Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia


Mei 2013, Vol. 2, No. 2, hal 162 - 172
Kematangan Emosi, Religiusitas
Edwin Irawan

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA 2


Franda Put ri

Kecerderdasan Emosi, Kecerdasan Spirit ual dan Perilaku Prososial Sant ri Pondok Pesant ren Nasyrul U…
Irma Suryaningsi

Kemat angan Emosi dan Religiusit as Terhadap Kecenderungan Agresi Pada Siswa Aggressive Tenden…
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Mei 2013, Vol. 2, No. 2, hal 162 - 172

Kematangan Emosi, Religiusitas


Dan Perilaku Prososial Perawat Di Rumah Sakit

Tutik Dwi Haryati


tutikdh@yahoo.com
Program Studi Magister Psikologi
Pascasarjana Untag Surabaya

Abstract. The purposes of this study were to determine the relationships between
emotional maturity and religiosity with nurses’ prosocial behavior at hospital.
Research samples were nurses working at Mother Hospital Surabaya total of 61
people. Data were collected by the scales of emotional maturity, religiosity and
prosocial behavior. Studies using multiple regression analysis. Results of research
were as follows: First, there was a positive and significant relationship between
emotional maturity and religiosity with nurses’ prosocial behavior. Second, there was
a positive and significant relationship between the emotional maturity and prosocial
behavior of nurses. Third, there was a significant and positive relationship between
religiosity and nurses’ prosocial behavior.
Keywords: emotional maturity, religiosity and nurse’ prosocial behavior

Intisari, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kematangan
emosi dan religiusitas dengan perilaku prososial perawat rumah sakit. Subjek
penelitian ini adalah 61 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bunda Surabaya. Data
dikumpulkan dengan skala Kematangan Emosi, skala Religiusitas dan skala Perilaku
Prososial. Analisis penelitian menggunakan regresi ganda. Sedangkan pokok-pokok
hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pertama, ada hubungan positif dan signifikan
antara kematangan emosi dan religiusitas dengan periaku prososial perawat di Rumah
Sakit. Kedua, ada hubungan positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan
perilaku prososial perawat di Rumah Sakit. Ketiga, , ada hubungan positif dan
signifikan antara religiusitas dengan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit.
Kata kunci: kematangan emosi, religiusitas, dan perilaku prososial perawat

PENDAHULUAN dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan,


kegiatan klinik, komunikasi, dan ilmu sosial
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kese-
(WHO) Expert Committee on Nursing (dalam
hatan dan tempat penyelenggaraan upaya kese-
Aditama, 2003). Oleh karena itu penting sekali
hatan berusaha untuk meningkatkan kesehatan
dikembangkan berbagai usaha untuk meningkat-
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
kan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai
diselenggarakan dengan pendekatan pemelihara-
aspek. Salah satu aspek yang coba dikaji disini
an, peningkatan, kesehatan (promotif), pence-
adalah perilaku perawat terhadap pasien. Perawat
gahan penyakit (preventif), penyembuhan penya-
sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit
kit (kreatif), dan pemeliharaan kesehatan (reha-
tentunya selalu berinteraksi dengan para pasien
bilitative), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik
terpadu dan berkesinambungan.
antara individu sehingga muncul perilaku proso-
Salah satu profesi yang berperan penting
sial. Perilaku prososial sendiri merupakan perila-
dalam penyelenggaraan menjaga mutu pelayanan
ku yang lebih memberi efek positif bagi orang
kesehatan adalah keperawatan. Pelayanan kepe-
lain daripada diri sendiri.
rawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan
seni merawat (care), suatu gabungan humanistik

162
Kematangan Emosi, Religiusitas Dan Perilaku Prososial Perawat Di Rumah Sakit

Perilaku prososial merupakan suatu bentuk tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi
perilaku sosial positif dimana perilaku tersebut pemberi bantuan. Jadi walaupun dikatakan bahwa
mempunyai tingkat pengorbanan tertentu yang perilaku prososial adalah perilaku yang tidak
dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri tanpa ada- membutuhkan imbalan dari orang yang telah
nya paksaan dari pihak lain yang tujuannya mem- ditolongnya, namun sejatinya mereka tetap meng-
berikan keuntungan bagi orang lain baik fisik harapkan rasa diakui untuk bisa menunjukkan
maupun psikologis, menciptakan perdamaian dan eksistensi dirinya kepada orang lain.
meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, Perilaku prososial menurut William (1981)
namun perilaku tersebut tidak ada keuntungan adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud
yang jelas bagi individu yang melakukannya, merubah keadaan psikis atau fisik penerima sede-
hanya perasaan puas, bangga, dan bahagia yang mikian rupa, sehingga si penolong akan merasa
dirasakan oleh individu yang melakukan tindakan bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau
tersebut ( Baron & Byrne, 2003 ). puas secara material ataupun psikologis. Perilaku
Myers (dalam Sarwono, 2002), Perilaku proso- prososial merupakan studi dalam ranah Psikologi
sial merupakan tingkah laku yang positif yang Sosial yang selalu dipraktekan dalam kehidupan
menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau sehari-hari. Orang yang telah melakukan perilaku
psikis orang lain lebih baik yang dilakukan atas prososial akan merasakan kepuasan tersendiri
dasar sukarela tanpa mengharapkan imbalan dari terhadap dirinya, yang merasa mampu membantu
orang lain. Tingkah laku tersebut meliputi segala orang lain.
bentuk tindakan yang dilakukan atau direncana- Tingkah laku prososial merupakan tingkah
kan untuk menolong orang lain. Perilaku prososial laku yang positif yang menguntungkan atau mem-
berasal dari dalam diri seseorang untuk mengubah buat kondisi fisik/psikis orang lain lebih baik
dirinya. wujud tingkah laku prososial meliputi yang dilakukan atas dasar sukarela tanpa meng-
murah hati, persahabatan, kerja sama, menolong, harapkan imbalan dari orang lain. Tingkah laku
dan penyelamatan (rescuing). tersebut meliputi segala bentuk tindakan yang
Permasalahannya yang dihadapi Rumah Sakit dilakukan atau direncanakan untuk menolong
Bunda Surabaya, tidak semua perawat dalam orang lain tanpa memperhatikan motif si peno-
melaksanakan aktivitas kerja perilaku prososial- long (Hurlock, 1994). Dalam pengamatan pene-
nya baik, ini tercermin pada saat melakukan liti, Perilaku prososial dengan dilakukan atau
aktivitas kerja, kurang kooperatif, kurang berta- muncul ketika individu meneliti Kematangan
nggung jawab, bila membantu seseorang selalu Emosi dan Religiusitas karena sebagai Individu
mempertimbangkan untung-rugi, enggan meno- yang telah mencapai kematangan emosi dapat
long orang lain atau membantu pasien yang diidentifikasikan sebagai individu yang dapat me-
berobat dirumah sakit tersebut. Realitanya ada nilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum
beberapa perawat pada saat diminta bantuan oleh bertindak, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebe-
pasien sikapnya acuh tak acuh dan seenaknya lumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak
sendiri. matang emosinya (Hurlock, 1994). Oleh karena
Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai itu kemampuan individu untuk merespon stimulus
perilaku yang menguntungkan penerima bantuan yang berpengaruh terhadap lingkungannya
dapat ditunjukkan dengan pribadi yang sehat, mengendalikan emosi tertentu akan mengganggu
terarah dan jelas sesuai dengan stimulus serta penyesuaian diri, sebaliknya bila mampu dalam
tanggung jawab atas segala keputusan dan mengontrol serta menguasai gejolak emosi, maka
perbuatannya terhadap lingkungan. Jika hal akan dapat bekerja sama dengan orang lain.
tersebut terpenuhi, maka individu tersebut dikata- Seseorang dikatakan mampu mencapai kema-
kan matang emosinya (Cole dalam Khotimah, tangan emosi apabila bertindak sesuai dengan
2006). harapan masyarakat, mampu memanfaatkan men-
Hurlock (1980) lebih lanjut menekankan bah- talnya secara tepat, memahami diri sendiri dan
wa kematangan emosi adalah apabila individu tidak mudah berubah=ubah emosinya. Artinya
menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum Kematangan emosi adalah kemampuan menerima
bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi hal-hal negatif dari lingkungan tanpa membalas-
tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-anak atau nya dengan sikap yang negatif, melainkan dengan
orang yang belum matang Ketidak mampuan kebijakan (Martin, 2003).

