Anda di halaman 1dari 11

Resosialisasi Sebagai Upaya

Mencapai Keberfungsian Sosial bagi


Penyandang Gangguan Jiwa Psikotik
Nadia Elfirda1, Sugeng Astanto2 1
Alumni IISIP Jakarta 2Dosen Kesejahteraan Sosial

Abstrak
Tujuan Penelitian: Untuk menjelaskan pelaksanaan resosialisasi sebagai upaya mencapai
keberfungsian sosial bagi penyandang gangguan jiwa psikotik di Panti Sosial Bina Laras (PSBL)
Harapan Sentosa 3 Daan Mogot. Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil Penelitian: Pelaksanaan Resosialisasi di
Panti Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 3 Daan Mogot terbagi menjadi 5 (lima), yaitu
pertama bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat diantaranya bimbingan kesiapan Penerima
Layanan Sosial (PLS), bimbingan kesiapan keluarga, dan bimbingan kesiapan masyarakat. Kedua,
bimbingan sosial hidup bermasyarakat dilakukan dalam bentuk kegiatan persiapan sosialisasi
publik. Ketiga, bimbingan pemanfaatan bantuan/stimulan usaha ekonomi produktif tidak dilakukan
karena keterbatasan anggaran yang dimiliki. Keempat, bimbingan usaha/kerja produktif dilakukan
dalam bentuk kegiatan keterampilan membuat keset, pel, sapu, sandal, mote, dan salon. Kelima,
penyaluran bagi keluarga yang dapat menerima penyandang, maka akan dilakukan pemulangan.
Namun, bagi penyandang yang tidak dapat dipulanglan, maka akan diberikan pemberdayaan usaha/
kerja. Dampak dari pelayanan resosialisasi adalah meningkatnya keberfungsian sosial dalam segi
kepuasan berperan dalam kehidupan, relasi positif dengan orang lain, dan perasaan menghargai
diri. Adapun hambatan pelaksanaan resosialisasi diantaranya keluarga yang mengabaikan informasi
yang diberikan oleh petugas, penolakan dari keluarga, kurangnya SDM, kurangnya anggaran
dan masyarakat yang kurang koperatif. Kesimpulan: resosialisasi memberikan dampak positif
bagi penyandang gangguan jiwa psikotik sehingga mengalami peningkatan keberfungsian sosial
dalam segi kepuasan berperan dalam kehidupan, relasi positif dengan orang lain, dan perasaan
menghargai diri.

Research Objectives: To explain the implementation of resocialization as an effort to achieve


social functioning for people with psychotic mental disorders at Bina Laras Social Home Harapan
Sentosa 3 Daan Mogot. Research Method: The research method used is descriptive research with a
qualitative approach. Research Results: The Implementation of Resocialization in the Social Care
Center for Bina Laras Harapan Sentosa 3 Daan Mogot is divided into 5 (five), namely firstly the
readiness guidance and participation of the community including social service recipient guidance
(PLS), family readiness guidance, and readiness guidance Public. Second, social guidance for
community life is carried out in the form of preparations for public outreach. Third, guidance on
the use of aid / stimulants for productive economic businesses is not carried out due to budget
constraints. Fourth, business guidance / productive work is carried out in the form of skills activities
to make doormats, mops, brooms, sandals, mote, and salons. Fifth, distribution for families who

1&2
Alamat: IISIP Jakarta, Jl. Raya Lenteng Agung No. 32, Jakarta Selatan, Telepon 021-7806223/24

Resosialisasi Mencapai Keberfungsian Sosial 119


can accept persons will be repatriated. However, for persons who cannot be repatriated, business
empowerment will be given. The impact of resocialization services is an increase in social
functioning in terms of satisfaction in playing a role in life, positive relationships with others, and
feelings of self-respect

