Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP HOLISTIC CARE

MATA KULIAH KONSEP KEPERAWATAN DASAR

Pembimbing:
Hermeksi Rahayu, S. Kp, M. Kes

Disusun oleh:
Azizza Jasmine Akbriani
NIM 1803020

SI KEPERAWATAN “B”
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018/2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara holistik dalam keperawatan diperlukan adanya suatu perubahan dengan merubah
pola pikir masyarakat tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan yang muncul di dalamnya.
Karena perubahan itu merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan
dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan
diri dari lingkungan yang ada atau beranjak untuk mencapai kesehatan yang optimal.

Holistik juga merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi tertanggu maka dimensi yang lain
akan terpengaruhi. Holistik terkait dengan kesejahteraan (wellnes). Untuk mencapai
kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang
harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi dengan stimulus.

Pelayanan keperawatan holistik memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih


memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi kehidupan
jasmani, mental, sosial dan spiritual yang saling mempengaruhi
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Holistic Care

Holistic memiliki arti ‘menyeluruh’ yang terdiri dari kata holy and healthy. Pandangan
holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan
seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya,
estetika, emosi, dan fisik. Jadi healthy yang dimaksud bukan hanya phisically, tetapi lebih
pada aspek sinergittas spirtually.

Pengobatan holistik adalah, pengobatan dengan menggunakan konsep menyeluruh, yaitu


keterpaduan antara jiwa dan raga, dengan metode alamiah yang ilmiah, serta ilahia yang
mana tubuh manusia merupakan keterpaduan sistem yang sangat kompleks, dan saling
berinteraksi satu sama yang lainnya dengan sangat kompak dan otomatis.

1. CARING
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.
Menurut Pasquali dan Arnold serta Watson, human care terdiri dari upaya untuk
melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain.
Menurut Watson, ada 7 asumsi yang mendasari konsep caring yaitu:
a)     Caring hanya akan efektif bila Di perlihatkan dan dipraktekkan secara interperonal.
b)  Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu
memenuhi kebutuhan manusia atau klien.
c)      Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
d)    Caring merupakan respon yang dterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja
namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang terebut nantinya.
e)    Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan
seseorang dan mempengaruh seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk
dirinya sendiri.
f)       Caring lebih kompleks dari pada curing
g)      Caring merupakan inti dari keperawatan.
Proses Keperawatan dalam Teori Caring
Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah - langkah sama
dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk menyelesaikan
masalah dan menemukan solusi yang terbaik.
Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai berikut (tulisan yang
dimiringkan menandakan proses riset yang terdapat dalam proses keperawatan):
a.  Pengkajian
Meliputi observasi, identifikas dan review masalah menggunakan pengetahuan dari
literature yang dapat diterapkan melibatkan pengetahuan konseptual untuk pembentukan dan
konseptualisasi kerangka kerja  yang digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah.
(Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979 - 2697, Vol. 1 No.3, September 2008:147-150).
Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam memecahkan
masalah.
Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh
perawat yaitu :
1) Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup meliputi
kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi dan oksigenisasi.
2)Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman dan seksualitas.
3)Higher order needs (psychosocial needs) yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan berafiliasi.
4)     Higher order needs (intrapersonali needs) yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri.
b.  Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable -variabel akan diteliti
atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah
mengacu pada ASKEP serta meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada
siapa serta bagaimana data akan dikumpulkan.
c. Implementasi
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta meliputi
pengumpulan data.
d. Evaluasi
Merupakan metode dan proses untuk menganalisa data juga untuk meneliti efek dari
intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan
yang positif tercapai dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan.
Jadi, teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara
aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008).
Manfaat Caring :
a)      Dapat membantu memenuhi kebutuhan manusia dan klien.
b)      Sebagai focus pemersatu untuk praktek keperawatan
c)  Membantu menumbuhkan kepercayaan dan membuat hubungan dalam keperawatan secara
manusiawi
d)     Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negative atau baik
buruknya
e)      Bias memberikan bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi pasien dan klien
f)       Menimbulkan kesensitifas terhadap diri sendiri dan orang lain
g) Caring memberikan manfaat asuhan fisik yang baik serta meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien
Sikap Caring
ASKEP bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat
memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat
menggunakan keahlian, kata - kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan,
selalu berada disamping klien dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan.
Karakteristik Caring
Menurut Wolf dan Barnum (1998) :
a.       Mendengar dengan perhatian.
b.      Memberi rasa nyaman.
c.       Berkata jujur.
d.      Memiliki kesabaran.
e.      Bertanggung jawab.
f.      Memberi informasi.  
g.     Memberi sentuhan. 
h.     Memajukan sensitifitas. 
i.       Menunjukan rasa hormat pada klien. 
j.        Memanggil klien dengan namanya.
2.     HOLISME
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang
utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua
unsur terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi dibagian satu akan
mempengaruhi bagian lain. Hukum inilah yang semestinya ditemukan agar dapat dipahami
berfungsinya setiap komponen
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
1.      Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi dan koherensi (unity,
integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan
disorganisasi berarti patologik.
2.      Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian
yang dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang
tidak terdapat dalam bagian-bagian.
3.      Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self
actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasikan potensi inheren
yang dimilikinya pada ranah maupun terbuka baginya.
4.      Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi
organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat
dan integral.
5.      Penelitian komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif
terhadap
3.     HUMANISME
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal - hal yang
positif. Kemampuan positif ini disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik beraliran
humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang
positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik sangat kuat yang nampak dari
para pendidik beraliran humanisme.
Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini
berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta realisasi diri
orang yang belajar secara optimal.
Ciri - Ciri Teori Humanisme
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan masyarakat. Ketrampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Contoh teori humanistic :
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik - baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing - masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia unik dan membantu dalam mewujudkan potensi - potensi yang ada dalam diri
mereka.
Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang
memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar
nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. perawat yang menggunakan
pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya
tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa
tubuh
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengobatan holistik adalah pengobatan dengan menggunakan konsep menyeluruh, yaitu


