PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandemi COVID-19 telah menumbuhkan tantangan besar di
berbagai sektor terutama pada bidang pendidikan. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga pendidikan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
manusia (Mubai, et al, 2020). Tantangan dalam dunia pendidikan tersebut
menuntut agar proses pembelajaran menghasilkan lulusan berkualitas,
mampu bersaing serta siap menghadapi cepatnya perubahan pada setiap
bidang kehidupan (Fahmi dan Wuryandini, 2019). Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia pada saat ini, pemerintah sudah
melakukan dan menyusun beberapa program pendidikan salah satu
program Merdeka Belajar. Program Merdeka Belajar yaitu penerapan
pembelajaran jarak jauh yang merupakan transformasi digital melalui
pembelajaran mandiri dan tidak mengejar target yang dipaksakan karena
pembelajaran membutuhkan waktu dan proses (Hidayatullah dan Kazan.
2020).
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 pada pasal
19 ayat (1) menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik terlaksana dengan baik dengan
integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sehingga membuat
suasana pembelajaran menjadi berbeda dan menjadi lebih menarik
daripada pembelajaran konvensional (Amida dan Rohiat, 2021). Guru atau
pendidik harus bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar pada setiap satuan pendidikan (Wati dan Kamila,
2019). Media merupakan salah satu penunjang dalam proses pembelajaran
sehingga berhasil dan tidaknya proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
media yang digunakan (Atsani, 2020). E-learning merupakan media
pembelajaran berbasis web yang dapat diakses dimana pun dan kapan pun,
pengawasan perkembangan peserta didik serta isi media pembelajaran
dapat diperbarui dengan lebih mudah, biaya operasional peserta didik
menjadi lebih terjangkau (Solihudi, 2018).
Untuk membuat media pembelajaran berbasis web bagi pendidik
adalah dengan memanfaatkan Google Sites. Google Sites merupakan
aplikasi online yang diluncurkan google untuk pembuatan website
sehingga pengguna dapat menggabungkan berbagai informasi dalam satu
tempat (termasuk video, presentasi, lampiran, teks, dan lainnya) yang
dapat dibagikan sesuai kebutuhan pengguna (Mukti, Puspita dan
Anggraeni, 2020). Penggunaan Google Sites yang mudah serta bebas biaya
dan dapat dimanfaatkan oleh semua pengguna yang memiliki akun google
(Taufik, 2018). Selain itu, Google Sites sangat mudah diakses karena
peserta didik hanya butuh gadget atau laptop yang terhubung dengan
jaringan internet (Islamiah, 2021). Kelebihan lain Google Sites sebagai
media pembelajaran yaitu . peserta didik tidak perlu lagi untuk mengunduh
materi yang diberikan oleh guru, sehingga tidak akan memakan kuota
internet dan memori yang banyak, serta tampilan materi ajar dalam
Google Sites pun dapat dibuat semenarik mungkin sehingga peserta didik
tidak merasa bosan dan meningkatkan motivasi dalam kegiatan
pembelajaran.
Peserta didik harus mampu mengasah kemampuan untuk
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu agar ada korelasi antara ilmu
yang didapatkan dengan kebutuhan di sekitar. Salah satu yang bisa
menjadi rujukan untuk mengembangkan kemampuan integrasi multi
disiplin adalah penerapan pembelajaran berbasis STEM (Science,
Technology, Engineering and Mathematics). STEM dibentuk berdasarkan
perpaduan beberapa disiplin ilmu menjadi satu bentuk kesatuan
pendekatan baru yang utuh (Farizal, 2021). Salah satu materi kimia yang
diajarkan di kelas X yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
peserta didik adalah reaksi redoks. Pada materi reaksi redoks yang biasa
dilakukan oleh pendidik adalah dengan pemaparan materi dengan metode
ceramah. Karena keterbatasan waktu dalam kegiatan pembelajaran peserta
didik belum dibiasakan untuk melakukan perancangan penelitian
mengenai peristiwa atau penerapan reaksi redoks, padahal peserta didik
setiap hari mengamati adanya peristiwa atau penerapan reaksi redoks.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa dilakukan dengan
penerapan STEM dengan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) sebagai pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi
dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan peserta didik
serta melibatkan peserta didik dalam suatu aktivitas berupa proyek yang
menghasilkan produk (Panjaitan, 2020). Model pembelajaran PjBL bisa
membantu guru dalam hal kurangnya ketersediaan waktu dalam
pembelajaran, karena PjBL bisa diterapkan di luar jam belajar di sekolah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Apranty, et al., (2020) yang
mengimplementasikan model PjBL-STEM dalam pembelajaran
menunjukan bahwa model ini cukup efektif dalam meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan keterampilan proses peserta didik.
