Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sebelum penilitian dilakukan, perlu adanya untuk mengkaji penelitian

terdahulu atau penelitian sebelumnya dengan tema yang sama dengan peneliti.

Pengkajian penelitian terdahulu dilakukan untuk menunjang penelitian yang

berjudul Proses Rehabilitasi Bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual (studi

kasus di pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A)

di Kota Batu).

Penelitian terdahuulu yang pertamaa oleh Adhitya Prasamdhita (2017)

yang berjudul. “Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual

Oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Korban

kekerasan (P2TPAKK) Rekso Dyah Utami Yogyakarta”. Penelitian ini adalah

penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Skripsi tersebut berisi tentang rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Pusat

Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Korban kekerasan

(P2TPAKK). Rehabilitasi yang dilakukan adalah motivasi diagnosis psikososial,

perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan kewirausahaan, bimbingan

mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan psikososial, pelayanan

aksebilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut

dan yang terakhir adalah melakukan terminasi atau rujukan. Dari hasil rehabilitasi

yang dilakukan hasilnya adalah secara garis besar mengalami perubahan kearah

yang lebih baik, dan hal itu terbukti karena kondisi mental klien menjadi lebih

baik dari pada sebelum klien di rehabilitasi.


9
Penelitian terdahlu yang kedua oleh Siti Umi Nafiisah (2015), yang

berjudul Penangnan Perempuan Korban Kekerasan Seksual diPusat Pelayanan

Terpadu Seruni Kota Semarang yang menggunakan (Perspektif Bimbingan

Konseling Islam). Metode yang digunakan pada skripsi ini adalah Program –

program yang dilakukan oleh PPT seruni adalah mulai dari menerima pengaduan

korban, ,melakukan konnseling awal, mmemberikan layanan rumah aman,

memberikan pelayanan berupa pendampingan untuk korban, membahas terkait

bagaimana penanganan lebih terhadap korban, kemudian merujuk kasus kepada

anggota tim yang lain . Prosesnya yang dilakukan adalah mulai dari

konseling hingga pendampingan hukum kepada korban. Konseling yang

diterapkan adalah konseling yang menggunakan assas – asas islam seperti asas

keselarasan dan keadilan , asas kasih sayang, asas saling menghargai dan

meghormati dan asas musyawarah. Pelayanan dari PPT Seruni yang diberikan

kepada korban memberikan hasil yang cukup baik karena adanya perubahan

psikis yang lebih baik serta percaya diri yang lebih baik pada korban. Selain itu

menurut pengakuan korban , korban pun merasaa lega dari pada sebelumnya

karena merasa terbant oleh pelayanan – pelayanan tersebut.

Penelitihan terdahlu yang ketiiga oleh. Idan Ramdani (2019) dengan judul

skripsi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak Korban Tindak Pidana

Perkosaan oleh Satuan Bakti pekerja Sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sripsi ini menggunakan metode kualitatif. Proses Rehabilitasinya dilakukan

melalui beberapa tahapan, mulai dari assasment awal, pengungkapan masalah,

penyusunan rencana pemecahan masalah, pemecahan masalah, melakukan

resosialisasi, kemudian yang terakhir melakukan bimbingan lanjut. Hasil dari

10
tahapan – tahapan rehabilitasi tersebut menghasilkan kondisi yang semakin

membaik dengan berfungsinya kembali keberfungsian sosialnya dalam kehidupan

sehari – hari.

Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu diatas, dapat diketahui

bahwasanya kasus kekerasan seksual terjadi dimanapun dan seringkali terjadi

pada perempuan, artinya permasalahan kekerasan seksual yang terjadi pada

perempuan menjadi permasalahan yang cukup serius. Persamaan dari ketiga

penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti oeh peneliti adalah

subyek yang sama yaitu korban kekerasan seksual. Perbedaan terletak pada lokasi

dan tempat penelitian masing – masing. Penelitian ini juga dapat dibedakan

berdasarkan fokusan yang diteliti, dalam penelitian ini akan berfokus bagaimana

proses rehabilitasi sosial bagi perempuan korban kekerasan seksual di Pusat

Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kota Batu,

sedangkan penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan diatas ada yang berfokus

pada anak korban kekerasan seksual, ada yang berfokus pada penanganannya

menggunakan perspektif bimbingan konseling islam, ada yang berfokus pada anak

korban tindak pidana perkosaan. Penelitian terdahulu ini dijadikan sebagai

referensi bagi peneliti untuk melalukan penelitian, namun tetap saja penelitian ini

tidak dapat disamakan oleh penelitian yang terdahulu.

