Resosialisasi Sebagai Upaya Mencapai Keb
Resosialisasi Sebagai Upaya Mencapai Keb
Abstrak
Tujuan Penelitian: Untuk menjelaskan pelaksanaan resosialisasi sebagai upaya mencapai
keberfungsian sosial bagi penyandang gangguan jiwa psikotik di Panti Sosial Bina Laras (PSBL)
Harapan Sentosa 3 Daan Mogot. Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil Penelitian: Pelaksanaan Resosialisasi di
Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 3 Daan Mogot terbagi menjadi 5 (lima), yaitu
pertama bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat diantaranya bimbingan kesiapan Penerima
Layanan Sosial (PLS), bimbingan kesiapan keluarga, dan bimbingan kesiapan masyarakat. Kedua,
bimbingan sosial hidup bermasyarakat dilakukan dalam bentuk kegiatan persiapan sosialisasi
publik. Ketiga, bimbingan pemanfaatan bantuan/stimulan usaha ekonomi produktif tidak dilakukan
karena keterbatasan anggaran yang dimiliki. Keempat, bimbingan usaha/kerja produktif dilakukan
dalam bentuk kegiatan keterampilan membuat keset, pel, sapu, sandal, mote, dan salon. Kelima,
penyaluran bagi keluarga yang dapat menerima penyandang, maka akan dilakukan pemulangan.
Namun, bagi penyandang yang tidak dapat dipulanglan, maka akan diberikan pemberdayaan usaha/
kerja. Dampak dari pelayanan resosialisasi adalah meningkatnya keberfungsian sosial dalam segi
kepuasan berperan dalam kehidupan, relasi positif dengan orang lain, dan perasaan menghargai
diri. Adapun hambatan pelaksanaan resosialisasi diantaranya keluarga yang mengabaikan informasi
yang diberikan oleh petugas, penolakan dari keluarga, kurangnya SDM, kurangnya anggaran
dan masyarakat yang kurang koperatif. Kesimpulan: resosialisasi memberikan dampak positif
bagi penyandang gangguan jiwa psikotik sehingga mengalami peningkatan keberfungsian sosial
dalam segi kepuasan berperan dalam kehidupan, relasi positif dengan orang lain, dan perasaan
menghargai diri.
1&2
Alamat: IISIP Jakarta, Jl. Raya Lenteng Agung No. 32, Jakarta Selatan, Telepon 021-7806223/24
120 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
adalah kegiatan pengakhiran rehabilitasi yang ekonomi produktif; (4) Bimbingan usaha/kerja
melibatkan keluarga, masyarakat, dan panti produktif; (5) Penyaluran, yaitu menempatkan
sosial dalam rangka mempersiapkan penerimaan penyandang pada lapangan usaha/kerja, keluarga,
kembali penyandang gangguan jiwa untuk hidup sesuai dengan keterampilan yang dimiliki serta
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku sesuai dengan potensinya. Dalam penelitian ini,
di lingkungannya. peneliti ingin meneliti pelaksanaan resosialisasi
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis di PSBL Harapan Sentosa 3 Daan Mogot yang
tertarik untuk mengangkat judul “Resosialisasi terdiri dari bimbingan kesiapan dan peran
sebagai upaya mencapai keberfungsian sosial serta masyarakat, bimbingan sosial hidup
Bagi Penyandang Gangguan Jiwa Psikotik”. bermasyarakat, bimbingan pemanfaatan bantuan/
Dengan demikian rumusan masalah pokoknya stimulan usaha ekonomi produktif, bimbingan
adalah “ Bagimana Proses Resosialisasi Sebagai usaha/kerja produktif, dan penyaluran. Kegiatan
Upaya Mencapai keberfungsian Sosial bagi yang melibatkan PLS, keluarga, dan masyarakat
Penjandang Gangguan Jiwa Psikotik. Sedangkan inilah yang akan mendukung keberfungsian
tujuan penelitian ini adalah Tujuan Penelitian: sosial PLS ketika sudah dipulangkan oleh PSBL
Untuk menjelaskan pelaksanaan resosialisasi Harapan Sentosa 3 Daan Mogot.