Keterampilan dan literasi digital sebagai bentuk transformasi di
bidang pendidikan sangat dibutuhkan pada abad 21 ini untuk
meningkatkan kualitas dan kompetensi siswa maupun guru (Sari, 2021).
Hal ini ditandai dengan berkembangnya Information and Communication
Technology (ICT) yang serba canggih. Hal ini membuat beragam
informasi dapat diakses dengan instan dan cepat oleh siapapun dan dari
manapun (Aisya, Corebima, dan Mahanal, 2017). Kemampuan abad 21
yang harus dimiliki adalah kreatif, inovatif, rasa ingin tahu, kecerdasan,
dan kemampuan beradaptasi. Berpikir kreatif yang merupakan salah satu
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS)
sering dihubungkan dengan berpikir kritis dan pemecahan masalah
(Haryanti dan Saputra, 2019).
Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan yang sangat
urgen bagi perkembangan suatu bangsa, agar dapat bersaing dengan
bangsa lain (Ahmar, et al., 2016). Keterampilan berpikir kreatif adalah
keterampilan berpikir untuk menghasilkan ide-ide baru, dan juga ide-ide
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Abidin,
2016). Banyaknya konsep kimia yang harus dipahami oleh siswa dalam
kurun waktu yang relatif singkat menyebabkan siswa menganggap ilmu
kimia sebagai pelajaran yang sukar. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman konsep siswa dan masih rendahnya keterampilan siswa untuk
berfikir kreatif yang mengakibatkan rendahnya nilai siswa (Rudibyani,
2019). Pengembangan media belajar Google Sites merupakan upaya untuk
mengembangkan bahan ajar yang mampu membantu peserta didik
menguasai pengetahuan prosedural untuk dapat meningkatkan kreativitas
peserta didik dalam mengidentifikasi dan mengerjakan berbagai proyek
percobaan baru yang variatif dan relevan.
Pengembangan media ini perlu ditunjang dengan model yang tepat
dalam implementasinya yaitu PjBL-STEM. Penelitian oleh Pangestika
(2019) mengenai pengaruh penggunaan model PjBL-STEM terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik menunjukkan
bahwa model PjBL-STEM memberikan pengaruh positif dan nyata
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Peserta
didik secara alami dituntut untuk berpikir kreatif menemukan solusi yang
relevan dalam bentuk desain percobaan sesuai dengan reaksi redoks. Dari
penjelasan mengenai permasalahan di atas, perlu pengembangan suatu
bahan ajar pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan kreativitas
peserta didik. Oleh karena itu Peneliti mengambil judul “Pengembangan
E-Learning berbasis Google Sites Menggunakan Model PjBL Terintegrasi
STEM pada Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik”. Penelitian ini menggunakan metode Research and
Development dengan model ADDIE sehingga dapat diketahui kualitas
media belajar E-Learning berbasis Google Sites tersebut. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Ilyas, Yunus, dan Menrisal (2020) yang
menyatakan bahwa media yang baik sebelum disebarkan kepada
lingkungan masyarakat harus diuji kelayakan, kepraktisan, dan
keefektifan.
