Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN E-LEARNING BERBASIS GOOGLE SITES

MENGGUNAKAN MODEL PjBL TERINTEGRASI STEM PADA


MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Seminar Proposal Penelitian dalam Penyusunan Tesis

Oleh:

FATMA HARIAN DINI


NIM: 8206141005

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandemi COVID-19 telah menumbuhkan tantangan besar di
berbagai sektor terutama pada bidang pendidikan. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga pendidikan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
manusia (Mubai, et al, 2020). Tantangan dalam dunia pendidikan tersebut
menuntut agar proses pembelajaran menghasilkan lulusan berkualitas,
mampu bersaing serta siap menghadapi cepatnya perubahan pada setiap
bidang kehidupan (Fahmi dan Wuryandini, 2019). Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia pada saat ini, pemerintah sudah
melakukan dan menyusun beberapa program pendidikan salah satu
program Merdeka Belajar. Program Merdeka Belajar yaitu penerapan
pembelajaran jarak jauh yang merupakan transformasi digital melalui
pembelajaran mandiri dan tidak mengejar target yang dipaksakan karena
pembelajaran membutuhkan waktu dan proses (Hidayatullah dan Kazan.
2020).
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 pada pasal
19 ayat (1) menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik terlaksana dengan baik dengan
integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sehingga membuat
suasana pembelajaran menjadi berbeda dan menjadi lebih menarik
daripada pembelajaran konvensional (Amida dan Rohiat, 2021). Guru atau
pendidik harus bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar pada setiap satuan pendidikan (Wati dan Kamila,
2019). Media merupakan salah satu penunjang dalam proses pembelajaran
sehingga berhasil dan tidaknya proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
media yang digunakan (Atsani, 2020). E-learning merupakan media
pembelajaran berbasis web yang dapat diakses dimana pun dan kapan pun,
pengawasan perkembangan peserta didik serta isi media pembelajaran
dapat diperbarui dengan lebih mudah, biaya operasional peserta didik
menjadi lebih terjangkau (Solihudi, 2018).
Untuk membuat media pembelajaran berbasis web bagi pendidik
adalah dengan memanfaatkan Google Sites. Google Sites merupakan
aplikasi online yang diluncurkan google untuk pembuatan website
sehingga pengguna dapat menggabungkan berbagai informasi dalam satu
tempat (termasuk video, presentasi, lampiran, teks, dan lainnya) yang
dapat dibagikan sesuai kebutuhan pengguna (Mukti, Puspita dan
Anggraeni, 2020). Penggunaan Google Sites yang mudah serta bebas biaya
dan dapat dimanfaatkan oleh semua pengguna yang memiliki akun google
(Taufik, 2018). Selain itu, Google Sites sangat mudah diakses karena
peserta didik hanya butuh gadget atau laptop yang terhubung dengan
jaringan internet (Islamiah, 2021). Kelebihan lain Google Sites sebagai
media pembelajaran yaitu . peserta didik tidak perlu lagi untuk mengunduh
materi yang diberikan oleh guru, sehingga tidak akan memakan kuota
internet dan memori yang banyak, serta tampilan materi ajar dalam
Google Sites pun dapat dibuat semenarik mungkin sehingga peserta didik
tidak merasa bosan dan meningkatkan motivasi dalam kegiatan
pembelajaran.
Peserta didik harus mampu mengasah kemampuan untuk
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu agar ada korelasi antara ilmu
yang didapatkan dengan kebutuhan di sekitar. Salah satu yang bisa
menjadi rujukan untuk mengembangkan kemampuan integrasi multi
disiplin adalah penerapan pembelajaran berbasis STEM (Science,
Technology, Engineering and Mathematics). STEM dibentuk berdasarkan
perpaduan beberapa disiplin ilmu menjadi satu bentuk kesatuan
pendekatan baru yang utuh (Farizal, 2021). Salah satu materi kimia yang
diajarkan di kelas X yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik adalah reaksi redoks. Pada materi reaksi redoks yang biasa
dilakukan oleh pendidik adalah dengan pemaparan materi dengan metode
ceramah. Karena keterbatasan waktu dalam kegiatan pembelajaran peserta
didik belum dibiasakan untuk melakukan perancangan penelitian
mengenai peristiwa atau penerapan reaksi redoks, padahal peserta didik
setiap hari mengamati adanya peristiwa atau penerapan reaksi redoks.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa dilakukan dengan
penerapan STEM dengan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) sebagai pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi
dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan peserta didik
serta melibatkan peserta didik dalam suatu aktivitas berupa proyek yang
menghasilkan produk (Panjaitan, 2020). Model pembelajaran PjBL bisa
membantu guru dalam hal kurangnya ketersediaan waktu dalam
pembelajaran, karena PjBL bisa diterapkan di luar jam belajar di sekolah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Apranty, et al., (2020) yang
mengimplementasikan model PjBL-STEM dalam pembelajaran
menunjukan bahwa model ini cukup efektif dalam meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan keterampilan proses peserta didik.
Keterampilan dan literasi digital sebagai bentuk transformasi di
bidang pendidikan sangat dibutuhkan pada abad 21 ini untuk
meningkatkan kualitas dan kompetensi siswa maupun guru (Sari, 2021).
Hal ini ditandai dengan berkembangnya Information and Communication
Technology (ICT) yang serba canggih. Hal ini membuat beragam
informasi dapat diakses dengan instan dan cepat oleh siapapun dan dari
manapun (Aisya, Corebima, dan Mahanal, 2017). Kemampuan abad 21
yang harus dimiliki adalah kreatif, inovatif, rasa ingin tahu, kecerdasan,
dan kemampuan beradaptasi. Berpikir kreatif yang merupakan salah satu
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS)
sering dihubungkan dengan berpikir kritis dan pemecahan masalah
(Haryanti dan Saputra, 2019).
Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan yang sangat
urgen bagi perkembangan suatu bangsa, agar dapat bersaing dengan
bangsa lain (Ahmar, et al., 2016). Keterampilan berpikir kreatif adalah
keterampilan berpikir untuk menghasilkan ide-ide baru, dan juga ide-ide
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Abidin,
2016). Banyaknya konsep kimia yang harus dipahami oleh siswa dalam
kurun waktu yang relatif singkat menyebabkan siswa menganggap ilmu
kimia sebagai pelajaran yang sukar. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman konsep siswa dan masih rendahnya keterampilan siswa untuk
berfikir kreatif yang mengakibatkan rendahnya nilai siswa (Rudibyani,
2019). Pengembangan media belajar Google Sites merupakan upaya untuk
mengembangkan bahan ajar yang mampu membantu peserta didik
menguasai pengetahuan prosedural untuk dapat meningkatkan kreativitas
peserta didik dalam mengidentifikasi dan mengerjakan berbagai proyek
percobaan baru yang variatif dan relevan.
Pengembangan media ini perlu ditunjang dengan model yang tepat
dalam implementasinya yaitu PjBL-STEM. Penelitian oleh Pangestika
(2019) mengenai pengaruh penggunaan model PjBL-STEM terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik menunjukkan
bahwa model PjBL-STEM memberikan pengaruh positif dan nyata
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Peserta
didik secara alami dituntut untuk berpikir kreatif menemukan solusi yang
relevan dalam bentuk desain percobaan sesuai dengan reaksi redoks. Dari
penjelasan mengenai permasalahan di atas, perlu pengembangan suatu
bahan ajar pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan kreativitas
peserta didik. Oleh karena itu Peneliti mengambil judul “Pengembangan
E-Learning berbasis Google Sites Menggunakan Model PjBL Terintegrasi
STEM pada Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik”. Penelitian ini menggunakan metode Research and
Development dengan model ADDIE sehingga dapat diketahui kualitas
media belajar E-Learning berbasis Google Sites tersebut. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Ilyas, Yunus, dan Menrisal (2020) yang
menyatakan bahwa media yang baik sebelum disebarkan kepada
lingkungan masyarakat harus diuji kelayakan, kepraktisan, dan
keefektifan.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang,
maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pandemi COVID 19 telah berdampak terhadap bidang pendidikan
terutama transformasi penerapan pembelajaran secara digital
melalui pembelajaran mandiri.
2. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
tidak diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dan
menyenangkan sehingga dibutuhkan model dan media
pembelajaran agar membuat suasana pembelajaran menjadi berbeda
dan menjadi lebih menarik daripada pembelajaran konvensional.
3. Keterbatasan waktu dalam kegiatan pembelajaran peserta didik
mengenai materi reaksi redoks dapat diatasi dengan menerapkan
model PjBL-STEM.
4. Tingkat kreativitas peserta didik yang rendah sehingga dilakukan
pengembangan E-Learning berbasis Google Sites menggunakan
model PjBL terintegrasi STEM pada materi redoks.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Analisis model pembelajaran yang telah diterapkan terhadap peserta
didik pada materi reaksi redoks.
2. Penggunaan media pembelajaran E-Learning berbasis Google Sites
pada materi redoks dengan model PjBL terintegrasi STEM terhadap
peserta didik.
3. Kelayakan dan efektivitas media pembelajaran E-Learning berbasis
Google dengan model PjBL terintegrasi STEM berdasarkan ahli
media, ahli materi dan peserta didik.
4. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi
redoks.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik E-Learning berbasis Google Sites pada materi
redoks dengan model PjBL terintegrasi STEM yang dikembangkan?
2. Bagaimana kelayakan E-Learning berbasis Google dengan model
PjBL terintegrasi STEM terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta
didik pada materi redoks?
3. Bagaimana efektivitas E-Learning berbasis Google dengan model
PjBL terintegrasi STEM terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta
didik pada materi redoks?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan E-Learning
berbasis Google Sites interaktif yang layak dan efektif pada materi
redoks dengan model PjBL terintegrasi STEM serta mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

