Anda di halaman 1dari 43

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA


SD MUHAMMADIYAH SUMBER MULYO

Oleh:

Nelli Suci Rahayu


2021201106

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH OKU TIMUR

2023

1
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 4

1. Latar Belakang …………………………………………………………………4

2. Identifikasi Masalah ……………………………………………………………7

3. Pembatasan Masalah …………………………………………………………...8

4. Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 8

5. Tujuan Penelitian ….…………………………………………………………. 8

6. Mana’at Penelitian …………………………………………………………… 9

7. Spesifikasi Produk yang diharapkan ………………………………………… 10

8. Pentingnya Pengembangan ………………………………………………….. 11

9. Definisi Istilah ………………………………………………………………. 12

B. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………... 13

1. Model Pembelajaran Klasikal ……………………………………………….. 13

2. Pembelajaran Berbasis TIK …………………………………………………. 15

3. Jenis Pembelajaran Berbasis TIK …………………………………………… 17

4. Teknologi Multimedia ………………………………………………………. 17

5. TEknologi Telekomunikasi …………………………………………………. 17

6. Jenis Model Pembelajaran Berbasis IT ……………………………………… 18

7. Tahapan Pembelajaran IT …………………………………………………… 19

8. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Berbasis IT …………………….... 20

C. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………… 20

1. Model Pengembangan ……………………………………………………… 20

2. Prosedur Pengembangan …………………………………………………… 20

2
3. Uji Coba PRoduk …………………………………………………………… 27

4. Validasi dan Reliabilitas Instrumen ………………………………………… 33

5. Teknik Analisa Data ………………………………………………………… 36

D. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 39

3
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA
SD MUHAMMADIYAH SUMBER MULYO

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan berbasis teknologi nampaknya semakin berkembang di era globalisasi

ini dimana hal ini berpengaruh terhadap arus informasi dan komunikasi secara global,

sehingga berbagai informasi dari berbagai belahan dunia mudah diakses tanpa mengenal

batas waktu (Pratiwi & Asyarotin, 2019). Dengan pesatnya perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), maka perlu dimanfaatkan demi terwujudnya kemajuan

pada pendidikan di Indonesia.

Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan teknologi di dunia pendidikan, guru

sebagai factor penting dalam keberhasilan sebuah pendidikan diharuskan untuk memiliki

kompetensi yang mumpuni dalam hal teknologi pendidikan (Rahayu dkk., 2021). Hal ini

berpengaruh terhadap penciptaan proses pembelajaran yang effektif, dan aktif dengan

melibatkan bantuan teknologi informasi dan komunikasi atau yang disebut dengan TIK.

Campur tangan teknologi dalam dunia pendidikan merubah banyak aspek dalam

pendidikan salah satunya adalah aspek cara mengajar. Dahulu, guru masih menggunakan

metode mengajar manul atau konventional dimana penggunaan kertas masih sangat

cenderung digunakan. Jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi di dunia

pendidikan saat ini, media kertas yang digunakan telah berangsur angsur berkurang karena

digantikan oleh teknologi informasi dan komunikasi (Dedyerianto, 2020). Mengacu pada

hal ini, kompetensi guru dalam bidang information communication and technology (ICT)

sangat dituntut (Aka, 2017). Selain itu, guru juga harus memahami fungsi dari penggunaan
4
ICT tersebut yang pada dasarnya digunakan untuk menciptakan kelas yang mudah diakses,

menyenangkan, dan partisipatif.

Menurut Syahroni dkk., 2020, penggunaan ICT yang benar merupakan tugas guru

yang harus dipenuhi mengingat guru sebagai faktor penting dalam pembelajaran harus

mampu mewujudkan kelas yang mudah diakses dan effektif. Keterampilan guru dilihat dari

bagaimana mereka menggunakan peralatan yang sudah disediakan oleh sekolah. Penerapan

media belajar yang inovatif dan kreatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

ketertarikan dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar karena media yang menarik

mampu merangsang siswa dalam belajar dan memberiknn pengaruh psikolog yang baik

bagi mereka (Tafonao, 2018). Media belajar berbasis TIK menjembatani siswa dan guru

untuk menciptakan pembelajaran yang efisien dan menyenangkan (Ardiansyah & Asfiyak,

2020). Media didefinisikan sebagai salah satu faktor utama dalam penyampaian materi

yang berfungsi sebagai alat pendukung dalam proses belajar mengajar yang nantinya

mampu menciptakan kualitas belajar yang baik jika diimbangi dengan media belajar yang

inovatif dan menarik melaluiimplementasi media berbasis TIK.

Namun kenyataannya, masih banyak guru belum bisa mengoperasikan komputer

dan mengakses internet (Zulkarnayn & Thoha, 2021). Guru belum memahami cara

menggunakan TIK untuk pembelajaran, kurang kreatif dalam mengelola pengajaran, dan

memiliki masalah dalam penggunaan komputer sehingga berimbas terhadap proses

pembuatan media berbasis TIK (Elly, 2020; Riastini,2021). Hal ini berimbas terhadap

ketersediaan media berbasis TIK yang masih belum merata karena guru masih mengalami

banyak kendala dalam pembuatan media dengan menggunakan TIK. Guru-guru masih

menggunakan media ajar yang terdapat pada buku siswa dan bila diperlukannya media

lain, guru hanya mencari video yang sudah tersedia di internet. Selain itu, pada masa
5
pandemik ini, guru dituntut untuk melakukan pembelajaran secara daring yang mau

tidak mau guru harus memfalitasi siswa dengan media berbasis TIK yang menarik dan

inovatif sehingga merangsang motivasi siswa dalam pembelajaran daring (Rasman, 2021).

Permasalahan serupa juga ditemukan di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo.

Hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2023

menunjukkan hasil bahwa, di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo terdapat 8 orang guru. 3

guru sudah bisa mengoperasikan teknologi seperti laptop, komputer, dan LCD, sedangkan

5 guru lainnya belum pasih menggunakan teknologi. Proses pembelajaran daring yang

terjadi di kelas V dilakukan dengan hanya menggunakan grup whatsapp dimana guru

hanya mengambil gambar pada buku lalu mengirimkannya ke grup Whatsapp. Materi yang

diajarkan oleh guru hanya sebatas materi yang terdapat pada youtube dan internet yang

berakibat pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang kuranag konkret. Guru

juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran saat ini sangat diperlukannya sebuah media

pembelajaran untuk mendukung jalannya suatu pembelajaran yang efektif sehingga siswa

cendurung tidak menujukkan partisipasi yang aktif di dalam kelas. Hal ini terjadi

dikarenakan kurang pahamnya guru dalam memanfaatkan teknologi dalam membuat media

pembelajaran berbasis TIK. Permasalahan tersebut mengakibatkan menurunnya minat

belajar siswa ketika pembelajaran daring berlangsung.

