Manajemen Pemasaran
Sektor pertanian memiliki peran yang signifikan dalam menjaga kelangsungan hidup
manusia, sangat bergantung pada faktor teknis dan lingkungan. Selama beberapa tahun,
model pertanian yang ada cenderung bergantung pada penggunaan input kimia berisiko guna
meningkatkan hasil pertanian. Kenaikan penggunaan energi seperti pupuk kimia, pestisida,
dan bahan kimia lainnya dalam pertanian, tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan
yang kompleks, tidak hanya memerlukan biaya yang tinggi bagi petani, tetapi juga menjadi
penyebab utama kerusakan lingkungan. Ini mendorong perlunya adopsi teknologi yang
mampu meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem
(Arimbawa, 2016)
Pertumbuhan dan perkembangan sektor pertanian saat ini dan di masa mendatang
dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu segera diatasi. Beberapa tantangan tersebut
termasuk memastikan penyediaan cukup pangan, menghadapi persaingan di pasar global,
meningkatkan kesejahteraan penduduk di pedesaan, menciptakan peluang kerja, menjaga
keberlanjutan sumber daya alam, serta mengatasi dampak perubahan iklim yang semakin
terasa global (Kadir, 2020).
Didunia pertanian tantangan yang sering dihadapi di tingkat petani umumnya usaha
pertanian masih bersifat parsial (per subsektor), sehingga petani sebagai pelaku usahatani
dikelompokkan menjadi petani tanaman pangan, hortikultura, ikan, ternak, dan perkebunan
(Hasan dan Safaruddin, 2012). Situasi ini memiliki implikasi buruk terutama bagi para petani
yang hanya mengelola lahan pertanian dengan luas yang terbatas (0,1–0,5 ha), karena
mereka tidak bisa mengoptimalkan aset yang mereka miliki. Sebagai contoh, lahan sawah
masih dianggap hanya cocok untuk menghasilkan tanaman pangan seperti padi dan palawija.
Namun, sebenarnya melalui penerapan teknologi yang tepat, lahan sawah tidak hanya dapat
digunakan untuk pertanian tunggal (single commodity approach), tetapi juga bisa
dimanfaatkan untuk sistem pertanian terpadu (integrated commodities farming system
approach) (Kadir, 2020).
Pada tingkat nasional seperti diketahui penurunan hasil panen telah menyebabkan
berkurangnya pasokan, yang pada gilirannya meningkatkan harga. Dampak ini secara
langsung maupun tidak langsung memengaruhi ketahanan pangan lokal. Jika pasokan cukup,
stabil, dan berkelanjutan, ini akan menciptakan stabilitas harga, yang berkontribusi pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini, ketahanan pangan akan lebih
bergantung pada kemampuan masyarakat untuk membeli (daya beli) dan kelanjutan
ketersediaan antara musim (Haryani dkk, 2013). Fluktuasi harga komoditas menjadi salah
satu tantangan dalam meningkatkan pendapatan petani yang telah menjadi isu yang semakin
mendesak dalam konteks pertanian global.
Selain fluktuasi harga komoditas, terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan
dalam meningkatkan pendapatan petani yaitu perubahan iklim, keterbatasan akses pasar,
serta risiko produksi yang tinggi adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani secara signifikan. Petani seringkali menghadapi kesulitan dalam merencanakan
keuangan mereka dan menghadapi ketidakpastian ekonomi. Dalam menghadapi tantangan
ini, konsep integrasi dalam pertanian muncul sebagai solusi potensial yang menarik perhatian.
A. INTEGRASI PERTANIAN
B. PENDAPATAN PETANI
Menurut Smith dan Ricardo (2010), distribusi pendapatan digolongkan kedalam tiga kelas
sosial utama yaitu pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan 3 faktor
produksi yaitu tenaga kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor
dianggap sebagai pendapatan untuk masing-masing kelas sosial tersebut. Smith dan Ricardo
(2010) meneliti faktor-faktor apa saja yang menentukan pendapatan masing-masing
kelompok relatif terhadap pendapatan nasional. Teori mereka meramalkan bahwa begitu
masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relatif lebih baik dan para pemilik modal
menjadi relatif lebih buruk keadaannya. Lipsey (1999) meneliti faktor-faktor apa saja yang
menentukan pendapatan masingmasing kelompok relatif terhadap pendapatan yaitu luas
lahan, modal dan biaya produksi, faktor tenaga kerja, dan harga.
Pendapatan merujuk pada total penerimaan selama periode satu tahun setelah dikurangi
dengan biaya produksi. Dalam konteks pertanian, perbedaan antara total penerimaan dan
pengeluaran dikenal sebagai pendapatan bersih usaha tani. Pendapatan ini merupakan
keuntungan bersih yang diterima oleh petani dan dihitung sebagai selisih antara penerimaan
dan biaya produksi (Siregar, 2009).