1.6 Manfaat Penelitian


Pengembangan E-Learning berbasis Google Sites ini
memberikan manfaat secara praktis antara lain meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif, membangkitkan motivasi belajar siswa,
membantu meningkatkan pemahaman belajar dengan menyajikan
materi secara menarik serta mempermudah penafsiran materi yang
dianggap sulit. Dan sebagai alternatif media pembelajaran sains yang
lebih inovatif dan kreatif

1.7 Defenisi Operasional


Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. E-learning berbasis Google Sites yaitu media pembelajaran berbasis
web dengan mengembangkan bahan ajar yang mampu membantu
peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas
peserta didik. E-learning berbasis Google Sites merupakan media
aplikasi yang mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Model PjBL terintegrasi STEM merupakan pengajaran yang
mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan
sehari-hari yang akrab dengan peserta didik serta melibatkan
peserta didik dalam suatu aktivitas berupa proyek yang
menghasilkan produk. Model PjBL terintegrasi STEM dapat
memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kreatif peserta didik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Media Pembelajaran
Menurut Mudlofir dan Rusydiyah (2016) menjelaskan secara rinci
tentang definisi media pembelajaran bahwa media pembelajaran sebagai
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima agar penerima
mempunyai motivasi untuk belajar sehingga diharapkan dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih memuaskan, sedangkan bentuknya
bisa bentuk cetak dan non cetak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan sarana komunikasi yang dirancang
khusus untuk membantu menyampaikan dan memperjelas pesan atau
informasi dari guru ke peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Media pembelajaran harus memperhatikan
dorongan pengguna dalam menggunakannya sehingga menambah
ketertarikan pengguna dalam memakai media tersebut (Suparmi, Chang, &
Yunus, 2019). Prinsip dalam memilih media pembelajaran menurut Akbar
(2015) yaitu kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik siswa, dapat menjadi sumber belajar, kualitas media, efesiensi
dan efektivitas pemanfaatan media, kemampuan media dalam
mengembangkan keaktifan dan kreativitas siswa serta kemampuan media
dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Menurut Seels dan Glagsgow (dalam Sutirman, 2013) membagi
media berdasarkan perkembangan teknologi, yaitu media dengan teknologi
tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media dengan teknologi
tradisional meliputi: (a) visual diam yang diproyeksikan; (b) visual yang
tidak diproyeksikan, berupa gambar: (c) audio; (d) penyajian multimedia;
(e) visual dinamis yang diproyeksikan, berupa film, televisi dan video; (f)
media cetak; (g) permainan, diantaranya teka-teki, simulasi, permainan
papan. Adapun media dengan teknologi mutakhir dibedakan menjadi: (a)
media berbasis telekomunikasi; (b) media berbasis mikroprosesor terdiri
CAI (Computer Assisted instruction), games, hypermedia, CD (Compact
Disc), dan Pembelajaran Berbasis Web (Web Based Learning). Untuk
merancang media pembelajaran yang baik harus memperhatikan beberapa
poin yaitu: 1.) Media pembelajaran mudah diakses dimanapun dan
kapanpun; 2.) Media pembelajaran dapat memudahkan pekerjaan dalam
memahami dan mempelajari materi pembelajaran dalam sebuah media
pembelajaran; 3,) Materi yang digunakan harus sesuai dengan kurikulum
yang dipakai pada subjek pembelajaran di media tersebut; 4.) Media
pembelajaran harus mudah digunakan bagi penggunanya yang awam,
jangan sampai dengan media yang seharusnya menjadi mudah tetapi lebih
mempersulit penggunanya dalam tampilan dan efektifitas penggunaan
lainnnya; dan 5.) Media yang dibuat harus mementingkan kesederhaanaan
dan penggunaannya (Fransisca, et al., 2019)

