Anda di halaman 1dari 27

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

A.

PENDAHULUAN

meningkatnya
jumlah
penduduk
miskin
dan
pengangguran
di
pedesaan,
dan
8)
terjadinya
kesenjangan sosial di masyarakat.

Pembangunan
di
Indonesia
yang pada masa lampau lebih
menekankan
pada
pertumbuhan
ekonomi,
telah
menimbulkan
dampak negatif terhadap kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan.
Untuk
menjaga
keberlanjutan
pembangunan di masa mendatang,
diperlukan reorientasi paradigma
pembangunan dari segi strategi
maupun kebijakan, terutama bidang
pertanian. Paradigma pembangunan
pertanian
berkelanjutan
dapat
menjadi solusi alternatif dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan
rakyat
tanpa
mengabaikan
kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan.
Pembangunan
berkelanjutan akan makin optimal
jika disinergikan dengan komitmen
untuk membangun kemitraan di
antara pelaku agribisnis.

Masalah
tersebut
muncul
karena pembangunan selama ini
cenderung biasa pada pemacuan
pertumbuhan produksi disertai peran
pemerintah dan swasta yang sangat
dominan. Masyarakat petani hanya
berperan sebagai obyek, bukan
sebagai
subyek
pembangunan.
Bidang pertanian juga tidak lagi
ditempatkan
sebagai
fondasi
ekonomi nasional, tetapi sebagai
penyangga untuk menyukseskan
industrialisasi
sebagai
lokomotif
pertumbuhan
ekonomi.
Sebagai
penyangga,
bidang
pertanian
berperan
untuk
mendongkrak
produksi
pangan
dalam
negeri
secara cepat dan tidak berisiko
secara politik.
Di
Indonesia
banyak
tantangan yang dihadapi dalam
produksi beras dan ini ditunjukan
dari status Indonesia sebelumnya
yaitu sebagai negara pengimpor
beras untuk jangka waktu yang
cukup lama. Salah satu hambatan
utama dalam budidaya padi di
Indonesia antara lain adalah masalah
pengairan
selain
hambatanhambatan lainnya. Sudah banyak
cara dan metode yang diperkenalkan
kepada petani untuk meningkatkan
hasil
produksinya.
Semakin
meningkatnya
permasalahan
lingkungan hidup dan rusaknya
keseimbangan
alam
mendorong
semakin digalakkannya pertanian
organik termasuk pertanian padi
dengan pola kemitraan.

Bidang pertanian merupakan


salah satu kegiatan paling mendasar
bagi manusia, karena semua orang
memerlukan pangan setiap hari.
Tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
ketersediaan pangan bagi suatu
bangsa merupakan hal yang mutlak.
Kelangkaan atau krisis pangan yang
terjadi dalam suatu negara dapat
menimbulkan ekses negatif yang
jauh lebih besar dibandingkan krisis
komoditas lainnya. Padi atau beras
(oryza sativa) merupakan tanaman
pangan pokok di Indonesia yang
memiliki nilai strategis.
Namun selama ini kondisi
pertanian nasional dihadapkan pada
berbagai masalah, diantaranya: 1)
menurunnya
kesuburan
dan
produktivitas lahan, 2) berkurangnya
daya
dukung
lingkungan,
3)
meningkatnya
konversi
lahan
pertanian produktif, 4) meluasnya
lahan
kritis,
5)
meningkatnya
pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan, 6) menurunnya nilai
tukar,
penghasilan
dan
kesejahteraan
petani,
7)

Gerakan pertanian organik


pada
komoditas
padi
sawah
merupakan
salah
satu
bentuk
usahatani
ramah
lingkungan.
Pengertian pertanian organik yang
ditetapkan
dikalangan
petani
sifatnya sangat beragam, namun
dibeberapa
kalangan
ilmuwan,
1

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

mereka
berusaha
mengaitkan
tentang pertanian organik. Pertanian
organik menurut Djojosuwito (2000)
adalah segala usaha penggunaan
pupuk kimia seminimal mungkin
digabungkan dengan pupuk dan
pestisida organik yang terbuat dari
bahan-bahan
alami,
sehingga
mampu menghasilkan pangan dan
serat yang cukup berkualitas dan
usahatani
berkelanjutan.
Sistem
usahatani
padi
organik
akan
menghasilkan produk beras residu
kimia dan berkualitas lebih baik,
sehingga mempunyai pasar tinggi
dan
harga
jual
lebih
mahal
dibandingkan produk pertanian padi
anorganik.