163
Tutik Dwi Haryati

Adapun menurut Chaplin (dalam Khotimah, lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.
2006) kematangan emosi adalah suatu keadaan Sumber jiwa keagamaan itu adalah rasa ketergan-
atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari tungan yang mutlak (sense of depend). Adanya
perkembangan emosional, dan oleh karena itu ketakutan-ketakutan akan ancaman dari ling-
pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampil- kungan alam sekitar serta keyakinan manusia itu
kan pola emosional yang pantas bagi anak-anak. tentang segala keterbatasan dan kelemahannya.
Kematangan emosi memiliki beberapa aspek, Rasa ketergantungan yang mutlak ini membuat
yaitu:. dapat menerima keadaan dirinya maupun manusia mencari kekuatan sakti dari sekitarnya
orang lain seperti apa adanya, tidak impulsif; da- yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pelindung
pat mengontrol emosi dan ekspresi emosinya dalam kehidupannya dengan suatu kekuasaan
dengan baik, dapat berfikir secara objektif dan yang berada di luar dirinya yaitu Tuhan ( Nashori
realistis, sehingga bersifat sabar, penuh pengertian dan Mucharam, 2002).
dan memiliki toleransi yang baik, mempunyai Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh reli-
tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, giusitas perawat itu sendiri. Religiusitas menun-
tidak mudah mengalami frustrasi dan akan juk pada sesuatu yang dirasakan sangat dalam
menghadapi masalah dengan penuh pengertian yang bersentuhan dengan keinginan seseorang,
(Walgito, 2003). yang butuh ketaatan dan memberikan imbalan
Seperti halnya penelitian Rufaida (2009), hasil sehingga mengikat seseorang dalam suatu masya-
penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan rakat.
positif yang sangat signifikan antara tingkat Religiusitas merupakan penghayatan keagama-
kematangan emosi dengan perilaku prososial pada an atau kedalaman kepercayaan yang diekspresi-
mahasiswa. Piaget (dalam Dariyo, 2007), mende- kan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa
finisikan bahwa kematangan emosi adalah ke- dan membaca kitab suci. Religiusitas diwujudkan
mampuan seseorang dalam mengontrol dan me- dalam berbagai sisi kehidupan berupa aktivitas
ngendalikan emosinya secara baik, dalam hal ini yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, serta
orang yang emosinya sudah matang tidak cepat aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam
terpengaruh oleh rangsangan atau stimulus baik hati seseorang. Oleh karena perawat yang mem-
dari dalam maupun dari luar pribadinya. punyai religiusitas tinggi akan mampu meningkat-
Dengan demikian kematangan emosi diasumsi- kan perilaku prososial terhadap para pasienya,
kan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku sebaliknya jika perawat mempunyai religiusitas
prososial. Dengan kematangan emosi yang baik, rendah akan menurunkan perilaku prososial ter-
maka individu akan lebih memiliki perhatian hadap para pasiennya.
terhadap norma-norma sosial sehingga taraf
empatinya tinggi yang kemudian akan menjadikan METODE
seseorang mengontrol perilaku dan cenderung
Subyek
membantu orang lain. Namun satu hal yang juga
menjadi amatan peneliti bahwa seseorang yang Populasi adalah sejumlah individu yang meru-
mampu menontrol perilaku, apabila tingkat reli- pakan daerah generalisasi yang nantinya dikenai
giusitasnya tinggi. kesimpulan dari setiap penelitian (Hadi, 2002).
Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh Adapun populasi dalam penelitian adalah pera-
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa wat Rumah Sakit Bunda Surabaya sebanyak 61
pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa orang perawat. Seluruh populasi dipakai sebagai
dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. subyek penelitian sehingga digunakan studi popu-
Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui lasi dan tidak menggunakan teknik sampling ter-
dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelak- tentu.
sanaan dan penghayatan atas agama Islam
(Nashori dan Mucharam, 2002). Variabel
Ancok dkk (2001) mendefinisikan religiusitas Perilaku Prososial
sebagai keberagamaan yang berarti meliputi ber- Perilaku Prososial dalam penelitian ini kesedia-
bagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya an seseorang untuk secara sukarela peduli kepada
terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual orang lain untuk berbagi, bekerja sama, menolong
(beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan

164
Kematangan Emosi, Religiusitas Dan Perilaku Prososial Perawat Di Rumah Sakit

orang lain, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa memiliki arti perbedaan (variasi) yang tampak
perilaku prososial ditujukan untuk membantu pada skor skala kematangan emosi, ini mampu
meningkatkan well being orang lain. Pengukuran mencerminkan 95% dari variasi yang terjadi pada
yang digunakan skala perilaku prososial yang skor murni kelompok subyek yang bersangkutan,
disusun berdasarkan indikator dari teori Eisen- dan 5 % perbedaan sakor yang tampak disebabkan
berg, dkk (1995), yaitu bekerja sama, menolong, oleh variasi kesalahan pengukuran. Aitem skala
berbagi, mempertimbangkan hak dan kesejahtera- kematanga emosi yang telah memenuhi indeks
an orang lain. Aitem yang dikembangkan ber- daya diskriminasi dan koefisien reliabilitas
jumlah 45 aitem, setelah dilakukan uji daya dis-
kriminasi aitem, menunjukkan 42 aitem meme- Religiusitas
nuhi syarat indeks diskriminasi dan 3 aitem
Religiusitas dalam penelitian ini merupakan
gugur. Aitem-aitem yang dinyatakan memenuhi
penghayatan keagamaan dan kedalaman keper-
daya diskriminasi aitem dengan skor total skala
cayaan yang diekspresikaan dengan melakukan
yang dikoreksi antara 0,260 - 0,734. Kemudian
ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab
hasil uji reliabilitas Alpha skala perilaku prososial
suci. Pengukuran yang digunakan yaitu skala
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,919.
religiusitas disusun berdasarkan indikator dari
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa koefisiensi
teori Glock dan Stark (dalam Ancok, 2005).
reliabilitas skala perilaku prososial telah melebihi
Religiusitas yang meliputi, kepercayaan seseorang
atas minimum koefisiensi reliabilitas sebesar 0,70.
akan adanya kehidupan dan kematian, kemampu-
Koefisiensi reliabilitas skala perilaku prososial
an seseorang dalam mengerjakan kewajiban-
sebesar 0,919 memiliki arti perbedaan (variasi)
kewajiban ritual agamanya, penghayatan sese-
yang tampak pada skorskala perilaku prososial,
orang akan menjalankan agama yang pernah
ini mampu mencerminkan 91,90% dari variasi
dialaminya, kemampuan seseorang berupa penge-
yang terjadi pada skor murni kelompok subyek
tahuan tentang agama dan kemampuan seseorang
yang bersangkutan, dan 8,10 % perbedaan sakor
dalam mengaplikasikan ajaran agama dalam kehi-
yang tampak disebabkan oleh variasi kesalahan
dupan sosial. Aitem yang dikembangkan berjum-
pengukuran. Aitem skala perilaku prososial yang
lah 57 aitem, setelah dilakukan uji daaya diskri-
telah memenuhi indeks daya diskriminasi dan
minasi aitem, menunjukkan 47 aitem memenuhi
koefisien reliabilitas
syarat indeks diskriminasi dan 10 aitem gugur.
Aitem-aitem yang dinyatakan memenuhi daya
Kematangan Emosi diskriminasi aitem dengan skor total skala yang
Kematangan Emosi merupakan kemampuan dikoreksi antara 0,307 - 0,646. Kemudian hasil
individu untuk dapat menggunakan emosinya uji reliabilitas Alpha skala religiusitas diperoleh
dengan baik serta dapat menyalurkan emosinya koefisien reliabilitas sebesar 0,920. Hasil analisis
pada hal-hal yang bermanfaat dan bukan meng- ini menunjukkan bahwa koefisiensi reliabilitas
hilangkan emosi yang ada dalam dirinya. Pengu- skala religiusitas telah melebihi atas minimum
kuran yang digunakan adalah skala kematangan koefisiensi reliabilitas sebesar 0,70. Koefisiensi
emosi yang disusun berdasarkan indikator dari reliabilitas skala religiusitas sebesar 0,920 memi-
teori Mappiare (1983), yaitu: emosi terkendali. liki arti perbedaan (variasi) yang tampak pada
Emosi terarah, emosi terbuka lapang dan kasih skor skala religiusitas, ini mampu mencerminkan
sayang. Aitem yang dikembangkan berjumlah 50 92% dari variasi yang terjadi pada skor murni
aitem, setelah dilakukan uji daya diskriminasi kelompok subyek yang bersangkutan, dan 8 %
aitem, menunjukkan 42 aitem memenuhi syarat perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh
indeks diskriminasi dan 3 aitem gugur. Aitem- variasi kesalahan pengukuran. Aitem skala reli-
aitem yang dinyatakan memenuhi daya diskri- giusitas yang telah memenuhi indeks daya
minasi aitem dengan skor total skala yang diko- diskriminasi dan koefisien reliabilitas
reksi antara 0,258 - 0,865. Kemudian uji relia-
bilitas diperoleh sebesar 0,950. Hasil analisis ini Analisis Data
menunjukkan bahwa koefisiensi reliabilitas skala
Analisis data merupakan proses penyederhana-
kematangan emosi telah melebihi atas minimum
an data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
koefisiensi reliabilitas sebesar 0,70. Koefisiensi
dan ditafsirkan (Singarimbun dan Effendi, 2000).
reliabilitas skala kematangan emosi sebesar 0,950