2.1.2 E-learning
E-learning merupakan media pembelajaran berbasis Web yang
termasuk dalam media pembelajaran berbasis computer dan juga dapat
digunakan di smartphone yang bisa terhubung dengan internet
(Ningrum, 2017). Suryadi (2015) berpendapat bahwa beberapa faktor
terselenggaranya pembelajaran e-learning yaitu seseorang yang tidak
dapat mengikuti pendidikan konvensional karena berbagai faktor
penyebab, misalnya harus bekerja (time constraint), kondisi fisik yang
tidak memungkinkan (physical constraint), daya tampung sekolah
konvensional yang tidak memungkinkan (limited availeble seats),
phobia terhadap sekolah, putus sekolah, atau karena memang dididik
melalui pendidikan keluarga di rumah (home school) dimungkinkan
untuk tetap belajar, yaitu melalui e-learning. Kelebihan yang ada pada
pembelajaran berbasis web (e-learning) adalah sebagai berikut: (1)
memungkinkan setiap orang dimana pun, kapan pun, untuk
mempelajari apa pun. (2) pembelajaran dapat belajar sesuai dengan
karakteristik dan langkahnya dirinya sendiri karena pembelajaran
berbasis web membuat pembelajaran menjadi bersifat individual. (3)
kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pembelajar dapat
mengakses informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun luar
lingkungan belajar. (4) sangat potensial sebagai sumber belajar bagi
pembelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar. (5) dapat
mendorong pembelajar untuk lebih aktif dan mandiri didalam belajar.
(6) menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk
memperkaya materi pembelajaran. (7) menyediakan mesin pencari
yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
(8) isi dari materi pelajaran dapat di-update dengan mudah (Rusman
dan Kurniawan, 2015).

2.2 Media Pembelajaran berbasis Google Sites


Google Sites merupakan aplikasi online dari google yang
digunakan sebagai tools untuk membuat situs. Google Sites sangat
mudah digunakan terutama untuk menunjang pembelajaran dengan
memaksimalkan fitur-fitur seperti google docs, sheet, forms, calender,
awesome table dan lain sebagainya (Adijaya dan Santosa, 2018).
Penggunaan google sites dapat mempermudah pengelolaan web
sehingga pengguna dapat mengatur kontrol aksesnya dengan mudah
dan tidak dibutuhkan pengetahuan pemrograman karena hanya
menggunakan drag dan klik (Taufik, 2018). Menurut Azis (2019)
pembelajaran menggunakan google sites memberikan manfaat bagi
pendidik ataupun peserta didik sebagai berikut: 1) Pembelajaran lebih
menarik dikarenakan bisa memanfaatkan fitur-fitur google sites, 2)
Lebih mudah mendapatkan materi pembelajaran, 3) Materi
pembelajaran tidak mudah hilang karena akan tetap berada di google
sites, 4) Peserta didik dapat mendapatkan informasi pembelajaran
dengan cepat, 5) Tugas dapat diberikan melalui google sites sehingga
peserta didik tidak tertinggal informasi dan tugas tersebut dapat
dikumpulkan melalui google sites. Dengan mengimplementasikan e-
learning berbasis google sites kedalam pembelajaran jarak jauh
tentunya akan sangat efektif dan efisien dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa dan hal ini relevan dengan perkembangan teknologi
pendidikan di era rovolusi 4.0 seperti sekarang ini (Dewi, 2020).

2.3 Model PjBL Terintegrasi STEM


Project Based Learning (PjBL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif (Lesmana dan Jaedun, 2015) karena bisa
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengenali masalah,
merumuskan masalah, mencari solusi dan menguji jawaban sementara atas
suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan yang pada
akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya. Berdasarkan
Rivai et al (2018) STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika menjadi
satu proses pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan
kemampuan peserta didik secara menyeluruh.
Tabel 2.1
Keterkaitan Mata Pelajaran STEM
Sains (Science) Biologi, Kimia, Fisika, Sains
Teknologi (Technology) Komputer/Sistem
Informasi, Pengembangan
Web/Perangkat Lunak
Teknik (Engineering) Teknik Komputer, Teknik
Listrik, Teknik Kimia, Teknik
Mesin, Teknik Sipil
Matematika (Mathematics) Matematika, Statistik-
Kalkulus
(Sumber: Asmuniv, 2015)
Pendekatan STEM berguna untuk menfasilitasi peserta didik untuk
berhubungan dengan dunia melalui kegiatan seperti mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data untuk memecahkan masalah, memikirkan
solusi, dan mempertimbangkan hasilnya secara multidisiplin (Wahyuni,
2019) Pendekatan STEM dalam pembelajaran yang menghasilkan
pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik melalui integrasi
pengetahuan, konsep, dan keterampilan secara sistematis. Melalui
pendekatan STEM peserta didik akan memiliki cara berfikir yang berbeda
dan mengembangkan daya kritis dan membentuk logika berfikir, sehingga
bisa diaplikasikan di berbagai ilmu. Selain itu, para peserta didik akan
terbiasa memecahkan masalah dengan baik.
Pembelajaran STEM perlu menekankan beberapa aspek dalam
proses pembelajaran diantaranya:
a. Mengajukan pertanyaan (Science) dan mendefinisikan masalah
(Engineering).
b. Mengembangkan dan menggunakan model.
c. Merencanakan dan melakukan investigasi.
d. Menganalisis dan menafsirkan data (Mathematics).
e. Menggunakan matematika; teknologi informasi dan komputer
dan berfikir komputasi.
f. Membangun eksplansi (Science) dan merancang solusi
(Engineering).
g. Terlibat dalam argumen berdasarkan bukti.
h. Memperoleh, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi.

