Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sinusitis adalah peradangan pada sinus. Menurut para ahli etiologi sinusitis
disebabkan oleh infeksi, sisanya yang disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan aperubahan-
perubahan pada mukosa sinus.Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun
dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes
kulit yang terbanyak adalah debu rumah dan cuaca dingin.

Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut
yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang
patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya
tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak
kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.

Tetepi juga oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab
timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit
epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat,
simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi
anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka
untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini
alergen penyebab dapat ditentukan.

B. Rumusan Masalah
1. Dalam penyusunan makalah ini penulis membahas tentang
bagaimanakah konsep Medis dan Konsep Keperawatan Sinusitis?

1
C. Tujuan Penyusunan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit sinusitis mencakup
definisi, etiologi, patofisiologi, penegakkan diagnosis khususnya gambaran
dari pemeriksaan radiologis yang mungkin ditemukan, diagnosis banding,
serta penatalaksanaannya.

2. Tujuan khusus
Agar kita sebagai mahasiswa/i akademi keperawatan lebih mendalami
tentang penyakit sinusitis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau
lebih dari sinus paranasal yang disebabkan oleh,virus,bakteri ataupun jamur.

Sinusitis adalah peradangan pada sinus. Menurut para ahli etiologi


sinusitis disebabkan oleh infeksi, sisanya yang disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan aperubahan-
perubahan pada mukosa sinus.Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun
dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada
tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah dan cuaca dingin

B. Klasifikasi
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Sinusitis Akut
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung selama 3
minggu. Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis
emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.

2) Sinusitis Sub Akut


Sinusitis subakut menghasilkan gejala yang hampir identik dengan
yang umumnya terkait dengan jenis lain sinusitis. Namun demikian,
mungkin memerlukan perawatan yang berbeda dari mereka diberikan dengan
infeksi sinus kronis dan akut. Gejala sinusitis subakut mengatasi sepenuhnya
biasanya dengan intervensi medis, terutama dengan terapi antibiotik.
Dekongestan juga terbukti sangat efektif dalam mengurangi gejala-
gejalanya.

3) Sinusitis Kronis
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8
minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.

3
C. Etiologi
Pada Sinusitis Akut, yaitu :
1) Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan
Parainfluenza virus).
2) Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang
biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
3) Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita
gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

Pada Sinusitis Kronik, yaitu:


a) Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
b) Alergi
c) Karies dentis ( gigi geraham atas )
d) Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
e) Benda asing di hidung dan sinus paranasal
f) Tumor di hidung dan sinus paranasal

D. Patofisiologi

Penyakit sinusitis dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus


Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza, jamur aspergillus, dan bakteri
streptococcus pneumonae, haemoniae influenza. Awal mulanya penyebab
mikroorganisme masuk ke dalam saluran pernapasan, merusak lapisan epitel dan
bersilia sehingga terjadi peradangan, dimana Ig E di tingkatkan untuk melawan
antigan daerah sinus tersebut sehingga antibody terbentuk menyebabkan
terjadinya edema, pemerahan dan menyebabkan produksi mukosa berlebih
sehingga hidung menjadi tersumbat, apabila terjadi terus-menerus akan

4
menyebabkan penderita sesak napas dan jika antigen ini tidak sepenuhnya di
bersihkan akan menyebabkan mikroorganisme merusak sinus.
Penyebab kedua adalah alergi, seperti alergi debu,polusi yang
tercemar, dan bulu-bulu hewan. Awal mulanya alergi terhadap debu,bulu-bulu
hewan,polusi udara yang tercemar masuk kedalam rongga hidung sehingga
terjadi proses inflamasi, dimana zat-zat allergen bertemu dengan antibody
menyebabkan peningkatan mediator kimia seperti histamine, bradikinin, dan
prostaglandin. Menimbulkan reaksi radang pada daerah sinus, hal ini akan
menyebabkan peningkatan pada aliran darah dan bradikinin menghantarkan
nyeri ke otak, prostaglandin sebagai pengantar signal ke temoregulator yaitu
hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh dan histamine memberikan efek
gatal-gatal dan kemerahan.

