Anda di halaman 1dari 2

EPIDEMIOLOGI

Sekitar 1% dari populasi dunia terdampak rheumatoid arthritis, meskipun


kita tidak memiliki angka prevalensi yang akurat untuk Indonesia. RA lebih sering
terjadi pada anita dengan dua sampai tiga kali lebih sering dibandingkan pria
[ CITATION Suc15 \l 1033 ] . Hal tersebut dikarenakan perempuan memiliki hormone
esterogen, dan kondisi tersebut tidak dapat dicegah. Semakin tinggi usia
perempuan tersebut maka semakin banyak jumlahnya yang terkena artritis
reumatoid[ CITATION Rev16 \l 1033 ]. Estrogen itu sendiri pada dasarnya memang
memberi pengaruh terhadap kondisi auto-imun. Sehingga, nyatanya pasien
beberapa penyakit auto-imun lebih banyak terjadi pada perempuan.

Menurut dr. Andry Reza Rahmadi, SpPD, MKes, dokter spesialis penyakit
dalam RS Hasan Sadikin Bandung, estrogen berpotensi untuk menimbulkan
sistem imun yang tidak baik, jadi yang harusnya normal menjadi tidak normal.
Auto-imun sendiri merupakan kondisi di mana sistem imun salah mengenal dan
justru menyerang jaringan tubuh sendiri. Imun yang seharusnya melindungi
tubuh, dia justru menyerang balik, termasuk ke sendi. Sehingga sendi bereaksi
dengan peradangan seperti bengkak, merah, panas, dan nyeri. Banyaknya sel-sel
yang kemudian terlibat juga membuat pasien menjadi demam dan sendinya sulit
digerakkan [ CITATION Aje13 \l 1033 ].

Penyakit ini dapat menjangkiti seseorang pada usia berapa saja dan sering
menyerang usia muda. Puncak onsetnya berada pada usia 40-50 tahun, dengan
80% dari orang yang memiliki RA berusia antara usia 35 sampai 50 tahun
[ CITATION Suc15 \l 1033 ]. Rematik terjadi pada 1–5 % orang dewasa di seluruh
dunia dan lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Menurut Arthritis
Foundation dalam [ CITATION Rev16 \l 1033 ], sebanyak 22% atau lebih dari 50 juta
orang dewasa di Amerika Serikat berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa arthritis.
Dari data tersebut, sekitar 3% atau 1,5 juta orang dewasa mengalami. RA terjadi
pada 0,5-1% populasi orang dewasa di negara maju. Prevalensi RA di Indonesia
menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2010), jumlah
penderita RA di Indonedsia tahun 2009 adalah 23,6% sampai 31,3%.
DAFTAR PUSTAKA

Chabib, L., Ikawati, Z., Martien, R., & Ismail, H. (2016). Review Rheumatoid
Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin dan Analognya, serta
Pengembangan Sistem Nanopartikel. Jurnal Pharmascience , III (1), 10-
18.

Kinanti, A. A. (2013, Oktober 2013). detikHealth. Retrieved September 18, 2017,


from
https://health.detik.com/read/2013/10/17/190243/2388712/763/wanita-
lebih-rentan-terkena-artritis-reumatoid-ini-sebabnya

Kuncoro, S. (2015, Juli). pasiensehat.com. Retrieved September 18, 2017, from


http://www.pasiensehat.com/2015/07/rheumatoid-arthritis.html

Anda mungkin juga menyukai