Anda di halaman 1dari 18

ii

MAKALAH METODELOGI KHUSUS

Disusun Oleh Kelompk 4:

1. Afrina Tri Wahyuni


2. MegaTriutami Putri
3. Liana Fitri Suzani
4. Deka Nifiarti

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TA. 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat himpunan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menylesaikan tugas makalah ini

yang berjudul pendekatan pembelajaran klinik perseptoring dan mentring

dengan tepat waktu.

Terimakasih pula kami sampaikan kepada Ibu Hj. Dra Yuniwati M.Kes,

selaku dosen yang membimbig kami khususnya pada mata kuliah Metodelgi

khusus . Karena tanpa adanya bimbingan ibu kami tidak mungkin dapat

selesai sebagaimana semestinya.

Kami mengetahui bahwa dalam makalah ini masih banyak

kekurangan baik yang disadari maupun yang tidak disadari . Oleh karena itu

kami selaku sebagai penulis megharafkan adanya sumbangsi dari pembaca dalam

bentuk saran maupun kritik yang sifatnya membangun karena tidak ada manusia

yang sempurna ,hanyalah Tuhan yang memiliki segala kesempurnaan.

Atas perhatiannya , kami ucapkan terimakasih.

Bengkulu,13 Maret 2015

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan.......................................................................................... 3
D. Manfaat........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A. Pengertian preseptoring............................................................... 4
B. Pengertian mentoring .................................................................. 6
C. Perbedaan Perseptoring dan Mentoring di Klinik....................... 9

BAB III PEMBAHASAN............................................................................. 10


A. Kesimpulan.................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk mengembangkan mutu pembelajaran klinik

adalah dengan menerapkan metode pendekatan preseptoring dan mentoring

yang baik. Pengalaman praktek yang maksimal selama di lapangan praktek

akan dapat mengintegrasikan semua pengetahuan, keterampilan dan sikap

mahasiswa yang akan menjadi bekal bagi mahasiswa setelah selesai dari

institusi pendidikan.
Preseptoring adalah suatu metode pengajaran dimana seorang

praktisi yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan

dukungan kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan

kesejawatan. Preseptoring bersifat formal, disampaikan secara perseorangan

dan individu dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya antara perawat

yang berpengalaman (preseptor) dengan perawat baru (preseptee) yang

didesain untuk membantu perawat baru untuk menyesuaikan diri dengan baik

dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang perawat atau bidan.
Menurut CAN (2004) program preseptoring dalam pembelajaran

bertujuan untuk membentuk peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk

menjadi perawat yang profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan

menunjukan sebuah pencapaian berupa memberikan perawatan yang aman,

menunjukan akuntabilitas kerja, dapat dipercaya, menunjukan kemampuan


2

dalam mengorganisasi perawatan pasien dan mampu berkomunikasi

dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya .


Mentoring adalah suatu metode dimana seorang pembimbing klinik

yang lebih terampil atau berpengalaman membimbing 1 orang mahasiswa

semester akhir atau karyawan baru dalam mengintegrasikan semua ilmu,

sikap dan keterampilan kebidanan/keperawatan termasuk memaham i peran

bidan/perawat secara komprehensif. Pembimbing klinik yang berpengalaman

disebut mentor, sementara individu yang dibimbing adalah mentee.


Mentoring bertujuan agar individu yang memiliki pengalaman lebih

sedikit (mentee) dapat menambahkan atau mengembangkan kompetensinya

yang sudah dimilikinya. Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang

cukup banyak untuk memberikan saran agar memastikan mentee

mendapatkan kemajuan maksimum. Namun seringkali kita melihat keadaan

yang berbeda dimana seorang pembimbing klinik tidak maksimal dalam

menunjukkan kemampuannya membimbing peserta didik, baik dikarenakan

beban kerja fungsional yang banyak dalam pelayanan kepada pasien,

komunikasi yang tidak jelas dengan institusi pendidikan, atau bahkan

kurangnya kepercayaan diri dari pembimbing klinik tersebut. Hal ini yang

mendorong pentingnya pembahasan tentang metode preseptorsip dan

mentorsip di klinik agar proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan

peserta didik dapat mencapai target pembelajaran serta kompetensi yang

diharapkan.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan preseptoring ?
2. Apa yang dimaksusd mentoring ?
3

