Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TUGAS KELOMPOK KEBIDANAN KOMUNITAS


KONSEP DAN METODE ANALISIS SOSIAL
BERPRESPEKTIF GENDER
DI KOMUNITAS

OLEH :

1. SHANTIKA LIBRAULFA
2. SHINTIYA LIBRAYANI
3. SHERLY NIKE A

Dosen : Dra. Hj. Yuniwati, M. Kes

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Issue ketidaksetaraan gender telah menjadi pembicaraan di berbagai negara

sejak tahun 1979 dengan diselenggarakannya konferensi perserikatan bangsa-

bangsa dengan tema The Convention on The Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women (CEDAW), yang membahas tentang penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Di Indonesia secara normatif diskriminasi terhadap perempuan telah

dihapuskan berdasarkan hasil CEDAW yang telah diratifikasi dengan Undang-

Undangn Nomor 7 tahun 1984(2). Namun dalam kenyataannya masih tampak

adanya nilai-nilai budaya masyarakat yang bersifat diskriminatif, sehingga

menghambat terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender termasuk dalam bidang

kesehatan. Dimana posisi laki-laki dan perempuan (ibu) seharusnya memiliki

akses dan kontrol (keputusan atas diri sendiri), kesempatan dalam berpartisipasi

dan memperoleh manfaat yang setara di bidang kesehatan.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dicermati dari analisis-analisis

terhadap kondisi dan posisi perempuan yang relatif tertinggal dibanding laki-laki

dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam keluarga, ibu merupakan kelompok yang

paling rentan dan peka terhadap berbagai masalah kesehatan, berupa: kejadian

kesakitan (morbiditas) dan gangguan gizi (malnutrisi), yang seringkali berakhir

dengan kecacatan (disability) atau kematian (mortalitas). Selain memiliki fungsi

reproduksi (menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui), ibu juga memiliki

fungsi produksi, terutama mereka yang memiliki kesibukan untuk membantu

suami dalam mencari nafkah. Ibu memiliki resiko kesehatan dalam kerja

reproduktif dan produktifnya.

Analisis gender dalam sejarah pemikiran manusia tentang ketidakadilan

sosial dianggap suatu analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini.

Dibandingkan dengan analisis sosial lainnya, sesungguhnya analisis gender tidak


kalah mendasar analisis gender justru ikut mempertajam analisis kritis yang sudah

ada. Misalnya analisis kelas yang dikemukakan oleh Karl Marx ketika melakukan

kritik terhadap system kapitalisme , akan lebih tajam jika pertanyaan tentang

gender juga dikemukakan . Demikian halnya dengan analisis sosial lainnya seperti

analisis hegemoni ideology dan cultural yang dikembangkan oleh Antonio

Gramsci, merupakan kritik terhadap analisis kelas yang dianggap sangat sempit.

Dalam analisa apapun, tanpa mempertanyakan gender terasa kurang

mendalam. Dalam bidang epistemology dan riset, misalnya analisis kritis (critical

theory) dari penganu mahzab Frankfurt yang memusatkan perhatian kepada

pekembangan akhir masyarakat kapitalisme dan dominasi epistemology

positivisme, terasa kurang mendasar justru karena tidak ada pertanyaan tentang

gender dalam kritiknya. Dengan kata lain , analisis gender merupakan analisis

kritis yang mempertajam analisis kritis yang sudah ada.

Selanjutnya menurut Fakih ( 1996 ) mengapa pengungkapan masalah kaum

perempuan dengan menggunakan analisis gender sering menghadapi perlawanan

(resistence) , baik dari kalangan kaum laki-laki maupun perempuan sendiri. Tidak

hanya itu, analisis gender justru sering ditolak oleh mereka yang melakukan kritik

terhadap system sosial yang dominan seperti kapitalisme. Untuk menjawab

persoalan tersebut perlu diidentifikasi beberapa jawaban penyebab timbulnya

perlawanan itu. Diantaranya : (1) Karena mempertanyakan status kaum perempuan

pada dasarnya berarti mengguncang struktur dan system status quo ketidakadilan

tertua dalam masyarakat. (2) Banyak terjadi kesalahpahaman tentang mengapa

masalah kaum perempuan harus dipertanyakan? Kesulitan lain, dengan

mendiskusikan soal gender pada dasarnya berarti membahas hubungan kekuasaan

yang sifatnya sangat pribadi, yakni menyangkut dan melibatkan individu kita

masing-masing serta menggugat privilege (hak istimewa) yang kita miliki dan

sedang kita nikmati selama ini.


B. Tujuan

a. Mempelajari konsep dan metode analisis sosial berprespektif gender di

komunitas

b. Mempelajari definisi analisis sosial berprespektif gender di masyarakat

c. Mempelajari siklus analisis sosial berprespektif gender di masyarakat


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Sosial berprespektif gender di Masyarakat

1. Definisi

Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status

dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan

(konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil

kesepakatan antar manusia yang tidak bersifat kodrati.

Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran,

fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial,

budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah

menurut waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang

dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok

masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat.

