PSIKOLOGI KLINIS
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS PSIKOLOGI
2023
A. Definisi Intervensi
Menurut KBBI, intervensi merupakan campur tangan dalam perselisihan antara 2(dua)
pihak (orang, golongan, negara, dan lainnya). Dalam lingkup psikologi klinis, intervensi di
definisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mengubah kehidupan klien yang ditangani
(Rosenau, 1968). Psikoterapi adalah metode pemulihan dan pengobatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, komunitas, maupun kelompok masyarakat yang memiliki
gangguan (Rajab, 2006). Berdasarkan beberapa definisi intervensi, dapat diketahui bahwa
intervensi dalam psikologi klinis merupakan usaha dan upaya terapis dalam mengubah
kehidupan klien dengan memberikan bentuk-bentuk intervensi klinis, seperti psikoterapi,
konseling, maupun psikoedukasi.
B. Jenis-Jenis Intervensi
a. Marital Intervention
Perkawinan merupakan ikatan yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang
wanita dewasa yang menjalani rumah tangga bersama. Setelah melalui proses pacaran
atau tunangan, masing-masing individu sepakat untuk meninggalkan kedua orang
tuanya dan menjadi satu dengan pasangan hidupnya.
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, tak jarang pasangan suami-istri
menghadapi masalah-masalah dalam rangka proses penyesuaian diri dalam
perkawinan. Terjadinya masalah perkawinan ditimbulkan oleh perbedaan latar
belakang seperti perbedaan pandangan, pemikiran, sikap, budaya, pendidikan maupun
keinginan masing-masing individu (Turner & Helms dalam Dariyo 2005). Untuk dapat
mengatasi masalah tersebut, ada kalanya mereka pasangan membutuhkan bantuan ahli,
seperti seorang konselor perkawinan (marriage counsellor).
Konseling perkawinan (marriage counselling) adalah suatu pembicaraan
profesional yang bertujuan membantu memecahkan masalah perkawinan agar klien
dapat mencapai kebahagiaan dalam kehidupan perkawinannya. Ahli khusus yang
menangani konseling perkawinan dinamakan konselor perkawinan. Mereka cukup
menguasai konsep-konsep psikologi perkembangan, teknik konseling maupun terapi
perkawinan.
Proses konseling perkawinan melibatkan kedua pihak yaitu konselor dan klien. Sebagai
kegiatan profesional, oleh karena itu, konseling perkawinan dilaksanakan atas dasar
kesepakatan formal antara konselor dengan klien, agar arah dan tujuan konseling
bersifat jelas bagi masing-masing pihak. Kesepakatan formal dibuat agar masing-
masing pihak mengetahui, menyadari serta melaksanakan semua hak dan kewajiban
dengan baik.
b. Family Intervention (Ariani, 2020)
Keluarga adalah unit utama masing-masing anggota untuk berkembang baik secara
fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Keluarga menjadi tempat anak untuk memulai
kehidupan, mendapat pengajaran, moral dan agama.
Terapi keluarga merupakan terapi yang berorientasi pada aktivitas terapis dimana
pada terapi ini terapis yang bertanggung jawab membangun strategi perubahan pada
klien. Masalah interpersonal dalam keluarga dijelaskan oleh model sebab akibat.
Terapi keluarga perlu mempertimbangkan sistem individualitas dan keadaan yang
berhubungan dengannya.
Terapi keluarga fokus pada keadaan sekarang dan perubahan perilaku. Terapi ini
berfokus untuk membuat keluarga dapat menyelesaikan masalah dengan sendirinya
dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Masalah yang terjadi dalam keluarga
tidak terjadi secara acak tetapi bergantung pada siklus perkembangan keluarga.