165
Tutik Dwi Haryati

Analisa data menjadi bagian yang sangat pentingdengan Sig (p) = 0,000, atau (< 0,05) yang berarti
karena dapat memberi arti dalam pemecahan ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kematangan emosi dan religiusitas dengan periaku
masalah penelitian. Sebelum analisis data dilaku-
kan, terlebih dahulu melakukan uji prasyarat prososial perawat di Rumah Sakit Bunda Sura-
analisis atau uji asumsi yaitu: baya. Ini menunjukkan apabila kematangan emosi
Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk dan religiusitas tinggi, maka akan meningkatkan
menguji apa sampel yang ada dianalisis sudah perilaku prososial perawat di Rumah Sakit Bunda
Surabaya dan sebaliknya. Ini mengandung makna
terdistribusi sesuai dengan prinsip distribusi nor-
bahwa kematangan emosi dan religiusitas dapat
mal. Apabila terjadi penyimpangan, seberapa jauh
dipakai sebagai dasar untuk memprediksi perilaku
penyimpangan tersebut. Uji normalitas ini dilaku-
kan dengan menggunakan bantuan computer prososial perawat yang ada di Rumah sakit Bunda
dengan program Statistical Program for Sosial Surabaya. Dengan demikian hipotesis yang dinya-
Science (SPSS) for Windous . takan ada hubungan positif dan signifikan antara
Hasil uji normalitas pada alat ukur menun- kematangan emosi dan religiuasitas perawat di
jukkan bahwa data kematangan emosi adalah Rumah Sakit Bunda Surabaya dapat diterima.
normal karena Kolmogrof-Smirnov Z (K-S Z)= Hasil analisis menunjukkan bahwa sumba-
ngan efektif yang diberikan oleh kematangan
0,957: sig (p) = 0,319 atau p > 0,05), sedangkan
untuk data religiusitas adalah normal karena emosi dan religiusitas terhadap perilaku prososial
Kolmogrof-Smirnov Z (K-S Z)= 1, 046: sig (p) = nilai sebesar 23,60% dengan rinciannya untuk
0,224 atau p > 0,05), dan untuk data perilaku variabel Kematangan Emosi sebesar 17,22% dan
prososial adalah normal karena Kolmogrof- Variabel Religiusitas sebesar 6,37%. Artinya
sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh
Smirnov Z (K-S Z)= 0,744: sig (p) = 0,637 atau p
> 0,05). kematangan emosi dan relgiusitas terhadap perila-
Uji Linieritas dimaksud untuk mengetahui ku prososial nilainya sebesar 23,60%, sedangkan
sisanya sebesar 76,40% merupakan suatu varia-
hubungan antara variabel terikat dengan variabel
bebas dengan membandingkan antara regresi bel-variabel yang tidak terprediksi dalam peneliti-
linier dengan regresi kuadratik. an ini, misalnya salah satunya variabel situasio-
Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hubu-nal. Menurut Sears (dalam Dahriani, 2007) faktor
ngan antara kematangan emosi dengan perilaku situasional yang mempengaruhi perilaku prososial
meliputi: (a) kehadiran orang lain yaitu individu
prososial nilai F = 12,190 dengan sig (p) =0,001
yang sendirian lebih cenderung memberikan reak-
(p<0,05). Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa
hubungan antara kematangan emosi dengan si jika terdapat situasi darurat ketimbang bila ada
orang lain yang mengetahui situasi tersebut, (b)
perilaku prososial adalah linier. Berikutnya me-
nunjukkan bahwa hubungan antara religiusitas kondisi lingkungan dan keadaan fisik lingkungan
juga mempengaruhi kesediaan untuk membantu,
dengan perilaku prososial nilai F = 10,640 dengan
(c) tekanan waktu, hal ini menimbulkan dampak
sig (p) = 0,002 (p<0,05). Hasil uji linieritas me-
nunjukkan bahwa hubungan antara religiusitas yang kuat terhadap pemberi bantuan. Individu
dengan perilaku prososial adalah linier. yang tergesa-gesa karena waktu sering mengabai-
kan pertolongan yang ada di depannya. Dari hasil
Setelah uji asumsi, kemudian dilakukan pengu-
tersebut terlihat bahwa variabel kematangan
jian hipotesis dengan teknik analisis data yaitu
dengan analisis regresi ganda. Hal ini dimak- emosi sumbangan efektifnya lebih besar diban-
sudkan untuk menjawab dan mengetahui hubu- dingkan dengan variabel religiusitas terhadap
ngan secara simultan maupun uji secara parsial perilaku prososial.
(Hair, et al, 2006). Adapun variabel indenpenden Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji
yaitu kematangan emosi dan religiusitas dengan t, maka diperoleh hasil untuk kematangan emosi
dengan perfilaku prososial sebesar t = 2,512
variabel dependen perilaku prososial. Pengolahan
data pendelitian dengan menggunakan program dengan sig (p) = 0,015 atau (< 0,05), yang berarti
SPSS for windows release 11.000. ada hubungan positif dan signifikan antara kema-
tangan emosi dengan perilaku prososial perawat
HASIL di Rumah Sakit Bunda Surabaya. Ini menun-
jukkan apabila kematangan emosi tinggi, maka
Berdasarkan hasil analisis dengan mengguna-
akan meningkatkan perilaku prososial perawat di
kan uji anova, maka diperoleh hasil F = 8,954

166
Kematangan Emosi, Religiusitas Dan Perilaku Prososial Perawat Di Rumah Sakit

Rumah Sakit Bunda Surabaya dan sebaliknya. Ini yang sangat signifikan antara tingkat kematangan
mengandung makna bahwa kematangan emosi emosi pada mahasiswa dengan koefisien korelasi
dapat dipakai sebagai dasar untuk memprediksi r = 0,389 dan probabilitas kesalahan p = 0,000.
perilaku prososial perawat yang ada di Rumah Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat
sakit Bunda Surabaya. Dengan demikian hipotesis kematangan emosi maka semakin tinggi tingkat
yang dinyatakan ada hubungan positif dan signi- perilaku prososial, sebaliknya semakin rendah
fikan antara kematangan emosi dengan perilaku tingkat kematangan emosi maka semakin rendah
prososial perawat di Rumah Sakit Bunda Sura- tingkat perilaku prososial.
baya dapat diterima. Senada penelitian di atas, hasil penelitian
Berikutnya menguji religiusitas dengan peri- Sahiq dan Djalali (2012), menunjukkan bahwa
laku prososial, berdasarkan hasil analisis denagn ada hubungan positif yang sangat signifikan
menggunakan uji t, maka diperoleh nilai t = 2,216 antara tingkat kecerdasan emosi dan kecerdasan
dengan sig (p) = 0,031 atau (< 0,05), yang berarti spiritual dengan perilaku prososial mahasiswa
ada hubungan positif dan signifikan antara reli- dengan koefisien korelasi F = 105,406 dengan
giusitas dengan perilaku prososial perawat di harga p = 0,000. Hal ini berarti bahwa semakin
Rumah Sakit Bunda Surabaya. Ini menunjukkan tinggi tingkat kecerdasan emosi dan kecerdasan
apabila religiusitas tinggi, maka akan mening- spiritual maka semakin tinggi tingkat perilaku
katkan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit prososial, dan sebaliknya. Ini menunjukkan hipo-
Bunda Surabaya dan sebaliknya. Ini mengandung tesis penelitian diterima.
makna bahwa religiusitas dapat dipakai sebagai Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
dasar untuk memprediksi perilaku prososial pera- tinggi atau rendahnya perilaku prososial perawat
wat yang ada di Rumah sakit Bunda Surabaya. di Rumah Sakit Bunda Surabaya sangat dipenga-
Dengan demikian hipotesis yang dinyatakan ada ruhi oleh kematangan emosi. Oleh karena itu
hubungan positif dan signifikan antara religiusitas setiap perawat di dalam melaksanakan aktivitas
dengan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit kerja yang berkaitan dengan pelayanan kepada
Bunda Surabaya dapat diterima. para pasien yang berobat baik rawat jalan maupun
rawat inap memperlukan kematangan emosi agar
PEMBAHASAN mampu mengendalikan emosi yang berlebihan.
Karena tinggi atau rendahnya kematang emosi
Hipotesis pertama, hasil penelitian dapat di-
perawat di Rumah sakit Bunda dalam melaksa-
ketahui bahwa ada hubungan positif dan signi-
nakan pelayanan kepada para pasien, dicerminkan
fikan antara kematangan emosi dengan perilaku
pada perilaku sehari-hari pada berinterkasi dengan
prososial perawat di Rumah Sakit Bunda Sura-
para pasien.
baya. Ini menunjukkan apabila kematangan emosi
Sedangkan ciri-ciri seseorang yang mempu-
tinggi, maka akan meningkatkan perilaku proso-
nyai kematangan sosial tinggi, menurut Walgito
sial perawat di Rumah Sakit Bunda Surabaya dan
(2004) orang yang matang emosinya mempunyai
sebaliknya. Ini mengandung makna bahwa kema-
ciri-ciri antara lain: (a) Dapat menerima keadaan
tangan emosi dapat dipakai sebagai dasar untuk
dirinya maupun orang lain sesuai dengan objek-
memprediksi perilaku prososial perawat yang ada
tifnya, (b) pada umumnya tidak bersifat impul-
di Rumah sakit Bunda Surabaya. Dengan demi-
sive, dapat mengatur pikirannya dalam memberi-
kian hipotesis yang dinyatakan ada hubungan
kan tanggapan terhadap st imulus yang menge-
positif dan signifikan antara kematangan emosi
nainya, (c) dapat mengontrol emosinya dengan
dengan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit
baik dan dapat mengontrol ekspresi emosinya
Bunda Surabaya dapat diterima.
walaupun dalam keadaan marah dan kemarahan
Hasil penelitian di atas, diperkuat oleh hasil
itu tidak ditampakkan keluar, (d) dapat berpikir
penelitian Asih (2012) menyatakan ada hubungan
objektif sehingga akan bersifat sabar, penuh
positif dan sig nifikan antara empati dan kema-
pengertian dan cukup mempunyai toleransi yang
tangan sosial dengan perilaku prososial dengan
baik, (e) mempunyai tanggung jawab yang baik,
nilai Rxy=0,932 pada p=0,000. Artinya apabila
dapat berdiri sendiri, tidak mengalami frustrasi
empati dan kematangan emosi tinggi, maka peri-
dan mampu menghadapi masalah dengan penuh
laku prososial akan tinggi dan sebaliknya.
pengertian.
Begitu juga hasil penelitian Rufaida (2009)
menyatakan bahwa bahwa ada hubungan positif