11
2.2. Konsep Rehabilitasi Sosial.

Rehabilitasi yang berasal dari kata Re yag mana artnya kembali dan

habiilitasi yang memiliki arti kemaampuan. Sehingga yang secara umum

rehabilitasi adalah suaru proses pemulihaan kembali agaar m\mpu menjalankan

fungsii sosialnya seaperti dahullu atau seabagaimana mestinya. Sebagaimana

rehabiliitasi untuk membantu paroses pemulihan daalam hal permasalahan

perbedaan. yang tidak biaasanya terjadi paada fisik, mental hingga jiwa seseorang

yang perlu untu dipulihkan seperti sedia kala. Sedangkan, kata sosial berarti

segala sesuatu mengenaai masyarakat yang didalanya terdapat individu - individu

yang terlibat suatu kegiatan bersama (Rasamdhita, 2017: 20).

Rehabilitasi juga diartikan suatu pemulihan seperti pada kondisi semula,

yang mana kondisi yang kurang baik perlu dilakukan penanganan yang baik agar

kembali pada kondisi semula (Jurnal Sosio Konsepsia Vol. 8 No. 02 (2019: 4–5)

apabila diartikan secara menyeluruh maka rehabilitasi sosial dapat diartikan

secara menyluruh adalah sebuah proses pemulihan yang diberikan kepada

seseoerang atau lebih yg tidak hanya pada seseorang yang mengalami

permasalahan fisik, mental, jiwa, tetapi juga kepada orang yang mengalami

ketidakberfungsian sosial dalam lingkungan masyarakatnya. Hal ini apabila

ditinjau dari kamus psiikologi, bahwasanya rehabilitasi proses pemulihan dengan

memberikan atau menunjukan ekspresi, perhatian hingga perlakuan kepada

seseorang agar mampu menjalankan keberfungsian sosialnya dalam masyarakat,

agar mampu bercampur baur dengan masyarakat yang ada di lingkunganya.

(Mahendra, 2019: 5). Secara garis besar rehabilitasi adalah suatu proses

pemulihan yang melalui berbagai macam tahap yang dibutuhkan bagi yang

12
membutuhkan mulai dari rehabilitasi untuk para pengguna narkoba, untuk

disabilitas, anak berbadan hukum hingga rehabilitasi untuk anak maupun

perempuan korban kekerasan seksual. Optimal atau tidak hasil rehabilitasi adalah

tergantung bagaimana yang melakukan rehabilitasi terhadap korban. Proses

pemulihan dengan menunjukan ekspresi dan perhatian dalam bentuk yang

bermacam – macam dan variasi itu sangat dibutuhkan untuk menunjang proses

rehabilitasi atau penyembuhan untuk korban rehabilitasi hingga akhirnya dengan

rehabilitasi korban mampu memyembuhkan dirinya sendiri dan kembali kepada

keadaan yang semula serta keadaan yang lebih baik lagi.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2019

tentang kesejahteraan sosial pada Bab 3 Pasal 7 yang berbunyi bahwasanya

Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar. Berdasarkaan kedua penjelasan diaatas bahwasanya

rehabilitasi sosial adalah suatu proses pemulihan agar mmpu menjalankan

kembali keberfungsiansosialnya yng sebelumnya keberfungsiansosialnya berjalan

kurang baik atau bahkan tidak berfungsi sebgaimana ffungsinya. Selain itu

menurut Helen Haris Perlman Rehabilitasi sosial adalah suatu usaha untuk

memiiliki rasa harga diri, kecintaan terhadap kerja, kesadaran akan tanggung

jawab terhadap masa depannya, keluarga maupun masyarakat dalam lingkungan

sosial. Peningkatan keberfungsian sosial sangat penting untuk melakukan aktifitas

sehari hari, mulai dari kontak verbal dengan keluarga, masyarakat, lingkungan

kerja, hingga lingkungan yang lebih luas lagi.

