Anda di halaman 1dari 30

 

Pembelajaran di Era Pendidikan Abad 21:


Problematika Guru Matematika dalam
Penggunaan Media Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi

Kelompok
Niswatun Hasanah (003)
Bhaskoro Prasetyo A. M. (002)
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada tahun
ajaran 2022/2023. Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Malang. subyek penelitian sebanyak
7 oadalah guru matematika di sekolah yang mengajar kelas X sampai dengan XII.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data yang
dikemukakan oleh Miles & Hubberman (Reduksi, Penyajian, Kesimpulan).

2
ABSTRAK
Hasil problem yang ditemukan: 1) sebagian siswa belum memiliki pemahaman konsep
matematika yang matang dan belum memiliki pengetahuan untuk mempelajari matematika
dari kelas sebelumnya, dan 2) kurangnya motivasi belajar, 3) penggunaan media
pembelajaran kurang efektif dalam merangsang motivasi belajar siswa, dan 4) penggunaan
metode pembelajaran tidak disesuaikan dengan karakteristik siswa. 5) Guru dengan
pengalaman mengajar 2 sampai 5 tahun di awal cenderung menggunakan media
pembelajaran secara aktif, sedangkan guru yang sudah lama mengajar dengan pengalaman
mengajar lebih dari 10 tahun cenderung menggunakan metode pembelajaran tradisional. 6)
Kapasitas guru untuk menggunakan TIK masih kurang memadai, dan kapasitas guru untuk
mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik mengajar masih kurang. Dengan kata lain,
guru tidak mahir menggunakan komputer dan kekurangan peralatan dan infrastruktur TIK.
7) sekolah dengan fasilitas yang ada seperti LCD, komputer, dan internet masih jarang
digunakan dalam proses pembelajaran.

3
PENDAHULUAN
Pembelajaran abad ke-21 adalah pembelajaran yang mempersiapkan manusia agar tetap
stabil dengan keinginan abad modern. Dalam segala upaya dan kualitas, dihasilkan dengan
sumber daya penggunaan kelembagaan yang dikelola secara profesional sehingga mampu
menghasilkan hasil yang maksimal (Kim et al., 2019). Ada juga gejala versi beberapa abad
ke-21 dan abad sebelumnya, khususnya dalam pendekatan pembelajaran di abad ke-20
dimana guru dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan dengan metode ceramah
(Waite & McDonald, 2019). Guru hanya menjelaskan, memberikan perintah
(tugas/pekerjaan rumah) dan siswa hanya mendengarkan tanpa ada diskusi/feedback
dikalangan guru dan siswa sehingga menjadi lebih monoton (van Laar et al., 2020). Terlebih
baik guru maupun siswa dalam pembelajaran lebih sedikit yang menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi.

4
PENDAHULUAN
Di era teknologi informasi dan komunikasi saat ini, pemanfaatan teknologi merupakan
prasyarat yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan serta
memperluas akses pengetahuan pendidikan (Hafifah & Sulistyo, 2020; Hasanah et al.,
2022). Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi diperlukan, yang sudah setara
dengan keterampilan SMA dia bisa menggunakan TIK. Hal ini mempengaruhi proses
pembelajaran dalam model, strategi, media, dan penilaian pembelajaran (Hikmah, 2020).
Inovasi pembelajaran pada masa revolusi 5.0 melalui pemanfaatan teknologi informasi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan sistem pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (Sabiri, 2020). Inovasi yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran terdiri dari penggunaan perangkat komputer, media pembelajaran berbasis
TIK dan LCD proyektor.

5
PENDAHULUAN
Hal ini sesuai dengan pembelajaran abad 21-nya, dimana proses pembelajaran tidak lepas
dari peran teknologi. Ciri pembelajaran abad 21 adalah bahwa dunia tidak terlepas dari
teknologi informasi dan komunikasi (ND Safitri et al., 2023; RWA Sah et al., 2022). Oleh
karena itu, guru juga perlu mengintegrasikan TIK ke dalam kegiatan pembelajarannya guna
meningkatkan kualitas pengajaran. Dengan perkembangan era globalisasi saat ini, guru
dituntut untuk dapat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan mengurangi gagap teknis kompetensi guru (Quezada, 2020).