Key Words: Resocialization, people with psychotic mental disorders

1. Pendahuluan mempersiapkan penerimaan kembali ODGJ


Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma
merupakan bagian dari usaha yang dilaksanakan yang berlaku di lingkungannya (Pedoman
dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan
Indonesia. Sudah menjadi keharusan bagi Mental dalam Panti, 2010).Dalam pelaksanaan
suatu negara untuk merespon berbagai macam rehabilitasi sosial, Panti Sosial Bina Laras
permasalahan yang muncul. Salah satu masalah (PSBL) Harapan Sentosa 3 Daan Mogot
sosial diantaranya adalah masalah kesehatan jiwa, merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis
terlihat dari tingginya penyandang gangguan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
jiwa di Indonesia. Menurut data WHO (2016), yang berfokus pada pelaksanaan kegiatan
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, rehabilitasi sosial. Penerima Layanan Sosial
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena (PLS) di PSBL Harapan Sentosa 3 Daan Mogot
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. berlatar belakang kelas sosial ekonomi di bawah
Maka dari itu, Pemerintah mempunyai peran yang sebagian besar dari mereka terlantar.
penting untuk menangani permasalahan ODGJ Berdasarkan data pengguna layanan sosial
yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor (PLS) di PSBL Harapan Sentosa 3 Daan
18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, bahwa Mogot terdapat 519 orang yang terdiri atas 188
upaya kesehatan jiwa dilakukan melalui kegiatan perempuan dan 331 laki-laki, dan ditambah 25
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. orang yang sedang menjalani rawat inap. Total
Tujuannya mencegah atau mengendalikan keseluruhannya menjadi 544 orang.Tingginya
disabilitas mental, memulihkan fungsi sosial dan jumlah PLS di PSBL Harapan Sentosa 3
okupasional serta mempersiapkan dan memberi Daan Mogot menunjukkan bahwa terdapat
kemampuan orang dengan gangguan jiwa ketidakseimbangan antara ODGJ di jalanan yang
agar mandiri di masyarakat, diperlukan upaya dijangkau untuk direhabilitasi ke dalam panti
rehabilitatif kesehatan jiwa. sosial dengan penerima layanan yang keluar
Tujuan rehabilitasi sosial ini berkaitan dari panti atau dipulangkan ke keluarga maupun
erat dengan tercapainya keberfungsian sosial masyarakat. Hal itu bukan hanya berdampak
dari individu, keluarga, maupun masyarakat. bagi panti, melainkan juga pada tingkat layanan
Skidmore mengemukakan, keberfungsian sosial serta keberfungsian sosial warga binaan dan
adalah fokus utama dari pekerjaan sosial menurut tingkat penerimaan kembali warga binaan oleh
intervensi di level individu, keluarga, kelompok, keluarga dan masyarakat. Hal tersebut tidak
dan masyarakat (Huda, 2009, h.26). Salah satu dapat dipandang sebelah mata dan perlu dicegah
bentuk pelayanan rehabilitasi sosial sebagai sehingga jumlahnya dapat ditekan.
upaya mengembalikan keberfungsian sosial Resosialisasi menjadi salah satu layanan di
ODGJ adalah melalui pelayanan resosialisasi. PSBL Harapan Sentosa 3 Daan Mogot dalam
Resosialisasi adalah kegiatan bimbingan pasca rangkaian rehabilitasi sosial. Menurut Pedoman
rehabilitasi dan yang melibatkan keluarga, Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan
masyarakat, dan Panti Sosial dalam rangka Mental dalam Panti (2010,h.5), resosialisasi

120 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
adalah kegiatan pengakhiran rehabilitasi yang ekonomi produktif; (4) Bimbingan usaha/kerja
melibatkan keluarga, masyarakat, dan panti produktif; (5) Penyaluran, yaitu menempatkan
sosial dalam rangka mempersiapkan penerimaan penyandang pada lapangan usaha/kerja, keluarga,
kembali penyandang gangguan jiwa untuk hidup sesuai dengan keterampilan yang dimiliki serta
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku sesuai dengan potensinya. Dalam penelitian ini,
di lingkungannya. peneliti ingin meneliti pelaksanaan resosialisasi
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis di PSBL Harapan Sentosa 3 Daan Mogot yang
tertarik untuk mengangkat judul “Resosialisasi terdiri dari bimbingan kesiapan dan peran
sebagai upaya mencapai keberfungsian sosial serta masyarakat, bimbingan sosial hidup
Bagi Penyandang Gangguan Jiwa Psikotik”. bermasyarakat, bimbingan pemanfaatan bantuan/
Dengan demikian rumusan masalah pokoknya stimulan usaha ekonomi produktif, bimbingan
adalah “ Bagimana Proses Resosialisasi Sebagai usaha/kerja produktif, dan penyaluran. Kegiatan
Upaya Mencapai keberfungsian Sosial bagi yang melibatkan PLS, keluarga, dan masyarakat
Penjandang Gangguan Jiwa Psikotik. Sedangkan inilah yang akan mendukung keberfungsian
tujuan penelitian ini adalah Tujuan Penelitian: sosial PLS ketika sudah dipulangkan oleh PSBL
Untuk menjelaskan pelaksanaan resosialisasi Harapan Sentosa 3 Daan Mogot.
sebagai upaya mencapai keberfungsian sosial
bagi penyandang gangguan jiwa psikotik di Panti B. Keberfungsian Sosial
Sosial Bina Laras (PSBL) Harapan Sentosa 3 Keberfungsian sosial berkaitan dengan
Daan Mogot hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, Skidmore (1991,h.19)
2. Tinjauan Pustaka menggambarkan tiga dimensi keberfungsian
A. Resosialisasi sosial yang disebut sebagai social functioning
Menurut Sukoco, Dwi Heru (1993) dalam triangle, yaitu: (1) Kepuasan berperan dalam
Haryanto (2009, h.76), resosialisasi adalah segala kehidupan (satisfaction with roles in life);
upaya bertujuan untuk menyiapkan penyandang (2) Relasi positif dengan orang lain (Positive
cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan relationships with others), dan (3) Perasaan puas
masyarakat. Resosialisasi merupakan penentuan atau menghargai diri (feeling of self worth).
apakah individu penyandang cacat betul-betul Sedangkan, Dubois dan Miley (dalam Huda,
sudah siap baik fisik, mental, dan sosial dalam 2009, h.27-28) mengatakan bahwa ada tiga jenis
berintegrasi dengan masyarakat, dan dari keberfungsian sosial, yaitu: (1) Keberfungsian
kegiatan resosialisasi dapat diketahui apakah sosial efektif (effective social functioning), yaitu
masyarakat sudah siap menerima kehadiran keberfungsian sosial adaptif. Karena sistem-
dari penyandang cacat. Dalam penelitian ini, sistem sumber yang ada relatif mampu memenuhi
pelaksanaan resosialisasi di PSBL Harapan kebutuhan dari masyarakat. Jadi secara efektif
Sentosa 3 Daan Mogot berfokus pada penyiapan individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat
fisik, mental, dan sosial untuk Penerima Layanan dapat memenuhi kebutuhannya melalui sistem-
Sosial (PLS) agar PLS mampu berintegrasi dalam sistem sumber yang tersedia. (2) Keberfungsian
masyarakat serta penyiapan keluarga maupun sosial berisiko (at-risk social functioning), yaitu
masyarakat agar siap menerima kehadiran PLS. keberfungsian sosial yang ditunjukkan dengan
Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang dengan adanya sekelompok masyarakat yang memiliki
Kecacatan Mental dalam Panti (2010, h.23-25), risiko untuk tidak dapat memenuhi keberfungsian
menyatakan bahwa resosialisasi terdiri dari sosial secara efektif. Risiko gagal untuk dapat
berbagai kegiatan, di antaranya: (1) Bimbingan berfungsi sosial secara efektif dapat terjadi pada
kesiapan dan peran serta masyarakat; (2) kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable).
Bimbingan sosial hidup bermasyarakat; (3) (3) Kesulitan dalam berfungsi sosial (difficulties
Bimbingan pemanfaatan/bantuan stimulan usaha in social functioning), yaitu keberfungsian sosial