13
2.3. Bentuk - Bentuk Rehabilitasi. Sosial

Menurut Undang - undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial pasal 7 bahwasanya rehabilitasi sosial diberikan dlam bentuk

- bentuuk, yaitu :

a. Motivasi dan diagnosis sosial.

Adalah memberikan suatu dorongan ataupun tenaga untuk memperbaiki kondisi

psikologis korban menjadi sediakala atau bahkan lebih baik, sedangkan pada

diagnosis sosial adalah penyimpulan melalui pencarian data awal untuk

mengetahui permasalahan psikologis akibat masalah sosial yang dihadapi korban.

b. Perawatan dan pengasuhan.

Perawatan dan pengasuhan ini merupakan perawatan fisik maupun non fisik,

dalam artinya perawatan yang mnyesuaikan kebutuhan korban seperti apabila

kekerasan seksual yng diilakukan oleh pelaku kepada korban dapat melukai

tangan atau hingga melukai kelamin maka perlu adanya perawatan kepada korban.

Juga perlu untuk mendapatkan pengasuhan kepada korban agar dapat menjalankan

keberfungsian sosialnya seperti sedia kala.

c. Pelatihan vokasional dan pembinaan. kewirausahaan.

Sebuah usahah pemberian kterampilan kpada peneriima pelasyanan agar mmpu

hiidup mandiri dan//produktif. Sebuah pemberian keterampilan untuk menyatukan

koban, untuk memperbaiki antara korban dengan keluarga, pekerjaan dan

masyarakat. Sehingga korban mampu menyesuaikan kembali kondisinya dengan

mayarakat, pkerjaan, dan keluarga.

14
d. Bimbingan mental spiritual.

Bimbingan mental spiritual dilakukan untuk membimbing dan memberikan

asupan pengetahuan tentang agama untuk memperbaiki dan merubah sikap dan

perbuatan yang kurang atau bahkan tidak baik dalam kehidupannya sehari - hari.

e. Bimbingan fisik.

Adalah suatu proses bimbingan yang dilakukan untuk memelihara, dan

menyembuhkan korban yang telah mengalami luka fisik, sehingga kondisi

jasmani akan lebih sehat.

f. Bimbingan sosial dan konseling psikososial

Merupakn suatu bimbingan yang dilakukan untuk mengetahui serta mengatasi

masalah-masalah social yang sedang dihadapi korban. Jadi persoalanyang

berhubungan dengan masyarakat, interaksi dengan sesama, sehingga korban

mampu menyesuaikan diri kembali dengan masyarakat yang ada di lingkunganya

karena mampu mengatasi sendiri permasalahan - permasalahan sosial yang

dihadapi.

g. Pelayanan aksesibilitas.

Pelayann aksesibeilitas merupakan hak untuk mengakses kebutuhan mendasar

mana pemerintahlah yang menyediakan. Aksesibilitas untuk perlindungan

misalnya.

h. Bantuan dan asistensi sosial.

Bantuan dan asistensi sosial merupakan suatu tindakan berupa bantuan sosial dan

pendampingan sosial yang dilakukan kepada korban terhadap permasalahan -

permasalahan korban yang dihadapi di dalam hidupnya.

i. Bimbingan resosialisasi.

15
Bimbingan resosialiisasi mrupakan sebuah bimbingan mnyayatukan Serta

memahamkn kembali kepada masyarakat yang ada dilingkunganya.

j. Bimbingan lanjut dan atau.

Bimbiingan lanjutkan ini meanyesuaikan bimbingan yang dibutuhkan oleh

korban setelah melakukan bimbingan awal

k. Rujukan.