6
PENDAHULUAN
Kompetensi guru yang digunakan dalam pembinaan sesuai Pasal 10 Ayat 1 UU No 14
Tahun 2005 yang berbunyi:
“Kemampuan guru yang ingin diberdayakan dalam pemanfaatan TIK-nya di sekolah terdiri
dari kemampuan pengajar dalam menerapkan TIK-nya untuk menerapkan inovasi
pembelajaran dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran”.

7
PENDAHULUAN
Cara yang harus ada Menurut Wijayanti, penggunaan TIK memiliki beberapa fungsi: (a)
Membantu guru dalam tugas-tugas administratif, (b) membantu penyempurnaan materi
pembinaan, meningkatkan keahlian, (c) dan membantu teknik pembelajaran, (d)
memudahkan menentukan media yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan kesulitan siswa dan karakteristik TIK-nya, (e) membantu guru untuk
menciptakan pembelajaran yang energik dan menyenangkan, dan (f) dapat meningkatkan
kehebatan belajar di sekolah. Lebih lanjut, dalam tanggung jawab dan perannya dalam
pendidikan, guru harus mampu memilih strategi dan tata letak pembelajaran TIK yang dapat
diikuti oleh siswa. Menyediakan banyak sumber belajar. Siswa dapat dengan mudah
menyerap fakta dan memilih media belajar yang mendorong mereka untuk menelaah
(Dell’Angela et al., 2020; Qomariyah et al., 2023). Hal yang sangat esensial dalam
pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran, khususnya dalam belajar
matematika.

8
PENDAHULUAN
Matematika berperan penting dalam meningkatkan segala aspek kehidupan, terutama
keajaiban manusia (Ozen Unal & Urun, 2021; Rizki et al., 2022; Vidyastuti et al., 2022).
Belajar matematika adalah aktivitas yang tak terpisahkan, terutama metode yang
melibatkan pemerolehan dan pendidikan. Aktivitas tersebut telah berkembang menjadi
minat yang menimbulkan interaksi antar sesama siswa, siswa dengan guru, guru dengan
guru (Colomé, 2019; Siregar & Surya, 2017). Matematika adalah pengetahuan teknis yang
sangat penting dalam kehidupan manusia dan siswa dilatih untuk menggunakannya secara
sistematis, logis dan kritis melalui matematika untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi dalam kehidupan nyata (Ruswanto et al., 2018; Sari & Cahyono, 2020). Lebih
lanjut, karena matematika adalah ringkasan dari kesulitan pengajaran, guru diharapkan
inovatif saat belajar di dalam kelas, penggunaan banyak media dan strategi untuk
membuat kain lebih mudah dipahami oleh anak-anak sekolah (Nasello et al., 2020;
Suciati, 2018).

9
PENDAHULUAN
Media pembelajaran merupakan elemen kunci dalam meningkatkan kompetensi belajar dan
cendekiawan yang hebat (Cábyová et al., 2020; Güner & Gökçe, 2021). Ini meningkatkan
motivasi untuk belajar selain kompetensi standar yang terkait dengan hasil belajar (Aikina
& Bolsunovskaya, 2020). Media pembelajaran adalah perangkat akademik yang digunakan
sebagai fasilitator teknik pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan kinerja dalam
mencapai tujuan akademik (Chen, 2019; Porras & Naukkarinen, 2021; Zamani &
Nurcahyo, 2016). Untuk itu, semua pengajar harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang
baik tentang media pembelajaran. Media pembelajaran yang kita gunakan dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi pada saat itu untuk membentuk media. Guru harus dapat
mengintegrasikan media dan teknologi pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik siswa. Semakin kreatif dan inovatif media pembelajaran yang digunakan guru,
semakin banyak siswa yang terstimulasi untuk belajar.