keterpaduan antara jiwa dan raga, dengan metode yang alamiah yang iilmiah, serta ilahiah,
yang mana tubuh manusia merupakan keterpaduan sistem yang sangat kompleks, dan saling
berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis terganggunya satu fungsi/
elemen/unsur tubuh manusia dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya. Keterkaitan jiwa dan
raga tidak terpisahkan.

B. SARAN

Dengan adanya holistic care perawat diharapkan mampu dan dapat mengaplikasikannya
kepada para pasien, tanpa memandang status sosial seorang pasien. Dan perawat juga
diharapkan dapat bekerja dengan profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Chairul. (2012, Februari Rabu). Dipetik Desember Minggu, 2018, dari


http://chairulrebi.blogspot.com/2012/02/makalah-holistic-care.html?m=1

Nurhasanah, D. (2013, Oktober Rabu). Dipetik Desember Minggu, 2018, dari


https://dewinurhasanah.blogspot.com/2013/10/konsep-holistic-care-caring-holisme-
dan.html
MAKALAH

ETIK DAN HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

MATA KULIAH KONSEP KEPERAWATAN DASAR

Pembimbing:
Hermeksi Rahayu, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh:
Azizza Jasmine Akbriani
NIM 1803020

SI KEPERAWATAN “B”
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018/2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Profesi perawat dewasa ini sangat diminati karena bidang pelayanan kesehatan masyarakat
masih banyak membutuhkan tenaga-tenaga kesehatan profesional yang berkompeten di
bidang pelayanan kesehatan. Perawat termasuk posisi vital dalam dunia pelayanan kesehatan
selain dokter. Menjadi perawat profesional membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
khusus.