Merupakan sebuah tindakan rujukkan kepada tempat lain lebih lanjut yang

diilakukan kepada korban untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut

2.4. Strategi Rehabilitasi

Ada Rehabilitation Strategies yang di kutip dari Jurnal Sosio Konsepsia Vol.8,

No.02 (2019: 8-10) yang dapat dijadikan sebagai acuan rehabilitasi, strategi

rehabilitasi tersebut antara lain :

1. Provide counselling to the client in order to recover from emotional trauma.

2. Provide counselling to family members.

3. Seek professional assistance from other specialists.

4. Seek assistance from agencies such as NGOs, churches, and law enforcement

authorities, where necessary.

5. If necessary, recommend foster care.

6. Provide options as a solution

Dalam upaya rehabilitasi, keaktifan keterlibatan klien dalam proses konseling

menjadi hal yang penting, lingkungan sosial yang ramah kepada klien tanpa

memberikan stigma negative terhadap klien, dukungan keluarga menjadi penting

dalam kesembuhan klien serta kerja lintas sektoral sangat menunjang kesembuhan

klien.

16
2.5. Konsep Perempuan

Manusia perlu mengenal dirinya jasmani dan rohani serta meningkatkan

kualitasnya guna meraih kebahagiaan hidup masa kini dan masa mendatang yang

dekat serta yang jauh. laki dan peerempuan keeduanya brkewajiban menciiptakan

situasii harmoniis dallam masyarkat. Tentu sajja,, situasi isni hsarus sessuai dgan

kodrat daan kemampouan masiing – masing. Ini berartii bahwa kiita diituntut tuk

mengetahuii keiistimewaan dan kekuranga masing – masing, serta perbedaan –

perbedaaan antar keduannya. Tnpa megetahui hall tersebut, orang bias

mempersalahkandan menzalimi banyakpihak. Dia bias memepersalahkan

interpretasii agama dan, menganiiaya perempuadn karena mngusulkan hal – hal

yang justru brtentangan dengan kodrtnya (Shihab, 2014: 4-5).

Tentang Konsep Perempuan, yang man menurut Zoetmulder Pudjiastutik,

2009: 5) perempuan itu berasal dari kata empu yaitu orang yang tinggi,yang

berkuasa, yang mahir, yang mampu berdiri sendiri. Perempuan mampu mandiri

melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, tanpa perlu diikendalikan ataupun

didominasi oleh laki laki. Jenis kelamin (sex) terdiri dari dua jenis yaitu laki laki

dan prempuan. Kodrrat adalah pemberian dari Tuhan yang tidak dapat berubah

seperti halnya laki - laki mempunyai jakun, penis, sperma, sedangkan

perempuan memiliki alat reproduksi yaitu rahim, payudara, vagina. Kodrat ini

fitrah dari Tuhan yang tidak dapat dirubah.Yang perlu dipahami adalah bahwa

laki laki dan perempuan keduanya adalah manusia yang sama karena keduanya

bersumber dari ayah da ibu yang

17
sama. Keduanya berhak memperoleh penghormatan sebagai manusia. Akan tetapi,

akibat adanya perbedaan, persamaan dalam bidang tertentu tidak menjadikan

keduanya sepenuhnya sama. Namun, ketidaksamaan ini tidak mengurangi

kedudukan satu pihak dan melebihkan yang lain.

2.6. Konsep Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan.

1. Pengertian Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan.

Pembahasaan megenai kekerasan seksual terhadap perempuan aku dibahas

secara mendalam agar lebih mudah untuk mengethui secara konseptual dan fokus

pada pembahasan tentang pemahaman mengenai kekerasann seksual terhadap

perempuan.Kekerasan jika dalam bahasa inggris diartikan dengan istilah Violence.