Ulasan di atas menggambarkan, lemahnya keterampilan guru mengembangkan

media pembelajaran berbasis teknologi menjadi masalah utama (Dewi & Hilman, 2018).

Pengembangan buku tutorial pembuatan media pembelajaran berbasis TIK merupakan

salah satu upaya yang dapat dilakuakn untuk meningkatkan kompetensi para guru dalam

penggunaan teknologi. . Dengan buku tutorial dapat mempermudah guru dalam membuat

media pembelajaran, karena buku tutorial menyediakan informasi pembuatan media belajar
6
berbasis TIK. Buku Tutorial digunakan dalam kegiatan membuat media pembelajaran,

yang berfungsi untuk meningkatkan keterampilan teknologi guru (Riyanto & Yunani,

2020). Maka penelitian ini berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis

Teknologi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Pada Siswa SD

Muhammadiyah Sumber Mulyo”.

2. Identifikasi Masalah

Paparan latar belakang diatas menjelaskan masalah yang sedang terjadi di

lapangan yang diidentifikasi sebagi berikut.

a. Minimnya guru di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo yang bisa membuat

media pembelajaran berbasis teknologi.

b. Lemahnya keterampilan teknologi guru dalam mengembangkan media

pembelajaran.

c. Kurang pahamnya guru membuat media pembelajaran berbasis teknologi, karena

tidak adanya panduan untuk membuat media pembelajaran berbasis teknologi di

sekolah.

d. Belum memadainya fasilitas penunjang poroses pembelajaran.

e. Media pembelajaran yang tersedia di SD sangat terbatas dikarenakan kurangnya

guru dalam memanfaatkan teknologi untuk membuat mediapembelajaran.

f. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran daring dikarenakan media yang

digunakan hanya berpatokan pada buku saja dan pembelajaran dilakukan hanya

melalui WhatsApp grup.

g. Terbatasnya ketersedian media yang inovatif yang mampu memfasilitasi siswa

dan mernagsang motivasi siswa dalam proses belajar mengajar.

7
3. Pembatasan Masalah Penelitian

Pembatasan masalh penelitian penting untuk ditentukan. Hal ini berdsarkan atas

permasalahan yang cukup luas dan pembatasan masalah perlu ditentukan. Pembatasan

masalah dibatasi pada (1) kurang pahamnya guru membuat media pembelajaran berbasis

teknologi karena tidak adanya panduan untuk membuat media pembelajaran berbasis

teknologi di sekolah, dan (2) lemahnya keterampilan teknologi guru dalam

mengembangkan media pembelajaran.

4. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan latar belakang diidentifikasi dari paparan latar belakang di atas yang

disajikan sebagai berikut.

a. Bagaimana prototype buku tutorial pembuatan media pembelajaran berbasis

TIK untuk guru di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo?

b. Bagaimana keberterimaan dan kebermanfaatan buku tutorial pembuatan

media pembelajaran berbasis TIK untuk guru di SD Muhammadiyah Sumber

Mulyo?

c. Bagaimana respon guru di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo terhadap

buku tutorial pembuatan media pembelajaran berbasis TIK?

d. Bagaimana efektivitas buku tutorial pembuatan media pembelajaran berbasis

TIK untuk keterampilan teknologi guru di SD Muhammadiyah Sumber

Mulyo?

5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang disampaikan pada bagian ini adalah sesuai dengan
8
rumusan masalh diatas yang disajikan sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan prototype buku tutorial pembuatan media pembelajaran

berbasis TIK untuk guru di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo.

2. Untuk menganalisis keberterimaan dan kebermanfaatan buku tutorial pembuatan

media pembelajaran berbasis TIK untuk guru di SD Muhammadiyah Sumber

Mulyo.

3. Untuk menganalisis respon guru di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo terhadap

buku tutorialpembuatan media pembelajaran berbasis TIK.

4. Untuk menganalisis efektivitas buku tutorial untuk keterampilan teknologi guru di

SD Muhammadiyah Sumber Mulyo.

6. Manfa’at Hasil Penelitian

Terdapat dua manfaat yang diajukan dalam penelitian ini yaitu teoritis dan

praktis. Paparan mengenai kedua manfa’at ini disajikan di bawah ini :

a. Manfaat Teoritis

Produk penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan yang nantinya

akan bisa memperkaya wawasan dan berperan dalam kemajuan pendidikan, dimana

dalam penelitian ini mengacu pada guru sekolah dasar. Dengan adanya hasil ini, guru

dapat mengaplikasikan wawasan yang didaperoleh dari buku ini sebagai acuan untuk

merancang media pembelajaran berbasis TIK.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dengan menggunakan hasil dari pengembangan penelitian ini, siswa akan

9
mendapatkan pengalaman belajar online yang lebih menyenangkan dan menarik.

b. Bagi Guru

Produk penelitian pengembangan ini dapat dipelajari oleh guru sehingga

nantinya mampu menciptakan media belajar berbasis TIK.

c. Bagi Peneliti Lain

Peneliti kain dapat menjadikan penelitian inni sebagai acuan dalam

pelaksanaan penelitian yang relevan dengan penganalisaan yang lebih mendalam.

7. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Penelitian ini menghasilkan produk yang berupa Model Pembelaaran berbasis

teknlogi, untuk meningkatkan keterampilan teknologi guru, khususnya pada pembuatan

model pembelajaran berbasis TIK. Pembelajaran berbasis TIK ini merupakan tutorial

bantuan belajar yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian, inisiatif, dan

kedisiplinan dalam belajar. BuTutik digunakan untuk membantu guru dalam memandu

guru, dalam pembuatan model pembelajaran berbasis TIK.

Adapun spesifikasi produk yang diharapkan dari penelitian pengembangan ini

adalah sebagai berikut :

a. Buku tutorial untuk membuat media pembelajaran berbasis digital merupakan

produk yang dihasilkan.

b. Model pembelajaran digital berupa buku yang memuat teori dan praktik.

c. Muatan yang terdapat dalam model pembelajaran berbsasis TIK yaitu suara,

tulisan, video, dan animasi yang relevan.

d. Model pembelajaran berbasis TIK memuat tiga jenis petunjuk cara pembuatan

10
media pembelajaran.