2.1.2 E-learning
E-learning merupakan media pembelajaran berbasis Web yang
termasuk dalam media pembelajaran berbasis computer dan juga dapat
digunakan di smartphone yang bisa terhubung dengan internet
(Ningrum, 2017). Suryadi (2015) berpendapat bahwa beberapa faktor
terselenggaranya pembelajaran e-learning yaitu seseorang yang tidak
dapat mengikuti pendidikan konvensional karena berbagai faktor
penyebab, misalnya harus bekerja (time constraint), kondisi fisik yang
tidak memungkinkan (physical constraint), daya tampung sekolah
konvensional yang tidak memungkinkan (limited availeble seats),
phobia terhadap sekolah, putus sekolah, atau karena memang dididik
melalui pendidikan keluarga di rumah (home school) dimungkinkan
untuk tetap belajar, yaitu melalui e-learning. Kelebihan yang ada pada
pembelajaran berbasis web (e-learning) adalah sebagai berikut: (1)
memungkinkan setiap orang dimana pun, kapan pun, untuk
mempelajari apa pun. (2) pembelajaran dapat belajar sesuai dengan
karakteristik dan langkahnya dirinya sendiri karena pembelajaran
berbasis web membuat pembelajaran menjadi bersifat individual. (3)
kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pembelajar dapat
mengakses informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun luar
lingkungan belajar. (4) sangat potensial sebagai sumber belajar bagi
pembelajar yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar. (5) dapat
mendorong pembelajar untuk lebih aktif dan mandiri didalam belajar.
(6) menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk
memperkaya materi pembelajaran. (7) menyediakan mesin pencari
yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan.
(8) isi dari materi pelajaran dapat di-update dengan mudah (Rusman
dan Kurniawan, 2015).
b. Reduksi
Reduksi adalah peristiwa pelepasan oksigen dari suatu zat, jadi reduksi
adalah kebalikan dari oksidasi. Contoh reaksi reduksi, diantaranya :
1) Proses pengolahan besi melalui proses tanur tinggi
Pada pengolahan besi dari bijih besi, (Fe2O3) digunakan
karbokmonoksida, CO menurut reaksi. Fe2O3(s) + 3 CO(g) →
2Fe(s) + 3 CO2(g)
2) Reduksi kromium(III) oksida Cr2O3 oleh aluminium Al Cr2O3(s)
+ 2Al(s) → 2Cr(s) + Al2O3(s)
Kemampuan
Berpikir Kreatif
D Design
a. Penetapan tujuan dan butir-butir materi
b. Penyiapan materi, video dan media pendukung (backsound,
animasi, graphic, dll)
c. Merancang produk awal dan struktur materi
d. Penyusunan instrumen
D Development
Pengembangan media sesuai rancangan desain pada tahapan
sebelumnya, menggunakan :
1. Google Sites
2. Link Video Youtube
I Implementation
E Evaluation
Evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan masukan
dari reviewer dan peserta didik.
Revisi berdasarkan evaluasi sudah dilakukan pada tahap desain
(design)
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kualitas Media oleh Ahli Media
No Aspek Kriteria Jumlah Indikator Nomor Indikator
1. Format Penyajian Media 8 1,2,3,4,5,6,7,8
2. Kebahasaan 2 1, 2,
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kualitas Materi oleh Ahli Materi
No Aspek Kriteria Jumlah Indikator Nomor Indikator
1. Tujuan Pembelajaran 4 1,2,3,4
n = Banyaknya partisipan
Tabel 3.7.
Aturan Pemberian Skala Reviewer
No Kategori Skala
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup 3
4 Tidak Baik 2
5 Sangat Tidak Baik 1
dari Sudjana dalam Zakaria (2017)
Untuk mengetahui kelayakan media, kriteria yang menjadi acuan adalah:
Tabel 3.8.
Kriteria Skor Reviu
V Klasifikasi
1 ≤ V < 1,8 Tidak valid
1,8 ≤ V < 2,6 Kurang valid
2,6 ≤ V < 3,4 Cukup valid
3,4≤ V < 4,2 Valid
4,2 ≤ V < 5 Sangat valid
Sudjana dalam Zakaria (2017)
3.7.3 Efektifitas Media E-learning Berbasis Google Sites
Efektivitas penggunaan media terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik diindikasikan: (1) respon peserta didik berada pada
kriteria sangat baik (80-100%); (2) tingkat pemahaman peserta didik
berdasarkan persentase ketuntasan berada pada kriteria baik (61% - 80%);
dan (3) terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (uji
N-gain tinggi, g ≥ 0,7).
1. Angket Respon Peserta Didik
Respon peserta didik dibuat dalam skala jawaban ya dan tidak. Jawaban
Ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Untuk menghitung
kriteria interpretasi butir pertanyaan angket digunakan formulasi:
F
K= x 100 %
N
Keterangan:
K = persentase kelayakan
F = jumlah keseluruhan jawaban responden
N = jumlah pertanyaan dalam angket
Tabel 3.10.