167
Tutik Dwi Haryati

Anderson (dalam Mappiare, 1983) mengatakan menolong individu lain tanpa memperdulikan
bahwa seseorang yang memiliki kematangan motif-motif si penolong, timbul karena adanya
emosional belum tentu dapat dikatakan sebagai penderitaan yang dialami oleh orang lain yang
orang dewasa. Seseorang yang memiliki kema- meliputi saling membantu, saling menghibur,
tangan emosional berarti orang tersebut sudah persahabatan, penyelamatan, pengorbanan, kemu-
dewasa, tetapi orang dewasa belum tentu memi- rahan hati, dan saling membagi.
liki kematangan emosional. Kartono (1995) me- Myers (dalam Sarwono, 2002) menyatakan
ngartikan kematangan emosi sebagai suatu kea- bahwa perilaku prososial atau altruisme adalah
daan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan hasrat untuk menolong orang lain tanpa memi-
dari perkembangan emosional, oleh karena itu kirkan kepentingan kepentingan sendiri. Perilaku
pribadi yang bersangkutan tidak lagi menam- prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang
pilkan pada emosional seperti pada masa kanak- menguntungkan orang lain. Secara konkrit,
kanak. Seseorang yang telah mencapai kemata- pengertian perilaku prososial meliputi tindakan
ngan emosi dapat mengendalikan emosinya. berbagi, kerjasama, menolong, kejujuran, derma-
Emosi yang terkendali menyebabkan orang mam- wan serta mempertimbangkan hak dan kesejah-
pu berpikir secara lebih baik, melihat persoalan teraan orang lain (Mussen dalam Dayakisni,
secara objektif (Walgito, 2004: 42) Lebih lanjut 1988). Dari penjelasan tersebut di atas terlihat ada
Davidoff (1991: 49) menerangkan bahwa kemata- hubungan antara kematangan emosi dengan peri-
ngan emosi merupakan kemampuan individu laku prososial.
untuk dapat menggunakan emosinya dengan baik Hipoetsis kedua, hasil penelitian dapat diketa-
serta dapat menyalurkan emosinya pada hal-hal hui bahwa ada hubungan positif dan signifikan
yang bermanfaat dan bukan menghilangkan emosi antara reigiusitas dengan perilaku prososial pera-
yang ada dalam dirinya. wat di Rumah Sakit Bunda Surabaya. Ini menun-
Kematangan Emosi amat penting ketika manu- jukkan apabila religiusitas tinggi, maka akan
sia menghadapi atau berhubungan dengan orang meningkatkan perilaku prososial perawat di
lain. Dimana emosi yang ditampilkan akan ber- Rumah Sakit Bunda Surabaya dan sebaliknya. Ini
dampak pada diri sendiri atau orang lain. Faktor mengandung makna bahwa religiusitas dapat
personal yang mendasari perilaku prososial dika- dipakai sebagai dasar untuk memprediksi perilaku
tegorikan menjadi dua, yaitu faktor personal dan prososial perawat yang ada di Rumah sakit Bunda
faktor situasional. Karakteristik kepribadian yang Surabaya. Dengan demikian hipotesis yang dinya-
mempengaruhi perilaku prososial yaitu adanya takan ada hubungan positif dan signifikan antara
kematangan emosi. Individu yang matang secara religiusitas dengan perilaku prososial perawat di
emosi, akan mampu berperilaku prososial dengan Rumah Sakit Bunda Surabaya dapat diterima.
baik Hasil penelitian di atas didukung oleh pene-
Chaplin (1995) menyatakan perilaku sebagai litian Sumiati (2010), yang menunjukkan bahwa
segala sesuatu yang dialami oleh individu meli- ada hubungan yang positif antara religiusitas
puti reaksi yang diamati. Watson (1984) menya- dengan perilaku prososial mahasiswa UIN Syarif
takan bahwa perilaku prososial adalah suatu Hidayatullah Jakarta. Begitu juga hasil penelitian
tindakan yang memiliki konsekuensi positif bagi Farid (2011), menyatakan bahwa ada hubungan
orang lain, tindakan menolong sepenuhnya yang penalaran moral, kecerdasan emosi, religiusitas,
dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa meng- dan pola asuh orangtua otoritatif dengan perilaku
harapkan sesuatu untuk dirinya. Perilaku prososial prososial remaja. Variabel penalaran moral, ke-
dapat memberikan pengaruh bagaimana individu cerdasan emosi, religiusitas, dan pola asuh orang-
melakukan interaksi sosial. tua otoritatif masingmasing berkorelasi positip
Sears (1991) memberikan pemahaman menda- dengan perilaku prososial remaja. Sedangkan
sar bahwa masing-masing individu bukanlah hasil penelitian Laila (2007) mengatakan ada
semata-mata makhluk tunggal yang mampu hidup hubungan yang positif dan sangat signifikan
sendiri, melainkan sebagai makhluk social yang antara religiusitas dengan perilaku prososial (r =
sangat bergantung pada individu lain, individu 0,528 ; p = 0,000). Hal ini berarti bahwa semakin
tidak dapat menikmati hidup yang wajar dan tinggi religiusitas maka semakin tinggi perilaku
bahagia tanpa lingkungan sosial. Seseorang dika- prososial yang terjadi dan sebaliknya.
takan berperilaku prososial jika individu tersebut