8. Pentingnya Pengembangan

Perkembangan teknologi memberikan banyak perubahan di dunia pendidikan

(Pratiwi & Asyarotin, 2019). Pendidikan akan selalu mengikuti alur pekembangan

teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan sehingga pembaruan pendidikan akan selalu

terjadi (Hidayah dkk., 2020). Keterampilan teknologi guru sangat dibutuhkan dalam

penggunaan teknologi yang nantinya akan memfasilitasi siswa dalam belajar (Hamalik,

1994). Hal ini mendorong para guru untuk meningkatkan keterampilannya dalam

menggunakan TIK yang bisa digunakan untuk membuat media bbelajar yang inovatif

sehingga memudahkan proses belajar yang dilakukan (Yusrizal dkk., 2017).

Asumi pengembangan model pembelajaran berbasis TIK yaitu sebagai berikut.

a. Belum adanya model pembelajaran berbasis TIK untuk memandu guru dalam

proses pembuatan media pembelajaran berbasis TIK di SD Muhammadiyah

Sumber Mulyo.

b. Model pembelajaran berbasis TIK dikembangkan berdasarkan perkembangan

TIK pada saat ini, untuk memudahkan guru di SD Muhammadiyah Sumber

Mulyo, dalam pembuatan media pembelajaan berbasis TIK.

c. Model pembelajaran berbasis TIK diyakini mampu membantu guru dalam

membuat media berbasis TIK.

d. Model pembelajaran berbasis TIK diyakini mampu berkontribusi dalam

peningkatan keterampilan para guru dalam penciptaan media yang inovatif

menggunakan TIK .

Keterbatasan pengembangan model pembelajaran berbasis TIK diuraikan dibawah


11
ini:

a. Terbatas pada pengembangan buku yang didasarkan atas karakteristik guru

yang mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah Sumber Mulyo. Oleh

karena itu, penelitiaan ini hanya untuk guru di sekolah terkait.

b. Pembuatan media pembelajaran berbasis TIK yang dimuat dalam model

pembelajaran berbasis TIK berdasarkan kebutuhan guru di SD

Muhammadiyah Sumber Mulyo.

c. Pengujian keefektifan model pembelajaran berbasis TIK hanya dilakukan

untuk guru di SD Muhammadiyah Sumber Mulyo.

9. Definisi Istilah

Definisi istilah diperlukan untuk menghindari kekeliruan yang ditimbulkan oleh

beberapa istilah pada penelitian kali ini. Definisi tersebut disajikan sebagai berikut:

a. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang ditujukan untuk

memproduksi serta mengembangkan sebuah produk yang akan dikembangkan

sehingga nantinya produk tersebut dapat digunakan sesuai karakteristik siswa dan

kebutuhan guru.

b. Model pembelajaran berbasis TIK merupakan kumpulan tutorial pembuatan

media pembelajaran berbasis TIK yang telah disusun secara sistematis untuk

membantu guru meningkatkan keterampilan teknologi.

c. Model 4D merupakan empat tahapan model pengembangan yang melibatkan

empat proses utama yaitu pendefinisian (define), perancangan (design),

pengembangan (develop), dan penyebaran (dissminate).

12
d. Keterampilan teknologi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sebagaian

orang dalam pemahaman, pengoperasian, penggunaan, dan pemanfaatan teknologi

yang digunakan nantinya untuk meningkatkan efektifitas dan kebermaknaan

proses belajar mengajar.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Model Pembelajaran Klasikal

Model pembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu yang

sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Model pembelajaran ini

merupakan model yang paling awal digunakan pada pendidikan pra sekolah,dengan sarana

pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat

indidvidu anak.

Pengajaran klasikal adalah model pembelajaranyang biasa kitalihat sehari-hari.

Pada modelpembelajaran ini, guru biasanya mengajar antara 30-40 orang peserta didik

dalam suatu ruangan. Para peserta didik mempunyai kemampuan minimum untuk tingkat

itu dan diasumsikan untuk mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama.

Dengan kondisi seperti ini, konidisi belajar peserta didik secara individual baik

menyangkutkecepatanbelajar,kesulitanbelajardanminat belajar sulit untukdiperhatikan oleh

guru.

Pada umumnya cara guru dalam menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat

kesukaran materi kepada peserta didik berdasarkan pada informasi kemampuan peserta

didik secara umum. Guru terlihat sangat menguasai dalam menentukan semua kegiatan

pembelajaran. Banyaknya materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan

13
guru mengajar dan lainnya ada ditangan guru.

Metode pembelajarn klasikal biasanya menuntut disiplin yang tinggi dari para

peserta didik,dan guru memiliki wewenang penuh di ruang kelas. Setiap anomali sekecil

apapun bisa membuat murid harus berdiri bangau disamping papan tulis sepanjang jam

pelajaran atau terkena sengatan lemparan kapur oleh guru. Hasil belajarnya memang

biasanya luar biasa, hafal luar kepala dan anti kritik. Kebenaran itu tunggal dan tidak boleh

di pertanyakan.

Pembelajaran klasikal cederung digunakan guru apabila dalam proses belajarnya

lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk

menejelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami peserta didik. Seiring

dengan perkembangan teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah

banyak ditinggalkan. Suatu kenyataan yang sering kali kita lihat, sebagian besar pengajaran

di sekolah-sekolah menengah dan di perguruan tinggi diberikan secara klasikal.

Artinya, pengajar memberi penjelasan kepada sejumlah murid atau maha peserta

didik secara lisan. Banyak yang menganggap bentuk pengajaran klasikal tersebut

merupakan bentuk yang paling tepat.Selain karena dipandang efisien, mereka dahulupun

diajar dengan bentuk pengajaran seperti itu. Pada dasarnya dengan bentuk pengajaran

klasikal seorang pengajar dapat mengajar suatu kelompok dengan jumlah murid yang tak

terbatas.

Pembelajaran tradisional merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik

kepada berbagai peserta didik untuk dikonsentrasikan secara bersama-sama. Pembelajaran

tradisional memiliki kualitas dan kekurangan, antara lain:

a. Kekurangan Pembelajaran Klasikal

1) Tidak sulit untuk berbicara secara verbal.


14
2) Yang visual kalah, dan yang bisa mendengar akan mendengarkan siapa

yang benar-benar menerimanya.

3) Anggapan itu terus-menerus digunakan dan disalah gunakan bisa

membuat Anda lelah.

4) Kemajuan teknik ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.