sebagai upaya mencapai keberfungsian sosial
bagi penyandang gangguan jiwa psikotik di Panti B. Keberfungsian Sosial
Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 3 Keberfungsian sosial berkaitan dengan
Daan Mogot hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, Skidmore (1991,h.19)
2. Tinjauan Pustaka menggambarkan tiga dimensi keberfungsian
A. Resosialisasi sosial yang disebut sebagai social functioning
Menurut Sukoco, Dwi Heru (1993) dalam triangle, yaitu: (1) Kepuasan berperan dalam
Haryanto (2009, h.76), resosialisasi adalah segala kehidupan (satisfaction with roles in life);
upaya bertujuan untuk menyiapkan penyandang (2) Relasi positif dengan orang lain (Positive
cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan relationships with others), dan (3) Perasaan puas
masyarakat. Resosialisasi merupakan penentuan atau menghargai diri (feeling of self worth).
apakah individu penyandang cacat betul-betul Sedangkan, Dubois dan Miley (dalam Huda,
sudah siap baik fisik, mental, dan sosial dalam 2009, h.27-28) mengatakan bahwa ada tiga jenis
berintegrasi dengan masyarakat, dan dari keberfungsian sosial, yaitu: (1) Keberfungsian
kegiatan resosialisasi dapat diketahui apakah sosial efektif (effective social functioning), yaitu
masyarakat sudah siap menerima kehadiran keberfungsian sosial adaptif. Karena sistem-
dari penyandang cacat. Dalam penelitian ini, sistem sumber yang ada relatif mampu memenuhi
pelaksanaan resosialisasi di PSBL Harapan kebutuhan dari masyarakat. Jadi secara efektif
Sentosa 3 Daan Mogot berfokus pada penyiapan individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat
fisik, mental, dan sosial untuk Penerima Layanan dapat memenuhi kebutuhannya melalui sistem-
Sosial (PLS) agar PLS mampu berintegrasi dalam sistem sumber yang tersedia. (2) Keberfungsian
masyarakat serta penyiapan keluarga maupun sosial berisiko (at-risk social functioning), yaitu
masyarakat agar siap menerima kehadiran PLS. keberfungsian sosial yang ditunjukkan dengan
Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang dengan adanya sekelompok masyarakat yang memiliki
Kecacatan Mental dalam Panti (2010, h.23-25), risiko untuk tidak dapat memenuhi keberfungsian
menyatakan bahwa resosialisasi terdiri dari sosial secara efektif. Risiko gagal untuk dapat
berbagai kegiatan, di antaranya: (1) Bimbingan berfungsi sosial secara efektif dapat terjadi pada
kesiapan dan peran serta masyarakat; (2) kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable).
Bimbingan sosial hidup bermasyarakat; (3) (3) Kesulitan dalam berfungsi sosial (difficulties
Bimbingan pemanfaatan/bantuan stimulan usaha in social functioning), yaitu keberfungsian sosial
122 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
Dalam penelitian ini, dilakukan pada obyek 1. Informan Internal, yaitu informan yang
secara ilmiah dan fakta-fakta yang ditemukan mengetahui informasi pokok yang diperlukan
di lapangan. terkait pelaksanaan resosialisasi di PSBL
Harapan Sentosa 3 Daan Mogot. Informan
Sifat Penelitian Internal dalam penelitian ini berjumlah
Menurut Anggito & Setiawan, (2018, 2 (dua) orang terdiri dari Kepala Satuan
h.11) penelitian kualitatif bersifat deskriptif Pelaksana Pelayanan dan Pembinaan sosial
yaitu peneliti harus mendeskripsikan suatu dan Pekerja Sosial.
obyek, fenomena, atau setting sosial yang 2. Informan Eksternal, yaitu informan yang
akan dituangkan dalam tulisan yang bersifat terlibat/sasaran langsung dalam interaksi
naratif. Dalam penelitian ini, data yang sosial terkait pelaksanaan resosialisasi.
diperoleh, dianalisis, dan disajikan dalam Dalam penelitian ini, informan eksternal
bentuk deskriptif untuk menggambarkan proses berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari
pelaksanaan resosialiasi sebagai upaya mencapai 2 (dua) PLS penyandang gangguan jiwa
keberfungsian sosial bagi penyandang gangguan psikotik dan 2 (dua) perwakilan keluarga
jiwa psikotik di Panti Sosial Bina Laras (PSBL) PLS.