Pembelajaran menggunakan e-learning berbasis Google Sites


nantinya akan dikembangkan dalam lima tahapan menggunakan sintaks
model pembelajaran PjBL-STEM (Laboy-Rush, 2010), yaitu: (1)
Reflection, tahap pembelajaran dimulai dengan mengemukakan fenomena
yang berkaitan dengan korosi dalam kehidupan sehari-hari, dihubungkan
dengan konsep reaksi reduksi dan oksidasi; (2) Research, proses belajar
yang dominan terjadi selama tahap ini, untuk mempermudah proses
peserta didik memahami proyek maka guru menyediakan media video
tutorial interaktif yang telah dikembangkan mengenai konsep dasar korosi
serta tutorial interaktif percobaan membuktikan korosi menggunakan
bahan sederhana di sekitar. Peserta didik mulai menyusun konsep proyek
mengenai modifikasi alat percobaan yang bisa membuktikan proses
terjadinya korosi sekaligus melakukan riset mengenai upaya pencegahan
korosi yang dibuktikan dengan eksperimen; (3) Discovery, tahap
penemuan melibatkan proses menjembatani riset dan informasi yang
diketahui dalam penyusunan proyek. Peserta didik membuat proyek
melakukan percobaan membuat produk berserta manual penggunaan.
Rangkaian alat percobaan juga membantu untuk menjelaskan kondisi
kuantitatif (matematis) mengenai korelasi pengaruh jumlah senyawa
penyebab korosi terhadap banyaknya jumlah karat terbentuk; (4)
Application, tahap ini tujuannya menguji produk dalam memecahkan
masalah, peserta didik menguji rangkaian alat yang sudah dibuat apakah
sudah berfungsi sesuai dengan konsep dan teori korosi dan
pencegahannya; dan (5) Communication, peserta didik dapat
mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mampu menerima dan
menerapkan umpan balik yang konstruktif.

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif


Kreativitas memiliki 3 komponen utama yaitu: kemampuan
berpikir kreatif, keahlian (pengetahuan teknis, prosedural, dan intelektual)
dan motivasi. Berpikir kreatif adalah berpikir yang autentik dan spekulatif
dan menciptakan produk yang kompleks. (Siswono, 2011). Munandar
(2012) menyatakan bahwa berpikir kreatif disebut juga berpikir divergen
atau kebalikan dari berpikir konvergen. Berpikir divergen yaitu berpikir
untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun
cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan
penekanan pada jumlah dan kesesuaian.
Menurut Haryanti dan Saputra (2019) mengaplikasikan metode
pembelajaran yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Berpikir kreatif perlu
dikembangkan karena kemampuan berpikir kreatif bukanlah kemampuan
yang sifatnya bawaan sejak lahir melainkan sesuatu yang bisa diperoleh,
dibangun, dan diasah melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Rosid
(2019) yang merupakan aspek kemampuan dalam kemampuan berpikir
kreatif adalah aspek fluency (kemampuan berpikir lancar), flexibility
(kemampuan berpikir luwes), originality (kemampuan berpikir orisinil)
dan elaboration (kemampuan berpikir merinci/ mengurai).
2.5 Reaksi Redoks
Perkembangan konsep reaksi reduksi oksidasi dibagi menjadi 3,
yaitu:
1. Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Keterlibatan atom Oksigen
a. Oksidasi
Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen oleh suatu unsur.
Contoh reaksi oksidasi dalam kehidupan sehari-hari.
1) Perkaratan logam besi Pada perkaratan besi terjadi reaksi antara
logam besi dengan oksigen dari udara. Menurut reaksi, Fe
mengalami oksidasi karena mengikat oksigen berubah menjadi:
Fe2O3 + Fe (s) + 3 O2(g) → 2 Fe2O3(s).
2) Pembakaran bahan bakar (misalnya gas metana, minyak tanah,
LPG, solar). Reaksi pembakaran gas metana (CH4) akan
menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air.
CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
3) Oksidasi glukosa dalam tubuh Di dalam tubuh glukosa dioksidasi
melalui peristiwa oksidasi (respirasi) akan dipecah menjadi
senyawa yang lebih sederhana seperti karbon dioksida dan air,
menurut reaksi :
C6H12O6(s) + 6O2(g) → 6CO2(g) + 6H2O(g)
4) Buah apel maupun pisang setelah dikupas akan berubah warna
menjadi kecoklatan

b. Reduksi
Reduksi adalah peristiwa pelepasan oksigen dari suatu zat, jadi reduksi
adalah kebalikan dari oksidasi. Contoh reaksi reduksi, diantaranya :
1) Proses pengolahan besi melalui proses tanur tinggi
Pada pengolahan besi dari bijih besi, (Fe2O3) digunakan
karbokmonoksida, CO menurut reaksi. Fe2O3(s) + 3 CO(g) →
2Fe(s) + 3 CO2(g)
2) Reduksi kromium(III) oksida Cr2O3 oleh aluminium Al Cr2O3(s)
+ 2Al(s) → 2Cr(s) + Al2O3(s)

2. Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Transfer Elektron


Ditinjau dari serah terima elektron, oksidasi adalah reaksi
pelepasan elektron dan reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan
elektron. Reaksi reduksi dan reaksi oksidasi selalu terjadi bersama-
sama. Artinya, ada zat yang melepas elektron atau mengalami oksidasi
dan ada zat yang menerima elektron tersebut atau mengalami reduksi.
Oleh karena itu, reaksi reduksi dan reaksi oksidasi disebut juga reaksi
reduksi-oksidasi atau reaksi redoks. Secara umum, reaksi redoks
berdasarkan transfer elektron dapat digambarkan sebagai berikut.
A → An+ + n e (oksidasi)
An+ + n e → A (reduksi) (n = jumlah elektron yang dilepas/diterima)
Contoh : Reaksi redoks pada peristiwa perkaratan besi dapat dijelaskan
dengan reaksi berikut:
2 Fe → 2 Fe3+ + 6 e (oksidasi)
3 O2 + 6 e → 3 O2- (reduksi)
Pada reaksi tersebut, enam elektron dilepaskan oleh dua atom besi dan
diterima oleh tiga atom oksigen membentuk senyawa Fe2O3. Oleh
karena itu, peristiwa oksidasi selalu disertai peristiwa reduksi. Pada
setiap persamaan reaksi, massa dan muatan harus setara antara ruas
kanan dan ruas kiri.

3. Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Konsep Bilangan Oksidasi


Ada beberapa reaksi redoks yang tidak dapat dijelaskan dengan
konsep keterlibatan elektron maupun transfer elektron. Contoh : 2 SO2
(g) + O2(g) → 2 SO3 Kalau dikaji dari konsep keterlibatan elektron,
reaksi tersebut termasuk reaksi oksidasi. Kalau ditinjau dari serah
terima elektron, kemungkinan kalian akan bingung memahaminya.
Sebenarnya pada reaksi tersebut tidak hanya terjadi reaksi oksidasi,
tetapi juga terjadi reaksi reduksi (Mendera, 2020).
Reaksi redoks adalah reaksi dimana terjadi perubahan bilangan
oksidasi dari atom unsur sebelum dan sesudah reaksi. Bilangan oksidasi
adalah banyaknya muatan yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam
suatu senyawa. Bilangan oksidasi mempunyai pengertian yang sama
dengan valensi. Beberapa aturan yang berkaitan dengan reaksi redoks
adalah sebagai berikut (Sukmawati, 2020):
1. Biloks unsur bebas dalam molekul bebas = 0.
Contoh: Na, Al, Mg, Cu, O2, N2 , H2 , Cl2 , Br2 , I2 .
2. Biloks H dalam senyawa = +1, kecuali dalam senyawa hibrida
biloks H = -1.
Contoh senyawa hibrida: NaH, KH, MgH2 .
3. Biloks O dalam senyawa = -2, kecuali pada: Peroksida → biloks O
= -1 dan Superperoksida → biloks O = -1/2
Senyawa OF2 → biloks O = +2
4. Biloks ion = muatan ion. Contoh: Na+ : +1, Fe3+ : +3, Mg2+ : +2
Cl- : -1, Cu2+ : +2 S2- : -2
5. Biloks unsur golongan IA dan IIA dalam senyawa = nomor
golongannya.