Sdangkan seccara etiimology, Violence yang digabungkan dari “Vis” yang

mempunyai arti daya atau kekuatan dan. “latus” yng brasal dari kata “ferre” yang

Mana arteinya membawa.. Jadi vioelence yang berasal dari bahasa inggris

adalah suatu perbuatan yang membawa daya untuk melakukan sesuatu tindakan

atau perbuatan yang bersifat menekan dan atau menggunakan dorongan paksaan

dengan fisik ataupun nonfisik hingga membuat cedera kepada korban. (Gultom,

2014: 14). Kekerasan merupakan suatu perbuatan yang dapat menciderai orang

lain, dengan menyudutkan korban yang berujung pada tindakan kekerasan yang

dapat mengakibatkan luka hati yang berdapak pada psikologis hingga luka fisik

bahkan kematian tidak dapat terhindarkan apabila kekerasan terjadi dengan kadar

permasalahan yang tinggi.

Pada bab IX Pasal 89 KUHP menyebutkan bahwa tindakan kekerasan

merupakan sebuah tindakan yang menyebabkan seseorang jatuh pingsan dan

menjadikan orang lemah hingga tidak berdaya. (Gultom, 2014: 1) Melakukan

tindakan kekerasan sama saja dengan menggunakan kekuatan fisik, seperti


18
menggunakan kaki untuk menendang orang, tangan untuk memukul, menampar,

menjambak atau menggunakan senjata untuk melakukan sesuatu yang melukai

hingga merugikan orang lain atau korban. Selanjutnya beralih kepada

pembiacaraan kekerasan seksual. Suatu perbuatan kekerasan yang dilakukan

dengan berdasarkan jenis kelamin yang berbeda disebut dengan istilah gender

based violence atau bisa disebut dengan kekerasan berbasis gender (Sugihastuti &

Saptiawan, 2010: 171). Kekerasan ini dilakukan melihat berdasarkan jenis

kelamin. Prempuan yang sering dianggap makluk nomor dua atau makhluk

yang lemah sering kali diijadikan sasaran kekerasan seksual karena lakilaki

merasa lebih berkuasa dan dominan untuk menguasai seekor publik. Kekerasan

seksual terhadap perempuan menurut Skaine penyebabnya adalah kaum lakilaki

yang merasa lebih berhak atas segalanya, merasa menjadi seoerang pemimpin

dan memandang bahwasanya perempuan makhluk yang lemah dan kaum lak

laki berhakk untuk melakukan kekerasan secara seksual terhadap perempuan.

Dengan rasa mendominasi tersebut mengakibatkan kaum laki laki merasa berhak

untuk melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan (Sugihastuti &

Saptiawan, 2010: 178) Kekerasan seksual selain dapat menciderai fisik juga dapat

menciderai psikis yang dapat memunculkan rasa trauma yang berdurasi cukup

panjang dan akan membekas akibat kekerasan seksual yang

19
dialami korban. Kekerasan yang terjadi kepada perempuan dapat terjadi pada

ranah domestik dan ranah publik. Dikatakan kekerasan pada ranah publik adalah

ketika yang melakukan perbuatan adalah keluarga sendiri seperti ayah, paman,

kakek atau yang masih memiliki hubungan keluarga. Sedangkan dikatakan

kekerasan dalam ranah publik adalah pelaku yang tidak mengenal korban atau

tidak memiliki hubungan kekeluargaan kepada korban..

Berdasarkan jumlah terjadinya kekerasan seksual dapat diklasifikasikan

menjadi dua (2) yaitu pelecehan seksual dan penyerangan seksual. Pelecehan

seksual itu bersifat ringan karena seperti mengedipkan mata, mencubit, bersiul

yang bersifat menggoda, dan masih banyak lagi , sedangkan penyerangan seksual

korban yang mayoritas perempuan mengalami penyudutan yang memojokkan

melalui verbal maupun nonverbal kepada fkorban sehingga berakhir pada

ancaman perkosaan dan seringkali didampingi dengan kekerasan (Sugihastuti &

Saptiawan, 2010: 174).