Harapan Sentosa 3 Daan Mogot secara sistematis, 3. Informan Ahli, yaitu informan yang tidak
rinci, dan objektif, disertai dengan kutipan hasil terlibat langsung dalam pelaksanaan
wawancara dari informan. resosialisasi di PSBL Harapan Sentosa 3
Daan Mogot, namun dianggap ahli atau
Definisi Konsep menguasai informasi terkait penelitian
1) Resosialisasi adalah pengakhiran rehabilitasi ini. Dalam penelitian ini, informan ahli
yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan berjumlah 1 (satu) orang yaitu Kepala Seksi
panti sosial dalam rangka mempersiapkan Rehabilitasi Orang Dengan Gangguan Jiwa
penerimaan kembali penyandang gangguan (ODGJ) Kementerian Sosial.
jiwa melalui kegiatan yang diantaranya
bimbingan kesiapan dan peran serta Teknik pengumpulan data.
masyarakat, bimbingan sosial hidup Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
bermasyarakat, bimbingan pemanfaatan data yang digunakan antara lain:
bantuan/stimulan usaha ekonomi produktif, 1) Wawancara,merupakan suatu proses interaksi
bimbingan usaha/kerja produktif, dan dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil
penyaluran. wawancara ditentukan oleh beberapa faktor
2) Keberfungsian sosia adalah kemampuan yang berinteraksi dan mempengaruhi arus
seseorang ketika ia merasa puas berperan informasi (Singarimbun & Effendi, 1989,
dalam kehidupan, mempunyai relasi positif h. 192).
dengan orang lain, dan merasa puas atau 2) Observasi, merupakan deskripsi secara
menghargai diri sendiri. sistematis tentang kejadian dan tingkah
3) Penyandang gangguan jiwa psikotik adalah laku setting sosial yang dipilih untuk diteliti
gangguan jiwa yang ditandai dengan (Suyanto & Sutinah, 2007, h. 172).
halusinasi, waham, kekacauan pikiran, dan 3) Studi kepustakaan, merupakan suatu kegiatan
tidak adanya kesadaran diri yang dikarenakan pengumpulan data dan informasi dari
faktor biologis, psikologis, dan atau sosial berbagai sumber, seperti buku yang memuat
budaya. berbagai ragam kajian teori yang sangat
dibutuhkan peneliti, majalah, naskah, kisah
Teknik Pemilihan Informan. sejarah, dan dokumen. Termasuk di dalamnya
Dalam penelitian ini, informan yang dipilih adalah rekaman berita dari radio, televisi,
peneliti, sebagai berikut: dan media elektronik lainnya (Maryati &
124 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
pelaksanaan resosialisasi untuk PLS terbagi kurang efektif, karena upaya tidak maksimal dan
menjadi bimbingan yang diberi Pendamping, masih menimbulkan stigma negatif masyarakat
Pekerja Sosial, dan Psikolog. terhadap ODGJ. Sehingga, sangat diperlukan
Bimbingan yang diberikan oleh pendamping terlaksananya bimbingan kesiapan untuk
merupakan kegiatan harian yang beracuan pada masyarakat agar mampu menerima PLS dengan
silabi yang dilaksanakan setiap hari. Bimbingan baik.
yang diberi Pekerja Sosial, dimana Pekerja 2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
Sosial melihat observasi dari pendamping dan Bimbingan ini terlihat dalam kegiatan silabi
dilakukan skrining dengan ISPDS (Instrumen yaitu kegiatan persiapan sosialisasi publik.