2.6 Penelitian Terkait


Pengembangan media pembelajaran menggunakan google sites
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu oleh peneliti Dewi
(2020) dengan menghasilkan penggunaan e-learning berbasis google
sites pada pembelajaran Animasi 2D yang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan uji t prestasi belajar siswa menunjukkan hasil
yang signifikan. Selanjutnya peneliti Klasikal and Sman (2019) dengan
menghasilkan media web google sitesdalam bimbingan klasikal dan
memperoleh presentase uji coba pengguna 93% dan uji coba
lapangan 97,72%, peneliti Mukti, N, and Anggraeni (2020 )dengan
menghasilkan sebuah web google sites pada materi listrik statis,
peneliti Jubaidah and Zulkarnain (2020) dengan menghasilkan media
web google sites pada materi pola bilangan, peneliti Badi’atul Azmina
dan Nur Arifah Drajati (2018) dimana media web google sites di
gunakan sebagai media pembelajaran pada mata kuliah bahasa inggris.
Peneliti Taufik et al. (2018) menggunakan google sites sebagai
pelatihan pembuatan web sebagai media pembelajaran pada pendidik
Madrasah Aliyah Se-Kabupaten Boalemo. Berdasarkan penelitian hasil
penelitian Adijaya dan Santosa (2018) yaitu mengenai pengaruh
penggunaan media pembelajaran berbasis google site terhadap hasil
belajar siswa pada masa Covid-19 di SMK Negeri 6 Bungo dengan
hasil yaitu sebesar 7,14, hal tersebut menunjukkan bahwa media
pembelajaran berbasis google site memberikan pengaruh besar terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran DLE ( Dasar Listrik &
Elektronika ).

2.7 Kerangka Konesptual dan Hipotesis


2.7.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi
tentang hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-
variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Pembelajaran
Kontekstual
Wajib Praktikum dari
Praktikum lingkungan
dituntut Materi Reaksi peluang
Redoks
Tuntas Kepemilikan
Kompetensi gawai
Dasar
Menganalisis Solusi
PJJ

E-learning berbasis Google PjBL


Sites terintegrasi
STEM

Kemampuan
Berpikir Kreatif

Gambat 2.1 Kerangka Konseptual


2.7.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teorits dan kerangka konseptual di atas
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Pengembangan E-Learning berbasis Google Sites yang layak
dan efektif pada materi redoks dengan model PjBL terintegrasi
STEM untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
peserta didik.
.
H0 : Pengembangan E-Learning berbasis Google Sites yang tidak
layak dan tidak efektif pada materi redoks dengan model PjBL
terintegrasi STEM untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif peserta didik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Research and Development yaitu
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan (Borg dan Gall, 1989) serta menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2011). Model pengembangan yang peneliti gunakan di dalam
penelitian ini yaitu model ADDIE yang dikembangkan William Lee (2004)
menjelaskan bahwa di dalam model pengembangan ADDIE terdapat beberapa
tahapan, yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Harapannya setelah dilakukan sebuah analisa maka
produk yang dikembangkan dapat difungsikan kebermanfaatannya oleh konsumen
atau subjek dari produk tersebut. Dalam penelitian ini akan dihasilkan produk
berupa E-Learning berbasis Google Sites pada materi redoks.

Gambar 3.1 Model pengembangan ADDIE William Lee (2004)


3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Sekolah SMA Swasta Ahmad Yani Binjai
yang berlokasi di JL. Ade Irma Suryani No.38 A Binjai, Pekan Binjai,

Kec. Binjai Kota, Kota Binjai Prov. Sumatera Utara 20711.


3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan selama 4 bulan, terhitung dari bulan Maret
2022 sampai dengan bulan Juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian, sehingga populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X IPA SMA Swasta Ahmad
Yani Binjai Tahun Ajaran 2021/2022. Dalam penelitian ini peneliti melibatkan
beberapa sampel penelitian yaitu:
1. Tim review pengembangan media yang terdiri dari dua orang reviewer ahli
media dan dua orang reviewer ahli materi:
a. Pada penelitian ini melibatkan reviewer ahli media yaitu dosen dan
ketua Prodi Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Medan
yang merupakan pakar di bidang media pembelajaran.
b. Pada penelitian ini melibatkan reviewer ahli materi yaitu dua orang
guru Kimia SMA Swasta Ahmad Yani Binjai.
2. Peserta didik kelas X IPA 1 SMA Swasta Ahmad Yani Binjai Tahun
Ajaran 2021/2022 yang berjumlah 32 orang.

3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian

3.4.1 Prosedur Penelitian


Desain pengembangan ADDIE pada tahapan analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi untuk media E-Learning berbasis
Google Sites pada materi redoks dengan model PjBL terintegrasi STEM
digambarkan sesuai prosedur berikut:
A Analysis
Analisis Kebutuhan : Potensi, masalah dan karakteristik peserta
didik
Analisis Teknologi : Sarana dan Prasarana Pendukung Media
Analisis Kurikulum : Silabus, Tujuan dan KD sesuaikan K13
Analisis Materi : Reaksi Redoks (Kimia kelas X)

D Design
a. Penetapan tujuan dan butir-butir materi
b. Penyiapan materi, video dan media pendukung (backsound,
animasi, graphic, dll)
c. Merancang produk awal dan struktur materi
d. Penyusunan instrumen

D Development
Pengembangan media sesuai rancangan desain pada tahapan
sebelumnya, menggunakan :
1. Google Sites
2. Link Video Youtube

I Implementation

Uji coba dilaksanakan di kelas X IPA 1 SMA Swasta Ahmad Yani


Binjai T.A 2021/2022 dengan jumlah 32 siswa

E Evaluation
Evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan masukan
dari reviewer dan peserta didik.
Revisi berdasarkan evaluasi sudah dilakukan pada tahap desain
(design)

Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan ADDIE untuk Media E-Learning berbasis


Google Sites pada Materi Redoks dengan Model PjBL terintegrasi STEM
3.4.2 Rancangan Penelitian