10
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi di sekolah khususnya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Kota Malang, dimana peneliti disini adalah salah satu guru matematika di sekolah tersebut,
dapat diketahui bahwa MAN 2 Kota Malang telah memiliki TIK (sistem komputer dan
proyektor LCD sebagai bantuan untuk memperoleh pengetahuan). Hasil wawancara yang
dilakukan dengan guru matematika lainnya menunjukkan bahwa beberapa guru sudah
menggunakan perangkat TIK seperti laptop/komputer dan LCD proyektor. Namun, dalam
pembelajaran guru mengalami kesulitan dalam memanfaatkan TIK sebagai media. Dengan
demikian, masih banyak pengajar yang tidak menggunakan media pembelajaran
revolusioner. Penggunaan media berbasis teknologi dalam pembelajaran berjalan seiring
dengan permasalahan yang dihadapi pengajar. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menganalisis masalah apa yang dihadapi guru saat menggunakan media pembelajaran
berbasis teknologi.

11
METODE PENELITIAN

+ Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis penelitian yang


digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada
tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Kota Malang. Subjek di
tentukan dengan beberapa kriteria: 1) Guru di MAN 2 Kota Malang, 2) Mengajar
mata pelajaran matematika, 3) Berusia 25-55 tahun, 4) Memiliki pengalaman
mengajar lebih dari 5 tahun, 5) Memiliki TIK (Komputer, HP, ataupun media
elektronik lainnya). Sehingga didapatkan subyek penelitian sebanyak 7 orang guru
matematika di madrasah yang mengajar kelas X sampai dengan XII baik yang
mengajar pada jurusan IPS, MIPA, Bahasa maupun yang mengajar di jurusan Agama
yang berjumlah 7 orang Guru (tidak termasuk peneliti).

12
METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara.
Observasi secara detail dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan guru
matematika saat menggunakan TIK. Sedangkan wawancara akan dilakukan jika observasi
tidak dijawab. Wawancara dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang masalah yang
dihadapi guru dalam menggunakan TIK-nya.

13
METODE PENELITIAN

+ Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
yang dikemukakan oleh Miles & Hubberman, dapat dilihat pada gambar berikut.

14
METODE PENELITIAN

tahapan alur dalam teknik analisis yang dilakukan peneliti, yakni pertama dengan
mereduksi data dari hasil observasi (jawaban guru), tahapan ini dilakukan dengan cara
menganalisis jawaban guru tersebut. Berikutnya adalah tahap penyajian. Penyajian ini
merupakan bagaimana cara peneliti dapat menguraikan (yang sebelumnya dilakukan telaah
jawaban guru) yang nantinya hasil data yang diperoleh disajikan dalam bentuk kalimat
naratif. Tahapan terakhir adalah kesimpulan, Tahapan ini merupakan hasil dari kedua
tahapan sebelumnya (Reduksi dan Penyajian data) yang berarti kesimpulan dari kenapa
penelitian ini dilakukan.

15
METODE PENELITIAN

Untuk mempermudah dalam menganalisis data, maka dilakukan pengkodean inisial guru
(data guru). Pengkodean dapat dilihat pada tabel berikut

16
Hasil Dan Pembahasan
Problematika dalam pembelajaran matematika
Kesulitan pertama dalam mempelajari matematika adalah pengetahuan yang kurang
berkembang tentang prinsip-prinsip (konsep) matematika. Hal ini berpengaruh pada teknik
belajar matematika di dalam ruang sekolah.
G1 mengatakan: “Kurangnya konsep matematika siswa itu dikarenakan terbawa dari
tingkat kelas sebelumnya”.
Lebih lanjut G3 juga menambahkan:
G3: “Iya benar, kurangnya konsep siswa itu juga karena sebagian besar siswa memiliki
kecenderungan untuk mengabaikan situasi yang telah diajarkan pada tingkat kelas
sebelumnya

17
Hasil Dan Pembahasan
Rendahnya penguasaan prinsip matematika siswa pada jenjang sebelumnya membuat
pengajar biasanya harus mengulang materi dan hal ini dapat menghabiskan cukup banyak
waktu pembelajaran yang terbuang percuma dan tidak dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan materi baru sesuai dengan RPP yang telah dimiliki (yang telah dirancang
sebelumnya). Hal yang sama juga dikatakan oleh (Windari & Winarti, 2019) yang
menyatakan bahwa rendahnya penguasaan konsep siswa dikarenakan: (1) kecerdasan
siswa tidak selalu benar, (2) kemampuan yang hilang atau tidak sesuai dengan bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru, c) belajar di dalam ruang kelas hilang dan banyak lagi
malas belajar matematika.
Guru 1 juga menimpali: “Oh ya, ada lagi. Kebiasaan belajar yang buruk, terutama
belajar dengan penguasaan pemahaman pada tingkat hafalan. Sekarang cara mereka
menguasai konsep yang seakan-akan kita tahunya mereka itu belajar sehingga timbul
kebiasaan sehingga mereka hafal ya, ternyata mereka tidak melakukannya. Bahkan
pengetahuan mereka didapat dari mereka tidak lagi dengan pengetahuan yang mampu
mereka kenali tanpa hafalan.”

