Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok Psikologi Kode Etik

“Intervensi”

Oleh
Kelompok 3
1. Auliya Fatiha Tey (NIM: 2007020018)
2. Fredrich Euricho Abatan (NIM: 2007020114)
3. Graicella M. Were Nggalamanu (NIM: 2007020044)
4. Jacky Febrianto Mone Lodo (NIM: 2007020154)
5. Marthen Salmon Lebo (NIM: 2007020066)
6. Nurlaila Hanun Bengang (NIM: 2007020072)
7. Priskila Janet Raga (NIM: 2007020074)
8. Selvi S. W. Manafe (NIM: 2007020082)
9. Syamkry Christian Sandy (NIM: 2007020138)
10. Theresa Sandra Kuabib (NIM: 2007020086)

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Program Studi Psikologi
Universitas Nusa Cendana
Kupang
2021
A. Pengertian Intervensi Psikologi
Intervensi atau intervening merupakan kata yang berasal dari bahasa latin yang
berarti “coming between” artinya yang datang diantara. Intervensi berarti mengacu pada
usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang berjalan dengan cara tertentu. Perubahan
itu bisa kecil atau besar, negatif atau positif. Orang-orang yang bekerja dalam profesi-
profesi pemberi bantuan memiliki intensi etik yang sama, yaitu melakukan segala hal
yang dapat dilakukan demi keuntungan klien tanpa menimbulkan kerugian (Sundberg,
Winebarger,& Taplin, 2007).
Pada dasarnya, intervensi psikologi merupakan sebuah metode yang dapat
mengubah tingkah laku, pikiran, dan perasaan seseorang. Intervensi dalam bidang
psikologi dapat berbentuk intervensi individual, intervensi kelompok, intervensi
komunitas, intervensi organisasi maupun sistem. Pemberian intervensi tersebut dapat
berupa psikoterapi, rehabilitas, serta preventif (Trull, 2005).
B. Intervensi Psikologi dalam Ruang Klinis
Intervensi merupakan upaya untuk mengubah perilaku, pikiran, atau perasaan
seseorang (Markam & Slamet, 2008). Kata intervening (berasal dari bahasa Latin yang
berarti “coming between”) mengacu pada usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang
berjalan dengan cara tertentu. Perubahan itu bisa kecil atau besar, negatif atau positif.
Istilah itu kadang-kadang memiliki implikasi negatif, yaitu diartikan sebagai mencampuri
urusan orang lain. Orang-orang yang bekerja dalam profesi-profesi pemberi bantuan
memiliki intensi etik yang sama, yaitu melakukan segala yang dapat mereka lakukan
demi keuntungan klien, tanpa menimbulkan kerugian pada kliennya.
Profesionali juga bertanggung jawab memeriksa efektivitas intervensi dan
mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih baik. Psikologi klinis adalah salah satu
psikologi terapan. Tujuan terapan psikologi klinis adalah meningkatkan kesejahteraan
manusia (Prawitasari, 2011). Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi
klinis adalah membantu klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama
sisi emosionalnya. Kendall dan Norton Ford dalam buku pengantar psikologi klinis
berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk
menolong orang mengalami masalahmasalah dan memiliki keinginan mengembangkan
kehidupannya secara lebih memuaskan (Wiramihardja, 2012).
Psikoterapi merupakan bagian dari intervensi dalam konteks hubungan
profesional antara psikolog dengan pasien. Dalam psikoterapi terdapat aktivitas intervensi
yang digunakan untuk menyembuhkan gejalagejala psikologis tertentu. Psikoterapi
adalah pengaplikasian berbagai metode klinis dan sikap interpersonal yang informed
(didasari oleh informasi yang cukup) dan dilakukan secara sengaja, berdasarkan prinsip-
prinsip psikologis yang sudah mapan, dengan maksud membantu orang lain untuk
memodifikasi perilaku, kognisi, emosi dan/atau karakteristik pribadi lainnya ke arah yang
diinginkan oleh partisipan. Klien adalah orang yang memiliki masalah dalam menangani
stres, penyesuaian diri, pengambilan keputusan. Terapis memiliki keterampilan dan
karakteristik personal khusus dan berperan membantu klien. Hubungan profesional
ditujukan untuk memodifikasi tingkahlaku, kognisi, emosi dan karakteristik kepribadian
klien.
C. Intervensi Psikologi dalam Setting Pendidikan
Intervensi adalah aktivias untuk melaksanakan rencana pengasuhan dengan
memberikan pelayanan terhadap anak dalam keluarga maupun lingkungan lembaga
kesejahteraan sosial anak. Dalam pengertian yang lain juga disebutkan ,intervensi adalah
tindakan spesifik oleh seorang pekerja sosial dalam kaitan dengan system atau proses
manusia dalam rangka menimbulkan perubahan. Menurut Ahmad Marimba : pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang lebih baik / utama.
Intervensi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang berisi tindakan spesifik oleh
seorang Pembina atau pendidik dalam kaitan dengan system atau proses manusia dalam
rangka menimbulkan perubahan yang lebih utama.
Dalam proses tersebut, maka intervensi pendidikan bukan sekedar media bagi
transfer pengalihan pengetahuan (kognitif), namun juga menekankan pada upaya
pembetukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan
(psikomotor) terhadap perilaku sebaliknya. Intervensi pendidikan merujuk pada segala
hal yang dapat dirancang dan dikembangkan dalam konteks pendidikan untuk mencapai
tujuan pengembangan intervensi. Beberapa bentuk intervensi pendidikan antara lain:
program pendidikan, system pendidikan, produk pendidikan, proses pembelajaran,