Resosialisasi Mencapai Keberfungsian Sosial 121


yang tidak mampu beradaptasi (maladaptives). kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah
Dalam kondisi tertentu sistem seperti ini yang berlebihan. (3) Faktor sosial budaya,
tidak mampu beradaptasi untuk memenuhi yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
kebutuhan manusia, karena masalah begitu mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan,
sangat parah (exacerbated). Sistem gagal dan masalah kelompok minoritas yang meliputi
memenuhi kebutuhan manusia sehingga manusia prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan
dapat mengalami depresi dan teralienasi dari yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan
sistemnya itu sendiri. keagamaan.
Dalam penelitian ini, keberfungsian sosial Menurut Setiadi (2014, h.8-9), terdapat
yang dilihat melalui tiga dimensi keberfungsian empat gejala utama psikosis, yaitu: (1) Halusinasi,
sosial yang diantaranya kepuasan berperan dalam adalah suatu keadaan dimana seseorang
kehidupan, relasi positif dengan orang lain, dan merasakan sesuatu lewat panca inderanya
perasaan puas atau menghargai diri. Dari tiga (pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman
dimensi keberfungsian sosial tersebut, akan dan indra pengecap) dimana dalam kenyataannya
dilihat penyandang gangguan jiwa psikotik yang hal tersebut tidak ada. (2) Waham (delusi), adalah
telah melaksanakan resosialisasi masuk ke dalam suatu keadaan dimana seseorang percaya atau
kategori jenis keberfungsian sosial yang mana, yakin kepada sesuatu yang tidak masuk akal,
apakah masuk dalam kategori keberfunsgsian sangat aneh, atau jelas-jelas salah. (3) Kekacauan
sosial efektif, keberfungsian sosial beresiko, atau pikiran, suatu keadaan dimana seseorang
kesulitan dalam berfungsi sosial. terganggu, bingung atau kacau pikirannya.
(4) Tidak adanya kesadaran diri, penderita
C. Penyandang Gangguan Jiwa Psikotik gangguan jiwa tidak merasa bahwa ada pikiran
Gangguan jiwa menurut Pedoman atau perilaku yang aneh pada dirinya. Mereka
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa yakin pada halusinasi maupun waham yang
(PPDGJ III) adalah “sindrom pola perilaku dipunyainya. Keadaaan tersebut menyebabkan
seseorang yang secara khas berkaitan dengan mereka tidak mempunyai keinginan untuk
suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya berobat atau meminta pertolongan.
(impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang Dalam penelitian ini, PSBL Harapan
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, Sentosa 3 Daan Mogot sasaran pelayanannya
perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya adalah psikotik terlantar. Oleh karena itu, peneliti
terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi berfokus pada penyandang gangguan jiwa
juga dengan masyarakat”(Yusuf, 2015, h.8). psikotik. Selain itu, jumlah penyandang gangguan
Menurut Sutejo (2018), Gangguan jiwa jiwa psikotik di Indonesia sangat tinggi, sehingga
memiliki berbagai macam penyebab di antaranya: perlu ditekan, salah satu upayanya adalah dengan
(1) faktor somatik (somatogenik), yakni akibat rehabilitasi sosial khususnya resosialisasi yang
gangguan pada neuronatomi, neurofisiologi, dan dilakukan oleh PSBL Harapan Sentosa 3 Daan
neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan Mogot.
perkembangan organik, serta faktor pranatal dan
perinatal. (2) Faktor psikologik (psikogenik), 3. Metode Penelitian
yang terkait dengan interaksi ibu dan anak, Pendekatan penelitian.
peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, Pendekatan penelitian ini menggunakan
hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan pendekatan kualitatif. Anggito & Setiawan
masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat (2018, h.15-16) menyatakan, bahwa penelitian
perkembangan emosi, konsep diri, dan pola kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena
adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan dari sudut pandang partisipan, konteks sosial, dan
untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan institusional dengan tujuan utama menjelaskan
ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi.

