Anda di halaman 1dari 5

ISSN

Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

PROSES REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI


BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA (BRSKW)
PALIMANAN KABUPATEN CIREBON

OLEH:
WIDYA SUCI RAMADHANI1, SRI SULASTRI2, H. SONI AKHMAD NURHAQIM3

1. Mahasiswa Program Studi Sarjana (S-1) Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
2. Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
3. Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

E-mail:
widyasr97@gmail.com, ati.sukaati@gmail.com, soni.nulhaqim@unpad.ac.id

ABSTRAK
Masalah pelacuran atau prostitusi merupakan masalah sosial yang sangat kompleks karena populasi
setiap tahunnya masih terlihat sangat banyak. Kemudian perilaku para pekerja pelacuran merupakan
hal yang sangat bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku didalam masyarakat. Oleh karena
itu perlu adanya penanganan yang serius untuk merespon permasalahan ini. Rehabilitasi sosial adalah
salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan wanita tuna susila (WTS).
Rehabilitasi sosial juga merupakan ranah praktik pekerjaan sosial, maka dari itu perlu adanya kontribusi
dari pekerja sosial dalam penanganan masalah tersebut. Salah satu lembaga pemerintah yang
melaksakan fungsi rehabilitasi sosial adalah Balai Rehabilitasi Sosial Karya Wanita (BRSKW) Palimanan
Kabupaten Cirebon. Adapun waktu rehabilitasi dilakukan kurang lebih selama enam bulan. Dari hal
tersebut penulis tertarik untuk meneliti proses rehabilitasi yang dilakukan oleh pihak lembaga, dan hasil
dari proses rehabilitasi tersebut. Karena pada kebanyakan kasus para WTS yang sudah mengikuti
rehabilitasi akan kembali lagi menjadi WTS.

Kata kunci: prostitusi, wanita tuna susila, rehabilitasi sosial, pekerja sosial

241
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

mengembangkan kemandirian dan kemampuan


klien atau penyandang masalah sosial agar
PENDAHULUAN dapat melaksanakan fungsi sosial secara
optimal dalam kehidupan masyarakat. Tujuan
Prostitusi bukanlah hal yang asing
rehabilitasi sosial sebagaimana dikemukakan
ditelinga masyarakat Indonesia. Kini prostitusi
Soenaryo (1995 : 118) adalah :
menjadi sebuah masalah sosial yang semakin
“pertama memulihkan kembali rasa
kompleks. Terlebih kecanggihan teknologi
harga diri, percaya diri, kesadaran serta
dapat berpengaruh terhadap perkembangan
tanggung jawab terhadap masa depan
bentuk dan tingkatannya. Kebanyakan para
diri, keluarga maupun masyarakat atau
pekerja ditempat prostitusi adalah wanita atau
lingkungan sosialnya, kedua memulihkan
sering disebut dengan istilah wanita tuna susila
kembali kemauan dan kemampuan untuk
(WTS) . Masalah wanita tuna susila merupakan
dapat dilaksanakan fungsi sosialnya
masalah sosial, karena perbuatan tersebut
secara wajar.”
menyimpang dari norma-norma atau nilai di
Salah satu lembaga pemerintah yang
masyarakat.
melaksanakan program rehabilitasi adalah Balai
Berdasarkan data dari Pusat Data Rehabilitasi Sosial Karya Wanita (BRSKW)
Informasi Kesejahteraan Sosial Kemensos RI Palimanan Kabupaten Cirebon. Merujuk pada
tahun 2015, populasi wanita tuna susila seluruh rehabilitasi, sudah ada beberapa penelitian
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 73.037 yang membahas persoalan tersebut. Seperti
orang, pada tahun 2003 sebanyak 81.893 penelitian yang dilakukan oleh Ikas Adinta
orang dan per Maret 2015 masih terdapat 64. dengan judul penelitian “Efektivitas Pelayanan
435 wanita Indonesia yang menjadi WTS di dan Rehabilitasi Sosial Untuk Mewujudkan
lokalisasi legal maupun ilegal. Sedangkan Keberfungsian Sosial Klien di Panti Sosial Karya
berdasarkan data dari Sub Dinas Bina Program Wanita (PSKW) Mulya Jaya”. Hasil dari
populasi yang dipublikasikan oleh BRSKW penelitian tersebut mengatakan bahwa proses
Palimanan, wanita tuna susila di Jawa Barat rehabilitasi sudah berjalan dengan baik, namun
sampai dengan tahun 2006 berjumlah 5598 untuk keefektivitasan sendiri masih sangat
orang, dan tiap tahun cenderung selalu bergantung pada kemauan klien dan pengaruh
meningkat. lingkungannya.
Walaupun sumber data yang didapat Melihat hasil penelitian tersebut, peneliti
masih pada tahun-tahun sebelumnya, namun memiliki ketertarikan untuk meneliti proses
dari data tersebut dapat dilihat bahwa populasi rehabilitasi yang dilakukan oleh lembaga lain,
wanita tuna susila setiap tahunnya tidak karena pada kenyataannya masih banyak
menunjukkan penurunan yang sangat drastis. ditemukan kasus WTS yang sudah beberapa
Banyaknya jumlah populasi WTS dapat kali keluar masuk panti rehabilitasi.
disebabkan oleh beberapa faktor yang Adapun pentingnya dilakukan
diantaranya faktor kemiskinan, pendidikan penelitian ini karena rehabilitasi sosial
yang rendah, kemalasan, dan kurangnya merupakan suatu usaha kesejahteraan sosial
keahlian. Padahal permasalahan mengenai yang termasuk ranah pekerjaan sosial.
wanita tuna susila harus ditangani secara
METODE
serius. Pasalnya dampak dari permasalahan
tersebut berakibat pada munculnya berbagai Pendekatan Penelitian
tindak kriminal, dan penyakit menular seksual, Penelitian ini dilakukan dengan
khususnya HIV/AIDS. menggunakan pendekatan kualitatif.
Untuk merespon permasalahan Pendekatan kualitatif bertujuan untuk
tersebut, maka pemerintah mengeluarkan menjelaskan fenomena dengan sedalam-
kebijakan untuk melakukan rehabilitasi dan dalamnya melalui pengumpulan data. Seperti
resosialisasi kepada para tuna sosial khususnya yang dikatakan oleh Creswell dalam Bambang,
wanita tuna susila. Adapun yang dimaksud (2015:12) pendekatan kualitatif adalah suatu
dengan rehabilitasi dalam hal ini yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang
tahap bimbingan dan pembinaan yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
diberikan oleh suatu lembaga bagi para wanita suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
tuna susila (WTS). Rehabilitasi sosial Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat
dimaksudkan untuk memulihkan dan bahwa pendekatan kualitatif adalah proses