Mulyatiningsih (2016) mengemukakan model pengembangan ADDIE


dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti model, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar. Tahap-tahap model
pengembangan ADDIE adalah sebagai berikut:
a. Analisis (Analyze)
Pada tahap ini, meliputi aktivitas yang berhubungan dengan analisis,
identifikasi dan observasi pada lingkungan yang akan dipakai sebagai
tempat penelitian untuk mengenali permasalahan yang ada, sehingga dapat
diambil langkah sebagai alternatif solusi pada permasalahan. Analisis
kebutuhan yaitu berupa permasalahan dan karakteristik peserta didik,
analisis teknologi yaitu sarana dan prasarana pendukung media
pembelajaran, analisis kurikulum yaitu silabus, kompetensi dasar,
indikator dan tujuan pembelajaran sesuai Kurikulum 2013, serta analisis
materi pada penelitian ini yaitu reaksi redoks.
b. Desain (Design)
Pada tahap ini, dilakukan desain produk berdasarkan pada kondisi
lingkungan yang memungkinkan produk yang dihasilkan dapat digunakan
sesuai dengan desain yang dibuat. Desain yang dilakukan meliputi
pengelompokan materi pelajaran yang digunakan, desain pembuatan
media, pengumpulan referensi, pembuatan teks materi, soal, dan
penyusunan instrumen.
c. Pengembangan (Development)
Pada tahap ini desain yang masih konseptual tersebut selanjutnya
direalisasikan menjadi produk yang siap untuk diterapkan yaitu produk E-
Learning berbasis Google Sites dan intrumen untuk mengukur kinerja
produk, peninjauan E-Learning berbasis Google Sites pada materi redoks
oleh ahli media dan ahli materi serta merevisi hasil produk.
d. Implementasi (Implementation)
Pada tahap ini dilakukan setelah terpenuhinya standar media pembelajaran
yang layak sehingga produk dapat digunakan dan diujicoba oleh peserta
didik SMA Swasta Ahmad Yani Binjai.
e. Evaluasi (Evaluation)
Tahap evaluasi pada penelitian pengembangan model ini dilakukan untuk
memberi umpan balik kepada pengguna produk, sehingga revisi dibuat
sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi
oleh produk tersebut. Tujuan akhir evaluasi yakni mengukur ketercapaian
tujuan pengembangan E-Learning berbasis Google Sites pada materi
redoks.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian/apa yang menjadi titik


perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian
pengembangan media E-Learning berbasis Google Sites pada materi
redoks ini terdiri dari 2 macam, yaitu:

1. Variabel bebas (independen), berupa pemanfaatan pengembangan


media E-Learning berbasis Google Sites dengan model PjBL
terintegrasi STEM pada materi redoks. Indikator yang dipakai untuk
mengukur variabel independen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian tujuan pembelajaran yang terdapat pada E-Learning
berbasis Google Sites dengan model PjBL terintegrasi STEM dengan
kompetensi siswa, seperti yang tertulis pada silabus dan RPP.
b. Sikap dan pemahaman siswa terhadap materi yang dikemas dalam
bentuk E-Learning berbasis Google Sites dengan model PjBL
terintegrasi STEM.
c. Peran aktif peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan
E-Learning berbasis Google Sites dengan model PjBL terintegrasi
STEM.
2. Variabel terikat (dependen) berupa kemampuan berpikir kreatif.
Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel independen
adalah sebagai berikut:
Kemampuan berpikir kreatif dapat dikategorikan menjadi 4 aspek yaitu
kelancaran (Fluency), keluwesan (Flexibility), keaslian (Originality)
dan elaborasi (Elaboration). Maka dengan pengembangan E-Learning
berbasis Google Sites diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif pada materi reaksi redoks.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
diharapkan adalah dokumen hasil belajar peserta didik, lembar review ahli
materi dan media, angket respon peserta didik, dan lembar instrumen
motivasi pretes dan postes.
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
Intrumen Sumber Data yang
No Pertanyaan Penelitian
Penelitian Data diperoleh
1 Bagaimana karakteristik E- Angket Guru Review Guru
Learning berbasis Google Kimia Kimia
Sites pada materi redoks
dengan model PjBL
terintegrasi STEM yang
dikembangkan?
2 Bagaimana kelayakan E- Angket Reviewe Skor Review
Learning berbasis Google Review r Ahli
dengan model PjBL Media
terintegrasi STEM terhadap Reviewe
kemampuan berpikir kreatif r Ahli
peserta didik pada materi Materi
redoks? Peserta
didik
3 Bagaimana efektivitas E- 1. Tes Peserta 1. Hasil
Learning berbasis Google 2. Angke didik Tes
dengan model PjBL t 2. Respo
terintegrasi STEM terhadap n
kemampuan berpikir kreatif Peserta
peserta didik pada materi didik
redoks?

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen angket kemampuan berpikir kreatif


dan kisi-kisi instrumen angket ahli materi, ahli media dan peserta didik.
A. Instrumen Angket Kemampuan Berpikir Kreatif
Instrumen angket kemampuan berpikir kreatif terdapat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Kemampuan Berpikir Kreatif
No Aspek Indikator Soal Bentuk Soal Nomor Soal
Berpikir
Kreatif
1. Kelancaran Peserta didik mampu Uraian 1
(Fluency) menuliskan berbagai
cara/metode
menyelesaikan masalah
2. Keluwesan Peserta didik mampu Uraian 2
(Flexibility) membuat berbagai
bentuk penyelesaian
masalah yang berbeda-
beda berdasarkan
permasalahan yang
diberikan
3. Keaslian Peserta didik mampu Uraian 3
(Originality) menyelesaikan masalah
dengan menggunakan
suatu cara yang baru
sesuai dengan ide yang
dimiliki
4. Elaborasi Peserta didik mampu Uraian 4 dan 5
(Elaboration) mengajukan sebuah
penyelesaian masalah
dengan rinci untuk
meningkatkan kualitas
jawaban

B. Instrumen Angket Ahli Media


Instrumen penelitian untuk ahli media digunakan untuk mengetahui
tingkat kelayakan dan kualitas media yang dibuat oleh peneliti. Instrumen ini
diberikan kepada ahli media yaitu dosen Jurusan Pendidikan Kimia. Instrumen
penelitian ini disusun berdasarkan dimensi LORI. Aspek yang dimunculkan dalam
penilaian kualitas media yaitu aspek desain presentasi, penggunaan interaksi,
aksebilitas, dan penggunaan kembali. Instrumen penilaian kualitas ahli media
terdiri dari kisi-kisi, pedoman penilaian, dan angket penilaian terdapat pada Tabel
3.3 dan 3.4.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kualitas Media oleh Ahli Media
No Aspek Kriteria Jumlah Indikator Nomor Indikator
1. Format Penyajian Media 8 1,2,3,4,5,6,7,8
2. Kebahasaan 2 1, 2,