122 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
Dalam penelitian ini, dilakukan pada obyek 1. Informan Internal, yaitu informan yang
secara ilmiah dan fakta-fakta yang ditemukan mengetahui informasi pokok yang diperlukan
di lapangan. terkait pelaksanaan resosialisasi di PSBL
Harapan Sentosa 3 Daan Mogot. Informan
Sifat Penelitian Internal dalam penelitian ini berjumlah
Menurut Anggito & Setiawan, (2018, 2 (dua) orang terdiri dari Kepala Satuan
h.11) penelitian kualitatif bersifat deskriptif Pelaksana Pelayanan dan Pembinaan sosial
yaitu peneliti harus mendeskripsikan suatu dan Pekerja Sosial.
obyek, fenomena, atau setting sosial yang 2. Informan Eksternal, yaitu informan yang
akan dituangkan dalam tulisan yang bersifat terlibat/sasaran langsung dalam interaksi
naratif. Dalam penelitian ini, data yang sosial terkait pelaksanaan resosialisasi.
diperoleh, dianalisis, dan disajikan dalam Dalam penelitian ini, informan eksternal
bentuk deskriptif untuk menggambarkan proses berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari
pelaksanaan resosialiasi sebagai upaya mencapai 2 (dua) PLS penyandang gangguan jiwa
keberfungsian sosial bagi penyandang gangguan psikotik dan 2 (dua) perwakilan keluarga
jiwa psikotik di Panti Sosial Bina Laras (PSBL) PLS.
Harapan Sentosa 3 Daan Mogot secara sistematis, 3. Informan Ahli, yaitu informan yang tidak
rinci, dan objektif, disertai dengan kutipan hasil terlibat langsung dalam pelaksanaan
wawancara dari informan. resosialisasi di PSBL Harapan Sentosa 3
Daan Mogot, namun dianggap ahli atau
Definisi Konsep menguasai informasi terkait penelitian
1) Resosialisasi adalah pengakhiran rehabilitasi ini. Dalam penelitian ini, informan ahli
yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan berjumlah 1 (satu) orang yaitu Kepala Seksi
panti sosial dalam rangka mempersiapkan Rehabilitasi Orang Dengan Gangguan Jiwa
penerimaan kembali penyandang gangguan (ODGJ) Kementerian Sosial.
jiwa melalui kegiatan yang diantaranya
bimbingan kesiapan dan peran serta Teknik pengumpulan data.
masyarakat, bimbingan sosial hidup Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
bermasyarakat, bimbingan pemanfaatan data yang digunakan antara lain:
bantuan/stimulan usaha ekonomi produktif, 1) Wawancara,merupakan suatu proses interaksi
bimbingan usaha/kerja produktif, dan dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil
penyaluran. wawancara ditentukan oleh beberapa faktor
2) Keberfungsian sosia adalah kemampuan yang berinteraksi dan mempengaruhi arus
seseorang ketika ia merasa puas berperan informasi (Singarimbun & Effendi, 1989,
dalam kehidupan, mempunyai relasi positif h. 192).
dengan orang lain, dan merasa puas atau 2) Observasi, merupakan deskripsi secara
menghargai diri sendiri. sistematis tentang kejadian dan tingkah
3) Penyandang gangguan jiwa psikotik adalah laku setting sosial yang dipilih untuk diteliti
gangguan jiwa yang ditandai dengan (Suyanto & Sutinah, 2007, h. 172).
halusinasi, waham, kekacauan pikiran, dan 3) Studi kepustakaan, merupakan suatu kegiatan
tidak adanya kesadaran diri yang dikarenakan pengumpulan data dan informasi dari
faktor biologis, psikologis, dan atau sosial berbagai sumber, seperti buku yang memuat
budaya. berbagai ragam kajian teori yang sangat
dibutuhkan peneliti, majalah, naskah, kisah
Teknik Pemilihan Informan. sejarah, dan dokumen. Termasuk di dalamnya
Dalam penelitian ini, informan yang dipilih adalah rekaman berita dari radio, televisi,
peneliti, sebagai berikut: dan media elektronik lainnya (Maryati &