Sedangkan
Marshall
(1919)
mendefinisikan suatu sentra industri
(industrial district) sebagai kluster
produksi
yang
berdekatan.
Menurutnya
terdapat
3
jenis
penghematan
eksternal
yg
memunculkan sentra industri, yaitu:
(1) terkonsetrasinya tenaga terampil;
(2) berdekatannya para pemasok
spesialis; dan (3) berkembangnya
pengetahuan produksi & organisasi.
Karakteristik klaster sekurangkurangnya dapat dilihat dari 3 aspek,
yaitu; (1) yang langsung bisa diamati
antara lain, kedekatan dalam ruang,
kepadatan
kegiatan
ekonomi,
keberadaan sejumlah usaha dalam
kegiatan yang sama, serupa, atau
kegiatan
yang
melengkapi
(subsidiary); (2) karakteristik daasar
umum antara lain, keterkaitan antarusaha di antara perusahaan sebagai
hasil
dari
adanya
subkontrak
(vertikal), keterkaitan antar-usaha di
antara perusahaan sebagai bentuk
dari adanya kerjasama (horisontal),
adanya spesialisasi dalam tingkatan
tertentu; dan (3)
karaketristik
menurut kaidah teoritis antara lain,
sejaran sosial yang bertautan, proses
belajar
yang
mutualistik/kolektif,
jejaring sosial yang melekat pada
proses transaksi, eksternalitas dari
keterkaitan dan jaringan, peran
kelembagaan
lokal/
tradisional,
peran
pemerintah
lokal,
latar
belakang budaya yang serupa/sama,
adanya lingkungan kelembagaan
yang mendukung, lingkungan yang
baik
untuk
membangun
kepercayaan, atmosfer kepercayaan
dan kurangnya sikap oportunistik,
tingkatan penguasaan teknis yang
sama, adanya proses imitasi produk,
keberadaan
tenaga
kerja
yang
merata, kompetensi teknis yang
merata dan bisa dibagi.

Dewasa ini pertanian organik


semakin populer. Hal ini disebabkan
dampak dari sistem pertanian
modern atau sistem pertanian
kimiawi
yang
tidak
dapat
berkelanjutan dalam jangka panjang.
Tanah-tanah
dengan
kandungan
bahan organik rendah akan memiliki
kapasitas penyangga yang rendah
pula,
dan
sebagai
akibatnya
sebagian pupuk yang diberikan
hilang tercuci. Terbukti dampak
penggunaan pupuk kimia yang
berkepanjangan dalam dosis tinggi
disamping
merusak
lingkungan
adalah kondisi kesehatan manusia
tidak
terkontrol,
menimbulkan
bermacam-macam penyakit karena
banyak
mengkonsumsi
makanan
yang berkadar kimia tinggi.

B. TEORI
KLASTER
DAN
GAMBARAN
UMUM
KLASTER AL-BAROKAH
1. Kajian Teori Tentang Klaster
Mengacu pada Porter (1998),
Klaster adalah konsentrasi dari
kegiatan ekonomi yang saling terkait
dan lembaga penunjangnya, untuk
jenis kegiatan ekonomi yang saling
berkaitan, sebagai strategi untuk
meningkatkan
daya-saing.

Suatu kegiatan usaha dapat


disebut klaster dicirikan dengan
adanya beberapa kelompok usaha
yang saling terkait satu sama lainnya
serta antara kelompok yang satu
2

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

dengan kelompok lainnya saling


kerjasama dan saling mendukung
yaitu: (1) adanya industri inti yang
merupakan fokus kegiatan; (2)
adanya industri pemasok yang
memasok dengan produk khusus
antara lain, bahan baku, bahan
tambahan, serta aksesoris lainnya;
(3) adanya pembeli yang dapat
berupa distributor atau konsumen;
(4) adanya industri pendukung
meliputi, industri jasa, konsultan,
bank, peralatan, infrastruktur lain
(listrik, telekomunikasi); (5) industri
terkait, bisa bersifat kompetitor,
komplementer atau substitusi; (6)
adanya lembaga pendukung seperti
pemerintah
sebagai
yang
menentukan
kebijakan,
asosiasi
profesi.

telah menerapkan prinsip-prinsip


klaster, dimana pada masing masing
proses telah terdapat kelompok atau
perorangan yang menangani khusus
bagian-bagian dari proses tersebut,
namun saling bekerjasama dalam
satu wadah yang disebut Paguyuban
Al Barokah.
2. Gambaran Umum Klaster AlBarokah
Menghadapi kondisi kerusakan
lahan
dan
kelesuan
industri
pertanian pasca pertanian kimiawi
yang dikembangkan pada dekare 70an, sekelompok petani di Desa
Ketapang Kabupaten Semarang yang
dipimpin oleh
Drs. Basirun, pada
akhir
dekade
90-an
mulai
menggagas
pembentukan
Paguyuban Gabungan Kelompok Tani
dan berinisiatif untuk melaksanakan
pertanian organik tanpa pupuk dan
pestisida
kimia
sebagai
solusi
pengembalian kualitas lahan dan
produksi pertanian.

Gambar 1
Model Generik Klaster Industri

Dari
gambar
diatas
dapat
dijelaskan bahwa kelompok yang
bergerak di bidang industri pertanian
yang berlokasi di Desa Ketapang,
Kabupaten Semarang (Paguyuban Al
Barokah) merupakan salah satu
model klaster pertanian. Hal ini
terlihat dari proses/siklus produksi
pertanian yang melibatkan beberapa
proses
kegiatan
yang
saling
berhubungan dalam suatu klaster.