242
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

penelitian yang menyajikan data secara


deskriptif mengenai fenomena sosial secara
sejelas-jelasnya. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut peneliti, pendekatan kualitatif
Prostitusi
adalah pendekatan yang cocok untuk
Menurut Profesor W.A Bonger
digunakan dalam penelitian yang akan
prostitusi ialah gejala kemasyarakatan di mana
dilakukan. Karena hasil akhir dari penelitian ini
wanita menjual diri melakukan perbuatan-
akan mendeskripsikan dan menggambarkan
perbuatan seksual sebagai mata pencaharian.
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial
Bonger juga menjelaskan bahwa ada beberapa
sejelas mungkin, khususnya mengenai proses
unsur dalam pelacuran, unsur pertama adalah
rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Balai
motif ekonomis, dan unsur kedua pelacuran
Rehabilitasi Sosial karya Wanita Palimanan
bersifat mata pencaharian (beroepsmatig);
Kabupaten Cirebon.
suatu jalan untuk mencari nafkah. Jika tidak
Teknik Pengumpulan Data ada kedua unsur tersebut maka belum bisa
dikatakan sebagai pelacuran (Simandjuntak,
Teknik pengumpulan data merupakan
1981).
cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Berbicara mengenai prostitusi, erat
Untuk memperoleh data penelitian ada kaitannya dengan wanita tuna susila. Wanita
beberapa metode atau teknik yang dilakukan, tuna susila merupakan sebutan bagi para
diantaranya adalah: wanita pekerja seks atau para wanita yang
Pengumpulan data primer dilakukan dengan bekerja dalam prostitusi. Adapun Peraturan
menggunakan metode: Pemerintah Daerah DKI Jakarta Raya tahun
1. Wawancara 1967 mengenai penanggulangan masalah
Peneliti menggunakan teknik wawancara pelacuran, menyatakan bahwa wanita tuna
mendalam (in-depth interview) untuk susila adalah wanita yang mempunyai
mengumpulkan data mengenai tema kebiasaan melakukan hubungan kelamin di luar
penelitian yang diangkat. Hal ini bertujuan perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun
untuk mendapatkan informasi yang lebih tidak. Sedangkan menurut Peraturan
kompleks dan jelas. Agar wawancara lebih Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat
terarah dan data yang didapatkan sesuai pelacur atau yang disingkat P, adalah mereka
dengan yang dibutuhkan, maka diperlukan yang melakukan hubungan kelamin di luar
sebuah instrumen yang berupa pedoman pernikahan yang sah.
wawancara.
2. Observasi Adapun pengertian WTS menurut Soedjono
Metode observasi dilakukan dengan cara (1977) adalah sebagai berikut :
mengamati perilaku, kejadian atau
kegiatan orang atau sekelompok orang “Wanita Tuna Susila atau wanita pelacur
yang diteliti secara langsung maupun tidak adalah wanita yang menjual tubuhnya
langsung, kemudian mencatat hasil untuk memuaskan seksual laki – laki
pengamatan tersebut. Observasi langsung siapapun yang menginginkannya,
dilakukan dengan cara ikut turun langsung dimana wanita tersebut menerima
ke lapangan untuk mengetahui kondisi sejumlah uang atau barang (umumnya
yang sebenarnya. Observasi yang dengan uang dari laki-laki pemakaianya).
dilakukan secara langsung terkait
penelitian ini adalah asesmen yang Seperti yang diulas dalam latar belakang,
dilakukan oleh informan dalam BRSKW ada beberapa faktor yang menyebabkan
Palimanan Kabupaten Cirebon. seseorang menjadi wanita tuna susila
3. Studi Dokumentasi (Kartono, 2014):
Metode ini dilakukan dengan mencari 1. Salah satu faktor yang membuat
dokumen atau arsip-arsip yang relevan wanita menjadi seorang tuna susila
terkait tema penelitian. Dokumen dapat adalah untuk menghindarkan diri dari
berupa foto-foto, pedoman umum, jurnal- kesulitan hidup, dan mendapatkan
jurnal ilmiah dan lain sebagainya yang kesenangan melalui jalan pendek.
terkait dengan penelitian. Faktor lainnya adalah kurangnya