Resosialisasi Mencapai Keberfungsian Sosial 123


Suryawati, 2007, h.129). B. Resosialisasi
Ketiga teknik pengumpulan data tersebut Menurut Sukoco, Dwi Heru (1993) dalam
digunakan oleh penulis, untuk memperoleh data Haryanto (2009, h.76), resosialisasi adalah segala
yang akurat. Dalam wawancara agar diperoleh upaya bertujuan untuk menyiapkan penyandang
data yang mendalam dari informan yang terpilih. disabilitas agar mampu berintegrasi dalam
Penulis juga memerlukan observasi, karena kehidupan masyarakat. Resosialisasi merupakan
untuk mengetahui fenomena yang terjadi agar penentuan apakah individu betul-betul sudah siap
dapat ditentukan masalah penelitian. Sementara baik fisik, mental, dan sosial dalam berintegrasi
studi pustaka untuk memberikan dasar teori dan dengan masyarakat, dan dari kegiatan resosialisasi
menjelaskan fenomena dari masalaha yang akan dapat diketahui apakah masyarakat sudah siap
diteliti. menerima kehadiran dari penyandang disabilitas.
Prinsip layanan resosialisasi di PSBL Harapan
Teknik Analisis Data. Sentosa 3 Daan Mogot, adalah berkelanjutan,
Dalam penelitian ini, untuk analisis tidak memaksa, dan partisipatif. Syarat bagi
data menggunakan metode Sarantokos yang penyandang gangguan jiwa psikotik untuk
membagi proses analisis data kualitatif ke dapat mengikuti resosialisasi adalah kepulihan,
dalam tiga tahap, yaitu: (1) Reduksi data ketenangan, mampu mengikuti kegiatan di panti
(data reduction),dimana data yang berasal dengan baik, kemandirian, interaksi, dan sudah
dari hasil wawancara dengan informan dan menemukan keluarga. Waktu yang dibutuhkan
observasi lapangan dipilih yang sesuai tema untuk resosialisasi adalah 2 minggu sampai 1
dari penelitian ini. (2) Menggabungkan data bulan. Namun, dalam proses resosialisasi pada
(data organization), data dari hasil wawancara dasarnya fleksibel waktunya tergantung kondisi
tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori kesiapan PLS dan kondisi penerimaan keluarga.
atau tema yang sama, yang ingin didalami Menurut Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang
dan dikaitkan dengan teori. Penyusunan ini dengan Kecacatan Mental dalam Panti (2010,
akan mempermudah tahap selanjutnya. (3) h.23-25), menyatakan bahwa resosialisasi terdiri
Menjelaskan data (data interpretation), yaitu dari berbagai kegiatan, diantaranya bimbingan
membuat kesimpulan dari data yang diberikan kesiapan dan peran serta masyarakat, bimbingan
informan terkait dengan tema. sosial hidup bermasyarakat, bimbingan
pemanfaatan bantuan/stimulan usaha ekonomi
4. Hasil Penelitian produktif, bimbingan usaha/kerja produktif, dan
A. Penyandang Gangguan Jiwa Psikotik penyaluran.
Proses penerimaan PLS di PSBL Harapan Berikut adalah temuan lapangan terkait
Sentosa 3 Daan Mogot diawali dari penertiban di pelaksanaan resosialisasi yang dilaksanakan
jalanan Ibu Kota yang dilakukan oleh Satpol PP. PSBL Harapan Sentosa 3 Daan Mogot:
Kemudian, ditempatkandi penitipan sementara 1) Bimbingan Kesiapan dan Peran Serta
Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya. Masyarakat
Lalu, dirujuk ke PSBL Harapan Sentosa 1 Kegiatan bimbingan kesiapan dan peran
Cengkareng dimana panti tersebut diperuntukkan serta masyarakat diberikan untuk (1) PLS, (2)
bagi PLS yang gangguannya berat. Jika sudah keluarga, dan (3) masyarakat.
lebih pulih, dirujuk kembali ke PSBL Harapan Bimbingan kesiapan PLS. Menurut
Sentosa 2 Cipayung dimana panti tersebut Silabi Penanganan ODMK/ODGJ WBS PSBL
diperuntukkan bagi PLS yang gangguannya Harapan Sentosa Dinas Sosial DKI Jakarta
sedang. Kemudian jika sudah lebih pulih lagi, (2016, h. 55) disebutkan bahwa, kegiatan
terakhir dirujuk ke PSBL Harapan Sentosa 3 Daan di Klaster 3 lebih difokuskan pada berbagai
Mogot dimana panti tersebut diperuntukkan bagi persiapan untuk kembali ke lingkungan semula.
PLS yang gangguannya sudah ringan. Namun, bimbingan yang difokuskan dalam