Paguyuban
ini
kemudian
berusaha menyebarkan pengetahuan
dan keterampilan pertanian organik
keseluruh petani anggota maupun
petani
diluar
anggota
dengan
harapan agar muncul kesadaran
terhadap usaha-usaha peningkatan
kualitas lingkungan dan kesehatan
manusia sekaligus kesejahteraan
ekonomi bersama melalui konsep
kedaulatan pangan.

Indutri inti dari kelompok tani Al


Barokah adalah Padi Organik. Proses
produksi padi organik ini mulai dari
penyiapan lahan, penyiapan bibit,
penyiapan
pupuk dan alat-alat
pertanian, pengolahan lahan, panen,
pasca
panen
sampai
dengan
konsumen. Kelompok Tani Al Barokah

Awalnya paguyuban ini hanya


terdiri tujuh kelompok tani dan
kemudian berkembang menjadi 13
kelompok termasuk kelompok wanita
3

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

tani dan pemuda. Jumlah petani


organik mencapai 28 petani yang
mengolah 137.509 m2 (tahun 2008),
dan total lahan pertanian yang
dikelola paguyuban seluas 45,6
hektar.

serta
jasa
pengemasan.

penyelipan

dan

Paguyuban Petani Al-Barokah


adalah
sebuah
organisasi
masyarakat berbadan hukum yang
diresmikan dengan akte notaris No.
24 tanggal 14 September 2004 yang
pengelolaannya dijalankan secara
demokratis. Paguyuban Petani AlBarokah dilihat dari posisi organisasi
secara eksternal berfungsi sebagai
BDS Klaster pertanian organik, yaitu
organisasi pusat bagi organisasiorganisasi
lainnya
yang
berkaitan/ada
hubungan
dalam
usaha pertanian dengan organisasi
Al Barokah.

Gambar 2
Gambaran Lokasi Wilayah Studi

Terdapat kelembagaan/organisasi
petani baik didalam maupun di luar
paguyuban yang berkaitan dengan
pengembangan Al Barokah, antara
lain:
1) Kelompok Tani
2) Koperasi Serba Usaha (KSU)
Gardu Tani:
Menyediakan
kebutuhan
anggota untuk berwirausaha
(petani/home industry)
Upaya pemupukan modal usaha
anggota
koperasi
melalui
pinjaman kepada koperasi dan
atau lembaga lain
Upaya
menampung
hasil
pertanian/ usaha anggota yang
dipasarkan melalui koperasi
Gardu Tani Al-Barokah
Mengupayakan
informasi
peluang
pasar
untuk
memasarkan
hasil
produksi
anggota

(Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang)

Selanjutnya
paguyuban
ini
berusaha
meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial
beberapa
anggotanya
sekaligus
mampu meraih beberapa prestasi
tingkat regional dan Nasional. Dalam
perkembangannya
tidak
hanya
menitikberatkan inti usahanya pada
produksi
beras
organik
untuk
melayani permintaan yang terus
meningkat dari pasar beras organik,
namun adapula spesifikasi usaha
produksi beras organik ini dalam
perkembangan
selanjutnya
mendorong
adanya
perbaikan
kualitas
produk
maupun
pengembangan produk-produk dan
aktivitas
turunan
(derivative
products), seperti pupuk organik,
produksi biogas, makanan olahan,
penjualan bibit, penggemukan sapi,

29
4

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Menjalin

kemitraan
dengan
pihak ketiga, promosi, temu
usaha, lelang expo agribisnis
(pameran-pameran dsb)
3) SPPQT
4) Forum Rembug Klaster

memiliki kesamaan
organisasi;

BDS
Drs. Mustofa
KETUA
Muslih M

SEKRETARIS

Ihkwani

Nur Aziz

Mustofa / Arif R

Advokasi Kebijakan

Pertanian ( IOF)

Royani / Fathurrohman

Ahmadi

Pendidikan Anak Petani

Pemberdayaan Pemuda

dan Perempuan
M. Toat / Rondhiyah

Gardu Tani

Fahrudin / Salamah

dalam
yang

Dari berbagai sumber yang ada


seperti AD/ART atau dokumendokumen lainnya dan juga dari hasil
penelitian
lapangan,
Paguyuban
Petani
Al-Barokah
mempunyai
konsep struktur organisasi sebagai
berikut :
Gambar 3
Skema Organisasi Paguyuban
Petani
Al Barokah

Misi yang dibangun oleh paguyuban


Al-Barokah untuk mencapai tujuan
tersebut antara lain :

BENDAHARA

kut berpartisipasi aktif


kebijakan
kebijakan
berpihak pada petani.

Membentuk masyarakat tani


yang kuat, mandiri, adil,
sejahtera, yang mampu
mengelola sumber daya alam
dengan menjaga kelestarian
lingkungan serta
memperhatikan kesetaraan dan
kebersamaan antara laki-laki
dan perempuan.