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan preseptoring dalam

pendekatan pembelajaran klinik


2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan mentoring dalam

pendekatan pembelajaran klinik

C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini maka dapat memberikan manfaat serta

pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa DIV

Bidan Pendidik dalam memahami tentang sebagai bekal untuk menjadi

seorang bidan di masyarakat dalam era globalisasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Preseptoring, Tugas Dan Peran Serta Tanggung Jawab

Preseptoring

Preseptoring adalah bentuk dari pembelajaran klinik individu yang

membantu individu tersebut menjadi lebih ahli di dalam struktur organisasi

dan profesional (kitchen, 1993). Pengertian lain dari metode preseptoring

adalah suatu program pembelajaran yang terorganisasi dan terencana yang

mana staf perawat preseptor meningkatkan keterlibatan perawat baru (Craven,

1996). Metode preseptoring adalah memberikan kesempatan kepada

mahasiswa (preseptee) untuk belajar, memperoleh pengalaman & praktek

keperawatan/kebidanan dalam lingkungan yg aman bagi pasien dan

mahasiswa tersebut.

Tugas dari seorang preseptor adalah:

a. memberi suport

b. supervisi

c. memonitor proses belajar

d. menilai penampilan mahasiswa

Peran dari seorang preseptor adalah:

a. Menyakinkan bahwa mahasiswa dapat mencapai tujuan belajar .

b. Mahasiswa dapat dievaluasi secara proporsional.

c. Tercapai 3 partnersip antara mahasiswa, akademi dan preseptor.


5

Tanggung jawab preseptor adalah:

a. Mengorientasikan mahasiswa ke unit keperawatan/kebidanan dan klien

b. Meriview tujuan belajar dan menyediakan anjuran bagi berlangsungnya

pengalaman belajar

c. Melakukan supervisi

d. Bertanya kepada mahasiswa dan membawa mahasiswa pada situasi yang

menantang sesuai dengan tujuan belajar

e. Memfasilitasi belajar

f. Bersikap role mode

g. Mengidentifikasi kebutuhan

h. Meriview tugas belajar

B. Pengertian Mentoring, Peran Dan Tahapan Mentoring

Mentoring adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana

seorang pembimbing klinik membimbing 1 orang mahasiswa semester

akhir atau pegawai baru dalam mengintegrasikan semua

keterampilan, attitude, pengetahuan kebidanan/keperawatan termasuk

memahami peran bidan/perawat secara komprehensif. Individu yang berperan

sebagai pembimbing disebut mentor, sementara individu yang dibimbing

disebut mentee.

Peran mentor adalah sebagai:

a. Coach

b. Konselor
6

c. Guide

d. Role model

e. Sponsor

f. Teacher

Kriteria seorang mentor adalah:

a. interest

b. komitmen

c. bersedia memfasilitasi proses pembelajaran

d. melaksanakan praktek ANC,KB, BBL,dll

Kegitan pembelajaran mentoring meliputi:

a. Pertemuan pra klinik

b. Melakukan asuhan kebidanan

c. Berpartisipasi dalam melakukan pelayanan

Pendekatan Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer :

a. Classical mentoring, yaitu suatu hubungan informal, dimana secara

alamiah seseorang individu memiliki kemampuan membimbing.

b. Contract mentoring, yaitu suatu hubungan organisasional biasanya

berfokus pada fungsi spesifik yang membantu.

c. Pseudomentoring, yaitu mentoring dalam pencapaian yang spesifik, tujuan

yang sempit. Bisa disebut juga sebagai mentor yang subspesialis,

membimbing di area pelayanan tertentu.