strategi dan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, kurikulum, materi dan
sebagainya.
D. Intervensi Psikologi dalam Setting Industri Organisasi
Psikologi dapat diterapkan dalam berbagai bidang baik bidang klinis, pendidikan,
perkembangan, sosial, dan industri dan organisasi. Dinamakan psikologi industri dan
organisasi ini merupakan suatu keseluruhan (a body of knowledge) yang berisi fakta,
aturan-aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada pekerjaan. Psikologi
industri dan organisasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam perannya
sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen, baik secara perorangan maupun secara
kelompok. Dengan maksud agar dapat diterapkan dalam industri dan organisasi untuk
kepentingan individu dan organisasinya. Dalam organisasi ada unit kerja yang besar yang
terdiri dari unit-unit kerja kecil dan terdiri dari unit kerja yang lebih kecil lagi.
Dalam hal ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompok atau unit kerja
terhadap perilaku seorang tenaga kerja dan sebaliknya, dipelajari juga struktur, pola dan
jenis organisasi mempengaruhi tenga kerja. Intervensi sosial juga dapat diterapkan dalam
berbagai setting termasuk setting industri. Bentuk dan metode intervensi disesuaikan
dengan kasus dan tujuan dari intervensi tersebut. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam intervensi di organisasi adalah metode psikoedukasi. Salah satu bentuk
intervensi yang dapat diterapkan pada kelompok, industri atau masyarakat adalah
psikoedukasi.
Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap
seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan
rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan
penerimaan pasien terhadap penyakit ataupun gangguan yang ia alami, meningkatkan
partisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan coping mechanism ketika pasien
menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Definisi istilah
psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan
kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai tantangan signifikan dalam
hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan
sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan coping
untuk menghadapi tantangan tersebut (Griffith, 2006 dalam Walsh, 2010).
Menurut Lukerns dan McFarlane dalam Cartwright, 2007 mendefinisikan
psikoedukasi adalah sebuah kegiatan yang disampaikan oleh seorang professional yang
mengintegrasikan dan mensinergikan antara psikoterapi dan intervensi edukasi.
Psikoedukasi adalah treatment yang diberikan secara professional dimana
mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan edukasi (Lukens & McFarlane, 2004).
Menurut Griffiths dalam Wals (2010) Fokus dari psikoedukasi adalah :
1. Mendidik partisipan mengenai tantangan dalam hidup
2. Membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan
dukungan sosial dalam menghadapi tantangan hidup mengembangkan
keterampilan coping untuk menghadapi tantangan hidup.
3. Mengembangkan dukungan emosional.
4. Mengurangi sense of stigma dari partisipan
5. Mengubah sikap dan belief dari partisipan terhadap suatu gangguan
(disorder)
6. Mengidentifikasi dan mengeksplorasi perasaan terhadap suatu isu
Mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah
7. Mengembangkan keterampilan crisis-intervention Sedangkan
Menurut Nelson-Jones dalam Supratikna, 2011 psikoedukasi memiliki enam
makna, yaitu:
1. Melatih orang mempelajari life skills
2. Pendekatan akademik atau eksperiensial dalam mengajarkan psikologi
3. Pendidikan humanistik
4. Melatih tenaga paraprofessional di bidang keterampilan konseling
5. Serangkaian kegiatan pelayanan kepada masyarakat
6. Memberikan pendidikan tentang psikologi kepada publik Psikoedukasi
merupakan kegiatan dalam rangka memberikan informasi dalam bentuk
pendidikan masyarakat mengenai informasi yang berkaitan dengan
psikologi atau informasi lain yang mempengaruhi kesejahteraan
psikososial masyarakat. Informasi ini bisa diberikan melalui berbagai
kegiatan, media dan pendekatan (Supratiknya,2011). Misalnya pemberian
informasi mengenai bahaya penyakit tertentu dan berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat.
E. Gambaran Umum Intervensi
Gambaran umum intervensi bentuk konseling, psikoedukasi, pelatihan, katarsis,
behavior therapy dan cognitive therapy.
1. Konseling Dalam bahasa Latin, istilah konseling disebut “Counsilium” berarti
“dengan” atau “bersama”. Dalam kamus Bahasa Indonesia, untuk istilah itu
mengandung pengertian Kurang lebih sama dengan “penyuluhan”. Konseling
menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien
Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987) : Konseling dapat didefinisikan
sebagai suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang
seorang dibantu oleh yang lainya untuk menemukan masalahnya.
2. Konseling Kelompok Shertzer dan Stone (dalam Nursalim & Suradi, 2002:
72) mengatakan bahwa konseling kelompok merupakan suatu proses dimana
seorang konselor terlibat didalam suatu hubungan dengan sejumlah konseli
pada waktu yang sama yang bertujuan untuk membantu siswa dalam
memecahkan suatu masalah.
3. Psikoedukasi Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan
terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses
treatment dan rehabilitasi.

