Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) PADA PASIEN DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa


Pembimbing Akademik : Ns. Diyan Yuli Wijayanti, M.Kep.

Oleh :
Nindya Rachma Gardhika Sari
22020120210029
Kelompok 6

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXXI


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
STRATEGI PELAKSANAAN
1. PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi klien
Ny. C datang ke rumah sakit jiwa sejak kemarin sore diantar oleh anak pertamanya
karena telah marah-marah menggunakan omongan kasar kepada anak-anak dan
tetangganya, membanting segala bendaa di meja makan, mata melotot, gigi
menggeretak, menendang kucing peliharaan dirumah, dan mengacungkan pisau pada
tetangga sebelah rumahnya. Anak pertama Ny.C mengatakan bahwa perilaku
mengamuk terjadi setelah satu jam mantan suami Ny.C mengantarkan undangan
pernikahan. Anak pertama Ny. C mengatakan ini pertama kalinya dibawa kerumah sakit
jiwa, tetapi perilaku mengamuk yang saat ini terjadi pernah terjadi 6 bulan lalu saat Ny.
C melihat suaminya berselingkuh dan 4 bulan yang lalu saat Ny. C bercerai dengan
suaminya.
B. Diagnosa keperawatan
Risiko perilaku kekerasan ditandai dengan disfungsi sistem keluarga ( D 0146)
C. Tujuan
Setelah dilakukaan intervensi selamau 1x15 menit diharapkan risiko perilaku kekerasan
Ny C dapat teratasi dengan kriteria hasil :
 Klien dapat percaya pada perawat
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perasaan marah
 Klien dapat mengetahui tanda dan gejala marah yang dirasakan
 Klien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang dilakukan
 Klien dapat mengetahui akibat perilaku yang dilakukan
 Klien dapat mengetahui dan mempraktikan cara mengontrol marah menggunakan
aktifitas fisik teknik relaksasi napas dalam.
D. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang digunakan dalam pencapaian tujuan adalah menngunakan
Strategi Pelaksanaan (SP 1) Risiko Perilaku Kekerasan : membina hubungan saling
percaya, ientifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibat perilaku yang dilakukan, serta cara mengontrol marah
menggunakan aktifitas fisik teknik relaksasi napas dalam.
2. STRATEGI KOMUNIKASI
A. Tahap orientasi
Salam pembuka
P : “Selamat pagi Ny. C, perkenalkan nama saya perawat Nindya yang bertugas jaga
merawat ibu pagi ini dari pukul 07.00 hingga 14.00. Ibu bisa memanggil saya dengan
Nindya. Nama ibu siapa dan senang dipanggil dengan apa?”
K : “Nama saya Ny C suster. Saya senang kalau dipanggil dengan ibu C”
P : “Kalau begitu, saya panggil anda dengan Ibu C ya?”
K : “Iya begitu saja panggilnya”
Evaluasi/validasi
P : “Kalau boleh tahu sudah berapa lama Ibu C disini?”
K : “Ini adalah hari kedua saya sus. Saya masuk baru kemarin siang”
P : “Apakah Ibu C masih ingat siapa yang membawa ibu kesini?”
K : “Masih sus, anak saya yang pertama. Namanya Jono”
P : “Bagaimana kabar ibu saat ini?”
K : “Alhamdulillah saya sehat sus, seperti yang suster lihat”
P : “Kemarin saya lihat ibu tampak marah dan kesal, bagaimana perasaan ibu C saat
ini? Masih ada perasaan kesal atau marah kah?”
K : “ Masih marah tapi tidak separah kemarin”
Kontrak : waktu, tempat, tujuan
P : “Bagaimana kalau kita berbincang mengenai hal-hal yang membuat ibu C marah
dan cara mengontrolnya menggunakan latihan fisik tarik napas dalam. Apakah Ibu C
mau?
K : “Boleh sus”
P : “ Berapa lama Ibu C punya waktu untuk berbincang dengan saya?”
K : “Memangnya butuh berapa lama sus,saya juga tidak ada kegiatan kok”
P : “Bagaimana jika 15 menit saja?”
K : “Boleh sih sus”
P : “Ibu lebih senang jika kita berbicara disini atau mau berpindah tempat?”
K : “Sepertinya lebih nyaman jika di taman depan karena lebih segar
pemandangannya”
P : “Baiklah kita lakukan disana saja ya Ibu C, tidak masalah tempatnya di taman
asalkan ibu nyaman”
(Berpindah ke taman dan tidak dekat dengan pasien yang lain)
P : “Karena kita sudah ditaman, mari kita mulai pembicaraan kita tentang mengenali
faktor penyebab kemarahan dan cara mengontrol kemarahan ya Ibu C”
K : “Baik sus”