Holland-Henriot mendefinisikan analisis social sebagai usaha

memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah situasi social

dengan menggali hubungan-hubungan histories dan strukturalnya.

Perspektif gender adalah suatu cara pandang terhadap fenomena/gejala

permasalahan berdasarkan aspek gender. Yakni proses berpikir yang

melahirkan sikap sensitif/peka gender dan sadar gender.

2. Analisis sosial berprespektif gender

Analisis sosial sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih

lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan

histories dan strukturalnya.

Analisis gender adalah suatu metode atau alat untuk mendeteksi

kesenjangan atau disparitas gender melalui penyediaan data dan fakta serta

informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan

perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. Dengan demikian
analisis sosial berprespektif gender adalah proses menganalisis data dan

informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk

mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung

jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

Syarat utama terlaksananya analisis gender adalah tersedianya data

terpilah berdasarkan jenis kelamin. Data terpilah adalah nilai dari variabel

variabel yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan berdasarkan topik

bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian. Data terdiri atas data kuantitatif (nilai

variabel yang terukur, biasanya berupa numerik) dan data kualitatif (nilai

variabel yang tidak terukur dan sering disebut atribut, biasanya berupa

informasi).

Di lain pihak alat analisis sosial yang telah ada seperti analisis kelas,

analisis diskursus (discourse analysis) dan analisis kebudayaan yang selama

ini digunakan untuk memahami realitas sosial tidak dapat menangkap realitas

adanya relasi kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat

berpotensi menumbuhkan penindasan. Dengan begitu analisis gender

sebenarnya menggenapi sekaligus mengkoreksi alat analisis sosial yang ada

yang dapat digunakan untuk meneropong realitas relasi sosial lelaki dan

perempuan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Secara terinci analisis gender sangat penting manfaatnya, karena:

a. Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di

daerah pada berbagai bidang, dengan menggunakan analisis baik secara

kuantitatif maupun kualitatif.

b. Melalui analisis gender yang tepat, diharapkan dapat memberikan

gambaran secara garis besar atau bahkan secara detil keadaan secara

obyektif dan sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat dimengerti

secara universal oleh berbagai pihak.


c. Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang melatar

belakangi masalah kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan

solusi yang tepat sasaran sesuai dengan tingkat permasalahanny


3. Fungsi analisis social berprespektif gender

a. Identifikasi dan pemahaman masalah secara lebih seksama; melihat akar

masalah dan ranting masalah.

b. Mendalami potensi (kekuatan-kelemahan-peluang-tantangan) yang ada

dalam komunitas/masyarakat.

c. Membangun ukuran dengan lebih baik untuk kelompok yang dirugikan.

d. Membangun prediksi berupa tindakan-tindakan (program) sebagai upaya

untuk mendorong perubahan tersebut.

4. Falsafah Dan Metode Analisis Sosial berprespektif gender

Falsafah ada dua yaitu positivisme vs anti-positivisme. Falsafah positivisme:

melahirkan metode kuantitatif dan Falsafah anti-positivisme: melahirkan

metode kualitatif.

a. Asumsi metode kuantitatif dalam analisis social

1) Sikap dan tindakan manusia adalah fungsi dari respon terhadap skema.

Karena itu dikenal istilah responden untuk menunjuk sumber data.

2) Melalui tracking dapat diketahui keteraturan (regularity) sikap dan

tindakan manusia yang mengarah ke pembentukan pola (pattern).

3) Sikap dan tindakan manusia serba terukur secara obyektif.

b. Asumsi metode kualitatif dalam analisis social

1) Manusia hidup di dunia yang memiliki makna (meaning) baginya,

karena itu pemahaman makna perilaku manusia dalam konteks interaksi

sosialnya menjadi penting.

2) Setiap individu/komunal/komunitas/ikatan budaya adalah

spesifik/unik, dan menjadi sumber informasi dalam memaknakan

dunianya.
B. Siklus Analisis Sosial di Masyarakat

Gambar 1
Aliran feminisme, gap dan tujuan pembangunan serta solusi.

TERCAPAINYA
GAP ANTARA PEMBANGUNAN
PERAN LAKI- YANG
LAKI DAN BERKEADILAN
PEREMPUAN GENDER
(Akses, Kontrol, EQUALITY &
EQUITY
Partisipasi &
Individu, Keluarga
Manfaat)
& Masyarakat
Sejahtera

PILIHAN STRATEGI
ALIRAN FEMINISME
1. Feminisme
Eksistensialisme
2. Feminisme Liberal
3. Feminisme
Sosialis/Marxis
4. Feminisme Teologi
5. Feminisme Radikal
6. Ekofeminisme

Harus ada relasi gender yang harmonis mulai dari tingkatan


keluarga sampai dengan masyarakat, yaitu harus ada
komunikasi dan perilaku saling menghargai, saling
menghormati dan saling membutuhkan antara laki-laki dan
perempuan untuk menciptakan keharmonisan dan bukan
mencipta-kan persaingan dan permusuhan

Ada beberapa teknik analisis gender yang sering digunakan, yaitu Model

Harvard, model Moser, model SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and

Threat) atau Model Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman, Model

GAP (Gender Analysis Pathway) atau Model Analisis Alur Gender dan Model

ProBA (Problem Based Approach) atau Model Pendekatan Berbasis Masalah.

