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya sifat
hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga
derajatnya lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan, terutama
kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia. Korelasi antara manusia dan
pendidikan dapat terlihat pada pernyataan: semua sifat hakikat manusia dapat dan harus

10
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan berkat pendidikan, maka sifat hakikat dapat
ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

3. Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan


Asas-Asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia. Asas keharusan
pendidikan ada 3 asas yaitu: a. Manusia sebagai makhluk yang belum selesai, artinya
manusia harus merencanakan, berbuat, dan menjadi. Dengan demikian setiap saat manusia
dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaanya. Contoh manusia belum selesai: manusia
lahir dalam keadaaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya atau orang
lain dan selain itu manusia harus mengejar masa depan untuk mencapai tujuannya. b. Tugas
dan tujuan manusia adalah menjadi manusia, yaitu aspek potensi untuk menjadi apa dan
siapa, merupakan tugas yang harus diwujudkan oleh setiap orang. c. Perkembangan
manusia bersifat terbuka, yaitu manusia mungkin berkembang sesuai dengan kodratnya dan
martabat kemanusiaanya, sebaliknya mungkin pula berkembang kearah yang kurang sesuai.

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan
segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri
khas tersebutlah yang membedakan secara prinsipil dunia hewan dan dunia manusia.
Adanya hakikat tersebut memberikan tempat dan kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajat manusia lebih tinggi daripada hewan. Salah satu hakikat yang istimewa
adalah kemampuan menghayati kebahagian pada manusia dapat dan harus
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia
dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga membuat kita menjadi
manusia yang seutuhnya.

2. Saran

Manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya
seharusnya memanfaatkan potensi dirinya demi keberlangsungan umat di dunia. Hakikat
manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai
makhluk susila dan manusia sebagai makhluk religius hanya dapat dijalankan oleh manusia
itu sendiri sebagai andil dari kehidupan di dunia. Akhir kata hakikat yang dimiliki oleh
manusia harus sejalan dengan tujuan hidupnya dan membedakan dirinya dari makhluk
hidup lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Norma (ed.). 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadari Nawawi.
1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Arif, A. 2010.

Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya. m-arif-am.blogspot.


Diakses pada tanggal 09 September 2017.

Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya. dianmiranda.wordpress.


Diakses pada tanggal 09 September 2017.

Oddi. 2009. Wujud Hakekat Manusia. oddy32.wordpress. Diunduh pada tanggal 09


September 2017.

Rojib. 2009. Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya. blog.beswandjarum.


Diakses pada tanggal 09 September 2017.

Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta dan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

13

Anda mungkin juga menyukai