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Kualitas Media oleh Ahli Media


No Aspek Indikator No. Butir
1. Format Penyajian Media Sistematika Penyajian Materi 1
Pewarnaan pada Media 2
Desain Tampilan Media 3
Kualitas gambar yang baik 4
Ketepatan Lay out Isi Media 5
Pemilihan Huruf (Font) 6
Suara Pendukung (Backsound) 7
Kemudahan Fitur pada Media 8
2. Kebahasaan Kesederhanaan Struktur 1
Kalimat
Sifat Komunikasi Bahasa Tulis 2
(Teks) pada Media yang
digunakan

C. Instrumen Angket Ahli Materi


Instrumen angket ini diberikan kepada ahli materi yaitu guru kimia.
Instrumen tersebut disusun berdasarkan dimensi LORI. Terdapat beberapa aspek
yang menyusun instrumen untuk ahli materi, yaitu tujuan pembelajaran, kualitas
isi, dan umpan balik dan motivasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kualitas Materi oleh Ahli Materi
No Aspek Kriteria Jumlah Indikator Nomor Indikator
1. Tujuan Pembelajaran 4 1,2,3,4

2. Kualitas Isi 6 5,6,7,8,9,10

Tabel 3.6. Pedoman Penilaian Kualitas Materi oleh Ahli Materi


No Aspek Indikator No. Butir
1. Tujuan Pembelajaran Kesesuaian materi dengan 1
kompetensi dasar
Kesesuaian materi dengan 2
tujuan pembelajaran
Pembentukan motivasi belajar 3
Kemandirian belajar 4
2. Kualitas Isi Isi sesuai dengan materi 5
pembelajaran
Tingkat kesulitan soal 6
Kekinian materi yang 7
disajikan
Kelengkapan materi 8
Sistematika penyajian soal 9
Tata bahasa 10

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket, observasi, tes serta dokumentasi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Klarifikasi pakar pada tahap reviu ahli
2) Pemberian tes awal (pretest) pada subjek penelitian
3) Pemberian treatment (perlakuan) pada subjek penelitian melalui
blended learning yaitu kombinasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan
tatap muka terbatas menggunakan media E-Learning berbasis Google
Sites.
4) Pemberian angket respon peserta didik terhadap penggunaan media
5) Pemberian tes akhir (postest) pada subjek penelitian.

3.7.2 Analisis Kelayakan Media


Analisis lembar reviu dilakukan untuk mengetahui pendapat dari ahli
media, ahli materi terhadap kelayakan media yang dikembangkan. Skala
penilaian yang dipakai adalah skala Likert. Nilai reviu produk akan
didapat dengan:
Keterangan :
V = Skor rata-rata reviu
vi = Skor rata-rata reviu ke-i

n = Banyaknya partisipan

Tabel 3.7.
Aturan Pemberian Skala Reviewer
No Kategori Skala
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup 3
4 Tidak Baik 2
5 Sangat Tidak Baik 1
dari Sudjana dalam Zakaria (2017)
Untuk mengetahui kelayakan media, kriteria yang menjadi acuan adalah:
Tabel 3.8.
Kriteria Skor Reviu
V Klasifikasi
1 ≤ V < 1,8 Tidak valid
1,8 ≤ V < 2,6 Kurang valid
2,6 ≤ V < 3,4 Cukup valid
3,4≤ V < 4,2 Valid
4,2 ≤ V < 5 Sangat valid
Sudjana dalam Zakaria (2017)
3.7.3 Efektifitas Media E-learning Berbasis Google Sites
Efektivitas penggunaan media terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik diindikasikan: (1) respon peserta didik berada pada
kriteria sangat baik (80-100%); (2) tingkat pemahaman peserta didik
berdasarkan persentase ketuntasan berada pada kriteria baik (61% - 80%);
dan (3) terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (uji
N-gain tinggi, g ≥ 0,7).
1. Angket Respon Peserta Didik
Respon peserta didik dibuat dalam skala jawaban ya dan tidak. Jawaban
Ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Untuk menghitung
kriteria interpretasi butir pertanyaan angket digunakan formulasi:
F
K= x 100 %
N

Keterangan:

K = persentase kelayakan
F = jumlah keseluruhan jawaban responden
N = jumlah pertanyaan dalam angket

Dengan interpretasi skor sebagai berikut:


Tabel 3.9.
Kriteria Interpretasi Skor
No. Persentase Kriteria
1 Angka ≤ 25 % Tidak Baik
2 Angka 25 % - 50% Cukup
3 Angka 50% - 75% Baik
4 Angka ≥ 75 % Sangat Baik

2. Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif


Menurut Abidin (2016) dalam Haryanti (2019) pengembangan
penilaian berpikir kreatif dilakukan melalui lima tahapan yaitu: (1)
Menentukan standar yang akan diukur; (2) menetapkan konstruk yang
akan dinilai; (3) menetapkan tugas autentik yang akan dikerjakan peserta
didik; (4) mengembangkan kriteria penilaian; dan (5) menyusun rubrik
penilaian. Analisa pemahaman peserta didik dapat dilihat dari ketuntasan
nilai tes hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran. Analisis data
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

Tabel 3.10.
Kriteria Penilaian Tingkat Pemahaman Peserta Didik
Interval persentase ketuntasan Keterangan
Persentase ketuntasan ≤ 20% Tidak Baik
21% < Persentase ketuntasan ≤ 40% Kurang Baik
41% < Persentase ketuntasan ≤ 60% Cukup Baik
61% < Persentase ketuntasan ≤ 80% Baik
Persentase ketuntasan > 80% Sangat Baik
(Widoyoko, 2009)
3. Uji N-gain
Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berpikir kreatif peserta didik setelah diberikan pembelajaran dengan
menggunakan media video tutorial interaktif dengan menggunakan model
PjBL terintergrasi STEM.
Rumus dari N-gain adalah sebagai berikut:

Keterangan:
g = N-gain
Spost = Skor post-test
Spre = Skor pre-test
Smaks = Skor Maksimum Soal

Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikategorikan dalam


kriteria:
Tabel 3.11.
Kriteria Penilaian N-Gain
Nilai Nilai Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Fitriah, 2016)
3.8 Alur Penelitian

Model PjBL Kreativitas Peserta


STEM Didik

Pembelajaran Kimia
Analysis Materi Redoks

Kajian Pengembangan media E-Learning


berbasis Google Sites pada Materi Redoks

Design Review Rancangan Media E-Learning berbasis


Google Sites pada Materi Redoks

Pembuatan E-Learning
Development berbasis Google Sites Review

Disain Pembelajaran
Review dengan Model PjBL STEM
Implementation
Penerapan dalam
Pembelajaran

Evaluation Peningkatan Kreativitas


Peserta Didik

Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2016). Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam Konteks


Pendidikan Multiliterasi Abad Ke-21. Bandung: PT Refika Aditama.