5) Akan cukup sering membuat peserta didik tidak aktif.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Klasikal

Adapun kelebihan model pembelajaran klasikal:

1) Keuntungan metode Pembelajaran klasikal yaitu nilai ekonomis yang tinggi

karena dengan metode ini peserta didik di dalam satu kelas dapat berjumlah

10 hingga 45 orang.

2) Selain itu, jika materi atau ilmu yang disampaikan adalah sesuatu yang baru

bagi peserta didik, maka peserta didik lebih mudah mendapatkan informasi

tersebut.

3) Keuntungan lainnya yaitu manajemen kelas yang teratur karena guru

memegang kendali kelas, seperti memberi soal, menyuruh peserta didik

untuk mencatat dan lain-lain.

2. Pembelajaran Berbasis TIK

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu

meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar

ke penerima pesan belajar (peserta didik).Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media

belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada

15
peserta didik. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi

itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.

Untuk selanjutnya disepakati bahwa yang dimaksud media pembelajaran, bukan

sekedar benda fisik, namun segala sesuatu yang sudah berisi materi pembelajaran, yang

memungkinkan seseorang memanfa’atkannya untuk belajar guna memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau perubahan sikap.

Pembelajaran berbasis IT (komputer) merupakan program pembelajaran dengan

meliputi : juul, tujuan, materi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Sistem komputer

dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung kepada para peserta

didik dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem

komputer, inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.

Beberapa contoh media pembelajaran termasuk media tradisional (papan tulis, buku

teks, handout, modul, lembar peraga, LKS, objek-objek nyata, slide OHP, pita video atau

film, guru, dll.), media massa (koran, majalah, radio, televisi, bisokop, dll.), dan media

pembelajaranbaru berbasis IT (komputer, CD, DVD, video interaktif, Internet, sistem

multimedia, konferensi video, dll.). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa media

pembelajaran berbasis IT adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi

instruksional di lingkungan peserta didik yang berbentuk teknologi informasi dan

komunikasi. Dengan kata lain, media ini adalah sarana penyebaran informasi yang berupa

perangkat keras, perangkat lunak, sistem jaringan dan prasarana komputer maupun

telekomunikasi agar data dapat disebar dan di akses secara global. Jadi dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran berbasis IT yaitu media pembelajaran yang mana semua

teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan,

16
penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi/data dengan menggunakan komputer

dan telekomunikasi.

3. Jenis Pembelajaran Berbasis IT

Pembelajaran berbasis IT atau TIK mencakupsemua teknologi yang dapat

digunakan untuk menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi

dalam proses komunikasi. Yang termasuk teknologi ini adalah: Teknologi komputer, baik

perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) pendukungnya. Di

dalamnya termasuk prosesor (pengolah data), media penyimpan data / informasi (hard disk,

CD, DVD, flash disk, memori, kartu memori, dll.), alat perekam (CD Writer, DVD Writer),

alat input (keyboard, mouse, scanner, kamera, dll.), dan alat output (layar monitor, printer,

proyektor LCD, speaker, dan lain-lain.

Media pembelajaran berbasis komputer atau bisa disebut pembelajaran berbantuan

komputer (computer assisted instructional/ CAI). Penggunaan komputer sebagai media

pembelajaran interaktif dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya program

(computer-assisted learning CAL), konferensi komputer, surat elektronik atau elektronik

mail (email), dan komputer multi media yang kemudian di sebut multimedia pembelajaran

interaktif.

Pembelajaran melalui CAI ini, bersifat offline, sehingga dalam penggunaannya

tidak tergantung pada adanya akses ke internet. Program pembelajaran berbantuan

komputer ini memanfaatkan seluruh kemampuan komputer, terdiri dari gabungan hampir

seluruh media,yaitu: teks, grafis, gambar, photo, audio, video, dan animasi. Seluruh media

tersebut secara konvergen akan saling mendukung dan melebur menjadi satu media yang

luar biasa kemampuannya. Salah satu keunggulan media komputer ini yang tidak dimiliki
17
oleh berbagai media lain, ialah kemampuannya untuk menfasilitasi keaktifan peserta didik

dengan sumber belajar (conten) yang ada pada komputer (man and machine interactivity).

4. Teknologi Multimedia.

Media pembelajaran yang termasuk ke dalam teknologi multimedia adalah kamera

digital, kamera video, player suara, player video, dll. Multimedia sering diartikan sebagai

gabungan dari banyak media atau setidak-tidaknya terdiri lebih dari satu media.

Multimedia dapat diartikan sebagai komputer yang dilengkapi dengan CD player,

soundcard, speaker dengan kemampuan memproses gambar gerak, audio, dan grafis dalam

resolusi yang tinggi.

5. Teknologi Telekomunikasi

Yang termasuk media telekomunikasi adalah telepon seluler, dan faximile.

Teknologi komunikasi ini sekarang berkembang semakin pesat. Kini tidak hanya dalam

bentuk telepon seluler dan faximile saja namun bermacam-macam, seperti Handphone, e-

mail, facebook, twitter dan lain sebagainya. Teknologi jaringan komputer. Teknologi ini

terdiridari perangkat keras seperti LAN, internet, wifi, dan lain-lain. Selain itu juga terdiri

dari perangkat lunak pendukungnya atau aplikasi jaringan seperti WEB, e-mail, html, java,

php, aplikasi basis data dan lain-lain.

6. Jenis Model Pembelajaran Berbasis IT

Berbagai upaya telah dilakukan oleh dunia pendidikan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitaspembelajaran melalui pemanfaatan

18
IT. Selain fungsinya sebagai alat bantu pemecahan masalah manusia, IT juga dapat

dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang dipercaya dapat :

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran

2) Memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran

3) Mengurangi biaya pendidikan

4) Menjawab keharusan berpartisipasi dalam IT,dan

5) Mengembangkan keterampilan

IT (IT skills) yang diperlukan peserta didik ketika bekerja dan dalam kehidupannya

nanti Strategi pemanfaatan IT di dalam pembelajaran mencakup: (1) IT sebagai alat bantu

atau media pembelajaran, (2) ITsebagai sarana/tempat belajar, (3) IT sebagai sumber

belajar, dan (4) IT sebagai sarana peningkatan mutu.