Penerimaan adalah total nilai produk yang dihasilkan oleh usaha pertanian dalam periode
tertentu, termasuk produk yang dijual dan yang tidak dijual. Penerimaan dihitung sebagai hasil
dari mengalikan jumlah total produksi dengan harga per unit, dengan produksi total mencakup
hasil utama serta hasil sampingan, dan harga mengacu pada tingkat usaha tani atau harga
jual petani (Siregar, 2009).
Dalam melakukan analisis pendapatan, terdapat dua informasi utama yang diperlukan
yaitu informasi mengenai penerimaan dan informasi pengeluaran selama periode waktu
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa tujuan dari analisis
pendapatan adalah untuk merinci situasi saat ini dan masa depan dari kegiatan usaha.
Dengan kata lain, analisis pendapatan memiliki tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan
suatu usaha (Taufik dkk, 2013).
PEMBAHASAN
Salah satu contoh studi kasus dalam integrasi pasar dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Asmara dan Ardhiani (2010) yang dimana dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa kendala yang kerap dihadapi dalam memasarkan produk pertanian melibatkan
kekurangan fasilitas pasar yang memadai serta skala produksi yang terbatas. Situasi ini
mungkin menghasilkan bentuk struktur pasar yang bersifat persaingan tidak sempurna.
Menurut Sexton et.al (1991), struktur pasar produk pertanian umumnya cenderung menjadi
oligopsoni, di mana petani berpotensi menerima harga yang lebih rendah. Keadaan pasar
yang kurang ideal ini dapat menyebabkan ketidaksempurnaan informasi harga yang diterima
oleh pelaku pasar (terjadi pemecahan informasi). Kondisi ini juga mengakibatkan penyesuaian
harga yang lambat, yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakefisienan pasar. Kehilangan
efisiensi ini berdampak pada pelaku pasar (terutama petani) yang mungkin menghadapi
kesulitan dalam mengambil keputusan yang akurat.
Seperti yang diungkapkan oleh Ravallion (1986), dalam pasar yang terintegrasi, harga
dari pasar yang berbeda akan memiliki hubungan positif yang mencerminkan aliran informasi
yang lancar mengenai perkembangan komoditas di pasar tersebut. Memahami sejauh mana
pasar terintegrasi akan memfasilitasi pemantauan terhadap fluktuasi harga, dan juga dapat
digunakan sebagai landasan untuk merumuskan kebijakan yang lebih relevan dalam
mengembangkan pasar pertanian di wilayah tersebut.
Selain informasi pasar yang menjadi kendala dalam pemasaran dan tentunya
berdampak dalam pendapatan petani, terdapat juga kendala dalam era globalisasi dan
perubahan iklim yang terus berlangsung. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu
diversifikasi usaha tani yang diharapkan dapat berperan penting meningkatkan pendapatan
dan ketahanan lokal. Diversifikasi usaha pertanian merujuk pada praktik mengembangkan
berbagai bentuk usaha di dalam sektor pertanian, bukan hanya terfokus pada satu jenis
komoditas atau jenis tanaman saja. Dengan menerapkan diversifikasi usaha pertanian, petani
mampu mengurangi risiko yang timbul dari fluktuasi harga satu jenis komoditas. Mereka dapat
mengalokasikan lahan dan sumber daya yang dimiliki untuk mengusahakan berbagai jenis
tanaman atau melakukan berbagai jenis usaha peternakan, yang disesuaikan dengan kondisi
iklim, kualitas tanah, serta permintaan pasar lokal (Hidayat, 2023).
Salah satu dampak positif yang diperoleh dari diversifikasi usaha tani adalah
peningkatan pendapatan para petani. Dengan memiliki berbagai sumber pemasukan, para
petani dapat memaksimalkan potensi lahan mereka dan meraih peluang di berbagai pasar
yang berbeda. Dalam hal ini, diversifikasi juga membuka peluang bagi petani untuk
menciptakan nilai tambah melalui pengolahan produk pertanian, seperti mengolah hasil panen
menjadi produk olahan makanan, minuman, atau barang bernilai tinggi lainnya. Diversifikasi
usaha tani juga berdampak positif terhadap ketahanan pangan lokal. Dengan menghasilkan
berbagai jenis tanaman dan ternak, komunitas pertanian setempat dapat mencapai tingkat
keamanan pangan yang lebih tinggi. Jika satu jenis tanaman menghadapi gagal panen karena
bencana alam atau wabah penyakit, komoditas lainnya masih dapat memberikan pasokan
pangan yang memadai. Di samping itu, diversifikasi juga memperkuat keragaman pangan,
mengurangi ketergantungan pada impor, serta mempromosikan konsumsi pangan lokal yang
sehat dan bergizi (Hidayat, 2023).