Namun seringkali begitu yang jadi korban kekerasan seksual adalah

anak perempuan dikarena posisi seorang anak dan perempuan rawan . Yang

dimaksud rawan disini adalah anak dan perempuan mempunyai resiko

yang lebih tinggi mengalami permasalahanya dalam kehidupannya hingga

mempengaruhi perkembanganya bisanya yang terjadi adalah pada kondisi

psikologiss (mental), sosial hingga fisik , karena anggapanya bahwasanya

perempuan lebih dipandang lemah hingga sebelah mata oleh masyarakat

secara umum, selain itu karena ada beberapa kondisi yang mempengaruhi

seperti seorang anak dan perempuan yang tingkat perekonomianya menengah

kebawah atau miskin, anak dan perempuan yang tinggal jauh dari perkotaan, yang

20
mengalami permasalahan didalam internal keluarganya. Dampak yang

ditimbulkan adalah kerugian yang bersifat materi ataupun gangguan emosional

dan psikologis korban yang dapat mempengaruhi masa depan anak dan

perempuan. Pada perempuan dalam rumah tangga seringkali terjadi kekerasan

karena kurang berdaya secara ekonomi, sedangkan laki - laki menguasai dalam

rumah tangga, hal ini menjadikan perempuan dalam rumah tangga yang merasa

pasrah akan kondisinya dan lebih sering menurut kepada suaminya terlepass benar

ataupun salah karena memang dalam rumah tangga dikuasai oleh lakilaki akibat

dari ketidak berdayaan perempuan secara ekonomi.

1. Bentuk - Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan

Paling banyak kekerasan seksual yang dialami oleh anak maupun

perempuan adalah perbuatan pelecehan seksual seperti pencabulan, pemerkosaan,

perdagangan anak dan perempuan, pembunuhan. Perbuatan melakukan kekerasan

terhadap perempuan tidak hanya dilakukan oleh orang - orang yang tidak kenal

dengan korban, melainkan juga dari orang -orang terdekat korban seperti keluarga

sendiri , mulai dari keluarga inti, paman, kakek, atau orang - orang yang masih

memiliki hubungan darah dengan korban. Bahkan kebanyakan yang melakukan

kekerasan seksual adalah orang yang kenal dengan korban atau yang menjadi

keluarga korban sendiri. Berbagai macam bentuk kekerasan terhadap perempuan

mulai dari sikap yang mmbiarkan atau mengabaikan, pemerkosaan hingga

tindakan pembunuhan ada empat (4) macam, diantaranya sebagai berikut :

a. Kekerasan fisik.

21
. Kekerasan fisik ini merupakan suatu perbuatan yang menggunakan fisik seperti

memukul, menendang, menjambret, mencopet, dan lain sebaginya. (Sugihastuti

& Saptiawan, 2010: 178). Selain itu kekerasan fisik ini selain menggunakan

tangan dan kaki untuk dapat membuat cedera pada fisik seperti memar bengkak,

berbekas, hingga menimbulkan rasa sakit bahkan kematian juga bisa

menggunakan benda tumpul maupun benda tajam

b. Kekerasan Sosial

Kekerasan sosial ini. akibat dari pengabaian secara ekonomi, kurang mendapatkan

perawatan yang layak oleh keluarganya, meskipun orang tua atau kluarga sudah

memberikan yang terbaik namun, pengabaian ini terjadi karena kondisi ekonomi

juga yang akhirnya menyebabkan anak dan perempuan terabaikan secara fisik.

c. Kekerasan Emosional.

Kekerasan emosional ini secara otomatis akan berdampak terhadap psikologis

korban atau perempuan itu sendiri. Hal diakibatkan tindakan pelaku kepada

korban seperti meggunakan kekerasan verbal maupun non verbal yang

menyebabkan luka yang membekas luka fisik maupun luka batin, sehingga

akan berdampak terhadap pikologis korban yang menyebabkan trauma cukup

panjang karena akibat psikologis yang terguncang akibat dari derita yang dialami

korban. Sehingga korban akan kehilangan rasa percaya diri, rasa takut.

d. Kekerasann Seksual.