Kriteria Penilaian Tingkat Pemahaman Peserta Didik
Interval persentase ketuntasan Keterangan
Persentase ketuntasan ≤ 20% Tidak Baik
21% < Persentase ketuntasan ≤ 40% Kurang Baik
41% < Persentase ketuntasan ≤ 60% Cukup Baik
61% < Persentase ketuntasan ≤ 80% Baik
Persentase ketuntasan > 80% Sangat Baik
(Widoyoko, 2009)
3. Uji N-gain
Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berpikir kreatif peserta didik setelah diberikan pembelajaran dengan
menggunakan media video tutorial interaktif dengan menggunakan model
PjBL terintergrasi STEM.
Rumus dari N-gain adalah sebagai berikut:
Keterangan:
g = N-gain
Spost = Skor post-test
Spre = Skor pre-test
Smaks = Skor Maksimum Soal
Pembelajaran Kimia
Analysis Materi Redoks
Pembuatan E-Learning
Development berbasis Google Sites Review
Disain Pembelajaran
Review dengan Model PjBL STEM
Implementation
Penerapan dalam
Pembelajaran
Aisya, N., Corebima, A.D., & Mahanal, S. (2017). Hubungan Antara Pretest
dengan Posttest Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA pada
Pembelajaran Biologi Kelas Melalui Model Pembelajaran RQA Dipacu
CPS di Kota. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2017.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 172- 175.
Amida N., Rohiat S. (2021). Media Pembelajaran Berbasis Android Materi Kimia
Sekolah Pada Perguruan Tinggi. ALOTROP Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Kimia. 5(1), 88 – 91.
Atsani. (2020). Transformasi Media Pembelajaran pada masa Pandemi Covid 19.
Jurnal Studi Islam. 1(1), 82-93.
Haryanti, Y. D., & Saputra, D.S.,. (2019). Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif
pada Pendidikan Abad 21. Jurnal Cakrawala Pendas. 5(2), 58 – 64.
Lesmana, C., & Jaedun, A. (2015). Efektivitas Model Project Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa didik didik STKIP PGRI
Pontianak. Jurnal Pendidikan Vokasi. 5(2), 161-170.
Mubai, A., Rukun, K., Tasrif, E., Huda, A. (2020). Augmented Reality (AR) -
Based Learning Media on the Subject of Computer Network Installation. J.
Pendidik. dan Pengajaran. 53, 213–226.
Mudlofir, A., Rusydiyah, E.F., (2016). Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori
ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mukti, W. M., Puspita, Y.B., Anggraeni, Z.D. (2020). Media Pembelajaran Fisika
Berbasis Web Menggunakan Google Sites Pada Materi Listrik Statis.
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020 “Optimalisasi Pendidikan dalam
Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era New
Normal” 14 NOVEMBER 2020. 5(1), 51-59.
Panjaitan. (2020). Penerapan Project Based Learning (PjBL) Berbasis Hots Untuk
Menciptakan Media Pembelajaran Yang Inovatif. Jurnal Pendidikan Fisika
UNIMED. 9(2), 79-90.
Rivai, H. P., Yuliati, L., & Parno, P. (2018). Penguasaan Konsep dengan
Pembelajaran STEM Berbasis Masalah Materi Fluida Dinamis pada Peserta
didik SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan.
3(8), 1080-1088.
Sari, D. R., (2021). Pengembangan Find Elements Games berbasis Android pada
Materi Sistem Periodik Unsur untuk Meningkatkan Motivasi Belajar.
Prosiding SEAQIS 2021. Bandung.
Taufik. (2018). Pelatihan Media Pembelajaran Berbasis Web Kepada Guru IPA
SMP Kota Mataram. Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Masyarakat.
1(1).
Taufik, M. (2018). Pelatihan Media Pembelajaran Berbasis Web kepada Guru IPA
SMP Kota Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat. 1(1),
77-81.
Wati, I., Kamila, I. (2019). Pentingnya Guru Profesional dalam Mendidik Siswa
Milenial untuk Menghadapi Revolusi 4.0 Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.