18
Hasil Dan Pembahasan
Kendala kedua dalam proses pembelajaran matematika adalah rendahnya motivasi siswa yang tidak benar
karena game online. Gaya hidup video game online di sekitar lingkungan tempat tinggal, disekolah telah
mengakibatkan banyak siswa berbondong-bondong ke ketika selama istirahat sehingga mereka sering lupa
waktu. Hal ini sesuai dengan G7:
"Kadang-kadang ketika saya masuk kelas, ada siswa yang masih asyik bermain game".
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Alwi, 2017) dimana siswa tidak memanfaatkan dengan benar
smartphone yang mereka miliki (yang harusnya digunakan untuk membantu belajar melalui internet di hp
mereka ketika guru memberikan link video/materi) karena aktivitas lain misalnya game, scroll medsos
seperti tiktok, Ig dll.
Guru 3: “Siswa itu ketika ketahuan sedang asyig main HP, alasan mereka adalah sedang belajar materi
dari guru. Padahal mereka gunakan untuk main game. Mereka hanya menggunakan alasan tersebut untuk
mengelabui orang tua maupun guru, Kendala kedua dalam proses pembelajaran matematika adalah
rendahnya motivasi siswa yang tidak benar karena game online.

19
Hasil Dan Pembahasan
Problematika dalam menggunakan media dalam pembelajaran matematika
 Kesulitan Masalah ketiga dalam pembelajaran matematika adalah penggunaan media.
Guru tidak selalu menggunakan media pembelajaran, mereka tidak menggunakan media
yang berbeda. Karena tidak semua konten matematika dapat diilustrasikan dalam media
konkrit, dan media yang digunakan tidak selalu mendukung materi pembelajaran yang
diajarkan.
G5: “Saya tidak menggunakan media pembelajaran setiap saat karena saya tidak bisa
menjelaskannya dengan media apapun, apalagi dengan media yang kekinian. Saya lebih
nyaman dengan mengajar seperti biasa saya lakukan.”

20
Hasil Dan Pembahasan
Ada juga guru yang menggunakan media ketika mengajar matematika.
G7: “Saya pernah menggunakan media pembelajaran, namun ada siswa yang yang bingung dan tidak
mengerti bagaimana media itu digunakan, sehingga saya harus mengajarkan media itu dulu, baru saya
mengulang materi dalam ceramah.”
G1 juga menambahkan: “Saya terbiasa menggunakan media, tetapi saya tidak memahami materi yang
diajarkan dengan baik, dan saya merasa perlu untuk menggunakannya berulang kali.” Siswa Matematika
hanya membuang-buang waktu jika menggunakan media saat belajar”
Hasil ini didukung oleh pernyataan dari (Husna et al., 2021), yang menyatakan bahwa guru lebih suka
mengajar dengan ceramah, karena menurutnya menggunakan media pembelajaran hanya buang-buang
waktu saja. Ketika siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan satu metode pembelajaran pada tingkat
kelas yang sama dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan pembelajaran ini tidak merata Metode ini
menyebabkan pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak merata untuk setiap kelas pada level yang sama.