7. Tahapan Pembelajaran IT

Berikut adalah tahapan di dalam mengolah dan menyajikan materi pembelajaran ke

dalam media berbasis :

1. Kumpulkan sumber-sumber yang memuat materi sesuai topik-topik yang akan

diajarkan berdasarkan kurikulum atau kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan

sumber-sumber ini dapat mempertimbangkan isi, tingkat keterbacaan,

dan integritas penulisnya. Sumber-sumber ini dapat berupa buku, majalah/

jurnal, gambar, audio, video atau sumber-sumber di Internet.

2. Buat rancangan struktur isi (outline) media dan urutan penyajian materi serta

bentuk interaksi sesuai dengan alur pembelajaran yang diharapkan. Bentuk-

bentuk interaksi yang dapat dipilih antara lain: drill and practice, tutorial,

19
permainan (game), simulasi, eksplorasi, penemuan (discovery), pemecahan

masalah (problem solving).

3. .Pilih materi-materi yang sesuai dari sumber-sumber yang sudah terkumpul dan

sajikan isi setiap topik secara singkat dengan bahasa yang sederhana dan

komunikatif, dilengkapi dengan ilustrasi/visualisasi dalam bentuk gambar,

grafik, diagram, foto, animasi, atau audio-video. Di dalam memberikan

visualisasi materi tekstual, pengembang media perlu memperhatikan persyaratan

VISUALS, yakni :

a. Visible (mudah dilihat): jelas, tingkat keterbacaan tinggi, resolusi/ketajaman

grafis tinggi, mengandung satu makna.

b. Interesting (menarik): isi pesan sesuai dengan kebutuhan pembelajar

(audien), tampilan baik dan memikat sehingga menimbulkan rasa ingin

tahu, menjaga kelangsungan proses komunikasi/interaksi/belajar.

c. Simpel (sederhana): pesan terfokus, pemilihan kata/huruf/gambar tidak

mengubah makna pesan, bahasa dan tampilan lugas

d. Useful (berguna): sesuai dengan kebutuhan pebelajar (audien) dan tujuan

pembelajaran maupun hasil belajar yang diinginkan

e. Accurate (tepat): isi pesan mempunyai maknayang tepat, sesuai dengn

bidang ilmu, penyampaiannya cermat, didasarkan pada sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan.

8. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis IT

Media pembelajaran berbasis IT memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu :

a. Media pembelejaran lebih mudah diakses kapan dan dimana saja.


20
b. Biaya yang dikeluarkan lebih terjangkau.

c. Tidakmemakan banyak tempat penyimpanan seperti saat menggunakan media

pembelajaran fisik.

d. Proses belajar mengajar lebih efisien.

Sedangkan kekurangan dari media pembelajaran berbasis IT adalah


a. Belum meratanya akses interne tdi Indonesia.
b. Interaksi dengan pengajar serta teman belajar berkurang.

c. Materi yang dipahami lebih sedikit.


d. Pengawasan pada media pembelajaran berbasis IT masih kurang maksimal.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Model Pengembangan

Penelitian ini adalah jenis penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk mengembangkan dan

menghasilkan produk tertentu serta menguji keefektifannya. Produk dari model

penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan

mutu pendidikan dan pembelajaran. Adapun produk yang dibuat dan dikembangkan

adalah media pembelajaran interaktif materi pembuatan macam-macam kampuh dengan

menggunakan Adobe Flash CS 6.

Model pengembangan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah dari

Dick and Carry yaitu model pengembangan ADDIE yang merupakan singkatan dari

Analysis, Design, Develoment or Production, Implementation or Delivery and

Evaluations. Memilih model pengembangan ini karena model ADDIE bergantung pada

setiap tahap yang dilakukan dalam uturan yang diberikemudahan

21
2. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengacu pada model

pengembangan yang dikembangkan oleh Dick & Carry yaitu ADDIE (Endang

Mulyatiningsih, 2013: 199). Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan, prosedur

pengembangan dapat dilihat pada siklus berikut.

22
Analysis Pengumpulan data (observasi)

Menganalisis silabus, materi, sumber


pustaka, software Adobe Flash CS6

Menyusun proposal Menentukan permasalahan penelitian,


penelitian metode penelitian, dan metode
pengembangan media serta isntrumen
pengambilan data

Design Membuat flowchart dan storyboard

- Menerapkan prosedur penelitian


Development or pengembangan ADDIE oleh Dick and
Poduction Carry
- Mendapatkan validasi ahli, dengan
revisi, perbaikan, kritik dan saran
- Media digunakan untuk penelitian
Implementation or dengan uji skala kecil dan uji skala
Delivery besar menggunakan media yang sudah
valid
- Mendapatkan data hasil validasi ahli

Evaluation Tidak dilakukan tahap implementasi dan


evaluasi, hanya sebatas pada
pengembangan

Analisis Data Mendapatkan data hasil kelayakan media


oleh siswa

Menyusun Skripsi
Penelitian
Gambar 1. Prosedur Penelitian

23
Secara terperinci, kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap model ini yaitu :

1. Analysis (Analisis Kebutuhan)

Kegiatan utama dalam tahap ini yaitu menganalisa mata pelajaran

dan media yang digunakan oleh guru saat ini. Diperolehlah materi Dasar

yang mana akan digunakan sebagai bahan pembuatan pengembangan

media interaktif. Selain itu dilakukan pula analisis terhadap perangkat

pembuat media.

a. Materi pelajaran yang akan dibuat dalam media pengembangan adalah

materi macam-macam yang disesuaikan dengan waktu siswa baru

masuk awal pembelajaran.

b. Perangkat pembuat media yang digunakan disesuaikan dengan kondisi

sekolah. Di sekolah tersebut proses pembelajaran dibantu dengan

penggunaan media laptop dan proyektor.

c. Pengguna dari media pembelajaran yang akan dibuat adalah guru dan
siswa.

2. Design (Desain/Perancangan)

Design yaitu merancang produk baru, pengembangannya, serta

petunjuk penerapan desain. Pada tahap perancangan, materi yang sudah

terkumpul kemudian dirancang dalam media pembelajaran berbasis video

animasi. Tahapan desain media meliputi :

a. Perancangan materi yang akan disampaikan melalui media pembelajaran

b. Pembuatan flowchart yang berisi alur media pembelajaran secara ringkas

24
c. Pembuatan storyboard yang berisi uraian ringkas tentang alur cerita

dalam video animasi yang terdapat dalam media pembelajaran

3. Development or Production (Pengembangan atau Produksi)

Development or production yaitu mengembangkan produk

berdasarkan rancangan produk serta membuat instrument untuk

mengukur kinerja produk. Pada tahap pengembangan ini kegiatan yang

dilakukan adalah merealisasikan rancangan produk. Tahap ini merupakan

tindak lanjut dari tahap perencanaan sehingga media pembelajaran berbasis

video animasi yang telah direncanakan siap untuk diimplementasikan.