243
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

pengertian, pendidikan, dan buta mengalami masalah sosial dalam


huruf, sehingga menghalalkan kehidupan masyarakat dimana ia
pelacuran. berada. Pengintegrasian tersebut
2. Untuk menjadi seorang pekerja seks dapat dilakukan melalui upaya
tidak memerlukan keterampilan/skiil, peningkatan penyesuaian diri, baik
tidak memerlukan intelegensi tinggi, terhadap keluarga, komunitas, maupun
mudah dikerjakan. Modal utama dari pekerjanya.
pekerjaan ini hanyalah kecantikan, dan
keberanian. Adapun proses rehabilitasi sosial yang
3. Tekanan ekonomi , faktor kemiskinan, seharusnya dilakukan oleh setiap panti menurut
ada pertimbangan-pertimbangan Badiklit Kesos, 2004, meliputi (1) Tahap
ekonomis untuk mempertahankan Pendekatan Awal, (2) Tahap Pengungkapan
kelangsungan hidupnya. dan Pemahaman masalah (Assesmen) , (3)
Tahap perencanaan program pelayanan, (4)
Rehabilitasi Sosial Tahap pelaksanaan pelayanan, (5) Tahap pasca
pelayanan rehabilitasi sosial.
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun
2009 mengenai Kesejahteraan Sosial diatur Perspektif Pekerjaan Sosial
mengenai rehabilitasi sosial sebagai
penyelenggaraan kesejahteraan sosial, adapun Rehabilitasi sosial merupakan salah satu ranah
pengertian dari rehabilitasi sosial menurut praktik pekerjaan sosial. Seperti yang
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009: dijabarkan dalam Wibhawa (2010) bahwa
peran pekerjaan sosial diantaranya yaitu (1)
“Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas orang dalam
memulihkan dan mengembangkan mengatasi masalah yang dihadapinya, (2)
kemampuan seseorang yang mengalami menggali dan menghubungkan sumber-sumber
disfungsi sosial agar dapat melaksanakan yang tersedia di sekitar klien, (3) meningkatkan
fungsi sosialnya secara wajar. jaringan pelayanan sosial, dan (4)
Rehabilitasi sosial yang dimaksud dapat Mengoptimalan keadilan sosial melalui
dilaksanakan secara persuasif, motivatif, pengembangan kebijakan sosial.
koersif, baik dalam keluarga, masyarakat
maupun panti sosial.” Untuk isu penelitian ini pekerja sosial
memiliki peran dalam memberikan pelayanan
Rehabilitasi sosial merupakan suatu sosial kepada para klien (wanita tuna susila)
upaya untuk mengembalikan atau memperbaiki dengan cara turut serta dalam pelaksanaan
keadaan dan keberfungsian sosial seseorang. rehabilitasi sosial. Adapun maksud dalam
Adapun definisi rehabilitasi sosial menurut rehabilitasi sosial ini adalah suatu upaya untuk
Supiadi (dalam Maryami, dkk: 2015): memulihkan dan mengembangkan kemampuan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial
“Rehabilitasi sosial adalah segenap agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
upaya yang ditujukan untuk secara wajar.
mengintegrasikan kembali seseorang
kedalam kehidupan masyarakat PEMBAHASAN
dengan cara membantunya
menyesuaikan diri dengan tuntutan Prostitusi merupakan salah satu masalah sosial
keluarga, komunitas dan pekerjaan yang setiap tahun semakin kompleks.
sejalan dengan pengurangan setiap Keberadaan wanita tuna susila sebagai para
beban sosial dan ekonomi yang dapat pekerja seks yang bekerja di lokasi prostitusi
merintangi proses rehabilitasi.” harus segera diatasi keberadaanya. Hal
tersebut dikarenakan banyak dampak negatif
Berbeda dengan Supiadi, menurut yang disebabkan karena pekerjaan tersebut
Nitimihardja (2004): baik bagi pelakunya maupun masyarakat.
Salah satu cara atau intervensi yang
“Rehabilitasi sosial merupakan upaya dilakukan untuk mengatasi permasalahan WTS
yang bertujuan untuk adalah dengan melakukan rehabilitasi kepada
mengintegrasikan seseorang yang para WTS. Seperti yang telah dijelaskan bahwa