21
Hasil Dan Pembahasan
Problematika dalam menggunakan media dalam pembelajaran matematika Berbasis TIK
Masalah guru dalam penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi percakapan dalam pembelajaran
matematika dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pertama, Lamanya pengalaman mengajar. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 7 guru, kebanyakan
memiliki pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun bahkan ada yang lebih dari 10 tahun.
Kedua, kendala dalam mempelajari matematika. Menurut hasil evaluasi masalah yang tidak biasa terjadi
dalam belajar matematika yang ditemukan: (a) pada siswa antara lain: siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran, rendahnya minat siswa dalam belajar, hilangnya kemampuan dasar matematika, tingkat
pengetahuan siswa yang lambat terhadap konsep yang diberikan sehingga pengajar harus sering
mengulang kain. (b) Masalah yang berasal dari guru meliputi: pengajar kurang menguasai materi yang
akan diajarkan, siswa dengan latar belakang yang luar biasa sehingga pengajar mengalami kesulitan
pengetahuan siswa, pengajar kehilangan kemampuan untuk membuat media pembelajaran, khususnya
media berbasis teknologi.

22
Hasil Dan Pembahasan
Ketiga, teknik pembelajaran yang digunakan. Penggunaan strategi pembelajaran yang
menarik dan inovatif juga penting untuk meningkatkan hobi dan keaktifan siswa dalam
belajar. Menurut hasil evaluasi berbagai strategi yang digunakan oleh beberapa guru,
khususnya kooperatif, pembelajaran penemuan, ekspositori, pemecahan masalah, TGT
(Turnamen Permainan Tim), PBL (Pembelajaran Berbasis Masalah). Namun masih ada
beberapa guru yang tetap menggunakan teknik ceramah. Dari 7 guru, hampir seluruhnya
lebih sering menggunakan teknik ceramah dalam pembelajaran matematika.

23
Hasil Dan Pembahasan
Keempat, pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas belajar dan kemampuan siswa. Dalam revolusi teknologi mutakhir,
diharapkan para pengajar dapat menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi. Namun dari
evaluasi efek yang diterima dari 7 guru, masih ada lima guru yang tidak lagi menggunakan ICT. Hal ini
dikarenakan di MAN 2 saat ini tidak mewajibkan tenaga pendidiknya untuk menerapkan TIK dalam
pembelajaran.
Kelima, masalah dalam menggunakan media pembelajaran berbasis TIK. Penggunaan media pembelajaran
berbasis TIK tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pengajar. Berdasarkan
evaluasi terhadap beberapa masalah yang dihadapi melalui sarana guru, yaitu: (a) Infrastruktur dan
panduan yang disediakan melalui sarana sekolah tidak cukup untuk menggunakan teknologi dalam belajar
bersama dengan komputer, internet dan LCD, tingkat kemampuan guru dalam menggunakan teknologi
dalam belajar matematika masih rendah, guru kurang percaya diri dan percaya diri sementara pembinaan
penggunaan peralatan teknologi dan mempelajari konsep matematika yang tidak sesuai dengan teknologi
yang digunakan.

24
Hasil Dan Pembahasan
Keenam, meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran TIK. Lebih banyak kursus/sekolah diperlukan
untuk meningkatkan keahlian guru tentang teknologi karena sangat penting untuk meningkatkan keahlian
guru Indonesia tentang aspek ini. Namun, sebenarnya tidak ada pendidikan khusus yang terkait dengan
teknologi teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan pedagogis Teknologi Informasi dan
Komunikasi melalui sarana guru. Berdasarkan hasil evaluasi, beberapa topik yang diperoleh sekolah
dalam penggunaan teknologi saat belajar di sekolah, namun menjadi terbatas sehingga topik tersebut tidak
lagi sepenuhnya dipahami.
Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup banyak teknologi yang memungkinkan kita untuk
menerima informasi dan berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain, dengan perangkat dan
fungsi untuk menangkap, menafsirkan, menyimpan, mengirimkan informasi. TIK adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan cara-cara yang menarik dan inovatif untuk memberikan pembelajaran
sepanjang hayat dengan akses global terhadap informasi, pembelajaran, dan dukungan. Dalam proses
belajar mengajar tentunya terdapat mata pelajaran dan benda yang berperan aktif, dinamis dan interaktif
dalam ruang belajar, baik di dalam maupun di luar kelas.