Namun, dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, perawat dituntut memahami dan
menerapkan kode etik keperawatan serta hukum kesehatan yang mengatur relasinya baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dokter, tenaga medis yang lain, pasien/klien, dan
masyarakat secara keseluruhan. Tujuan perawat adalah menyelamatkan sesama manusia.
Tugas ini sangatlah mulia sehingga dalam menjalankan tugasnya, perawat tidak bisa
dilepaskan dari kode etik keperawatan dan hukum kesehatan di manapun perawat itu berada
dan bekerja.

Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu teknologi, dan informasi yang semakin canggih.
Membuat masyarakat menjadi lebih kritis. Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang
semakin maju membuat derajat kesehatan masyarakat menjadi tinggi. Perkembangan ini
diikuti dengan perkembangan hukum di bidang kesehatan, sehingga secara bersamaan
petugas kesehatan menghadapi masalah hukum terkait dengan aktivitas, perilaku, sikap, dan
kemampuannya dalam menjalankan profesi kesehatan. Ketika masyarakat merasa tidak puas
dengan pelayanan atau apabila seorang petugas kesehatan melakukan kesalahan yang
merugikan pasien, tidak menutup kemungkinan untuk di meja hijaukan.

Oleh karena itu, berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan kesehatan tersebut,
menjadi hal yang perlu diperhatikan dan didukung pemahaman petugas kesehatan mengenai
kode etik dan hukum kesehatan, dasar kewenangan, dan aspek legal dalam pelayanan
kesehatan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang baik dan benar-benar terpercaya
tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang petugas kesehatan, pedoman
tersebut adalah kode etik dan hukum kesehatan.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Keperawatan

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan, dan kriteria tertentu
untuk suatu tindakan. Konsep etika dapat dipahami sebagai peraturan atau norma yang
digunakan sebagai dasar acuan perilaku yang dilakukan oleh seseorang. Etika keperawatan
menjadi acuan dasar bagi perawat dalam menjalankan profesinya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang
memiliki standar dan kriteria tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma yang telah
ditetapkan, dapat dinilai dengan baik atau buruk perilaku seseorang.

Tujuan Etika Keperawatan

Jika dirumuskan ke dalam beberapa hal pokok, tujuan dari konsep etika keperawatan sebagai
berikut :

1. Merekatkan hubungan harmonis antara perawat dan pasien


2. Menyelesaikan segala persoalan yang dialami oleh klien atau pasien ketika menerima
pelayanan dari seorang perawat
3. Melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak adil oleh institusi yang
menaunginya
4. Menyinergikan institusi pendidikan yang menekuni keperawatan dengan produk
lulusan yang dihasilkan
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna tenaga keperawatan tentang
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.
6. Memberi kesempatan bagi para perawat untuk menerapkan ilmu pengetahuannya dan
prinsip etik keperawatan dalam praktik serta dalam situasi nyata.

Fungsi Etika Keperawatan adalah agar para perawat mampu melaksanakan peran dan
fungsinya dengan benar dan maksimal sesuai dengan kebijakan pemerintah kepada
masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
Pinsip-Prinsip Etik

1. Otonomi (autonomy)

Otonomi adalah hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Prinsip otomi adalah didasari pada keyakinan seseorang bahwa dia mampu berpikir logis
dan dapat membuat keputusan sendiri.

2. Berbuat baik (beneficience)

Berbuat baik dalam prinsip ini maksudnya individu tersebut melakukan sesuatu yang
baik. Dapat mencegah seseorang melakukan kesalahan. Terkadang, prinsip ini dalam
pelayanan kesehatan terjadi konflik dengan otonomi. Kenapa? Karena saat kita sudah niat
untuk melakukan suatu kebaikan tetapi terhalang oleh otonomi (kemandirian kita), jika kita
tidak memiliki pengetahuan atau pedoman yang benar dalam melakukan sesuatu kita bisa
mendapat keburukan/kesalahan dalam perbuatan kita tersebut.

3. Keadilan (justice)

Keadilan adalah sesuatu yang ditempatkan sesuai dengan porsinya. Prinsip keadilan
dibutuhkan demi tercapainya kesamaan derajat dan keadilan terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.