Salah satu contoh studi kasus yang terjadi di Kabupaten Tulungagung yang
memanfaatkan integrasi media komunikasi. Pemanfaatan media komunikasi yang terintegrasi
memiliki peran penting dalam meningkatkan pendapatan petani. Melalui integrasi media
komunikasi memungkinkan petani untuk memiliki akses lebih cepat dan luas terhadap
informasi, peluang pasar, serta koneksi dengan berbagai pihak terkait. Semua ini secara
langsung atau tidak langsung membantu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Di Kabupaten Tulungagung sendiri memiliki banyak kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai wisata alam. Salah satu pengembangan desa wisata ada di Desa Bono, Kecamatan
Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Wisata tersebut bernama Wisata Edukasi Pertanian
Kelompok Tani Belimbing Artha Mandiri. Wisata edukasi pertanian sangat berpotensi
dikunjungi oleh wisatawan karena kualitas produk dan ilmu yang diberikan kepada
pengunjung. Seiring dengan berkembangnya wisata lain berbasis alam yang berada di
Kecamatan Boyolangu, membuat persaingan semakin ketat. Hal ini perlu diperhatikan oleh
pengelola wisata edukasi pertanian agar wisata edukasi dapat bersaing dengan wisata yang
lain (Rohman dkk, 2022).
Studi kasus yang lain terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh ,,, yang
mengangkat tema Analisis Pendapatan Sistem Pertanian Terpadu Integrasi Padi-Ternak Sapi
Di Kelurahan Tatae, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Penelitian ini mengkaji
Sistem pertanian terpadu yang dikaji meliputi usahatani padi-ternak sapi, dan usaha-usaha
lain yang berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga petani. Budidaya tanaman padi
yang menghasilkan output dapat menjadi input bagi ternak seperti pemanfaatan jerami padi
sebagai pakan ternak sapi. Pertanian terpadu ditandai oleh keragaman aktifitas yang tinggi
yakni pertanian tanaman pangan, peternakan sapi, usaha kebun, usaha kambing, usaha
unggas serta usaha lain yang memberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan struktur ekonomi petani yang
menerapkan usahatani padi monokultur memberi kontribusi pendapatan sebesar Rp
9.213.550,00 dengan B/C Ratio 1,38 dan petani yang menerapkan usahatani sapi monokultur
diperoleh pendapatan sebesar Rp 6.856.166,66 dengan B/C Ratio 0,89, sedangkan usahatani
padi-sapi terpadu diperoleh pendapatan sebesar Rp 17.981.726,95 dengan B/C Ratio 1,73.
Pertanian terpadu memberi kontribusi berupa saling keterkaitan antara subsistem melalui
aliran input- output antara tanaman dan ternak. Keterpaduan usahatani ternak dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan ditandai dengan adanya reduksi hasil usaha,
sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga petani (Kadir, 2020).
Contoh lain dari sistem integrasi pertanian yaitu adanya inovasi yang dilakukan oleh
petani dalam bentuk menggabungkan tanaman kakao dengan pemeliharaan ternak kambing
membuka peluang yang luas dalam memanfaatkan limbah dari tanaman kakao sebagai
sumber pakan ternak. Hal ini sangat relevan mengingat ketersediaan lahan untuk pakan
ternak semakin terbatas. Penelitian oleh Puastuti Wisri dan Susana IWR (2014), yang
disebutkan oleh Harli (2018), menunjukkan bahwa untuk meningkatkan populasi ternak di
Indonesia, bergantung hanya pada sumber pakan seperti rumput atau padang pengembalaan
tidak lagi memungkinkan karena lahan untuk tujuan tersebut semakin sempit.
Selanjutnya, disampaikan bahwa potensi dari sumber pakan alternatif untuk ternak
memiliki nilai yang signifikan, terutama sumber serat yang berasal dari produk samping
pertanian atau perkebunan. Memanfaatkan sumber pakan ini sebagai bahan pakan
merupakan langkah bijak untuk menciptakan kemandirian pakan berdasarkan sumber daya
lokal, sekaligus membantu mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Integrasi tanaman
kakao dan ternak kambing diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, sehingga
menaikkan taraf hidup masyarakat.
KESIMPULAN
Tindakan integrasi dalam usaha pertanian membawa harapan baru bagi perbaikan
pendapatan petani dan ketahanan ekonomi mereka. Menghadapi fluktuasi harga, perubahan
iklim, dan tantangan akses pasar, integrasi telah terbukti menjadi strategi yang mampu
mengurangi risiko, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi.
Melalui penggabungan produksi tanaman dan ternak, diversifikasi usaha pertanian,
pengolahan produk, serta pemasaran terpadu, petani dapat meraih manfaat yang lebih besar
dari hasil panen mereka.