RUBANI

Kelompok tani Al-Barokah memiliki


visi;

misi

Basirun M

Dalam
menjalankan
sistem
organisasinya,
setiap
tahunnya
pengurus dan anggota Paguyuban AlBarokah mengadakan RUBANI atau
Rapat
Umum
Anggota
Petani.
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
menyusun
program
tahunan
organisasi. Pengurus terdiri dari
Dewan Pleno Paguyuban dan Ketua
Pelaksana Paguyuban (Eksekutif)
dipilih secara langsung melalui
Pemilu dengan masa jabatan tiga
tahun dan dapat dipilih kembali
untuk dua kali masa jabatan.

visi

RUBANI

Membangun kesadaran kolektif


petani untuk mengelola sumber
daya alam dengan sistem yang
lebih baik;
Membangun organisasi yang kuat
sebagai
wadah
perjuangan
petani;
Mengembangkan
sistem
pertanian organik sebagai alat
perjuangan
ekonomi
petani
dengan
menjunjung
tinggi
kelestarian lingkungan;
Mengembangkan
sistem
informasi dan jaringan kerja
dengan fihak-fihak lain yang

Mengesahkan
Tata
Tertib
Musyawarah Umum Anggota
Paguyuban.
Menetapkan atau mengesahkan
penerimaan atau penolakan
atas
laporan
pertanggung
jawaban
Ketua
Pelaksana
Paguyuban.
Mengesahkan
penerimaan
/
pemberhentian
anggota
Paguyuban.
Menetapkan
Amandemen
Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Paguyuban.

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Menetapkan
Program
Kerja
Paguyuban.
Menetapkan
keputusankeputusan strategis yang sesuai
visi dan misi Paguyuban.
Menetapkan pengangkatan dan
pemberhentian
Pengurus
Dewan Pleno Paguyuban.
Menetapkan
pemberhentian
Ketua
Dewan
Pelaksana
Paguyuban.
Mengesahkan
Rencana
Anggaran Paguyuban.
Dewan
Pelaksana
(DPP) / Ketua;

dokumen-dokumen dan suratsurat


yang
berhubungan
dengan kinerja Paguyuban
Bendahara;
Melakukan koordinasi di bidang
keuangan, khususnya dengan
seksi
ekonomi
dan
kesejahteraan
Melakukan
kegiatan
pengelolaan
finansial,
baik
dalam hal pencatatan maupun
pelaporan masalah keuangan
Memberikan keputusan dalam
hal
adanya
permintaan
peminjaman dana oleh pihak
melalui lembaga koperasi.

Paguyuban

Menyusun Dewan Pelaksana


Paguyuban.
Melaksanakan Ketetapan atau
Keputusan Musyawarah Umum
Anggota Paguyuban.
Bertanggungjawab atas seluruh
kebijaksanaan
operasional
Paguyuban.
Berhak
mengangkat
dan
memberhentikan staf.
Berhak mewakili Paguyuban
berhubungan dengan pihak lain
untuk kepentingan Paguyuban.
- Berhak
menandatangani
surat-surat perjanjian dan
surat-surat berharga lainnya
atas nama Paguyuban.
- Mengusulkan kepada Dewan
Pleno
Paguyuban
untuk
menyelenggarakan
Musyawarah Umum Anggota
Paguyuban.

Seksi Advokasi Kebijakan;


Melakukan sosialisasi perda,
perdes, dan peraturan lainnya
yang
berhubungan
dengan
pertanian
kepada
petani
anggota.
Melakukan kegiatan pendidikan
politik
kebijakan
baik
pemerintah
maupun
non
pemerintah bagi para petani.
Ikut
mengawal
masyarakat/
anggota/organisasi dalam hal
kebijakan pemerintah
yang
tidak berpihak pada masyarakat
petani anggota
Seksi Pertanian (IOF);
Menerapkan sistem pertanian
organik terpadu (integrated
organic farming)
Melakukan usaha pemeliharaan
ternak sebagai penghasil pupuk
organic
Membuat
pestisida
dengan
bahan-bahan alami
Melakukan kegiatan pengolahan
pasca panen
Membuat
strategi-strategi
terkait
pemasaran
hasil
pertanian
Melakukan pembuatan Biogas
Digester

BDS;
Memfasilitasi jejaring antara AlBarokah
terhadap
berbagai
institusi
eksternal,
meliputi
dunia pendidikan, pengusaha
dan individu
Sekretaris;
Mencatat
hasil-hasil
yang
diperoleh dari kegiatan Rapat
Umum
Melakukan
kegiatan
pengarsipan
terhadap
6

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Menjalin
kemitraan
dengan
pihak ketiga, promosi, temu
usaha, lelang espo agribisnis,
dan pameran-pameran
Menampung
hasil
pertanian/usaha anggota yang
dipasarkan melalui koperasi
Mengupayakan
informasi
peluang
pasar
untuk
memasarkan
hasil
produksi
anggota.