Intervensi orangtua untuk mencegah atau mengurangi perilaku negatif pada remaja
umumnya mengambil tiga pendekatan dengan menargetkan :
Dasar dari intervensi psikoedukasi adalah pada kekuatan dan fokus terhadap masa
sekarang serta masa kini (Lukens & McFarlane, 2004). Intervensi ini tidak hanya
memberikan informasi penting tentang masalah individu/kelompok dalam menghadapi
situasi bermasalah, tetapi juga dapat diterapkan pada kelompok usia dan tingkat
pendidikan yang berbeda. Selain itu, psikoedukasi lebih menekankan pada proses
pembelajaran, pelatihan, pengenalan diri dan pemahaman diri, dimana komponen
kognitif memiliki porsi yang lebih besar daripada komponen afektif. (Brown, 2011).
Menurut Moningka (2022), psikoedukasi memiliki empat tujuan umum yaitu:
Akbar, T., Yunanto, R., Zaenab, A., Fitria, N., & Santoso, B. A. (2022). Peer Group Support Untuk
Menurunkan Kecemasan Pedagang Wedangan Terdampak Pandemi di Surakarta. Abdimas
PHB, 5(1), 183–191. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al-
Nafs/article/view/14205
Alang, A. H. (2020). Teknik Pelaksanaan Terapi Perilaku (Behaviour). Jurnal Bimbingan
Penyuluhan Islam, 7(1), 32-41.
Ariani, A. (2020). Terapi Keluarga Untuk Memperbaiki Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak.
PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi, 8(4), 161-169.
Brown, N., W. (2011). Psychoeducational Groups 3 Edition: Process and Practice. New York:
Routledge Taylor & Francis Group
Denafianti & Maulanza, H. (2021). Status Mental Pasien Skizofrenia yang Diukur Menggunakan
PANSS-EC. Juarnal Sains Riset. 11, 549–556.
Dariyo, A. (2005). Memahami Bimbingan, Konseling dan Terapi Perkawinan Untuk Pemecahan
Masalah Perkawinan. Jurnal Psikologi, 3(2), 70-78.
Hafid, M. (2023). Person Centered Therapy Sebagai Upaya Pemulihan Konseli Alienasi. Jurnal
Komunikasi Konseling Islam, 5(1), 44–52.
Karni, A. (2014). Konseling dan Psikoterapi Profesional. Jurnal Syi’ar, 14(1), 39-52.
Mahdi, N. K. (2022). Terapi Behavior dalam Perspektif Islam. Jurnal At-Taujih, 5(1), 13-27.
Mahfud, A & Utaminingsih, Diah. (2018). Meningkatkan Kualitas Minds-Skill Konselor Islam
Dengan Menjaga Kondisi Hati. Jurnal Bimbingan Konseling, 4(2), 124-135.
Moningka, C. (2022). Psikoedukasi Untuk Masyarakat Melalui Media Sosial Info Bintaro. Jurnal
Keuagan Umum dan Akuntansi Terapan, 4(1), 20-25.
Pomegrantz, A. M. (2014). Psikologi Klinis: Ilmu Pengetahuan, Praktik, dan Budaya 3rd Ed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pratiwi, J. E. (2011). Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro dan Makro. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Rajab, K. (2006). Islam dan Psikoterapi Modern. Journal AFKAR: Jurnal Kaidah & Pemikiran
Islam, 7(1), 133-156.
Rosenau, J. N. (1968). The Concept of Intervention. Journal of International Affairs, 22(2), 165-
176.
Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). A Study of Carl Rogers Humanistic Theory on Self-Confidence
ini Broken Home Children. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 30(1),
12–26.
Sa’adah, D. Z. (2020). Konseling Eksistensial Humanistik untuk Mengurangi Kecemasan
Terhadap Masa Depan. Procedia : Studi Kasus Dan Intervensi Psikologi, 8(3), 112–118.
https://doi.org/10.22219/procedia.v8i3.14303.\
Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling Abstrak
Pendahuluan Teori dan Pendekatan Behavioristik. Jurnal Paradigma, 14(2), 1-11.