124 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
pelaksanaan resosialisasi untuk PLS terbagi kurang efektif, karena upaya tidak maksimal dan
menjadi bimbingan yang diberi Pendamping, masih menimbulkan stigma negatif masyarakat
Pekerja Sosial, dan Psikolog. terhadap ODGJ. Sehingga, sangat diperlukan
Bimbingan yang diberikan oleh pendamping terlaksananya bimbingan kesiapan untuk
merupakan kegiatan harian yang beracuan pada masyarakat agar mampu menerima PLS dengan
silabi yang dilaksanakan setiap hari. Bimbingan baik.
yang diberi Pekerja Sosial, dimana Pekerja 2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
Sosial melihat observasi dari pendamping dan Bimbingan ini terlihat dalam kegiatan silabi
dilakukan skrining dengan ISPDS (Instrumen yaitu kegiatan persiapan sosialisasi publik.
Skrining Psikotik Dinas Sosial) untuk menilai Tujuannya adalah untuk mengenalkan PLS
tingkat kepulihan. Pekerja Sosial juga melakukan akan situasi di luar panti dengan cara mengajak
bimbingan penguatan keberfungsian sosial yang PLS berjalan-jalan sekeliling panti. Kegiatan
memfokuskan kepada kesadaran PLS untuk ini berbentuk kelompok dan dilakukan setiap
minum obat, kesadaran PLS untuk berkomunikasi seminggu sekali.Diawali dengan pendamping
atau bercerita jika ada masalah, membimbing mengumpulkan PLS per kelompok, kemudian
sikap dan interaksi PLS, memotivasi penguatan pendamping mengajak PLS berjalan keliling
hubungan PLS dengan keluarga. Bimbingan dari panti dan mengamati hal-hal yang ada di luar
Psikolog yang diberikan dapat berupa konseling. panti, termasuk bertegur sapa dengan orang
Bimbingan lebih menfokuskan pada perubahan yang dijumpai dalam perjalanan. Setelah
perilaku serta intervensinya. selesai kegiatan, PLS diminta untuk berkumpul
Bimbingan kesiapan keluarga, diawali melingkar dan menceritakan apa yang mereka
dengan pengiriman surat ke alamat keluarga, temukan di dalam perjalanan. Kegiatan ini
agar keluarga menjemput PLS ke panti, alamat menjadi latihan dan mampu meningkatkan
didapatkan dari keterangan yang diberikan kemampuan PLS dalam berinteraksi dengan
oleh PLS. Setelah alamat ditemukan, maka masyarakat, sehingga menjadi bekal sosialisasi
dilakukan home visit yang dilakukan oleh bagi PLS agar ketika dipulangkan kepada
Pramu Sosial yang mendatangi keluarga dengan keluarga maupun masyarakat dapat berinteraksi
memperkenalkan panti serta menjelaskan kondisi dengan baik.
PLS bahwa sudah pulih dan sudah harus berada
di tengah-tengah keluarga, kemudian di assesmen 3) Bimbingan pemanfaatan bantuan/stimulan
latar belakang keluarganya, psikososialnya, usaha ekonomi produktif
pendidikannya, perekenomiannya, dan Bimbingan ini belum dilakukan, hal ini
penerimaan keluarganya. Dari hasil assesmen, dikarenakan keterbatasan anggaran yang
Pekerja Sosial akan menghubungi keluarga ada sehingga tidak memungkinkan untuk
kembali untuk menginformasi, memotivasi dan melaksanakan bimbingan ini. Selain itu, jenis
mengedukasi keluarga. keterampilan yang diajarkan di panti seperti
Bimbingan kesiapan masyarakat, keterampilan membuat sapu, pel, sandal, keset,
bimbingan ini belum sepenuhnya dapat dilakukan, mote, dan salon ini jenis peralatan pembuatannya
hal ini dikarenakan terdapat beberapa hambatan cukup mahal, sehingga menurut Informan sangat
yang dirasakan panti, yaitu kurangnya SDM, tidak memungkinkan untuk memberikan bantuan
kondisi masyarakat Jakarta yang semakin kurang stimulan usaha ekonomi produktif untuk PLS
peduli terhadap tetangganya yang lain dan atau yang jumlahnya ratusan.
RT/RW yang kurang mempunyai waktu untuk
terlibat. Sehingga upaya alternatif lain yang 4) Bimbingan usaha kerja produktif
dilakukan panti adalah dengan memberi saran Bimbingan usaha/kerja produktif di PSBL
kepada keluarga untuk membantu mengenalkan Harapan Sentosa 3 Daan Mogot berupa pemberian
PLS kembali di masyarakat sekitar. Hal ini dinilai keterampilan membuat keset, pel, sapu, sandal,

Resosialisasi Mencapai Keberfungsian Sosial 125


mote, dan salon. Kegiatan keterampilan ini Berdasarkan hasil penelitian penyandang
dilakukan pada Senin sampai Kamis dan Sabtu gangguan jiwa psikotik berperan sebagai anak
yang dipandu oleh Instruktur dan Pendamping, dan sebagai adik dalam keluarga, menjalankan
sebelum memulai kegiatan juga dilakukan senam perannya di rumah dengan membantu bersih-
otak. bersih rumah dengan inisiatif sendiri dan sudah
5) Penyaluran mandiri dalam aktivitas kebersihan diri. Untuk
Bagi keluarga yang sudah siap menerima standar penyandang gangguan jiwa, hal ini
PLS berada ditengah keluarga, maka dilakukan merupakan sebuah peningkatan yang baik.
proses penyaluran atau pemulangan. Dalam Penyandang juga berperan sebagai Penerima
pemulangan juga disertakan berkas, obat sampai Manfaat yang aktif mengikuti kegiatan di
jadwal rawat jalan selanjutnya dan BPJS. Jika UILS Koja dari Senin sampai Jumat, keaktifan
PLS dan keluarga dekat dengan Unit Informasi dalam beraktivitas juga sebuah peningkatan
Layanan Sosial (UILS) maka petugas akan dalam keberfungsian sosial. Namun, dalam hal
memperkenalkan lembaga rujukan yaitu UILS berperan bekerja di lingkungan masyarakat,
agar PLS bisa ikut kegiatan yang sifatnya pulang penyandang mengalami kesulitan memperoleh
pergi. Jika keluarga berasal dari Jakarta dan pekerjaan. Sehingga, pasca keluar dari panti
sekitarnya yang masih dekat dengan wilayah belum mendapat pekerjaan tetap. Namun,
panti, maka keluarga yang menjemput PLS. terdapat usaha yang dilakukan oleh salah satu
Namun, jika keluarga berasal dari area pinggir informan eksternal bahwasanya ia berusaha
Jakarta yang relatif jauh dari wilayah panti, maka bekerja menjadi buruh lepas di hari Sabtu dan
pihak panti akan mengantarkan PLS kepada Minggu. Penyandang mempunyai keinginan
keluarga. untuk bekerja. Adanya keinginan ini menunjukan
Hambatan dalam proses penyaluran ke bahwa pada dasarnya PLS menginginkan aktif
keluarga diantaranya penolakan dari keluarga menajalankan perannya dengan baik.
dan keluarga yang mengabaikan informasi yang Relasi positif dengan orang lain.
diberikan oleh petugas terkait. Berdasarkan hasil penelitian,penyandang
Jika keluarga tidak dapat menerima PLS mempunyai relasi positif dengan keluarga,
yang dikarenakan kondisi latar belakang petugas panti, dan teman-temannya. Namun,
ekonomi, sosial, atau psikologi yang sangat berat dalam kehidupan tidak jarang penyandang
dan tidak terdapat sistem sumber lain, pihak kesulitan dalam menjalin relasi yang positif,
panti tidak memaksakan pemulangan tersebut. seperti adanya beberapa masalah yang munculnya
Solusi lain yang bisa dilakukan panti adalah dari salah satu anggota keluarga, baik itu
memberikan pemberdayaan berbentuk kerja/ masalah internal keluarga yang mempengaruhi
usaha di sektor-sektor informal seperti asisten penyandang ataupun respon keluarga yang tidak
rumah tangga, tukang ojek atau buruh industri menerima dengan baik penyandang berada
rumahan. Sehingga PLS bisa mandiri meskipun ditengah keluarga. Dalam aspek ini, juga dilihat
tidak kembali kepada keluarga. dari cara penyandang dalam menjalin relasi
dengan orang lain. Salah satu Informan Eksternal
C. Keberfungsian Sosial mempunyai karakter yang sangat pasif dan
Menurut Skidmore (1991, h.19) menyatakan pendiam, tentunya hal ini menjadi kesulitan
bahwa keberfungsian sosial dapat dilihat dari tiga dalam melakukan interaksi dengan orang lain.
dimensi, yaitu: (1) Kepuasan berperan dalam Sedangkan, salah satu Informan Eksternal
kehidupan (satisfaction with roles in life); yang lain mempunyai karakter cukup aktif dan
(2) Relasi positif dengan orang lain (Positive komunikatif, hal ini mempermudah ia dalam
relationships with others); dan (3) Perasaan melakukan interaksi sosial.
menghargai diri (feeling of self worth). Perasaan menghargai diri. Berdasarkan
Kepuasan berperan dalam kehidupan. hasil penelitian, terdapat perbedaan dari kedua