Seksi Pendidikan Anak Petani;


Memberikan pendidikan dan
keterampilan life skill bagi
petani anggota secara umum
Memberikan berbagai macam
pelatihan dalam upaya capacity
building bagi remaja dan anakanak petani.
Mengelola
PKBM
(Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat),
yang terdiri dari:
- Pendidikan Kesetaraan (Kejar
Paket B dan C)
- KBU
(Kelompok
Belajar
Usaha)
- KBO
(Kelompok
Belajar
Olahraga)
- Kursus-kursus,
seperti
komputer/ internet, menjahit,
dan akuntansi
- Kepramukaan
Seksi
Pemuda
Usaha
Pemberdayaan Perempuan;

C. HEKSAGONAL
PENGEMBANGAN EKONOMI
LOKAL DAN RANTAI NILAI
DALAM
KLASTER
AL
BAROKAH
Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL) merupakan proses kemitraan
antara pemerintah daerah dengan
para stakeholders termasuk sektor
swasta
secara
kolektif
untuk
meningkatkan kualitas kehidupan
(quality of life) dengan menciptakan
kondisi yang lebih bbaik dalam
rangka
pertumbuhan
ekonomi,
memperbaiki ketenagakerjaan dan
membantu pemerintah daerah dalam
menyediakan pelayanan yang lebih
baik bagi warganya.
Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL)
dimaksudkan
untuk
menggambarkan
proses
saat
pemerintah
daerah
maupun
masyarakat mengorganisasi aktifitas
bisnis maupun lapangan kerja untuk
tujuan
bersama.
Pendekatan
strategis
untuk
mengatasi
permasalahan industri kecil dan
menengah
adalah
melakukan
kerjasama antar semua pelaku.
Kerjasama tersebut untuk mencapai
skala ekonomis, saling berbagi
pengetahuan untuk meningkatkan
kualitas produk dan memperbaiki
posisi
kompetisinya
dan
pada
akhirnya akan menghasilkan produk
unggulan
yang
berbasis
pada
ekonomi lokal.
Ciri utama PEL titik beratnya
pada
kebijakan
pengembangan

dan

Melakukan
kegiatan
pengorganisasian
pemuda
wirausaha dalam meningkatkan
ekonomi anggota
Memberi
pendidikan
terkait
pemuda
wirausaha
dalam
meningkatkan ekonomi anggota
Melakukan
kegiatan
usaha
simpan
pinjam
anggota
kelompok untuk memperkuat
peran pemuda dan perempuan
Seksi Ekonomi dan Kesejahteraan
/ Gardu Tani;
Melakukan kegiatan ekonomi
kerakyatan
dalam
bentuk
koperasi (KSU Gardu Tani Al
Barokah) dan LKM Agribisnis
Menyediakan
kebutuhan
anggota untuk berwirausaha
(petani/home industry)
Mengusahakan
pengumpulan
modal usaha anggota koperasi
melalui
pinjaman
kepada
koperasi dan atau lembaga lain

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

potensi
lokal
(endogenous
development)
dengan
mendayagunakan potensi sumber
daya lokal, institusional dan potensi
fisik
setempat.
Pembangunan
ekonomi lokal bersifat processoriented
dengan
mendorong
pembentukan
lembaga-lembaga
baru,
pengembangan
industri
alternatif, pengingkatan kapasitas
tenaga kerja, identifikasi pasar baru,
transfer teknologi dan memelihara
atau
mengembangkan
unit-unit
usaha.

kompleksitas
pengembangan
ekonomi
lokal
serta
mempertimbangkan trade off dan
kemungkinan konflik yang ada dalam
pengembangan ekonomi lokal.
Heksagonal
pengembangan
ekonomi lokal di Klaster Beras
Organik Al Barokah terdiri dari unsurunsur dibawah ini yaitu:
1. Kelompok sasaran pengembangan
ekonomi lokal.
Kelompok sasaran pengembangan
ekonomi lokal adalah investor luar,
pelaku usaha lokal, dan pelaku
usaha baru. Kelompok sasaran
yang
terlibat
dalam
pengembangan klaster pertanian
organik Al Barokah hanya pelaku
usaha lokal yaitu para penyedia
bibit,
penyedia
pupuk
yang
umumnya dihasilkan dan dikelola
oleh petani/masyarakat setempat.
Investor luar belum terlibat hal ini
disebabkan
karena
kurangnya
informasi prospek bisnis yang
mendukung keberadaan klaster ini
sehingga para investor belum ada
yang tertarik terhadap kegiatan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan
mandiri
dari
masyarakat
setempat. Dari segi permodalan
menurut informasi dari pengurus
klaster dikatakan bahwa klaster
pertanian organik Al Barokah tidak
mendapatkan bantuan dana dari
pihak pemerintah. Al-Barokah ini
telah berbadan hukum dan telah
diakui oleh pemerintah daerah
setempat
dengan
adanya
pemberian izin usaha dengan
demikian Klaster Al Barokah ini
telah memiliki kekuatan hukum
dan
peluang
untuk
semakin
berkembang dimasa yang akan
datang.
Namunpun
demikian
Klaster
ini
tetap
perlu
disosialisasikan ke dunia luar
melalui media massa dan melalui
kegiatan
interaktif
misalnya
melalui
temu
usaha
atau
pameran. Dan saat ini Klaster Al
Barokah telah berupaya untuk
mempromosikan hasil produksinya