5
WOC
SINUSITIS

Virus, bakteri, Jamur Bahan kima, alergen, tumor,


(streptococcus pneumonae, dsb
haemoniae influenza)

Masuk saluran penafasan

Proses Inflamasi

Merangsang mediator
kimia Sinusitis Merusak lapisan
(Histamin, bradikinin, epitel dan bersilia
Prostaglandin)

Mempengaruhi Ig E
Nociceptor
saluran pencernaan

Edema, kemerahan,
Korteks Rasa tidak enak produksi mukosa
Serebri ditenggorokan

Persepsi Hidung tersumbat


Anoreksia sekunder
Nyeri

Nyeri Ketidakefektifan Gangguan


Perubahan bersihan jalan Istirahat
pemenuhan nutrisi < nafas Tidur
kebutuhan tubuh

Penanganan
kurang efektif

Infeksi semakin
parah

Gangguan konsep Bau pernafasan tidak


diri sedap

6
E. Manifestasi Klinis

1. Sinusitis Akut
a. Sinusitis Maksila Akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung
tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-
kadang berbau dan bercampur darah.
b. Sinusitis Etmoid Akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara
dua mata, dan pusing.
c. Sinusitis Frontal Akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi
berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
d. Sinusitis Sphenoid Akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di
nasofaring

2. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering
demam.
F. Komplikasi

a. Kelainan pada Orbita


Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang
tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis
akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita
dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita juga. Pada komplikasi ini terdapat
lima tahapan :
1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan.
Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya.
Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea
yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada
kelompok umur ini.

7
2. Selulitis orbita
Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi
orbita namun pus belum terbentuk.
3. Abses Subperiosteal
Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis.
4. Abses Orbita
Pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.
Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan
unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata
yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses
orbita, juga proptosis yang makin bertambah.
5. Thrombosis Sinus Kavemosus
Akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus
kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.

b. Kelainan intracranial
1. Meningitis akut
Salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut,
infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau
langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus
frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara
ethmoidalis.
2.Abses Dura
Kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya
mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu
menimbulkan tekanan intra kranial.
3. Abses Subdural
Kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan
otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.
4. Abses Otak
Setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka
dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

8
c. Osteitis dan Osteomylitis.
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang
frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat
berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.
d. Mukokel
Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini
paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista
retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis,
ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi
tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai
pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke
lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan
gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

G. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan
posterior, pemeriksaan naso endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang
lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada
sinusistis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada
sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto
polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi
sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat
perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa. CT
scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra
keseluruhan dan perluasannya.

9
H. Penatalaksanaan

1. Farmakologi & keperawatan


Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis
akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa
serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah
golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten
atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-
klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic
diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada
sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram
dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika
diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga
hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin
diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih
kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2.
Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga
merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat
dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.Tindakan
operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan operasi terkini untuk
sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan
hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang
lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa:
sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik
disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya
komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan utama :
Hidung tersumbat, pilek, bersin-bersin, hidung gatal dan mata berair, merasa
nyeri dikepala dan pipi terasa penuh
2. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Sejak kecil pasien sering bersin-bersin lebih dari lima kali pada pagi
hari,dan menghilang disiang hari disertai hidung gatal dan mata berair
3. Pengkajian pola kesehatan :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
hidung
c. Pola istirahat dan tidur
Selama sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri
menurun
e. Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus
menerus

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
obstruksi, secret yang mengental
2. Nyeri : sinus, tenggorokan, kepala berhubungan dengan peradangan pada
hidung
3. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun sekunder dari peradangan sinus
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat; nyeri
sekunder peradangan hidung
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan tidak sedap.

11
C. Intevensi Keperawatan dan Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
obstruksi, secret yang mengental
Intervensi Rasional
Tujuan : Jalan nafas efektifsetelah a. Mengetahui tingkat keparahan
secret (serous,purulen) dan tindakan selanjutnya
dikeluarkan
Kriteria : b. Mengetahui perkembangan klien
Klien tidak bernafas sebelum dilakukan operasi
lagi melalui mulut c. Memudahkan klien untuk bisa
Jalan nafas kembali mengeluarkan sekret
normal terutama d. Kerjasama untuk menghilangkan
hidung penumpukan secret/masalah

a. kaji penumpukan secret yang


ada

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Ajarkan batuk efektif

d. Kolaborasi dengan tim medis


untuk pembersihan sekret

12
2. Nyeri : sinus, tenggorokan, kepala berhubungan dengan peradangan pada hidung

Intervensi Rasional
Tujuan : Nyeri klien a. Mengetahui tingkat nyeri klien
berkurang atau hilang dalam menentukan tindakan
Kriteria hasil : selanjutnya
Klien b. Mengetahui keadaan umum dan
mengungkapakan perkembangan kondisi klien.
nyeri yang dirasakan c. Dengan sebab dan akibat nyeri
berkurang atau diharapkan klien berpartisipasi
hilang dalam perawatan untuk
Klien tidak mengurangi nyeri
menyeringai d. Klien mengetahui tehnik
kesakitan distraksi dan relaksasi sehinggga
dapat mempraktekkannya bila
a. Kaji tingkat nyeri klien mengalami nyeri
e. Menghilangkan /mengurangi
keluhan nyeri klien
b. Observasi tanda tanda vital
dan keluhan klien
c. Jelaskan sebab dan akibat
nyeri pada klien serta
keluarganya
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
e. Kolaborasi dngan tim medis :
1) Terapi konservatif :
obat Acetaminopen; Aspirin,
dekongestan hidung
Drainase sinus
2) Pembedahan :
Irigasi Antral : Untuk
sinusitis maksilaris.
Operasi Cadwell Luc.