7

Tipe dukungan profesional dalam mentoring :

a. Adalah fungsi seseorang untuk

b. Menunjukan kepada saya untuk melakukan sesuatu yang saya tidak tahu

c. Berada dipihak saya bila saya dalam masalah saat kerja

d. Membuka pintu untuk karir saya

e. Membuat saya merasa lebih baik saat saya lemah

f. Berdiskusi dengan saya saat bekerja

Tahap-tahap mentoring menurut Dalton/Thompson Career Development

model:

a. Tahap 1 Dependence / Ketergantungan

Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil

peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat

b. Tahap 2 Independence / Mandiri

Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih

seimbang. Profesional mengubah dari apprentice ke kolega dan

membutuhkan sedikit supervisi.

c. Tahap 3 Supervising others/supervisi orang lain

Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas

profesional sebagai mentor

d. Tahap 4 Managing and supervising others/memanajemen dan mensupervisi

orag lain
8

Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan

merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi responsibel terhadap

klien peserta didik dan personel.

Kompetensi seorang mentor antara lain:

a. memiliki pengetahuan dan pengalaman

b. membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang

konstruktif

c. memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian

instruksi

d. memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

e. memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau

evaluasi.

f. memiliki pengetahuan dan pengalaman

g. membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang

konstruktif

h. memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian

instruksi

i. memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

j. memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau

evaluasi.

k. memiliki pengetahuan dan pengalaman


9

l. membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang

konstruktif

m. memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian

instruksi

n. memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

o. memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau

evaluasi.

C. Perbedaan Perseptoring dan Mentoring di Klinik

No PERBEDAAN PRESEPTORING MENTORING


1 Sasaran mahasiswa di semester awal, Mahasiswa semester
namun dapat dilakukan kepada akhir atau karyawan
mahasiswa semester akhir yang baru.
belum mampu menguasai konsep
materi.
2 Metode Preseptor Mentor mengobservasi,
mencontohkan/memperagakan mahasiswa melakukan
prasat dari satu SPO, mahasiswa prasat dari satu SPO.
mengamati. Bila ada langkah yang
tidak tepat, mentor
mengambil alih prasat
yang sedang dilakukan.

3 Istilah Pembimbing dalam metode Pembimbing dalam


preseptoring disebut preseptor. metode mentoring
Individu yang dibimbing disebut disebut mentor,
preseptee. individu yang
dibimbing disebut
mentee.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Preseptoring adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi

yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan

dukungan kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan

hubungan kesejawatan

2. Mentoring adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana

seorang pembimbing klinik membimbing 1 orang mahasiswa

semester akhir atau pegawai baru dalam mengintegrasikan semua

keterampilan, attitude, pengetahuan kebidanan/keperawatan termasuk

memahami peran bidan/perawat secara komprehensif.

B. SARAN
Setelah pembelajaran mengenai materi ini dibahas semoga mahasiswi

DIV Kebidanan dapat mengerti pengertian dan peran fungsi dari

preseptoring dan mentoring, dan dapat bermanfaat kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, 2013 bahan ajar Metode Pembimbingan dan Pembelajaran Klinik,

Semarang

Wulandari, Ika subekti 2013. Analisa Masalah Pembelajaran Keperawatan Klinik

di Indonesia. [ diunduh tanggal 13 maret 2015 jam 11.00 WIB ]


12

Conth kasus: FAKTA-FAKTA DI LAHAN PRAKTEK

Sejauh ini pelaksanaan kegitan pembelajaran klinik di Indonesia masih

perlu mendapatkan perhatian khusus. Metode pembelajaran klinik secara

preseptorsip dan mentorsip belum dilaksanakan secara maksimal. Beberapa

masalah yang masih terjadi di dalam proses pembelajaran klinik seperti

diantaranya:

1. Perbandingan rasio antara preseptor atau mentor dengan jumlah mahasiswa

yang praktek. Perbandingan antara mentor atau perseptor dengan mahasiswa

adalah 1:1. Namun bila dilihat kenyataan di lapangan, dengan banyaknya

mahasiswa yang praktek di lapangan metode tersebut sering tidak dapat

dijalankan dengan maksimal. Akibatnya tujuan pembelajaranpun tidak

berkualitas karena bimbingan bagi mahasiswa menjadi kurang efektif oleh

karena terlalu banyaknya peserta didik yang praktek.