Dalam makalah ini analisis gender yang dibahas hanya dibatasi pada

Model Harvard dan Model Moser saja karena kedua model ini tepat digunakan

untuk analisis kesenjangan gender di tingkat individu dan keluarga.


1. Teknik Analisis Gender Model Harvard

a. Tujuan/ Asumsi adalah: (a) Menunjukkan investasi dan kontribusi

ekonomi gender, (b) Membantu perencanaan proyek yang efisien dan

efektif, (c) Mencari informasi rinci (efisiensi proyek dan pencapaian

keadilan dan kesetaraan gender) dan (d) Memetakan tugas perempuan dan

laki-laki di tingkat masyarakat beserta faktor pembeda.

b. Komponen/ Langkah meliputi analisis profil kegiatan 3 (tiga) peran atau

triple roles (terdiri atas peran publik dengan kegiatan produktifnya, peran

domestik dengan kegiatan reproduktifnya dan peran kemasyarakatan

dengan kegiatan sosial budayanya), profil akses dan kontrol dan faktor

yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol.

2. Teknik Analisis Gender Model Moser

Proses Analisis Model Moser dapat diilustrasikan sebagai berikut:

a. Analisis Pola Pembagian Kerja melalui Curahan Kerja (Profil Kegiatan)

untuk laki-laki maupun perempuan baik peran produktif, reproduktif,

maupun sosial kemasyarakatan di tingkat keluarga. Melalui analisis pola

pembagian kerja dalam keluarga akan memberikan gambaran sejauh mana

laki-laki mengambil bagian peran domestik, dan sejauh mana perempuan

mengambil bagian peran produktif. Disamping itu melalui analisis ini

diketahui pula seberapa jauh perempuan masih mempunyai waktu luang

untuk melakukan kegiatan produktif, kapan waktu itu tersedia agar tepat

dalam memberikan masukan ketrampilan teknis pada perempuan. Analisis

ini juga memberikan informasi tentang peluang baik laki-laki maupun

perempuan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada baik modal, alat-

alat produksi, teknologi, media informasi, pendidikan, dan sumberdaya

alam yang tersedia. Akhirnya, analisis ini memberikan informasi tentang

kekuatan pengambilan keputusan dan peluang untuk mendistribusikan

kekuatan tersebut antara laki-laki dan perempuan.


b. Analisis Profil Akses (peluang) dan Kontrol (kekuatan dalam pengambilan

keputusan) yang berkaitan dengan sumberdaya fisik (tanah, modal, alat-

alat produksi), situasi dan kondisi pasar (komoditi, tenaga kerja,

pemasaran, kredit modal, informasi pasar), serta sumberdaya sosial-

budaya (media informasi, pendidikan, pelatihan ketrampilan).

c. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan serta profil

akses dan kontrol agar dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan

hal-hal yang menghambat atau menunjang sebuah program/ proyek.

Faktor-faktor yang perlu dianalisis meliputi lingkungan budaya, tingkat

kemiskinan, distribusi pendapatan dalam masyarakat, struktur

kelembagaan, penyebaran pengetahuan, teknologi dan ketrampilan,

norma/nilai-nilai individu dan masyarakat, kebijakan lokal/regional,

peraturan/hukum, pelatihan dan pendidikan, kondisi politik, local wisdom

dan lain sebagainya.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Analisis sosial berprespektif gender adalah proses menganalisis data dan

informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk

mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung

jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

2. Ada beberapa teknik analisis gender yang sering digunakan, yaitu Model

Harvard, model Moser, model SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and

Threat) atau Model Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman, Model

GAP (Gender Analysis Pathway) atau Model Analisis Alur Gender dan Model

ProBA (Problem Based Approach) atau Model Pendekatan Berbasis Masalah.

B. Saran

1. Bagi institusi

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai referensi

dan sumber kepustakaan yang bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Kebidanan

Stikes Tri Mandiri Sakti dalam rangka analisis perspektif gender.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan

dijadikan sumber bagi pelayanan kesehatan dan berguna sebagai bahan acuan

untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam analisis

perspektif gender.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting. 2012. Analisis sosial. Diambil pada tanggal 12 Maret 2015 dari
http://bebaskitagt.blogspot.com/2012/03/analisis-sosial.html

Puspitawati, H. 2013. Konsep, teori dan analisis gender. Diambil pada tanggal 12 Maret 2105
dari http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/807/19/Bab
%20II%20Halaman%206%20-%2011.pdf

Sari, S. R. 2011. Analisis gender dan penelitian berprespektif gender. Diambil pada
tanggal 12 Maret 2015 dari http://sherlyretnosari10.blogspot.com/2011/12/
analisis-gender-dan-penelitian.html

Anda mungkin juga menyukai