168
Kematangan Emosi, Religiusitas Dan Perilaku Prososial Perawat Di Rumah Sakit

Ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya atau tingkat ketaqwaan seseorang khususnya da-
perilaku prososial sangat dipengaruhi oleh reli- lam mengimplementasian matra hubungan antar
gusitas seseorang. Religiusitas (keberagamaan) manusia (hablumminannaas).
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manu- Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
sia. Hal ini perlu dibedakan dari agama, karena bahwa tingkat religiusitas seseorang yang tinggi
konotasi agama biasanya mengacu pada kelem- berarti tinggi pula kecenderungan seseorang untuk
bagaan yang bergerak dalam aspek-aspek yuridis, melakukan perilaku prososial, karena perilaku
aturan dan hukuman sedangkan religiusitas lebih prososial merupakan salah satu matra dalam me-
pada aspek “lubuk hati” dan personalisasi dari ningkatkan tingkat religiusitas. Dalam mening-
kelembagaan tersebut (Shadily, 1989). katkan tingkat religiusitasnya, individu tidak
Mangunwijaya (1982) juga membedakan isti- hanya cukup dengan melakukan ritual-ritual ke-
lah religi atau agama dengan istilah religiusitas. agamaan saja atau tidak cukup hanya menekankan
Agama menunjuk aspek formal yang berkaitan pada pemahaman dan implementasi matra hubu-
dengaan aturan- aturan dan kewajiban-kewajiban, ngan manusia dengan Allah tetapi diperlukan juga
sedangkan religiusitas mengacu pada aspek religi pengimplementasian matra hubungan antar sesa-
yang dihayati oleh individu di dalam hati. ma manusia untuk mencapai tingkat ketaqwaan
Ancok dan suroso (2001) mendefinisikan reli- yang sempurna. Dari penjelasan tersebut di atas
giusitas sebagai keberagamaan yang berarti meli- terlihat ada hubungan antara religiusitas dengan
puti berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan perilaku prososial.
hanya terjadi ketika seseorang melakukan peri-
laku ritual (beribadah), tapi juga ketika melaku- KESIMPULAN
kan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
Perilaku prososial adalah sebagai tindakan
supranatural. Sumber jiwa keagamaan itu adalah
sosial, rasa perhatian, penghargaan, kasih sayang,
rasa ketergantungan yang mutlak (sense of
kesetiaan, serta bantuan yang diberikan pada
depend). Adanya ketakutan-ketakutan akan anca-
orang lain yang dilakukan dengan suka rela tanpa
man dari lingkungan alam sekitar serta keyakinan
pamrih. Perilaku prososial merupakan perilaku
manusia itu tentang segala keterbatasan dan
yang lebih memberi efek positif bagi orang lain
kelemahannya. Rasa ketergantungan yang mutlak
daripada diri sendiri. Salah satu variabel yang
ini membuat manusia mencari kekuatan sakti dari
mempengaruhi adalah kematangan emosi. Kema-
sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai kekuatan
tangan emosi adalah faktor intern yang ada dalam
pelindung dalam kehidupannya dengan suatu
diri individu. Wujud perilaku perawat yaitu, kese-
kekuasaan yang berada di luar dirinya yaitu
diaan memberikan bantuan atau pertolongan
Tuhan. Religiusitas berhubungan dengan terben-
kepada orang lain yang sedang mengalami kesu-
tuknya prososial. Individu dikatakan memiliki
litan, baik berupa moril maupun materiil. Meno-
tingkat religiusitas yang tinggi apabila mempu-
long meliputi membantu orang lain atau mena-
nyai keterikatan religius yang lebih besar sehi-
warkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya
ngga individu tersebut menjalankan ajaran-ajaran
kegiatan orang lain. Untuk meningkatkan perila-
dan kewajiban-kewajiban agamanya dengan patuh
ku prososial perawat dibutuhkan pendekatan
(Jalaluddin , 2003).
behavioral dengan model belajar sosial. Pemben-
Dengan demikian individu yang mempunyai
tukan perilaku prososial dapat kita lakukan
tingkat religiusitas tinggi tidak hanya melakukan
dengan sering memberikan stimulus tentang
ritual-ritual keagamaan saja seperti shalat, puasa
perilaku-perilaku baik (membantu orang yang
dan haji tetapi hal lain yang juga harus dilakukan
kesulitan dan lain sebagainya). Semakin sering
adalah menjalin hubungan dan berbuat baik kepa-
seseorang memperoleh stimulus, misalnya melalui
da orang lain atau dapat juga dikatakan mela-
media massa semakin mudah akan melakukan
kukan amal shaleh sebagai pengamalan dari aja-
proses imitasi (meniru) terhadap perilaku tersebut.
ran agamanya. Salah satu bentuk amal shaleh
Itu semua akan terwujud bila kematangan emosi
dalam hal ini adalah melakukan perilaku prososial
perawat tinggi. Kematangan emosi perawat lebih
yang meliputi menolong, bekerja sama, berbagi,
ditekankan pada kemampuan untuk menye-
dan menyumbang (Ancok D, dkk., 1995). Pelak-
lesaikan problem-problem pribadi tanpa adanya
sanaan amal shaleh ini secara tidak langsung
keselarasan antara gangguan perasaan dan keti-
merupakan upaya peningkatan tingkat religiusitas
dakmampuan menyelesaikan masalah, kemampu-