B. Tahap kerja
Pelaksanaan rencana tindakan sesuai dengan tujuan SP yang dicapai
P : “Nah sekarang, boleh coba Ibu C ceritakan hal apa yang membuat Ibu C merasa
sangat marah?
K : “Saya marah sekali sus karena kemarin pagi saya mendapat undangan
pernikahan dari mantan suami saya sus. Saya sangat marah dan kecewa suster”
P : “Apakah sebelumnya Ibu C pernah marah?Kapan?”
K : “Iya, saya pernah marah seperti saat ini. Kejadian itu terjadi 6 bulan dan 4 bulan
yang lalu”
P : “Penyebab kemarahan saat itu apa? Apakah sama dengan penyebab kemarahan
saat ini?”
K : “Penyebab saya marah itu karena suami saya berselingkuh dan 4 bulan yang lalu
menceraikan saya. Semuanya karena suami saya marah-marah seperti ini”
P : “Lalu saat Ibu C sedang marah, apakah yang Ibu C rasakan? Apakah Ibu C
merasa sangat kesal, ddada berdebar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat,
dan rasanya selalu ingin mengamuk?
K : “ Benar sekali suster, ketika saya marah mengingat perilaku mantan suami saya
merasa sangat kesal sekali, mengucapkan kata-kata kasaar, bahkan kesal pada semua
orang termasuk ke tetangga saya yang tampak memiliki hubungan harmonis
dikeluarganya. Dada saya juga rasanya berebar cepat sekali, tubuh rasanya gerah sekali,
mata saya sering melotot, dan mengigit gigi-gigi saya.
P : “Setelah kemarahan itu timbul, apa yang Ibu C lakukan?”
K : “Saya mencoba untuk diam dikamar, tapi kemarahan saya malah semakin
menumpuk. Akhirnya saya membanting apapun yang ada dimeja makan. Saya
memarahi anak kedua saya yang sata itu dirumah dengan kata-kata kotor. Selain itu saya
juga sempat menendang kencang kucing peliharan anak saya. Dan yang paling parah
saya kemarin menodongkan pisau ke tetangga saya itu.
P : “Apakah dengan cara yang seperti itu marah yang Ibu C rasakan bisa
terselesaikan?”
K : “Tidak mbak, sama sekali tidak menyelesaikan”
P : “Betul sekali apa yang dikatakan Ibu, tentu tidak terselesaikan. Lalu menurut Ibu
C, apa saja kerugian yang Ibu C alami akibat tindakan tersebut?”
K : “Setelah mengamuk kemaren, anak saya yang kedua menangis sangat kencang
dan ketakutan. Apalagi saya juga membuat tetangga saya ketakutan”
P : “Menurut Ibu C apakah ada cara lain yang lebih baik dan dapat dilakukan?”
K : “Saya tidak tau suster, paling cuman diam saja mengunci diri dikamar agar tidak
melukai orang lain”
P : “Baik kalau begitu, maukah Ibu C belajar mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian bagi ibu sendiri dan lingungan ibu?”
K : “Saya mau sus demi anak saya”
P : “Jadi, sebenarnya ada beberpa cara untuk mengontrol kemarahan Ibu C. Salah
satunya adalah dengan menggunakan kegiatan fisik. Aapakah sudah pernah
mengetahuinya?”
K : “ Belum pernah tau suster”
P : “Begini Bu, melalui kegiatan fisik, rasa marah yang Ibu C rasakan dapat
tersalurkan dengan baik tanpa melukai orang lain”
K : “ kegiatan fisik seperti apa sus?”
P : “Ada beberapa cara sebenarnya, bagaimana jika kita belajar salah satunya
caranya terlebih dahulu. Namanya teknik napas dalam.”
K : “Boleh sus, caranya bagaimana?”
P : “Begini Ibu C, jika tanda-tanda marah tadi sudah muncul dan Ibu C rasakan,
maka Ibu C bisa langsung berdiri atau duduk juga boleh dengan posisi rileks. Kemudian
tarik napas dari hidung, tahan sebentar selama 3 detik lalu keluarkan atau tiup perlahan
melalui mulut. Begitu apakah dimenegrti?
K : “Iya dimengerti”
P : “Mari kita coba lakukan bersama saja agar lebih jelas”
(mempraktikan bersama)
P : “Sekarang giliran Ibu C lakukan sendiri silahkan. Ibu mau dalam posisi atau
duduk?”
K : “Duduk saja seperti yang kita lakukan tadi sus”
P : “ Rileks, tarik napas dari hidung, tahan dan tiup melalui mulut secara perlahan”
K : (Ny C mempraktikan teknik napas dalam)
P : “Caranya sudah benar Ibu C. Sekarang mari kita lakukan sebanyak lima kali”
K : (Ny C mempraktikan teknik napas dalam)
P : “ Wah bagus sekali Ibu C, praktiknya sudah tepat”
K : “Beneran sudah benar ya sus?”
P : “Iya Bu sudah benar. Ibu C hebat”