Selain itu, pemanfaatan teknologi modern dan kerja sama lintas sektor juga
berkontribusi pada upaya memajukan pertanian. Langkah ini tidak hanya mendukung
kesejahteraan petani, tetapi juga memberi dampak positif pada ketahanan pangan,
pembangunan pedesaan, dan ekonomi nasional secara keseluruhan. Dengan terus
mendorong integrasi dalam pertanian dan melibatkan semua pemangku kepentingan, kita
dapat mengembangkan ekosistem pertanian yang berkelanjutan, berdaya saing, dan mampu
memberikan manfaat jangka panjang bagi petani serta masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhianto, K. (2019). Pemberian Limbah Singkong Terfermentasi Dan Mineral Mikro Organik
Dalam Ransum Terhadap Ferforma Kambing. Sains Peternakan: Jurnal Penelitian
Ilmu Peternakan, 17(2), 12–16.
Arimbawa, I Wayan Pasek. 2016. Beberapa Model Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu
Yang Bekelanjutan. Denpasar : Universitas Udayana.
Asmara, R., & Ardhiani, R. (2010). Integrasi Pasar Dalam Sistem Pemasaran Bawang
Merah. Agricultural Socio-Economics Journal, 10(3), 164-164.
Aziz, M., Muhtarudin, & Widodo, Y. (2014). Potensi Limbah Jerami Padi Dan Daun Singkong
Untuk Mendukung Program Pembibitan Sapi Po (Peranakan Ongole) Di Desa
Sidomukti Kecamatan Tanjung Sari Kabupatn Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, 2(2), Article 2.
Bambang, C. 1994. Budidaya Nanas Secara Komersil. Jakarta: Sinar Grafika.
Elizabeth, R. (2008). Partisipasi Sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin Melalui
Program Integrasi Jagung Dan Ternak. Soca: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 8(1),
44016.
Fyka, S. A., Limi, M. A., Zani, M., & Salamah, S. (2019). Analisis Potensi Dan Kelayakan
Usahatani Sistem Integrasi Padi Ternak (Studi Kasus Di Desa Silea Jaya Kecamatan
Buke Kabupaten Konawe Selatan). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis,
6(3), 375.
Harli, H. (2018). Sistem Integrasi Tanaman–Ternak Kambing Untuk Produksi Kakao Yang
Resilien. Agrovital: Jurnal Ilmu Pertanian, 2(1), 1–7.
Haryani, D., Mulyaqin, T., & Km, J. C. (2013). Kajian Analisis Margin Pemasaran Dan Integrasi
Pasar Gabah/Beras Di Provinsi Banten. Banten: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian.
Hasan Dan Safaruddin. 2012. Pengaruh Sistem Integrasi Padi Ternak (Sipt) Terhadap
Peningkatan Pendapatan Petani Dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah
Di Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Ekonom, 15 (4), 163-172.
Hidayat, A. (2023). Diversifikasi Usaha Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Dan
Ketahanan Pangan Lokal.
Kadir, M. J. (2020). Analisis Pendapatan Sistem Pertanian Terpadu Integrasi Padi-Ternak
Sapi Di Kelurahan Tatae Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang. Jiip, 6(1), 42-
56.
Lipsey, M. 1999. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Lukas, A., Ngudiwaluyo, S., Mulyono, H., Rosyadi, I., Noor, I. M., & Teng, P. N. L. (2018).
Analisis Finansial Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Biokar
Untuk Media Tanam. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 13(1), 37–42.
Munadi, L. M. (2021). Integrasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim Di Wilayah Pedesaan,
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil: Makalah.
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro Dan Makro Edisi 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ravallion, M. 1986. Testing Market Integration. American Agricultural Economics Association
Rohman, M. F., Gunawan, G., & Romadi, U. (2022). Pengaruh Integrasi Media Komunikasi
Terhadap Pengetahuan Pengunjung Wisata Edukasi Pertanian Kabupaten
Tulungagung. Jurnal Penyuluhan, 18(01), 36-48.
Sexton, R.J., Kling, C,L., Carman, H,F. 1991. Market Integration, Efficiency Of Arbitrage, And
Imperfect Competition: Methodology And Application To Us Celery. American Journal
Of Agricultural Economics.
Siregar, S.A. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat,
Kabupaten Langkat. Skripsi. Depertemen Peternakan. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara
Smith, W., Dan Ricardo, N. 2010. Elements Of Regional Economics. California: Penguin
Education.
Taufik, D. K., Isbandi., Dan Dyah M. 2013. Analisis Pengaruh Sikap Peternak Terhadap
Pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan Pesurungan Lor Kota Tegal.
Jitp.
Wulandari, S., Ardana, I. K., Massinai, R., & Hartati, R. S. (2020). Accelerating The Adoption
Of Sustainable Coffee-Cattle Integrated Farming System. Iop Conference Series:
Earth And Environmental Science, 418, 012011.