22
Menurut Kalyanaitra dan rasetyo (Dzuhayatin dan Yuarsi, 2002:7) ada dua (jenis

kekerasan seksual) yaitu yang pertama adalah kekerasan seksual ringan seperti

siulan, kedipan yang menggoda, melihat dengan penuh nafsu mulai dari ujung

kepala hingga ujung kaki. Jenis kekerasan seksual yang kedua adalah kekerasan

seksual berat yaitu seperti memaksa memojokkan korban hingga akhirnya

berujung kepada pemerkosaan, tidak hanya pemerkosaan saja melaikan

pemerkosaan disertai kekerasan fisik hingga bisa terjadi pembunuhan

2.7. Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan

Perbuatan kekerasan yang paling sering dialami oleh perempuan

adalah kekerasan seksual. Dampak dari perbuatan kekerasan sesksual adalah

perempuan mengalami berbagai macam permasalahan seperti stres, tidak percaya

diri, rendah diri, merasakan takut, rasa sedih yang berkepanjangan hingga

melakukan perbuatan yang mengakhiri hidupnya. Kekerasan seksual yang terjadi

kepada perempuan akan terekam jelas pada pikirannya dan akan membawa rasa

trauma yang bersifat sementara atau jangka panjang. Kekerasan seksual yang

dilakukan semakin parah bisa jadi berujung kematian. Luka yang berbekas kepada

korban dapat mempengaruhi perkembangan psikologisnnya, sehingga korban

akan cenderung semakin tidak percaya diri kemudian mengisolasir dirinya dari

lingkungannya (Pujileksono dan Lendriyono, 2008: 51). Kandungan yang

terdalam dalam buku Working with Rape Survivor (1990) akibat dari kekerasan

seksual yang terjadi pada perempuan adalah yang pertama. Tindakan dari

kekerasan seksual yang ditimbulkan adalah perubahan kondisi psikologis korban

seperti ketakutan berlebih, khawatir terhadap kondisi sekitar, gelisah, rasa

23
ketakutan yang muncul diakibatkan pernah mengalami kekerasan fisik hingga

seksual, hingga bahkan takut akan terjadinya pembunuhan.

Pada faktanya korban justru mendapat sikap pengucilan dari masyarakat

karena di labeling bahwasanya korban kekerasan seksual sudah ternoda, tidak

bermoral, tidak suci, tidak perawan, memalukan keluarga akibat perbuatan

korban, sehingga korban menjadi merasa bersalah, malu. Pada aspek fisik akan

muncul berbagai macam kondisi seperti tidak nafsu makan, kesulitan tidur,

merasakan sakit pada bagian perut hingga vagina, atau luka – luka fisik yang lain.

Yang kedua adalah dampak yang berkelanjutan.

Dampak yang berkelanjutan adalah dampak jangka panjang yang dialami

korban kekerasan seksual. Korban akan selalu berusaha untuk mrnghilangkan

peristiwa yang ada di pikirannya. Kemungkinan besar korban akan mengalami

fobia. Jika korban kekerasan seksual perempuan masih usia anak –anak tidak

menutup kemungkinan akan terjadi penyimpangan seksual ketika sudah beranjak

usia dewasa. Seperti trauma yang mengalami kenikmatan luar biasa, sehingga

ingin melakukan lagi pada kemudian hari, selain itu dampak lanjutan yang lain

adalah korban kekerasan seksual tidak menutup kemungkinan akan melakukan

hubungan sejenis dikarenakan trauma karena pernah dilecehkan, disakiti oleh

pelaku tindak kejahatan kekerasan seksual. Selain itu, perempuan yang sudah

merasa hina, kotor, berdosa akan menjerumuskan diri di tempat melakukan seks

bebas. Dampak yang lainnya yang akan terjadi adalah apabila pelaku adalah

keluarga atau yang masih memiliki ikatan darah akan tidak mudah untuk

diselediki karena keluarga sendiri dan sebagian orang menganggap bahwasanya

itu adalah aib maka dari itu tidak perlu diselidiki. Perbuatan kekerasan seksual

yang dilakukan yang masih ada ikatan


24
darah ini biasanya tidak hanya dilakukan satu atau dua kali, melainkan berkali

kali. Sehingga tidak heran trauma berkepanjangan berdampak pada psikologis

korban

25

Anda mungkin juga menyukai