C. Tahap terminasi
Evaluasi subjektif
P : “Bagaimana perasaan Ibu C setelah kita berbincang tentang penyebab
kemarahan dan melakukan teknik relaksasi napas dalam tadi?”
K : “Saya senang karena menjadi lebih tahu tentang kemarahan yang saya miliki”
P : “Tampaknya Ibu C juga terlihat lebih rileks. Betulkah?”
K : “Iya sus, saya lebh rileks lebih santai karena latihan napas dalam tadi”
Evaluasi objektif
P : “Sekarang, coba Ibu C sebutkan kembali apa yang membuat ibu marah dan
mudah marah?”
K : “Saya marah jika mengingat perilaku mantan suami saya”
P : “Lalu apa yang rasakan ketika marah dan apa yang akan Ibu C lakukan untuk
meredakan rasa marah itu?”
K : “ketika saya marah, saya mengucapkan kata-kata kasaar, dada saya juga rasanya
berebar cepat sekali, membanting barang, tubuh rasanya gerah sekali, mata saya sering
melotot, mengigit gigi-gigi saya, dan menodongkan pisau ke orang lain. Saya sebaiknya
melakukan relaksasi napas dalam.
P : “Boleh kah saya liat Ibu C mempraktikan teknik napas dalam yang benar ?”
K : “Boleh sus,seperti ini” (sambil mempraktikkan relaksasi napas dalam)
P : “Wah bagus sekali, Ibu C hebat masih ingat semua yang kita bicarakan tadi”
K : “Terimakasih banyak suster”
Rencana tindak lanjut
P : “. Ibu C kan tadi sudah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam sebagai
bentuk menyalurkan kemarahan dengan tidak merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Bagaiaman jika kegiatan latihan teknik relaksasi napas dalam ini rutin dilakukan
sebanyak lima kali dalam satu hari dan ditulis dalam jadwal kegiatan harian Ibu C?
Sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul, Ibu C sudah terbiasa melakukan
teknik ini.
K : “Betul juga ya sus, lima kali sehari itu bagaimana melaksanakannya?”
P : “ Ibu C bisa melakukannya di pagi hari saat bangun tidur, setelah sarapan pagi,
pada siang hari setelah makan, pada sore hari, dan pada malam hari sebelum tidur.”
K : “Baik sus saya akan coba lakukan”
Kontrak : waktu, tempat, dan tujuan
P : “Nah Ibu C, cara yang kita praktikan tadi baru salah satunya saja. Masih ada
cara lain yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Ibu. Cara yang kedua adalah
dengan teknik memukul bantal. Apakah Ibu C setuju jika kita berlatih teknik yang
kedua ini? ”
K : “Saya setuju sus”
P : “Bagaimana jika kita lakukan besok pukul 09.00 selama 15 menit juga?”
K : “Wah boleh sekali sus”
P : “Kita mau latihan dimanaIbu? Diruangan atau di taman lagi?”
K : “Diruangan depan saja suster”
P : “Baik lah, kita lakukan diruangan depan sesuai keinginan Ibu ya?”
K : “ Ok suster”
Salam penutup
P : “Baiklah, kegiatan kita hari ini cukup sampai disini dulu ya Ibu C. Sebelum
saya kembali ke ruang perawat, adakah yang mau ditanyakan?”
K : “Tidak ada suster”
P : “Ibu mau tetap di taman atau mau saya antar keruangan?”
K : “Di taman saja suster, masih mau disini”
P : “ Baiklah kalau begitu, semoga kegiatan hari ini bermanfaat bagi ibu dan saya
ya. Saya permisi dulu. Selamat pagi”
K : “Baik suster, terimakasih banyak untuk kegiatan hari ini.”
P : “Dengan senang hati Ibu C. Permisi”
K : “Iya sus, silahkan”

Anda mungkin juga menyukai