Adijaya, N. Santosa, L. (2018). Persepsi Mahasiswa dalam Pembelajaran Online,


105–107.

Ahmar, D. S. (2016). Hubungan antara Kemampuan Awal dengan Kemampuan


Berpikir Kreatif dalam Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri se-
Kabupaten Takalar. Jurnal Sainsmat. 5(2), 157-166.

Aisya, N., Corebima, A.D., & Mahanal, S. (2017). Hubungan Antara Pretest
dengan Posttest Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA pada
Pembelajaran Biologi Kelas Melalui Model Pembelajaran RQA Dipacu
CPS di Kota. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2017.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 172- 175.

Amida N., Rohiat S. (2021). Media Pembelajaran Berbasis Android Materi Kimia
Sekolah Pada Perguruan Tinggi. ALOTROP Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Kimia. 5(1), 88 – 91.

Aprianty, H., Gani, A., & Pada, A. U. T. (2020). Implementation of Project-Based


Learning Through Stem Approach to Improve Students’ Science Process
Skills and Learning Outcomes. Jurnal Tadris Kimiya. 5(2), 144-152.

Asmuniv. (2015). Pendekatan Terpadu Pendidikan STEM Upaya Mempersiapkan


Sumber Daya Manusia Indonesia yang Memiliki Pengetahuan
Interdisipliner dalam Menyongsong Kebutuhan Bidang Karir Pekerjaan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Published on Friday, 15 Mei 2015.

Atsani. (2020). Transformasi Media Pembelajaran pada masa Pandemi Covid 19.
Jurnal Studi Islam. 1(1), 82-93.

Azis T.N. (2019). Strategi Pembelajaran Era Digital. Annual Conference on


Islamic Education and Social Sains (ACIEDSS 2019). 1(2): 308–318.

Dewi, N. C. (2020). Pengembangan E-Learning Berbasis Google Sites Untuk


Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Diadik. Jurnal Ilmiah Teknologi
Pendidikan. 10 (1), 210-216.

Fahmi dan Wuryandini. (2019). Model Community Learning Berbasis Discovery


Untuk Meningkatkan Soft Skills Stoikiometri Kimia Peserta Didik SMA.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 13(1), 2268-2276.
Farizal. (2021). Pengembangan Media Video Tutorial Interaktif Menggunakan
Model PjBL Terintegrasi STEM Pada Materi Korosi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik. Prosiding SEAQIS 2021.
Bandung.

Haryanti, Y. D., & Saputra, D.S.,. (2019). Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif
pada Pendidikan Abad 21. Jurnal Cakrawala Pendas. 5(2), 58 – 64.

Hidayatullah, S., Kazan. (2020). Impact of Corona Virus Outbreak Towards


Teaching and Learning Activities in Indonesia. Jurnal Sosial & Budaya
Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7(3), 270-273. https
://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15104.

Islamiah, I. N. (2021). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Google Site


Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Di MTSN 4 Jombang.

Lesmana, C., & Jaedun, A. (2015). Efektivitas Model Project Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa didik didik STKIP PGRI
Pontianak. Jurnal Pendidikan Vokasi. 5(2), 161-170.

Mubai, A., Rukun, K., Tasrif, E., Huda, A. (2020). Augmented Reality (AR) -
Based Learning Media on the Subject of Computer Network Installation. J.
Pendidik. dan Pengajaran. 53, 213–226.

Mudlofir, A., Rusydiyah, E.F., (2016). Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori
ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mukti, W. M., Puspita, Y.B., Anggraeni, Z.D. (2020). Media Pembelajaran Fisika
Berbasis Web Menggunakan Google Sites Pada Materi Listrik Statis.
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020 “Optimalisasi Pendidikan dalam
Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era New
Normal” 14 NOVEMBER 2020. 5(1), 51-59.

Ningrum, M. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis WEB Untuk


Meningkatkan Kemampuan Menentukan Hubungan Antar Satuan Waktu,
Antar Satuan Berat, Antar Satuan Panjang Siswa Kelas 4 SDN Burengan 2.
Artikel Skripsi. 1(1), 1–6.

Pangestika, I. D. (2019). Pengaruh Penggunaan Model Project Based Learning


Terintegrasi Science, Technology, Engineering & Mathematics (PjBL-
STEM) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik Kelas XI
MIPA SMA Negeri 3 Surakarta Pada Materi Larutan Asam Basa. Skripsi.
UNS FKIP Program Studi Pendidikan Kimia

Panjaitan. (2020). Penerapan Project Based Learning (PjBL) Berbasis Hots Untuk
Menciptakan Media Pembelajaran Yang Inovatif. Jurnal Pendidikan Fisika
UNIMED. 9(2), 79-90.
Rivai, H. P., Yuliati, L., & Parno, P. (2018). Penguasaan Konsep dengan
Pembelajaran STEM Berbasis Masalah Materi Fluida Dinamis pada Peserta
didik SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan.
3(8), 1080-1088.

Rudibyani, R. B. (2019). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa


melalui Penerapan Pre Lecture Quiz. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia:
Kajian Hasil Penelitian Pendidikan Kimia. 6(2), 85-104.

Rusman, C. R., Kurniawan, D. (2015). Pembelajaran Berbasis Teknologi Dan


Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sari, D. R., (2021). Pengembangan Find Elements Games berbasis Android pada
Materi Sistem Periodik Unsur untuk Meningkatkan Motivasi Belajar.
Prosiding SEAQIS 2021. Bandung.

Solihudin, T. (2018). Pengembangan E-Modul Berbasis Web untuk Meningkatkan


Pencapaian Kompetensi Pengetahuan Fisika pada Materi Listrik Statis dan
Listrik Dinamis SMA. Jurnal Wahana Pendidikan Fisika. 3(2), 51-61.

Sukmawati, W. (2020). Redoks dan Elektrokimia. Yogyakarta: Penerbit Bintang


Pustaka Madani.

Taufik. (2018). Pelatihan Media Pembelajaran Berbasis Web Kepada Guru IPA
SMP Kota Mataram. Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Masyarakat.
1(1).

Taufik, M. (2018). Pelatihan Media Pembelajaran Berbasis Web kepada Guru IPA
SMP Kota Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat. 1(1),
77-81.

Wati, I., Kamila, I. (2019). Pentingnya Guru Profesional dalam Mendidik Siswa
Milenial untuk Menghadapi Revolusi 4.0 Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Anda mungkin juga menyukai