4. Tidak merugikan (non-maleficience)

Prinsip ini maksudnya dalam melakukan tindakan jangan menimbulkan bahaya/cedera


fisik ataupun psikologis pada pasien.

5. Kejujuran (veracity)

Prinsip kejujuran adalah penuh dengan kebenaran. Prinsip ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran kepada pasien dengan keadaan dirinya
selama menjalani keperawatan tetapi informasi itu harus akurat dan objektif. Terkadang, ada
saatnya pembatasan kejujuran untuk kepentingan pasien seperti jika kebenaran akan
kesalahan prognosis pasien demi pemulihannya.
6. Menepati Janji (fidelity)

Prinsip ini memiliki makna bahwa sebagai seorang perawat kita harus menepati janji dan
setia pada komitmen awal. Menepati janji berhubungan juga dengan ketaatan, kesetiaan, dan
tanggung jawab perawat kepada pasien demi meningkatkan kesehatan.

7. Kerahasiaan (confidentiality)

Prinsip ini maksudnya bahwa segala informasi yang menyangkut dokumen catatan
kesehatan pasien harus benar-benar dijaga sungguh-sungguh (privasi). Kecuali, jika pasien
mengizinkan dengan bukti persetujuan.

8. Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas dapat diartikan standar pasti bahwa tindakan seorang yang pofesional harus
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Kode Etik Keperawatan Indonesia

PPNI sebagai satu-satunya organisasi profesi perawat di Indonesia, menetapkan kode


etik profesi bagi para anggotanya. Kode etik ini disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Munas PPNI di Jakarta pada tanggal 29
November 1989. Seorang perawat harus selalu berpegang teguh terhadap kode etik
profesinya. Berikut ini adalah kode etik keperawatan yang dikeluarkan oleh DPP PPNI :

1. Tanggung jawab perawat terhadap klien/pasien

 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman kepada


tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu,
keluarga, dan masyarakat.
 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan, senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat
dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat .
 Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga, dan masyarakat,
senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan. Tanggung jawab terhadap tugas .
 Perawat senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, khususnya
serta upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.

2. Tanggung jawab terhadap tugas

 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi, disertai


kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan, sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk
tujuan yang (melakukan hal) yangbertentangan dengan norma kemanusiaan.
 Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang di anut, serta
kedudukan social.
 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan .

2. Tanggung jawab terhadap sesamaperawat dan profesi kesehatan lainnya

 Perawat senantiasa  memelihara hubungan baik antar sesamaperawat dan dengan


tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannyakepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan
pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan

 Perawat senantiasa berupaya  meningkatkan kemampuan professional secara sendiri-


sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan Negara

 Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang


diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
 Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.

Penyelesaian Dilema Etik Keperawatan

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Dilema etik ini susah untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.

 Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan
kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian
terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.

Dengan demikian, dalam keperawatan hukum berfungsi sebagai berikut :

1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan


yang sah dalam asuhan keperawatan pasien
2. Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga profesional kesehatan lain
3. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri
4. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
5. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
6. Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

Perkembangan hukum kesehatan baru dimulai pada tahun 1967, yakni dengan
diselenggarakannya “World Congress on Medical Law” di Belgia tahun 1967. “ Di Indonesia,
perkembangan hukum kesehatan dimulai dengan terbentuknya kelompok studi untuk Hukum
Kedokteran FK-UI dan rumah Sakit Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982. Kelompok
studi hukum kedokteran ini akhirnya pada tahun 1983 berkembang menjadi Perhimpunan
Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI). Pada kongres PERHUKI yang pertama di Jakarta,
14 April 1987. Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen atau kelompok-kelompok
profesi kesehatan yang saling berhubungan dengan yang lainnya, yakni : Hukum Kedokteran,
Hukum Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi, Hukum Rumah Sakit,
Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, berikut ini adalah UU mengenai kesehatan di Indonesia:

1. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009
tentang Kesehatan
2. PP  No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat
4. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
5. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
6. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
7. UU No. 38/2014 tentang Keperawatan
B. PENGERTIAN MAL PRAKTEK dan KELALAIAN

Mal praktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksaan atau tindakan yang salah.
Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang
tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparasi
atau keterbukaan, dalam arti, harus menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang
diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang
diberikan.

Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitannya dengan
malpraktek yaitu kelalaian dan malpraktek itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu
dibawah standar yang ditetapkan olehh aturan/hukum guna, melindungi orang lain yang
bertentangan dengan tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan beresiko melakukan
kesalahan.

Malpraktek dalamm keperawatan

Banyak kemungkinana yang dapat memicu perawat melakukan malpraktek. Vestal, K.W.
(1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktek, apabila penggugat
dapat menunjukan hal-hal dibawah ini:

1. Duty
2. Breach of the duty
3. Injury
4. Proximate caused

Bidang pekerjaan perawat yang beresiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan
intervensi keperawatan (intervention errors).

Contoh Malpraktek Keperawatan dan Kajian Etika Hhukum

Paisen usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang perawatan. Perawat
tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien
dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian
terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai.

Dari kasus diatas, perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah dituangkan
dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh PPNI dalam Musyawarah Nasionalnya di
Jakarta pada tanggal 29 November 1989 khusunya pada Bab I, pasal 1, yang menjelaskan
tanggung jawab perawat terhadap klien (individu, keluarga, dan masyarakat). Dimana
perawat tersebut tidak melaksanakan tangung jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat
rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan tidak
memasang penghalang tempat tidur.

Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V, yang bunyinya mengutamakan
perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih – tugaskan tanggung jawab
yang ada hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan
kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah
tungkai.

Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam hal
memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas kewenangan.

Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian
seperti patah tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang termasuk
ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat hukum antara lain:

1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati
atau luka-luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati:
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebabkan luka berat: Ayat (1) Barang siapa
dengan kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. Ayat (2)
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orrang lain luka-luka sedemikian rupa
sehingga menimbulkan penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau
pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya:
dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis, dan lain-lain) apabila melalikan peraturan-
peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, mkaa mendapat
hukuman yang lebih berat pula. Pasal 361 KUHP menyatakan: Jika kejahatan yang
diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian,
maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk
menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat
memerintahkan supaya putusnya diumumkan. Pertanggung jawaban didepan hukum
pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak
dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

Selain pasal yang sudah dipaparkan diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54:

(1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
(2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Malpraktik bersifat sangat kompleks. Perawat dihadapkan pada tuntutan pelayanan


profesional. Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Untuk
mengatakan secara pasti malpraktik, apabila penggugat dapat menunjukan hal-hal seperti:
Duty, Breach of the duty, Injury, Proximate caused. Bidang pekerjaan perawat yang berisiko
melakukan kesalahan yaitu tahap pengkajian, perencanaan, dan tindakan intervensi. Yuridical
malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yaitu: Criminal
Malpractice, Civil Malpractice, Administrative Malpractice.

B. SARAN

Dalam memberikan pelayanan keperawatan, hendaknya berpedoman pada kode etik


keperawatan dan mengacu pada standar praktek keperawatan. Perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu
tahap pengkajian, tahap perencanaan, dan tindakan intervensi sehingga nantinya dapat
menghindari kesalahan yang dapat terjadi. Perawat harus memiliki kredibilitas tinggi dan
senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk mencegah terjadinya malpraktek.
DAFTAR PUSTAKA

Irham. (2011, Februari Sabtu). Makalah Malpraktek dalam Keperawatan. Dipetik Desember
Minggu, 2018, dari Wordpress:
https://www.google.com/amp/s/irh4mgokilz.wordpress.com/2011/02/19/makalah-
malpraktek-dalam-keperawatan/amp/

Wylandari, N. A. (2016, Maret Selasa). Makalah Etik dan Hukum dalam Keperawatan.
Retrieved Desember Minggu, 2018, from Wordpress:
https://nandaayuwulandari.worpress.com/2016/03/22/2/

Anda mungkin juga menyukai