Tahap pengembangan diawali dengan pengumpulan bahan materi,

perancangan animasi, penyusunan gambar, pemrograman, testing dan

rendering video animasi. Pengembangan media pembelajaran ini

menggunakan software Adobe Flash CS6 dengan bantuan Corel Draw X4

dan Premier CS6 serta beberapa aplikasi pendukung.

Guna mengetahui kelakayan media pembelajaran yang

dikembangkan, maka setelah tahap pengembangan produk selesai

kemudian dilakukan validasi oleh ahli dan dilakukan pula uji skala kecil

yang terakhir dilakukan uji skala besar.

a. Validasi oleh Ahli

Uji coba desain produk/uji ahli atau judgement expert. Validasi

dilakukan oleh validator ahli materi dan ahli media untuk mengetahui

kualitas media yang dihasilkan. Hasil validasi tersebut dianalisis dan

didapatkan hasil layak atau tidaknya media. Validasi ini


25
menggunakan lembar penilaian angket.

26
Lembar penilaian angket ini juga terlebih dahulu divalidasi agar

mampu mengukur semua aspek yang perlu dinilai dalam emdia

pembelajaran. Kemudian dilakukan merevisi media berdasarkan

masukan dan saran-saran dari hasil pengujian oleh ahli materi dan ahli

media pembelajaran hingga siap untuk digunakan.

b. Uji Skala Kecil dan Uji Skala Besar

1) Uji coba produk/uji kelompok kecil. Jika hasil validasi dinyatakan

layak, tahapan selanjutnya melakukan uji coba kelompok kecil

atau uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi

nyata yang akan dihadapi. Revisi awal berdasarkan masukan dan

saran-saran hasil uji kelompok kecil hingga siap untuk digunakan

di kelompok lapangan.

2) Uji coba lapangan/uji kelompok besar, pada uji coba ini akan

didapatkan produk yang masuk tahap revisi berdasarkan saran-

saran dalam uji lapangan, kemudian pada tahap ini media

pembelajaran sudah divalidasi dan diuji coba serta dinyatakan

layak sebagai media pembelajaran. Revisi akhir pada uji lapangan

akan didapatkan produk akhir kemudian direvisi akhir berdasarkan

saran-saran dalam uji lapangan.

c. Produk akhir yaitu produk yang siap digunakan dan disebarluaskan

sesuai fungsinya.

27
3. Desain Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba

Desain uji coba ini brupa uji coba yang dilakukan dengan beberapa

siswa (uji coba skala kecil) untuk mengetahui kesalahan yang kemudian

direvisi apabila terdapat kesalahan untuk kemudian diuji cobakan pada

skala besar.

a. Uji Coba Skala Kecil

Uji coba skala kecil digunakan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa terhadap media pembelajaran pembuatan macam-

macam kampuh sebelum diuji coba pada skala besar. Uji coba skala

kecil dilakukan pada 5 siswa yang diambil secara random sampling

yaitu pengambilan sampel populasi secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada pada populasi.

b. Uji Coba Skala Besar

Uji coba skala besar digunakan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa terhadap media pembelajaran pembuatan macam-

macam kampuh. Uji coba skala besar dilakukan pada 20 siswa.

2. Subjek Coba

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SD

Muhammadiyah Sumber Mulyo. Pemilihan kelas V sebagai subjek

penelitian agar pengembangan produk tetap sasaran sesuai materi yang

digunakan untuk membuat media pembelajaran. Subjek dalam penelitian

ini berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 4 siswa untuk uji coba skala kecil

28
dan 16 siswa untuk uji coba skala besar.

29
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian

ini adalah observasi dan angket.

1) Observasi

Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati

permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran guna menganalisis

kebutuhan lapangan sebelum diadakan penelitian, kemudian diperbaiki

dengan pengembangan media pembelajaran yang kemudian diuji

kelayakannya kepada siswa.

2) Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi beberapa pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawab. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan

jenis skala jawaban yaitu skala likert. Jawaban dari responden ditulis

dengan cara memberikan tanda centang (√) pada angket yang telah

disediakan.

30
Tabel 1. Alternatif Jawaban dan Pembobotan Skor

Alternatif Jawaban Skor Interpretasi


Siswa sangat mudah memahami isi materi dan
Sangat Setuju (SS) 4 tertarik dengan media pembelajaran macam-
macam kampuh
Siswa mudah memahami isi materi dan tertarik
Setuju (S) 3 dengan media pembelajaran macam-macam
kampuh
Siswa kurang memahami isi materi dan kurang
Kurang Setuju (KS) 2 tertarik dengan media pembelajaran macam-
macam kampuh
Siswa tidak memahami isi materi dan tidak
Tidak Setuju (TS) 1 tertarik dengan media pembelajaran macam-
macam kampuh

b. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggnakan angket yang diberikan

kepada ahli materi, ahli media, dan responden (siswa kelas V di SD

Muhammadiyah Sumber ulyo). Angket berisi pernyataan yang disusun

sesuai indikator-indikator dan dijabarkan menjadi butir pernyataan

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan.

1) Instrumen Angket untuk Ahli Materi

Instrumen ahli materi berisikan poin tentang aspek-aspek yang

berhubungan dengan materi dengan tujuan untuk menilai kualitas materi

produk media pembelajaran yang dikembangkan.

31
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen untuk Ahli Materi

Item
No Variabel Aspek Indikator
Butir
1 Media Isi/Materi Kesesuaian materi dengan
pembelajaran kompetensi dasar 1
pembuatan Ketepatan urutan penyajian
macam-macam materi 1
kampuh Materi mudah dipahami 1
menggunakan Kemudahan teks dan bahasa
Adobe Flash untuk dipahami 2
Gambar 1
Kejelasan aspek video 2
Kejelasan narasi atau audio 2
Efektivitas contoh 1
Pembelajaran Kejelasan uraian materi 2
Kemenarikan penyajian materi 1
Membantu guru dalam
pembelajaran 1
Total 15

2) Instrumen Angket untuk Ahli Media

Instrumen ahli media berisikan poin tentang aspek-aspek yang

berhubungan dengan media pembelajaran.