169
Tutik Dwi Haryati

an untuk memperhitungkan pendapat orang lain skala yang dikoreksi antara 0,258 - 0,865. Kemu-
terhadap keinginan-keinginan individu sesuai dian uji reliabilitas diperoleh sebesar 0,950. Hasil
dengan harapan masyarakat dan kemampuan analisis ini menunjukkan bahwa koefisiensi relia-
untuk mengungkapkan emosi yang tepat sehubu- bilitas skala kematangan emosi telah melebihi
ngan dengan pengertian individu terhadap orang atas minimum koefisiensi reliabilitas sebesar 0,70.
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Koefisiensi reliabilitas skala kematangan emosi
hubungan antara kematangan emosi dan religiu- sebesar 0,950 memiliki arti perbedaan (variasi)
sitas dengan perilaku prososial perawat Rumah yang tampak pada skor skala kematangan emosi,
Sakit Bunda Surabaya. Sampel penelitiannya ada- ini mampu mencerminkan 95% dari variasi yang
lah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bunda terjadi pada skor murni kelompok subyek yang
Surabaya sebanyak 61 orang. bersangkutan, dan 5 % perbedaan sakor yang
Adapun populasi dalam penelitian adalah tampak disebabkan oleh variasi kesalahan pengu-
perawat Rumah Sakit Bunda Surabaya sebanyak kuran. Aitem skala kematanga emosi yang telah
61 orang perawat. Seluruh populasi dipakai seba- memenuhi indeks daya diskriminasi dan koefisien
gai subyek penelitian sehingga digunakan studi reliabilitas
populasi dan tidak menggunakan teknik sampling Skala skala religiusitas disusun berdasarkan
tertentu. indikator dari teori Glock dan Stark (dalam
Pengukuran yang digunakan skala perilaku Ancok, 2005). Religiusitas yang meliputi, keper-
prososial yang disusun berdasarkan indikator dari cayaan seseorang akan adanya kehidupan dan
teori Eisenberg, dkk (1995), yaitu bekerja sama, kematian, kemampuan seseorang dalam menger-
menolong, berbagi, mempertimbangkan hak dan jakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya,
kesejahteraan orang lain. Aitem yang dikembang- penghayatan seseorang akan menjalankan agama
kan berjumlah 45 aitem, setelah dilakukan uji yang pernah dialaminya, kemampuan seseorang
daya diskriminasi aitem, menunjukkan 42 aitem berupa pengetahuan tentang agama dan kemam-
memenuhi syarat indeks diskriminasi dan 3 aitem puan seseorang dalam mengaplikasikan ajaran
gugur. Aitem-aitem yang dinyatakan memenuhi agama dalam kehidupan sosial. Aitem yang di-
daya diskriminasi aitem dengan skor total skala kembangkan berjumlah 57 aitem, setelah dila-
yang dikoreksi antara 0,260 - 0,734. Kemudian kukan uji daaya diskriminasi aitem, menunjukkan
hasil uji reliabilitas Alpha skala perilaku prososial 47 aitem memenuhi syarat indeks diskriminasi
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,919. dan 10 aitem gugur. Aitem-aitem yang dinyatakan
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa koefisiensi memenuhi daya diskriminasi aitem dengan skor
reliabilitas skala perilaku prososial telah melebihi total skala yang dikoreksi antara 0,307 - 0,646.
atas minimum koefisiensi reliabilitas sebesar 0,70. Kemudian hasil uji reliabilitas Alpha skala religi-
Koefisiensi reliabilitas skala perilaku prososial usitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
sebesar 0,919 memiliki arti perbedaan (variasi) 0,920. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
yang tampak pada skorskala perilaku prososial, koefisiensi reliabilitas skala religiusitas telah
ini mampu mencerminkan 91,90% dari variasi melebihi atas minimum koefisiensi reliabilitas
yang terjadi pada skor murni kelompok subyek sebesar 0,70. Koefisiensi reliabilitas skala reli-
yang bersangkutan, dan 8,10 % perbedaan sakor giusitas sebesar 0,920 memiliki arti perbedaan
yang tampak disebabkan oleh variasi kesalahan (variasi) yang tampak pada skor skala religiusitas,
pengukuran. Aitem skala perilaku prososial yang ini mampu mencerminkan 92% dari variasi yang
telah memenuhi indeks daya diskriminasi dan terjadi pada skor murni kelompok subyek yang
koefisien reliabilitas bersangkutan, dan 8 % perbedaan skor yang tam-
Skala kematangan emosi yang disusun ber- pak disebabkan oleh variasi kesalahan pengu-
dasarkan indikator dari teori Mappiare (1983), kuran. Aitem skala religiusitas yang telah me-
yaitu: emosi terkendali. Emosi terarah, emosi ter- menuhi indeks daya diskriminasi dan koefisien
buka lapang dan kasih sayang. Aitem yang di- reliabilitas
kembangkan berjumlah 50 aitem, setelah dilaku- Hasil temuan adalah sebagai berikut: Pertama,
kan uji daya diskriminasi aitem, menunjukkan 42 ada hubungan yang positif dan signifikan antara
aitem memenuhi syarat indeks diskriminasi dan 3 kematangan emosi dan religiusitas dengan periaku
aitem gugur. Aitem-aitem yang dinyatakan me- prososial perawat di Rumah Sakit Bunda Sura-
menuhi daya diskriminasi aitem dengan skor total baya dengan nila F = 8,954 pada p = 0,000 atau (<