244
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk Dirdjosisworo, Soedjono. 1997. Pelacuran


memulihkan dan mengembangkan kemampuan Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial dalam Masyarakat. Bandung: Karya
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya Nusantara.
secara wajar.
Nantinya para WTS akan diberikan Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial. Jakarta:
bimbingan moral, fisik, mental, maupun Rajawali Pers.
pendidikan atau keterampilan. Adapun
rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh lembaga Maryami, Amy, dkk. 2015. Peran Lembaga
terdiri dari beberapa proses dan tahapan, untuk Kesejahteraan Sosial Dalam Penanganan
lembaga BRSKW Palimanan-Cirebon, Penyalahgunaan Napza Di Jawa Barat.
rehabilitasi tersebut dilakukan selama kurang Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial, Volume
lebih 6 (enam) bulan. Adapun proses 14 Nomor 1. Bandung: Sekolah Tinggi
rehabilitasi sosial pada umumnya dilaksanakan Kesejahteraan Sosial Bandung
dalam beberapa tahap: tahap pendekatan awal, Nitimihardja, 2004. Rehabilitasi Sosial dalam
tahap assessment, tahap perencanaan program Jaminan Sosial (Isu-Isu Tematik
pelayanan, tahap pelaksanaan pelayanan, dan Pembangunan Sosial Konsepsi dan
tahap pasca pelayanan rehabilitasi sosial. Strategi. Jakarta: Balatbangsos.
Raharjo, ST. 2015. Assessment untuk Praktik
KESIMPULAN Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan
Sosial. Bandung: Unpad Press
Prostitusi dan pelacuran adalah masalah sosial _________, 2015. Dasar Pengetahuan
yang semakin kompleks. Hal tersebut dipicu Pekerjaan Sosial. Bandung: Unpad Press.
oleh beberapa faktor, seperti faktor kemikinan, _________, 2015. Keterampilan Pekerjaan
kurangnya pendidikan, dan tidak memiliki Sosial: Dasar-dasar. Bandung, Unpad
keahlian. Salah satu intervensi yang dapat Press.
dilakukan adalah dengan rehabilitasi sosial.
Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif
Rehabilitasi sosial ini bertujuan untuk
Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Remaja
mengembalikan keberfungsian para eks WTS
Rosdakarya
ke lingkungan sosialnya, selain itu rehabilitasi
Simandjuntak. 1981. Pengantar Kriminologi dan
juga bertujuan untuk memberikan keterampilan
Patologi Sosial. Bandung: Tarsito.
dan keahlian pada para WTS agar tidak kembali
pada dunia prostitusi. Peran pekerja sosial
Sunaryo.1995. Dasar-Dasar Rehabilitasi dan
dibutuhkan dalam hal ini, karena rehabilitasi
Pekerjaan Sosial. Jakarta: Depdikbud
sosial adalah salah satu ranah praktik pekerjaan
Dirjen Dikti PPTG.
sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Wibhawa, Budhi., dkk. 2010. Dasar-Dasar
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan
Sosial. (2004). Standarisasi Panti Sosial. Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya
Jakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Padjadjaran.
Kesos Kementrian Sosial RI

245

Anda mungkin juga menyukai