32
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen untuk Ahli Media

Jumlah
No Variabel Aspek Indikator
Butir
1 Media Tampilan Struktur navigasi 2
pembelajaran Media
Konsistensi tombol 1
pembuatan
Sistem pengoperasian 1
macam-macam
Jenis dan ukuran teks 3
kampuh
Komposisi warna 2
menggunakan
Adobe Flash
Pemilihan background 1
Tata letak (layout) 2
Gambar 2
Audio 2
Video 1
Penyajian antar halaman 1
Fungsi Media Memperjelas pesan 1
Mengatasi keterbatasan ruang,
2
waktu, tenaga dan daya indera
Menimbulkan gairah belajar 2
Memungkinkan siswa belajar
2
secara mandiri
Total 25

3) Instrumen untuk Siswa

Instrumen untuk siswa ditujukan kepada siswa kelas V SD

Mhammadiyah Sumber Mulyo untuk mengetahui pendapat siswa

terhadap media pembelajaran yang berupa multimedia interaktif macam-

macam kampuh yang telah dikembangkan.

33
Tabel 4. Kisi-Kisi Intrumen untuk Siswa

Jumlah
No Variabel Aspek Indikator
Butir
1 Media Media Tampilan produk 1
pembelajaran
Struktur navigasi 1
pembuatan
Kemudahan penggunaan 1
macam-macam
Kemudahan dipahami 1
kampuh
Jenis dan ukuran teks 2
menggunakan
Adobe Flash
Pemilihan background 1
Tata letak (layout) 2
Gambar 1
Audio 2
Video 1
Materi Materi mudah dipahami 1
Kemudahan teks dan bahasa
3
untuk dipahami
Kejelasan aspek video 1
Kejelasan narasi atau audio 1
Efektifitas contoh 1
Fungsi Media Memperjelas pesan 1
Menjadikan pelajaran lebih
1
menarik
Mengatasi keterbatasan ruang,
1
waktu, tenaga dan daya indera
Menimbulkan gairah belajar 1
Memungkinkan siswa belajar
1
secara mandiri
Total 25

4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Alat ukur atau instrumen dapat dikatakan valid apabila alat tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan alat ukur dapat

dikatakan reliabel bilamana setiap mengukur menggunakan alat tersebut selalu

diperoleh hasil yang sama (Sugiyono, 2013: 173). Suatu alat yang mempunyai
34
validitas tinggi pasti memiliki reliabilitas yang tinggi pula, namun apabila suatu alat

memiliki reliabilitas tinggi belum tentu alat tersebut mempunyai validitas yang tinggi

pula.

a. Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan secara tepat. Dalam penelitian ini vaiditas yang digunakan adalah validitas

kontruk (construct validity) karena bukan berupa tes, sehingga validitas ini digunakan

untuk menilai kelayakan media pembelajaran. Untuk menguji validitas konstruk

digunakan pendapat ahli (judgment experts). Validitas dapat dicapai dengan membuat

kisi-kisi instrumen, melakukan uji coba, revisi instrument dan prosedur pengumpulan

informasi.

Instrumen tersebut kemudian dikonsultasikan kepada ahli untuk mendapatkan

masukan atau saran dari ahli. Setelah pengujian konstruk dari ahli, kemudian uji skala

kecil pada kelas V SD Muhammadiyah sebanyak 4 siswa, dilanjutkan pada uji coba

skala besar sebanyak 16 siswa. Setelah dilakukan pengujian maka diperoleh data dalam

bentuk angka atau data kuantitatif. Untuk mengetahui validitas instrument digunakan

rumus korelasi product moment, yaitu :

Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara
X dan Y N = Jumlah Responden
= Jumlah Skor Butir Soal

35
= Jumlah Skor Total Soal

= Jumlah Kuadrat Skor Butir Soal

= Jumlah Kuadrat Skor Total Soal

= Jumlah Perkalian X dan Y

Butir soal dapat dikatakan valid apabila r hitung sama atau lebih besar dari rtabel

dengan taraf signifikansi 5%. Sedangkan ketika r hitung lebih kecil dari rtabel maka butir

soal dinyatakan tidak valid. Dari hasil uji validitas instrumen oleh ahli didapatkan hasil

rerata aspek materi 0,779, rerata aspek media 0,875, dan rerata aspek fungsi media

adalah 0,742. Hasil nilai>0,632 sehingga instrument dinyatakan valid (terlampir).

b. Reliabilitas Instrumen

Instrumen dikatakn reliable apabila instrument tersebut cukup baik sehingga

mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya. Instumen dalam penelitian ini

menggunakan rumus Alpha. Adapun rumus Alpha sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya Butir Pernyataan


= Jumlah Varians Butir

= Varians Total

36
Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut kemudian diinterpretasikan

dengan tingkat keandalan koefisien korelasi yang menurut Sugiyono (2007) kriteria

hasil perhitungan tersebut sebagai berikut :

Tabel 5. Interpretasi Koefisien Alpha Cronbach

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Dari hasil uji realibilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach

oleh ahli didapatkan hasil 0,742 dalam kategori sangat reliabel.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data statistik deskriptif kuantitatif. Pendekatan teknik analisis deskriptif ini digunakan

untuk mendiskripsikan hasil validasi media dengan ahli media, ahli materi serta siswa,

sedangkan teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung validitas dan

reabilitas penelitian.

Validitas pengembangan produk oleh para ahli (ahli materi dan ahli

media) akan dideskripsikan menggunakan skala guttman. Adapun aturan

pemberian skor konversi kuantitaif ke dalam kualitatif dengan rating scale

0-1.

37
Table 6. Alternatif Jawaban dan Pembobotan Skor Skala Guttman

Pertanyaan
Jawaban Nilai Interpretasi Penilaian
Ahli media dan ahli materi menyatakan media layak
Layak 1 digunakan
Ahli media dan ahli materi menyatakan media tidak layak
Tidak Layak 0 digunakan

Sedangkan interpretasi dari data instrument tersebut adalah :

Tabel 7. Interpretasi Data Instrumen

Kriteria Nilai Interval Nilai


Layak 1 (Smin+P) ≤ S ≤ Smak
Tidak Layak 0 Smin ≤ S ≤ (Smin + (p – 1)
Keterangan :

S : Skor

respondenS min :

Skor Rendah

S mak : Skor Tertinggi

P : Panjang interval kelas

Sedangkan analisis data untuk kelayakan media pembelajaran oleh siswa

menggunakan skala likert, yaitu dengan menjabarkan variabel penelitian menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item isntrumen yang berupa pernyataan. Pada penelitian ini ditentukan

4 alternatif jawaban skala likert berupa “Sangat Setuju” skor 4, “Setuju” skor 3,

“Kurang Setuju” skor 2, dan “Setuju” skor 1.