1. Heksagonal
Pengembangan
Ekonomi Lokal
Konsep yang sebagian besar
menjadi
dasar
pengembangan
ekonomi lokal adalah konsep Jorg
Meyer
Stamer
(2004)
konsep
Hexagonal pengembangan ekonomi
lokal. Heksagonal pengembangan
ekonomi
lokal
merupakan
alat
analisis yang dapat digunakan untuk
menggambarkan
dan
mengukur
kondisi
pengembangan
ekonomi
lokal
di
suatu
wilayah,
yang
kemudian
dilakukan
analisis
terhadap
komponen
heksagonal
pengembangan ekonomi lokal yang
berperan sebagai faktor pengungkit
(leverage factor), yaitu faktor yang
berpengaruh
besar
terhadap
pengembangan ekonomi lokal dan
selanjutnya
disusun
strategi
pengembangan ekonomi lokal.
Diketahui ada 6 unsur yang
merupakan
komponen
pengembangan ekonomi lokal yang
secara
keseluruhan
membentuk
heksagonal yang berfungsi untuk
mengorganisasikan konsep utama
dan
instrumen
pengembangan
ekonomi lokal. Dalam hal ini
heksagonal dapat membantu praktisi
dan stakeholder untuk memahami
8

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

melalui media massa yaitu dengan


memiliki web site.

ekonomi
masyarakat/anggota
klaster dapat menjadi lebih baik.

2. Faktor lokasi
Faktor lokasi adalah faktor yang
menggambarkan daya tarik dari
sebuah
lokasi
bagi
penyelenggaraan kegiatan usaha
yaitu
faktor
lokasi
terukur
(tangiable factor), faktor lokasi
tidak terukur (intangible factor)
bagi pelaku usaha dan faktor
lokasi tidak terukur (intangible
factor) individual.
Faktor
lokasi
terukur
merupakan penyediaan fasilitas
infrastruktur yang mempermudah
akses
dan
kegiatan
proses
produksi sehingga hasil produksi
dapat lebih optimal. Mengingat
lokasi lahan pertanian klaster Al
Barokah yang menyebar sehingga
membutuhkan sarana transportasi
untuk mengangkut pupuk serta
hasil pertanian dari lahan ke
tempat
penggilingan,
pengumpulan dan untuk distribusi
pemasaran. Dalam peningkatan
produktifitas
hasil
pertanian
dibutuhkan pula tenaga kerja yang
terampil dalam bidang pertanian
organik. Dalam hal ini Klaster Al
Barokah memiliki kader/tenaga
profesional yang telah terlatih dan
kemudian kembali mentransfer
ilmu kepada para petani dengan
tujuan agar para petani memiliki
keterampilan dalam bertani secara
organik.
Faktor lokasi tak terukur untuk
klaster dapat dilihat dari adanya
peluang
kerjasama
dalam
menunjang
kegiatan
klaster
pertanian organik ini. Dengan
adanya pertanian organik Al
Barokah telah mampu mendorong
munculnya
usaha-usaha
lain
seperti usaha pupuk organik,
usaha peternakan, industri plastik
untuk pengepakan. Bahkan telah
menjadi
pendorong
berkembangnya
koperasi
di
daerah Susukan sehingga kondisi

3. Kesinergian dan fokus kebijakan,


Terdapat tiga hal yang saling
terkait
dalam
pengembangan
ekonomi lokal yaitu perluasan
ekonomi,
pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan
komunitas, serta pembangunan
wilayah.
Ketiga
hal
tersebut
memiliki tujuan yang berbeda
namun saling berhubungan dan
membentuk keterkaitan. Dari segi
kebijakan investasi para anggota
klaster terbuka untuk bekerjasama
dengan investor dari luar untuk
mengembangkan usaha klaster
mereka. Melalui pertanian organik
oleh para anggota klaster Al
barokah
telah
mampu
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat dalam setiap kegiatan
sehingga
tingkat
pendapatan
anggotanya dapat ditingkatkan.
4. Pembangunan berkelanjutan
Pembangunan
berkelanjutan
terdiri
dari
pembangunan
ekonomi, lingkungan dan sosial.
Klaster pertanian organik telah
didukung keberadaannya dengan
kehadiran
industri-industri
pendukung misalnya penyedia
benih, industri pupuk organik,
industri plastik, yang saling terkait
satu sama lain dalam suatu proses
kegiatan yang diharapkan mampu
memberikan
kontribusi
bagi
peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat lokal.
Klaster
Al
Barokah
dengan
kegiatan inti pertanian organik ini
mampu membentuk suatu sistem
industri
yang
berkelanjutan
dengan
adanya
keterkaitan
pengadaan bahan baku, produksi
dan pengolahan hasil pertanian
dan adanya kerjasama antar
beberapa sektor usaha dalam
mendukung kegiatan pertanian
organik Al Barokah tersebut. Salah
satu keunggulan dari pertanian
9

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

organik
ini
adalah
tetap
mempertahankan kearifan lokal
sehingga
dapat
mengurangi
permasalahan lingkungan.

evaluasi, patok duga (benchmark)


dan refleksi. Keseluruhan komponen
pengembangan ekonomi lokal dalam
heksagonal tersebut bertujuan untuk
mengembangkan ekonomi wilayah
secara berkelanjutan (lihat Gambar
4).