Psikoeduakasi adalah treatment yang diberikan secara profesional dimana


mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan edukasi (Lukens & McFarlane,
2004). Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan
penerimaan pasien terhadap penyakit ataupun gangguan yang ia alami, meningkatkan
pertisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan coping mechanism ketika pasien
menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit tersebut. (Goldman, 1998
dikutip dari Bordbar & Faridhosseini, 2010).

Psikoedukasi adalah suatu bentuk intervensi psikologi, baik individual ataupun


kelompok, yang bertujuan tidak hanya membantu proses penyembuhan klien
(rehabilitasi) tetapi juga sebagai suatu bentuk pencegahan agar klien tidak mengalami
masalah yang sama ketika harus menghadapi penyakit atau gangguan yang sama,
ataupun agar individu dapat menyelsaikan tantangan yang mereka hadapi sebelum
menjadi gangguan. Psikoedukasi tidak sama dengan psikoterapi walaupun kadang
terjadi tumpang tindih antara kedua intervensi tersebut. Psikoedukasi kadang ikut
menjadi bagian dari sebuah psikoterapi.

Walsh (2010) menjelaskan bahwa psikoterapi dapat dipahami sebagai proses


interaksi antara seorang profesional dan kliennya (individu, keluarga, atau kelompok)
yang bertujuan untuk mengurangi distres, disabiliti, malfungsi dari sistem klien pada
fungsi kognisi, afeksi, dan perilaku. Psikoterapi juga lebih fokus pada diri individu
yang mendapatkan intervensi, sedangkan psikoedukasi fokus pada sistem yang lebih
besar dan mencoba untuk tidak mempatologikan pasien.

Berbicara tentang Psikoedukasi kelompok, sekilas tampak serupa dengan


konseling. Akan tetapi, terdapat perbedaan-perbedaan yang perlu dihayati sebagai
dasar untuk menentukan kompetensi dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
mengadakan psikoedukasi kelompok.