Skrining Psikotik Dinas Sosial) untuk menilai Tujuannya adalah untuk mengenalkan PLS
tingkat kepulihan. Pekerja Sosial juga melakukan akan situasi di luar panti dengan cara mengajak
bimbingan penguatan keberfungsian sosial yang PLS berjalan-jalan sekeliling panti. Kegiatan
memfokuskan kepada kesadaran PLS untuk ini berbentuk kelompok dan dilakukan setiap
minum obat, kesadaran PLS untuk berkomunikasi seminggu sekali.Diawali dengan pendamping
atau bercerita jika ada masalah, membimbing mengumpulkan PLS per kelompok, kemudian
sikap dan interaksi PLS, memotivasi penguatan pendamping mengajak PLS berjalan keliling
hubungan PLS dengan keluarga. Bimbingan dari panti dan mengamati hal-hal yang ada di luar
Psikolog yang diberikan dapat berupa konseling. panti, termasuk bertegur sapa dengan orang
Bimbingan lebih menfokuskan pada perubahan yang dijumpai dalam perjalanan. Setelah
perilaku serta intervensinya. selesai kegiatan, PLS diminta untuk berkumpul
Bimbingan kesiapan keluarga, diawali melingkar dan menceritakan apa yang mereka
dengan pengiriman surat ke alamat keluarga, temukan di dalam perjalanan. Kegiatan ini
agar keluarga menjemput PLS ke panti, alamat menjadi latihan dan mampu meningkatkan
didapatkan dari keterangan yang diberikan kemampuan PLS dalam berinteraksi dengan
oleh PLS. Setelah alamat ditemukan, maka masyarakat, sehingga menjadi bekal sosialisasi
dilakukan home visit yang dilakukan oleh bagi PLS agar ketika dipulangkan kepada
Pramu Sosial yang mendatangi keluarga dengan keluarga maupun masyarakat dapat berinteraksi
memperkenalkan panti serta menjelaskan kondisi dengan baik.
PLS bahwa sudah pulih dan sudah harus berada
di tengah-tengah keluarga, kemudian di assesmen 3) Bimbingan pemanfaatan bantuan/stimulan
latar belakang keluarganya, psikososialnya, usaha ekonomi produktif
pendidikannya, perekenomiannya, dan Bimbingan ini belum dilakukan, hal ini
penerimaan keluarganya. Dari hasil assesmen, dikarenakan keterbatasan anggaran yang
Pekerja Sosial akan menghubungi keluarga ada sehingga tidak memungkinkan untuk
kembali untuk menginformasi, memotivasi dan melaksanakan bimbingan ini. Selain itu, jenis
mengedukasi keluarga. keterampilan yang diajarkan di panti seperti
Bimbingan kesiapan masyarakat, keterampilan membuat sapu, pel, sandal, keset,
bimbingan ini belum sepenuhnya dapat dilakukan, mote, dan salon ini jenis peralatan pembuatannya
hal ini dikarenakan terdapat beberapa hambatan cukup mahal, sehingga menurut Informan sangat
yang dirasakan panti, yaitu kurangnya SDM, tidak memungkinkan untuk memberikan bantuan
kondisi masyarakat Jakarta yang semakin kurang stimulan usaha ekonomi produktif untuk PLS
peduli terhadap tetangganya yang lain dan atau yang jumlahnya ratusan.
RT/RW yang kurang mempunyai waktu untuk
terlibat. Sehingga upaya alternatif lain yang 4) Bimbingan usaha kerja produktif
dilakukan panti adalah dengan memberi saran Bimbingan usaha/kerja produktif di PSBL
kepada keluarga untuk membantu mengenalkan Harapan Sentosa 3 Daan Mogot berupa pemberian
PLS kembali di masyarakat sekitar. Hal ini dinilai keterampilan membuat keset, pel, sapu, sandal,
126 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
Informan Eksternal. Informan D, memiliki kejiwaan yang dialami begitu parah.