2. Job description seorang pembimbing klinik yang masih tumpang tindih

dengan tugas fungsional di tempat kerjanya. Seorang pembimibing klinik

bertanggung jawab terhadap semua tindakan mahasiswa selama

pembelajaran di lahan praktek namun pada kenyataannya di lapangan

seorang pembimbing klinik juga berfungsi penuh di dalam tim di ruang

pelayanannya selain juga membimbing mahasiswa. Hal ini mengakibatkan

berkurangnya waktu yang efektif serta perhatian untuk membimbing

mahasiswa.

3. Pelatihan-pelatihan yang kurang bagi seorang pembimbing klinik. Pada

kenyataannya seseorang bisa saja sudah lama menjadi seorang pembimbing


13

klinik namun informasi dan kompetensinya tidak diperbaharui lagi setelah

sekian lama, sehingga ilmu, attitude dan keterampilan tidak sejalan dengan

kebutuhan para peserta didik. Menurut Rika (2009) seorang pembimbing

klinik seharusnya memiliki kemapuan mengikuti perkembangan

pengetahuan dan keterampilan klinis terbaru, menganalisa teori dari

berbagai sumber, menekankan pemahaman konseptual kepada mahasiswa

dan membantu mahasiswa dalam menghubungkan teeori yang mendasari

prakteknya. Disamping itu pembimbing klinik juga dituntun untuk dapat

menstransferkan pengetahuan memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian,

serta nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh peserta didiknya. Menurut

atkins dan williams 1995 menyebutkan bahwa pembimbing harus

mendaptkan pelatihan. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan

kulaitas seorang pembimibing klinik baik yang berasal dari rumah sakit

ataupun dari pembimbing akademik. Pelatihan dapat menigkatkan

pengetahuan pembimbing, bisa bertukar pikir dengan pembimbing lain dan

melakukan refleksi bersama (waters, 2003). Penelitian lain membuktikan

bahwa proses bimbingan mahasiswa oleh pembimbing akademik yang

mendapatkan pelatihan mentoring lebih efektif dibandingakan dengan yang

tidak mendaptkan pelatihan ( tri dan yuni 2012).

4. Kolaborasi pembimbing akademik dan klinik yang belum singkron turut

mempengaruhi kualitas dari proses pembimbingan klinik. Hal ini

menyebabkan di lapangan sering ditemui mahasiswa tidak dapat mencapai

target kompetensi sesuai yang diharapkan dari tempat pendidikan


14

mahasiswa (anton 2012). Contohnya jumlah peserta didik yang tidak sesuai

dengan jumlah pasien rata-rata di lahan praktek yang akan dijadikan tempat

pembelajaran. Sering juga ditemui dilapangan pada saat mahasiswa akan

mencapai sebuah target kompetensi ternyata ada perbedaan antara metode

yang diajarkan oleh pembimbing akademik dan pembiming klinik sehingga

mahsiswa menjadi bingung.

5. Mahasiswa kurang mendapatkan bimibingan yang maksimal melalui bed

side teaching misalkan tentang anamnesa, pemeriksaan fisik, atau dalam hal

mengevaluasi laporan praktik mahasiswa, beberapa pembimbing

cenderung ,mengevaluasi, secara formalitas, tidak mengobservai secara

langsung tentang kebenaran tindakan keperwatan yang dilakukan

mahasiswa terhadap pasien. Dalam hal melakukan responsi pembimbing

cenderung tidak menilai penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa

dalam bertindak melainkan hanya megevaluasi tentang pengetahuan

mahasiswa saja.

6. Kualifikasi pendidikian seorang pembimbing klinik belum ada standirasasi

apakah dilakukan oleh bimbingan klinik dengan pendidikan diploma 1,

diploma 3, diploma 4,atau S1.

Peran pembimbing klinik sangat penting dalam pencapaian target

kompetensi mahasiswa dimana mentee yang tadinya tergantung oleh pembimbing

menjadi mandiri oleh kegiatan belajar yang diharapakn, mengalami sendiri dan

menemukan sendiri fenomena di lahan praktek dan dapat membangun


15

kepercayaan diri mahasiswa serta mendorong mahasiswa untuk mencapai target

kompetensinya.

Anda mungkin juga menyukai