13
3. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus

Intervensi Rasional
Tujuan: nutrisi klien terpenuhi a. Mengetahui kekurangan nutrisi
Kriteria Hasil: klien
Porsi dihabiskan b. Mengetahui perkembangn utrisi
klien
a. kaji pemenuhan kebutuhan c. Dengan sedikit tapi sering
nutrisi klien mengurangi penekanan yang
b. Catat intake dan output berlebihan paan pemenuhan da
makanan klien. lambung
c. Dorong makan sediki-sedikit d. Dengan pengetahuan yang baik
tapi sering. tentang nutrisi akan memotivasi
meningkatkan pemenuhan
nutrisi
d. Jelaskan pentingnya makanan e. Mengkatkan selera makan klien
bagi proses penyembuhan

e. Anjurkan keluarga untuk


sajikan makanan secara
menarik

14
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat; nyeri
sekunder peradangan hidung
Intervensi Rasional
Tujuan : kebutuhan istirahat tidur a. Mengetahui permasalahan klien
klien terpenuhi
dalam pemenuhan kebutuhan
Kriteria hasil : klien tidur 6-8 jam istirahat tidur.
sehari
b. Agar klien dapat tidur dengan
a. Kaji kebutuhan tidur klien tenang.
c. Pernafasan tidak terganggu.

b. Ciptakan suasana yang d. Pernafasan dapat efektif kembali


nyaman. lewat hidung.
c. Anjurkan klien bernafas lewat
mulut.
d. Kolaborasi dengan tim medis
pemberian obat.

5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan tidak sedap


Intervensi Rasional
Tujuan : Mulai menunjukkan a. peran pasien dalam keluarga di
adaptasi dan masa lampau yang terganggu
menyatakan menambah kesulitan dalam
penerimaan pada menginteggrasikan konep diri
situasi diri selain itu, masalah kemandirian
Kriteria Hasil: dan ketergantungan perlu pula
mengenali dan menyatu mendapat perhatian
dengan perubahan b. memberikan petunjuk bagi pasien
konsep diri yang akurat dalam memandang dirinya,
tanpa harga diri negatif adanya perubahan peran dan
membuat rencana nyata kebutuhan dan berguna untuk
untuk adaptasi peran memberikan informasi pada saat
baru/ perubahan peran tahap penerimaan
c. membina suasana terapeutik pada
pasien untuk memulai
penerimaan diri

15
a. kaji dinamika pasien dan juga d. meyakinkan bahwa pasien masih
orang terdekat dengan pasien ( bertanggung jawab atas
contohnya: peran pasien dalam kehidupannya sendiri dan
keluarg, faktor budaya dan memberikan perasaan untuk dapat
sebagainya. mengatur keadaan atau situasi
diri.

b. Dengarkan keluhan pasien dan


tanggapan-tanggapan
mengenai tangapan yang di
alami

c. Terima keadaan pasien,


perlihatkan perhatian pada
pasien sebagai individu.
Anjurkan pasien
mengidentifikasikan kekuatan,
beri umpan balik yang positif
untuk pengembangan atau
kemajuan yang ada.
d. Libatkan pasien atau orang
terdekat dalam perawatan,
biarkan pasien membuat
keputusan dan berperan serta
dalam aktivitas merawat diri
sendiri jika mungkin.

16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang


sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai
salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada
empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,
sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus
mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat
dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta
kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa
dan merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995 membagi
sinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan
disebabkan oleh streptococcus pneumonia (30-50%) dan kronik yang lebih
disebabkan oleh bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.

B. Saran

Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni


menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan
peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat
menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal
terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Asuhan Keperawatan Sinusitis . diakses pada
http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_ sinusitis.html tanggal 18 Maret
2013.
Anonim2. Askep Sinusitis. Diakses pada
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-sinusitis/, diakses tanggal 18
Maret 2013
Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta. Media Aesculapius

18

Anda mungkin juga menyukai