5. Tata kepemerintahan
Tata
kepemerintahan
adalah
merupakan
hubungan
antara
pelaku usaha dan masyarakat
dibangun atas berlangsungnya
reformasi
sektor
publik
dan
pengembangan organisasi pelaku
usaha.
Dalam hal ini Pemerintah daerah
berperan dalam penyediaan irigasi
untuk mengairi persawahan milik
petani.
Untuk
promosi
dan
perdagangan
hasil
produksi
pertanian organik para petani
bermitra dengan koperasi dengan
tujuan keseragaman harga dan
para petani dapat terhindar dari
permainan
harga.
Dengan
demikian para petanipun diikat
untuk
tetap
mempertahankan
kualitas produk.

Gambar 4
Heksagonal Pengembangan
Ekonomi Lokal

6. Proses manajemen,
Proses Manajemen terdiri dari
aspek
Diagnosa
secara
partisipatif,
Perencanaan
dan
implementasi secara partisipatif,
Monitoring dan evaluasi secara
partisipatif.
Dalam kegiatan pertanian organik
ini melibatkan para stakeholder
dengan fungsi dan perannya
masing-masing untuk peningkatan
klaster ini.
Selain itu Para anggota klaster Al
Barokah secara rutin mengadakan
pertemuan dengan maksud untuk
memecahkan
masalah
yang
kemungkinan
muncul
dalam
kelompok
mereka
disamping
untuk mengevaluasi hasil yang
telah dicapai.

Segitiga pertama dan kedua


yaitu
kelompok
sasaran
pengembangan ekonomi lokal dan
faktor lokasi merupakan instrumen
kunci dari pengembangan ekonomi
lokal. Segitiga ketiga dan keempat
yaitu
keterkaitan
dan
fokus
kebijakan, dan pembangunan yang
berkelanjutan
merupakan
faktor
inovatif yang akan memperluas
cakupan pengembangan ekonomi
lokal. Faktor kelima dan keenam
merupakan isu penting yang terjadi
dalam
proses
penerapan
pengembangan ekonomi lokal.
2. Dasar Teori Rantai Nilai
Rantai Nilai atau value chain
merupakan rantai aktivitas produksi
suatu unit usaha yg meliputi jaringan
informasi,
jaringan
organisasi,
jaringan SDM dan jaringan aktifitas
yang mencakup aliran aktivitas aliran
pasokan
bahan
baku,produksi,
distribusi, serta pemasaran. Menurut
sumber lain yaitu Bank Indonesia,

Pengembangan ekonomi lokal


merupakan
proses
yang
berkesinambungan yang terdiri dari
diagnosa
dan
perencanaan,
implementasi dan monitoring, serta
10

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

2007 mendefenisikan value chain


sebagai sebuah rangkaian proses
produktif mulai dari penyedia input
dari
suatu
produk,
produksi,
pemasaran dan distribusi hingga ke
ekonsumen akhir. Dikatakan juga
bahwa secara umum rantai nilai
terdiri dari tiga atau lebih pelaku
mulai dari produsen, pengolahan,
distributor,
para
perantara
penjualan, pembeli besar, pembeli
retail hingga akhirnya sampai ke
konsumen. Tujuan rantai nilai adalah
untuk memberikan nilai tambah dari
suatu material hingga menjadi suatu
prodek yang memliki nilai yang lebih
tinggi. Rantai nilai selalu mempunyai
produksi atau industri inti dan bisa
tergantung dalam satu perusahaan
atau
mencakup
beberapa
perusahaan. Aktivitas rantai nilai
Poster, 1985 dalam Wahyusi, 1996:
65-67), meliputi :
a) Aktivitas Primer
- Aktivitas
logistik
kedalam
(inbound
logistic)
meliputi
aktifitas
menerima,
menyimpan, mengelola dan
mengontrol persediaan bahan
baku,
pengangkutan
dan
pengembaliannya
pada
pemasok.
- Ativitas operasi, merupakan
kegiatan mengubah bahan
baku menjadi produk akhir
seperti
penyediaan
dan
pemeliharaan mesin produksi,
penyediaan
perlengkapan
produksi dan uji kualitas
produksi
- Aktivitas
logistik
ke
luar
(outbond logistics), meliputi
kegiatan pengangkutan dan
penyimpanan produk akhir,
serta
mengatur
jadwal
pemesanan dan pengangkutan
produk.
- Aktivitas
pemasaran
dan
penjualan (marketing & sales),
merupakan kegiatan untuk
mendorong, membujuk dan
membantu konsumen untuk
membeli
produk
yang