126 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
Informan Eksternal. Informan D, memiliki kejiwaan yang dialami begitu parah.
kepercayaan diri yang kurang, saat menjawab Namun, setelah mendapatkan rehabilitasi
pertanyaan cenderung pasif, lebih banyak sosial khususnya pada resosialisasi di PSBL
menundukkan kepala dan gesture badan serta Harapan Sentosa 3 Daan Mogot dikategorikan
tatapan mata tidak ke arah peneliti. Hal ini juga pada jenis keberfungsian sosial beresik, yaitu
terlihat dalam kegiatan di UILS Koja. Serta keberfungsian sosial yang ditunjukkan dengan
didukung oleh pernyataan teman sesama Penerima adanya resiko untuk tidak dapat memenuhi
Manfaat dan petugas bahwa kepercayaan diri keberfungsian sosial secara efektif dan masih
Informan D masih kurang. Namun, motivasi terdapat resiko gagal untuk dapat berfungsi
untuk pulih tetap ada, hal ini diungkapkannya sosial secara efektif.Meskipun keberfungsian
karena ingin bersosialisasi kembali dengan sosial belum dapat dikategorikan ke dalam
teman-temannya. Informan mempunyai harapan keberfungsian sosial efektif, setidaknya
untuk bekerja seperti dahulu.Sedangkan Informan penyandang mengalami peningkatan
AS, terlihat kepercayaan diri yang dimiliki cukup keberfungsian sosial dari kondisi sebelumnya.
baik pada saat wawancara gesture tubuh percaya Maka dari itu, jika semua aspek yang mendukung
diri dan lugas dalam menjawab. Dalam kegiatan keberfungsian sosial dapat terpenuhi dengan
di UILS Koja juga menunjukan kepercayaan diri baik, bukan hal yang mustahil jika penyandang
yang baik. Terlihat juga dari interaksi dengan dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya
petugas dan teman sesama Penerima Manfaat menjadi efektif.
yang cukup baik dan dipercaya untuk bantu-
bantu mengurus kebersihan UILS Koja. Serta 5. Penutup
mempunyai harapan ingin bekerja. A. Kesimpulan
Sedangkan, berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dengan Informan Internal dan Ahli, indikator diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
keberfungsian sosial bagi penyandang psikotik sebagai berikut:
adalah adanya perubahan perilaku yang positif, Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
dapat melakukan perannya sebagai anggota bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat,
keluarga. Perkembangan perilaku yang dilakukan dibagi menjadi 3 (tiga) diantaranya bimbingan
oleh penyandang psikotik dari hal-hal sederhana kesiapan PLS melalui kegiatan harian oleh
seperti membantu disiplin minum obat, bantu- Pendamping, kegiatan penguatan keberfungsian
bantu di rumah, sudah dapat dikategorikan sosial oleh Pekerja Sosial, dan kegiatan konseling
sangat baik. oleh Psikolog; bimbingan kesiapan keluarga
Dubois dan Miley (dalam Huda, 2009, melalui kegiatan home visit; dan bimbingan
h.27-28) mengatakan bahwa ada tiga kesiapan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi
jenis keberfungsian sosial, antara lain: (1) edukasi masyarakat, namun pelaksanaannya
Keberfungsian sosial efektif ; (2) Keberfungsian belum efektif.
sosial beresiko; (3)Kesulitan dalam berfungsi Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
sosial. bimbingan sosial hidup bermasyarakat dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui dalam bentuk kegiatan persiapan sosialisasi
bahwa keberfungsian sosial yang dialami publik.
Informan Eksternal Penyandang gangguan jiwa Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
psikotik sebelum mendapatkan rehabilitasi sosial bimbingan pemanfaatan bantuan/stimulan
khususnya pada resosialisasi di PSBL Harapan usaha ekonomi produktif tidak dilakukan karena
Sentosa 3 Daan Mogot dikategorikan pada jenis keterbatasan anggaran yang dimiliki.
kesulitan dalam berfungsi sosial, karenakondisi Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk
ini tidak mampu beradaptasi untuk memenuhi bimbingan usaha/kerja produktif dilakukan
kebutuhannya sebagai manusia, karena masalah dalam bentuk kegiatan keterampilan membuat