4. Pelatihan Psikologis Pelatihan konseling – Ini merupakan hal yang mendasar


bagi seorang psikolog. Berbeda dengan psikiater yang menggunakan resep
obat untuk menangani pasiennya, psikolog menggunakan konseling. Dalam
melakukan konseling terhadap pasien tentunya seorang psikolog harus
mengetahui prosedur dan teknik yang benar agar bisa memahami pasien
dengan lebih baik. Pelatihan alat tes psikologi – Selain melakukan konseling,
psikolog juga dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat tes psikologi
dengan baik supaya didapatkan diagnosa yang tepat mengenai pasien.
Pelatihan psikologi yang satu ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan psikolog dalam menjabarkan hasil dari alat tes psikologi secara
lebih akurat. Dalam pelatihan ini, biasanya psikolog diberi kebebasan untuk
memilih jenis alat tes psikologi apa yang ingin diperdalam. Pelatihan
psikoterapi – Biasanya pelatihan ini dilakukan oleh psikolog yang khusus
menjalani bidang terapi. Terapi berbeda dengan konseling karena proses dan
tekniknya pun lebih kompleks. Beberapa hal yang dipelajari ialah art theraphy,
family theraphy, hypnotheraphy, dsb. Psikoterapi bukanlah bidang yang
sederhana untuk dipelajari sehingga pelatihan memang dibutuhkan. Setiap
jenis psikoterapi menerapkan teknik yang berbeda-beda. Sehingga pelatihan
dapat membantu meningkatkan kemampuan psikolog dalam melakukan teknik
terapi yang benar untuk pasiennya. Ketiga pelatihan diatas hanya sebagian
kecil dari contoh pelatihan yang harus dijalani seorang psikolog untuk menjadi
psikolog yang kredibel. Psikolog tidak hanya mengandalkan teknik konseling
saja dalam menangani pasiennya melainkan ada banyak teknik dan prosedur
yang harus dilakukan secara benar agar penanganan pada pasien bisa efektif
dan membuahkan hasil. Dan itu bisa dicapai dengan psikolog menjalani
pelatihan psikologi seperti diatas.
5. Katarsis Teori katarsis diambil dari psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut
Freud, manusia digerakkan oleh dua naluri eros dan thanatos. Eros adalah
naluri konstruktif dan thanatos adalah naluri destruktif. Pada dasarnya,
manusia itu agresif –senang merusak, membunuh dan menghancurkan.
Dorongan agresif tentu tidak seluruhnya di benarkan masyarakat. Bila
mengalami hambatan, dorongan agresif bertumpuk dan menimbulkan
ketegangan. Kata Freud, kekuatan agresif yang terhambat sewaktu waktu
dapat meledak. Orang harus berusaha menguranginya, menahannya atau
bahkan melenyapkannya sama sekali. Melalui sublimasi dan fantasi orang
menyalurkan sikap agresi, seperti knalpot mengeluarkan asap mesin yang
bertumpuk. Seni, agama dan idiologi adalah knalpot ini. Begitu pula fantasi,
mimpi dan lelucon. Menyalurkan dorongan agresif secara konstruktif inilah
yang disebut katarsis. Teori katarsis mengemukakan bahwa memberi
kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah untuk
berprilaku keras (aktifitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak merugikan
akan mengurangi tingkat rangsang emosional dan tendensi untuk melakukan
serangan agresi terhadap orang lain.
6. Teknik Cognitive Behaviour Therapy (CBT) CBT adalah pendekatan
psikoterapeutik yang digunakan oleh konselor untuk membantu individu
kearah yang lebih positif. Berbagai variasi teknik perubahan kognisi, emosi,
dan tingkah laku menjadi bagaian terpenting dalam Cognitive Behavior
Therapy. Metode ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, dimana
konelor bersifat aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan berpusat pada
konseli. Konselor atau terapis Cognitive Behavior biasanya menggunakan
berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran
dengan konseli. Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam
Cogniive Behavior Therapy (CBT) yaitu:
1) Menata keyakinan irasional.
2) Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu
yang menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.
3) Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role
play dengan konselor.
4) Mencoba berbagai penggunaan pernyataan diri yang berbeda dalam
situasi riil.
5) Mengukur perasaan, misalnya mengukur perasaan cemas yang dialami
pada saat ini dengan skala 0-100.
6) Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan pikiran
negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif.
7) Desensitization systematic. Digantinya respon takut dan cemas dengan
respon relaksasi dengan cara mengemukakan permasalahan secara
berulang-ulang dan berurutan dari respon takut terberat sampai yang
teringan untuk mengurangi intensitas emosional konseli.
8) Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.
9) Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya bisa
bertindak tegas.
10) Penugasan rumah. Mempraktikan perilaku baru dan strategi kognitif
antara sesi konseling.
11) In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah
dengan memasuki situasi tersebut.
12) Convert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan
menekankan kepada proses psikologis yang terjadi didalam diri
individu. Peranannya didalam mengontrol perilaku berdasarkan kepada
imajinasi dan presepsi.
Daftar Pustaka

Wahyuningsih, Sri. 2017. Teori Katarsis dan Perubahan Sosial. Journal Komunikasi, Vol.
XI No. 01. Universitas Trunojoyo Madura
Jenis-Jenis Pelatihan Psikologi yang Dijalani Psikolog. Deepa : Pengembangan Psikologi
: deepapsikologi.com. Jenis-Jenis Pelatihan Psikologi yang Dijalani Psikolog.
Oktober 2018
Prawitasari, Johana E. 2011. Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro & Makro.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
https://www.universitaspsikologi.com/2018/07/intervensi-dan-terapi-dalampsikologi.html
https://www.kompasiana.com/aisditaniar.rj/54f7aeeca33311df1d8b4757/inte rvensi-ala-
psikologi-klinis
https://books.google.co.id/books?id=CXF9DwAAQBAJ&pg=PA46&dq=In
tervensi+pendidikan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjwp6Df8a_IAhXTZSsK
Hb_OCtlQ6AEIQTAE

Anda mungkin juga menyukai