38
Tabel 8. Pedoman Kelayakan Media Pembelajaran

Rentang Kategori Penilaian


25 – 43 Sangat Tidak Setuju
44 – 62 Tidak Setuju
63 – 81 Kurang Setuju
82 – 100 Setuju

Tabel 9. Interpretasi Kelayakan Media Pembelajaran

Kategori Penilaian Skor Interpretasi


Siswa sangat mudah memahami isi materi dan
Sangat Setuju 4 tertarik dengan media pembelajaran

Siswa mudah memahami isi materi dan tertarik


Setuju 3 dengan media pembelajaran

Siswa kurang memahami isi materi dan kurang


Kurang Setuju 2 tertarik dengan media pembelajaran

Siswa tidak memahami isi materi dan tidak


Tidak Setuju 1 tertarik dengan media pembelajaran

39
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan E-book

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Darmawan., Deni dan Ruhimat Toto. (2021). Pembelajaran Jarak Jauh:


Pendekatan & implementasi VCDLN, Teknologi Televisi dan E-
learning Blended.Cetakan Pertama. PT. Remaja Rosdakarya.

Kustandi, Cecep., dan Darmawan, Daddy. (2020). Pengembangan Media


Pembelajaran: Konsep & Aplikasi Pengembangan Media
Pembelajaran bagi Pendidik di Sekolah dan Masyarakat. Jakarta:
Kencana

Moleong, J. (2017). Metode Penelitan Kualitatif, Cetakan Ke-36. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya Offset.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suryani. (2018).Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Tim. (2021). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Bandung: Perpustakaan
Nasional.

Pribadi. (2017) .Media Dan Teknologi Dalam Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Yaumi. (2018) .Media &Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Group.

Zaniyati. (2017) .Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT (Konsep dan


Aplikasi pada Pembelajaran pendidikan Agama Islam). Jakarta:
Kencana

Jurnal

Abidin, Z., Hudaya, A., & Anjani, D. (2020). Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh
Pada Masa Pandemi Covid-19. Research and Development Journal of
Education, 1(1), 131.

40
Alinurdin. (2019). Mengembangkan Kemandirian Belajar dalam Pembelajaran
PPKn melalui Reward dan Punishment. 6(1).

Amalia, A., & Sa’adah, N. (2020). Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Kegiatan
Belajar Mengajar Di Indonesia. Jurnal Psikologi, 13(2), 214–225.

Andriani, T. (2015). Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan


Komunikasi. 12.

Ardiansyah, F. M., & Suryanto, T. (2019). Hubungan Minat Belajar Siswa Kelas
VII pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Krian. Jurnal Kajian
Moral Dan Kewarganegaraan, 6(1), 79.

Azis, T. N. (2019). Strategi Pembelajaran Era Digital. Annual Conference on


Islamic Education and Social Sains (ACIEDSS 2019), 1(2), 308–318.

Badriyah. (2015). Efektifitas Proses Pembelajaran Dengan Pemanfaatan Media


Pembelajaran. Jurnal Lentera Komunikasi, 1(1), 21–36.

Bahrudin, M. (2019). Pengambilan Keputusan. 10, 191–203.

Dilmac, S., & Faculty, D. (2020). Students ’ Opinions about the Distance Education
to Art and Design Courses in the Pandemic Process. 10(3), 113–126.
https://doi.org/10.5430/wje.v10n3p113

Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya


Study From Home ( SFH ) Selama Pandemi Covid 19 Pembelajaran
Daring Sebagai Upaya Study From Home ( SFH ) … .. 8(1), 496–503.

Hasanah, A., Sri, A., Rahman, A. Y., & Danil, Y. I. (2020). Analisis Aktivitas
Belajar Daring Mahasiswa Pada Pandemi COVID-19.

Hidayat, D. R., Rohaya, A., Nadine, F., & Ramadhan, H. (2020). Kemandirian
Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid -19. Perspektif Ilmu Pendidikan, 34(2), 147–154.
https://doi.org/10.21009/pip.342.9

Innayah. (2014). Radio Edukasi Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Dalam
Kegiatan Pembelajaran. 2, 50–62.

Isran, S. K. R. (2018). Manfaat Media Pembelajaran. VII, 91–96.

Lubis, W. (2019). Analisis Efektivitas Belajar Pada Pembelajaran Jarak Jauh (Pjj)
Di Masa Pandemi Covid-19. 1(1), 44–59.

41
Nasution, T. (2018). Kemandirian, Siswa dan Pendidikan Karakter. 2(1), 1–18.

Rijal, S., & Bachtiar, S. (2015). Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar,
dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa. Jurnal
Bioedukatika, 3(2), 15. https://doi.org/10.26555/bioedukatika.v3i2.4149

Rinanda, F., Ikhsan, M., & Sofyan, H. (2019). Kemandirian Belajar Siswa SMP
melalui Model Problem Based Learning ( PBL ). 5158, 121–128.
https://doi.org/10.24815/jp.v7i2.15369

Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. 9, 15–32.

Sadikin, A. (2019). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19.


TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education, 6(2), 187–192.
https://doi.org/10.17509/t.v6i2.20887

Sofyana, L., & Rozaq, A. (2019). Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis


Whatsapp Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas
PGRI MADIUN. 8.

Sudarmoyo. (2020). Podcast sebagai Alternatif Media Pembelajaran Jarak Jauh.


5, 65–73.

Sugianto, I., Suryandari, S., & Age, L. D. (2020). Efektivitas Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Di Rumah. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1(3), 159–170. https://doi.org/10.47492/jip.v1i3.63

Sumantri, A. (2021). Upaya Penanganan Pandemi Covid-19 ; Telaah atas


Peraturan Bupati Majalengka Nomor 54 Tahun 2020 terhadap
pelaksanaan kebijakan pendidikan. 5, 1–10.

Supriyati. (2019). Teori Media Pembelajaran Dalam Proses Kegiatan Mengajar (


Cone Of Experience And Bruner). 11–26.

Utomo, K. D., Soegeng, A. Y., Purnamasari, I., & Amaruddin, H. (2021).

42
Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19
Kelas IV SD. 9(1), 1–9.

Wahidin, U., & Syaefuddin, A. (2018). Jurnal Edukasi Jurnal Pendidikan Media
Pendidikan dalam Perspektif … Media Pendidikan dalam Perspektif 07(1).
https://doi.org/10.30868/EI.V7

43

Anda mungkin juga menyukai