Resosialisasi Mencapai Keberfungsian Sosial 127


keset, pel, sapu, sandal, mote, dan salon. mental serta mampu bersikap secara tepat dan
Pelaksanaan resosialisasi dalam bentuk siap menerima penyandang gangguan jiwa
penyaluran, bagi keluarga yang dapat menerima yang pulih di lingkungan masyarakat tanpa
penyandang, maka akan dilakukan pemulangan. diskriminasi.
Namun, bagi penyandang yang tidak dapat Sementara itu,agar peningkatan
dipulanglan, maka akan diberikan pemberdayaan keberfungsian sosial penyandang gangguan jiwa
usaha/kerja. psikotik dapat lebih baik, diharapkan keluarga
Berdasarkan 3 (tiga) dimensi keberfungsian lebih koperatif dan aktif dalam menerima
sosial yang diantaranya kepuasan berperan dalam penyandang gangguan jiwa psikotik kembali
kehidupan, relasi positif dengan orang lain dan dalam lingkungan keluarga, serta melakukan
perasaan menghargai diri, penyandang gangguan perawatan lanjutan baik untuk kepulihan mental
jiwa psikotik hanya memenuhi satu dimensi yang maupun peningkatan keberfungsian sosial.
paling unggul yaitu relasi positif dengan orang
lain, namun untuk dimensi kepuasan bereran Daftar Pustaka
dalam kehidupan dan perasaan menghargai diri A. Buku
tingkat capaiannya masih relatif rendah. Hal Alston, Margareth, & Wendy, Bowles. (1998).
ini dikarenakan penyandang gangguan jiwa Research for Social Workers:
mempunyai tantangan dan hambatan yang cukup an Introduction to methods. St, Leonards:
tinggi. Allen and Unwin
Penyandang gangguan jiwa psikotik Anggito, Albi, & Setiawan, Johan. (2018).
mengalami peningkatan keberfungsian sosial Metode Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
dari kondisi sebelumnya. Sebelum mendapatkan CV Jejak
rehabilitasi sosial dikategorikan pada jenis Haryanto. (2010). Rehabilitasi dan Pekerjaan
kesulitan dalam berfungsi sosial. Namun, setelah Sosial. Yogyakarta: Universitas Negeri
mendapatkan rehabilitasi sosial dikategorikan Yogyakarta
pada jenis keberfungsian sosial beresiko. Huda, Miftachul. (2009). Pekerjaan Sosial
dan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:
B. Saran Pustaka Pelajar
Agar setiap kegiatan dapat berjalan Maryati, Kun, & Suryawati, Juju, (2006),
lebih efektif, diharapkan mempertimbangkan Sosiologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara
penambahan SDM. Adapun terkait dengan Pratama
kegiatan bimbingan pemanfaatan/bantuan Moleong, Lexy J. (2005). Metode Penelitian
stimulan usaha ekonomi produktif, diharapkan Kualitatif: Bandung: Remaja Rosdakarya
mempertimbangkan untuk melakukan kerjasama Skidmore, Rex. A, Farley, O. William, &
dengan lembaga-lembaga permodalan terkait. Thackeray, Milton G. (1994). Introduction
Mengingat adanya stigma negatif mengenai to Social Work. Englewood Cliffs, N.J:
gangguan jiwa masih banyak terjadi di Prentice Hall
masyarakat, diharapkan agar bimbingan kesiapan Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 1989,
untuk masyarakat dilakukan lebih efektif dengan Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES
cara sosialisasi edukasi masyarakat pada lingkup Sutejo, NS. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa
RT/RW. Prinsip dan Praktik Asuhan keperawatan
Untuk masyarakat,kegiatan sosialisasi Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
edukasi masyarakat pada lingkup RT/ Suyanto, Bagong, & Sutinah, (2005),
RW, diharapkan dapat lebih aware dengan Metode Penelitian Sosial: Berbagai
pengetahuan seputar kesehatan mental maupun Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana
gangguan jiwa, agar menjadi langkah preventif Prenadamedia Group
bagi masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan

128 Juli 2017 JURNAL ISIP Nadia Elfirda & Sugeng Astanto
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
B. Sumber Lain C. Undang-Undang
Kementerian Sosial RI. (2010). Pedoman Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Kecacatan Mental dalam Panti. Jakarta: Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Kesehatan Jiwa
Dengan Kecacatan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Silabi Penanganan ODMK dan ODGJ Terlantar Penyandang Disabilitas

Resosialisasi Mencapai Keberfungsian Sosial 129

Anda mungkin juga menyukai