170
Kematangan Emosi, Religiusitas Dan Perilaku Prososial Perawat Di Rumah Sakit

0,05). Ini menunjukkan apabila kematangan Atkinson, R.L. 1999. Pengantar Psikologi Edisi
emosi dan religiusitas tinggi, maka akan mening- ke 2. Alih bahasa Dr. Widjaja Kusuma. Erla-
katkan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit ngga. Jakarta.
Bunda Surabaya dan sebaliknya. Ini mengandung
Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Edisi
makna bahwa kematangan emosi dan religiusitas
ketiga. cetakan kedua. Pustaka Pelajar Offset.
dapat dipakai sebagai dasar untuk memprediksi
Yogyakarta.
perilaku prososial perawat yang ada di Rumah
sakit Bunda Surabaya. Kontribusi yang diberikan .....2005. Sikap manusia : Teori dan Pengukuran-
oleh kematangan emosi dan religiusitas terhadap nya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
perilaku prososial sebesar 23,60% dengan rincian Baron, R. A., Byrne, D. 2000. Social Psychology.
variaberl kematangan emosi memberi sumbangan Boston, Massachusetts: Allyn dan Bacon, Inc.
=17,22% dan variabel religiusitas memberikan
sumbangan 6,37%. Artinya sumbangan atau kon- .....2005. Psikologi Sosial. Edisi:10. Jilid:2. Terj:
tribusi yang diberikan oleh kematangan emosi dan Djuwita. Jakarta: Erlangga.
relgiusitas terhadap perilaku prososial nilainya Brannon, L. 1996. Gender: Psychological Per-
sebesar 23,60%, sedangkan sisanya sebesar spectives. Boston: Allyn and Bacon.
76,40% merupakan suatu bariabel-variabel yang
tidak terprediksi dalam penelitian ini, salah satu- Brigham, J. C. 1991. Social Psychology Second
nya variabel situasional. Kedua, ada hubungan Edition. New York: Harpercollins Publisher
positif dan signifikan antara kematangan emosi Inc.
dengan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit Berndt, T. J. 1992. Child Development. Fort Wort,
Bunda Surabaya dengan nilai t = 2,512 pada p = Texas. Harcourt Brace Jovanouies College
0,015 (< 0,05). Ini menunjukkan apabila kemata- Publisher.
ngan emosi tinggi, maka akan meningkatkan
perilaku prososial perawat di Rumah Sakit Bunda Berns, R. M. 2007. Child, Familiy, School Com-
Surabaya dan sebaliknya. Ini mengandung makna munity Socialization and Support 7th Edition.
bahwa kematangan emosi dapat dipakai sebagai Belmont, California: Wadsworth Publishing.
dasar untuk memprediksi perilaku prososial Chaplin, J. K. 2000. Kamus Lengkap Psikologi.
perawat yang ada di Rumah sakit Bunda Sura- Raja Grafindo. Jakarta.
baya. Ketiga, ada hubungan positif dan signifikan
Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosi-
antara religiusitas dengan perilaku prososial
al. Cet:2. UMM Press.Malang
perawat di Rumah Sakit Bunda Surabaya dengan
nilai t = 2,216 pada p = 0,031 (< 0,05). Ini Davidoff, 1991,"Affective and Predatory Violen-
menunjukkan apabila religiusitas tinggi, maka ce: a Bimodal Classification System of Human
akan meningkatkan perilaku prososial perawat di Aggression and Violence." Journal Aggression
Rumah Sakit Bunda Surabaya dan sebaliknya. Ini & Violent Behavior, h. 1-30. 7 Dec. 1991.
mengandung makna bahwa religiusitas dapat
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. PT Re-
dipakai sebagai dasar untuk memprediksi perilaku
maja Rosdakarya. Bandung.
prososial perawat yang ada di Rumah sakit Bunda
Surabaya. Diyah Perwitasari. 2007. Hubungan antara reli-
giusitas dengan perilaku prososial pada maha-
DAFTAR PUSTAKA siswa fakultas psikologi Universitas Islam
Negeri Malang. SKRIPSI. Fakultas Psikologi.
Ancok D, dkk. 1995. Psikologi Islam. Yogyakar-
Program S1. Universitas Islam Negeri (UIN)
ta: Pustaka Pelajar. Antkinson. 1996. Pengan-
Malang http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_
tar Psikologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
detail&id=05410059 di akses, tgl.5 September
Arikunto, S. 1989. Prosedur Penelitian Suatu 2012.
Pendekatan Praktek, PT. Bina Aksara, Jakarta.
Fatchurahman dan Pratikto P. 2012, Kepercayaan
.....2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang
Praktek. : Rineka Cipta. Jakarta. Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja,
Jurnal Persona, Vol 1 No. 02 September 2012

171
Tutik Dwi Haryati

Fitria Alfi Rufaida (2009), Hubungan Antara Masykouri, 2005, Perilaku agresif. Pustaka Pela-
Tingkat Kematangan Emosi Dengan Tingkat jar Offset, Yogyakarta.
Perilaku Prososial (http://lib.uinmalang.ac.
Muawanah L.B., Suroso dan Pratikto H., Kema-
id/?mod=th_detail&id=05410058 di akses,
tangan Emosi, Konsep Diri dan Kenakalan
tgl. 6 September 2012.
Remaja, Jurnal Persona, Vol 1 No. 02 Septem-
Golman, D. 1997. Kecerdasan Emosional. Gra- ber 2012.
media Pustaka Utama. Jakarta,
Nawangsih, U. 2001. Hubungan Tipe Orintasi
Hadi, S. 1988. Statistik jilid II. Andi Offset. Religisitas dengan Perilaku Prososial. Jurnal
Yogyakarta. Psikodinamik. Vol,4 No. 5, Oktober 2001.
Fakultas Psikologi. Universitas. Muhammadi-
___. 2001. Metodologi Research. Andi Offset.
yah Malang.
Yogyakarta.
Nurhasanah. 2002, Hubungan Antara Empati
Hurlock, E. B. 1996. Psikologi Perkembangan :
dengan Intensi Prososial pada Siswa-siswa
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehi-
SMUN I Gerung Lombok Barat NTB. UIN
dupan (Alih Bahasa Istiwidayanti dkk). Erla-
Malang, Skripsi.
ngga. Jakarta.
Rakhmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi.
.....2001. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta:
Remaja Rosda Karya. Bandung.
Erlangga. Jakarta.
Ratnawati, I., 2005, Studi tentang Kematangan
Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: Pren-
Emosi dan Kematangan Sosial Pada siswa
hallindo.
SMU Yang Mengikuti Program Akselerasi,
Jersild, 1975, Aggression and its causes a biopsy- Skripsi, (Tidak Diterbitkan) Fakultas Psikologi
chosocial approach. Oxford University Press, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
New York.
Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology : Healthy
Jalaluddin dan Ramayulis. 1993. Pengantar Ilmu Psychology Biopsychosocial Interactions. New
Jiwa Agama. Kalam Mulia. Jakarta. York : John Willeyant.
Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama, Jakarta: Radja Saraswati. Hubungan Antara Self-Esteem dengan
Grafindo. Intensi Prososial pada Mahasiswa Fakultas
Koeswara, E. 1988. Agresi manusia. PT Eresco. Psikologi Universitas Gadjah Mada, UGM,
Bandung. Skripsi, 2000.

Khotimah, K. 2006. Hubungan Dukungan Sosial Sarwono, S. W. 1994. Psikologi Remaja. PT Raja
dan Kematangan Emosi dengan Post Partum Grafindo. Jakarta.
Depression Pada Ibu yang Melahirkan Anak ___.2002. Pengantar Psikologi Umum. Bulan
Pertama. Skripsi (tidak diterbitkan). Sema- Bintang. Jakarta.
rang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development
Semarang.
Perkembangan Masa hidup. Erlangga. Jakarta.
Krahe, B. (2001). Perilaku Agresif. Pustaka Pela-
Sears, dkk. 1991. Psikologi Sosial, Jilid 2 (Terje-
jar. Yogyakarta.
mahan), edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Rufaida F.A., 2009, Hubungan Antara Tingkat
Soemardjono. 1992. Liku-liku Relasi Antarpribadi
Kematangan Emosi Dengan Tingkat Perilaku
dan Permasalahannya dalam Kepribadian
Prososial.http://lib.uinmalang.ac.id/?mod=th_
Siapakah Saya. CV Rajawali. Jakarta.
detail&id=05410058 Diakses tgl. 17 Janauari
2013 Smet, B.1994. Psikologi Kesehatan. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Lazarus, R.S., 1991. Emotion and Adaptation,
New York: Oxford University Press. Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum.
Andi Offset.Yogyakarta
Mappiare, A., 1982, Psikologi Remaja, Usaha
Nasional, Surabaya

172

Anda mungkin juga menyukai