25
Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis observasi dan wawancara terhadap subjek yaitu guru diperoleh
data bahwa lama pengalaman mengajar juga mempengaruhi penggunaan media berbasis
teknologi dalam pembelajaran. Guru dengan masa mengajar lebih dari 10 tahun mengajar
lebih banyak menggunakan metode ceramah atau konvensional dan tidak menggunakan
media pembelajaran, sedangkan sedangkan guru dengan pengalaman mengajar yang
sebelumnya 2 sampai 5 tahun lebih aktif menggunakan media pembelajaran dan berbagai
metode pembelajaran seperti cooperative learning, discovery learning, ekspositori,
pemecahan masalah, TGT (Turnamen Permainan Tim), PBL (Pembelajaran Berbasis
Masalah).

26
Hasil Dan Pembahasan
Selama ini guru masih kekurangan keterampilan dalam menggunakan TIK, serta sarana dan
prasarana TIK yang dimilikinya. Di sisi lain, sekolah yang sudah memiliki fasilitas seperti
LCD, komputer, dan internet jarang digunakan dalam proses pembelajaran. Juga, sekolah
tidak mewajibkan guru untuk menggunakan TIK-nya untuk belajar. Yang terpenting materi
tersampaikan dengan baik, guru juga nyaman dalam mengajar, dapat memanfaatkan waktu
dengan baik. Namun kenyataannya hal lain yang dapat membatasi adalah waktu.
Kenyamanan guru dalam menggunakan metode pembelajaran tradisional yang dianggap
lebih mudah dan tidak terlalu sulit. Ketidakmampuan guru mengintegrasikan teknologi ke
dalam praktik mengajar. Mereka kekurangan pengetahuan dan keterampilan komputer dan
tidak antusias terhadap perubahan dan integrasi dengan pembelajaran berbasis komputer di
kelas. Guru kehilangan percaya diri dan kurang percaya diri ketika mengajar menggunakan
alat teknologi dan materi pembelajaran matematika yang tidak sesuai dengan penggunaan
teknologi.

27
Hasil Dan Pembahasan
Pengadaan perangkat TIK juga sangat penting untuk keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
menggunakan media TIK. Tanpa media yang tepat, penerapan pembelajaran di media berbasis teknologi
sangatlah sulit. Seiring berkembangnya zaman, perkembangan teknologi juga sangat pesat. Ada banyak
media elektronik yang dapat membantu Anda mendapatkan hasil maksimal dari kegiatan belajar.
Kurangnya pelatihan khusus yang dapat meningkatkan keterampilan mengajar teknologi guru juga
menjadi faktor penyebab lambatnya adopsi penggunaan teknologi oleh guru. Beberapa guru hanya
mendapat pelatihan saat belajar, tetapi terbatas dan tidak pernah dikuasai sepenuhnya.
Untuk menyediakan guru dengan pelatihan langsung dalam teknologi yang memfasilitasi pembelajaran
dan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Pelatihan harus teratur atau berkesinambungan, jadi satu kali
saja tidak cukup. Program pelatihan yang konsisten lebih mungkin untuk memaksimalkan hasil. Materi
pelatihan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan. Materi pelatihan harus mengenal manfaat
dari apa yang dilatih.

28
Simpulan
Permasalahan pembelajaran matematika di MAN 2 Malang adalah 1) sebagian siswa belum memiliki
pemahaman konsep matematika yang matang dan belum memiliki pengetahuan untuk mempelajari
matematika dari kelas sebelumnya, dan 2) kurangnya motivasi belajar. Ada banyak siswa yang tidak mau
belajar. Motivasi belajar matematika rendah, 3) penggunaan media pembelajaran kurang efektif dalam
merangsang motivasi belajar siswa, dan 4) penggunaan metode pembelajaran tidak disesuaikan dengan
karakteristik siswa. 5) Guru dengan pengalaman mengajar 2 sampai 5 tahun diawal cenderung
menggunakan media pembelajaran secara aktif, sedangkan guru yang sudah lama mengajar dengan
pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun cenderung menggunakan metode pembelajaran tradisional. 6)
Kapasitas guru untuk menggunakan TIK masih kurang memadai, dan kapasitas guru untuk
mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik mengajar masih kurang. Dengan kata lain, guru tidak mahir
menggunakan komputer dan kekurangan peralatan dan infrastruktur TIK. 7) Di sisi lain, sekolah dengan
fasilitas yang ada seperti LCD, komputer, dan internet masih jarang digunakan dalam proses pembelajaran.

29
Terima Kasih

30

Anda mungkin juga menyukai