kepercayaan diri yang kurang, saat menjawab Namun, setelah mendapatkan rehabilitasi
pertanyaan cenderung pasif, lebih banyak sosial khususnya pada resosialisasi di PSBL
menundukkan kepala dan gesture badan serta Harapan Sentosa 3 Daan Mogot dikategorikan
tatapan mata tidak ke arah peneliti. Hal ini juga pada jenis keberfungsian sosial beresik, yaitu
terlihat dalam kegiatan di UILS Koja. Serta keberfungsian sosial yang ditunjukkan dengan
didukung oleh pernyataan teman sesama Penerima adanya resiko untuk tidak dapat memenuhi
Manfaat dan petugas bahwa kepercayaan diri keberfungsian sosial secara efektif dan masih
Informan D masih kurang. Namun, motivasi terdapat resiko gagal untuk dapat berfungsi
untuk pulih tetap ada, hal ini diungkapkannya sosial secara efektif.Meskipun keberfungsian
karena ingin bersosialisasi kembali dengan sosial belum dapat dikategorikan ke dalam
teman-temannya. Informan mempunyai harapan keberfungsian sosial efektif, setidaknya
untuk bekerja seperti dahulu.Sedangkan Informan penyandang mengalami peningkatan
AS, terlihat kepercayaan diri yang dimiliki cukup keberfungsian sosial dari kondisi sebelumnya.
baik pada saat wawancara gesture tubuh percaya Maka dari itu, jika semua aspek yang mendukung
diri dan lugas dalam menjawab. Dalam kegiatan keberfungsian sosial dapat terpenuhi dengan
di UILS Koja juga menunjukan kepercayaan diri baik, bukan hal yang mustahil jika penyandang
yang baik. Terlihat juga dari interaksi dengan dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya
petugas dan teman sesama Penerima Manfaat menjadi efektif.
yang cukup baik dan dipercaya untuk bantu-
bantu mengurus kebersihan UILS Koja. Serta 5. Penutup
mempunyai harapan ingin bekerja. A. Kesimpulan
Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dengan Informan Internal dan Ahli, indikator diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
keberfungsian sosial bagi penyandang psikotik sebagai berikut:
adalah adanya perubahan perilaku yang positif, Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
dapat melakukan perannya sebagai anggota bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat,
keluarga. Perkembangan perilaku yang dilakukan dibagi menjadi 3 (tiga) diantaranya bimbingan
oleh penyandang psikotik dari hal-hal sederhana kesiapan PLS melalui kegiatan harian oleh
seperti membantu disiplin minum obat, bantu- Pendamping, kegiatan penguatan keberfungsian
bantu di rumah, sudah dapat dikategorikan sosial oleh Pekerja Sosial, dan kegiatan konseling
sangat baik. oleh Psikolog; bimbingan kesiapan keluarga
Dubois dan Miley (dalam Huda, 2009, melalui kegiatan home visit; dan bimbingan
h.27-28) mengatakan bahwa ada tiga kesiapan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi
jenis keberfungsian sosial, antara lain: (1) edukasi masyarakat, namun pelaksanaannya
Keberfungsian sosial efektif ; (2) Keberfungsian belum efektif.
sosial beresiko; (3)Kesulitan dalam berfungsi Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
sosial. bimbingan sosial hidup bermasyarakat dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui dalam bentuk kegiatan persiapan sosialisasi
bahwa keberfungsian sosial yang dialami publik.
Informan Eksternal Penyandang gangguan jiwa Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
psikotik sebelum mendapatkan rehabilitasi sosial bimbingan pemanfaatan bantuan/stimulan
khususnya pada resosialisasi di PSBL Harapan usaha ekonomi produktif tidak dilakukan karena
Sentosa 3 Daan Mogot dikategorikan pada jenis keterbatasan anggaran yang dimiliki.
kesulitan dalam berfungsi sosial, karenakondisi Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
ini tidak mampu beradaptasi untuk memenuhi bimbingan usaha/kerja produktif dilakukan
kebutuhannya sebagai manusia, karena masalah dalam bentuk kegiatan keterampilan membuat
128 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
B. Sumber Lain C. Undang-Undang
Kementerian Sosial RI. (2010). Pedoman Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Kecacatan Mental dalam Panti. Jakarta: Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Kesehatan Jiwa
Dengan Kecacatan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Silabi Penanganan ODMK dan ODGJ Terlantar Penyandang Disabilitas