dihasilkan
yang
dapat
dilakukan
melalui
iklan,
promosi, pemilihan distributor,
dan penentuan harga.
- Aktivitas
jasa
(service),
meliputi
aktivitas
pemeliharaan
dan
mempertinggi
nilai
produk
setelah masa penjualan.
b) Aktivitas Sekunder
- Aktivitas
pembelian
(procurement),
krgiatan
pembelian bahan baku dan
peraltan pendukung termasuk
aset perusahaan.
- Aktivitas
pengembangan
teknologi
(technlogy
development),
dilakukan
melalui penyediaan kebutuhan
akan teknologi, prosedur dan
teknik terbaru yang diperlukan
oleh tiap-tiap aktvitas.
- Aktivitas
SDM
(human
resources
management),
penyeleksian,
promosi,
penempatan,
penilaian,
penghargaan
dan
pengembangan
karyawan
serta menjaga hubungan antar
karyawan.
- Aktivitas
infrastruktur
perusahaan
(firm
infrastructure),
pengelolaan
masalah
perencanaan,
keuangan, manajemen umum,
akuntansi,
hukum,
dan
hubungan dengan pemerintah.
Dalam menghadapi persaingan
usaha,
setiap
perusahaan
di
Indonesia sudah harus mengubah
strategi bisnis, Implikasinya, yaitu
melakukan hal-hal yang berbeda dan
lebih baik daripada pesaingnya.
Sudah saatnya usaha-usaha di
Indonesia tidak hanya memfokuskan
usahanya pada pencapaian target
biaya/pengeluaran
yang
rendah.
Tetapi
mulai
memberikan
nilai
tambah pada produk (barang atau
jasa) yang ditawarkannya kepada
para konsumen di pasar. Dalam
11

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

memberikan
nilai
tambah
inii,
perusahaan-perusahaan
tersebut
harus
memperhatikan
dan
memahami
kebutuhan
para
konsumennya secara mendalam,
sehingga mengetahui dengan pasti
kualitas dan kuantitas produk yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh
onsumen.
Dalam konteks klaster industri,
pada rantai nilai terdapat spesialisasi
usaha
yang
dibentuk
untuk
memberikan nilai tambah pada suatu
produk. Adanya spesialisasi ini
sangat
menguntungkan
bagi
perusahaan dan pengembangannya,
karena adanya fokus pada satu
bidang
kerja.
Sehingga
pengembangan pada tiap bagian
dalam aktivitas produksi dapat
dilakukan secara optimal. Untuk itu
antar unit usaha harus kooperatif
dalam
menciptakan
kapasitas
kolektif untuk meningkatkan daya
saing
perusahaan.
Karakteristik
perusahaan berdaya saing tinggi:
- Kemampuan merespon dengan
cepat perubahan-perubahan pada
lingkungan usahanya yang tidak
dapat
dihindari
dan
terus
bergerak.
- Kemampuan
merespon
kebutuhhan konsumen
- Kemampuan menjalankan proses/
aktivitas usaha
- Suatu budaya peningkatan yg
beranjut
(perlu
diingat
:
peningkatan
berlanjut
=
ketidakpuasan
berlanjut
=
ketidaknyamanan terus menerus)
- Kemampuan
kritikal
terhadap
perusahaan secara jujur dan
menjadikan kritik tersebut sebagai
dasar identifikasi masalah dan
analisis sebab akibat.

Klaster membutuhkan kerjasama


perusahaan penunjang ini agar
produksi dapat dikerjakan secara
optimal dan lebih fokus, disamping
untuk melakukan proses produksi
secara efektif dan efisien dalam hal
biaya dan waktu. Untuk memperkuat
rantai nialai atau value chain yang
dapat dilakukan, antara lain:
1. Membangun kapasitas industri
pendukung
untuk
menunjang
pengembangan
produksi
inti
klaster
2. Peningkatan kinerja tiap unit
usaha
pada
masing-masing
spesialisasi tahap produksi, antara
lain
dengan
cara
menyelenggarakan atau mengikuti
pelatihan
dan
melakukan
penelitian terhadap potensi pada
tiap sektor produksi
3. Membangun
dan
memperkuat
kepercayaan antar unit produksi
dan antara unit usaha inti dengan
unit usaha pendukung.
Keterkaitan Dalam Rantai Nilai :
a. Keterkaitan antar jaringan rantai
nilai :
b. Keterkaitan antar rantai nilai
dalam perusahaan
Integrasi Antar Rantai Nilai :
a. Kemungkinan
menggunakan
suatu resources yang sama
b. Mencari
perkuatan
secara
bersama
c. Aliansi strategis
d. Integrasi ini bisa diikuti oleh
konsolidasi finansial.
3. Analisis Rantai Nilai Klaster
Padi Organik Al-Barokah.
Pembahasan rantai nilai klaster
padi organik Al-Barokah ini, dimulai
dengan
tahapan-tahapan
proses
penanaman padi organik sampai
dengan tahapan pemasaran produk
padi itu sendiri sampai ke tangan
konsumen. Adapun tahapan dalam

Disamping
itu
dalam
mengoptimalkan fungsi rantai nilai,
klaster
menarik
perusahaanperusahaan dari luar yang sifatnya
mendukung
kegiatan
produksi
klaster,
salahsatunya
adalah
pemasok bahan baku atau material.
12

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Pembajakan ketiga dilakukan


agar tanah menjadi rata dan
pupuk menyatu dengan tanah.
Pemupukan
Pemupukan organik tahap awal
diberikan pada area persemaian
benih.
Pemupukan organik selanjutnya
pada area persawahan 4 (empat)
hari sebelum pembajakan kedua.
Volume pupuk organik pada area
persawahan antara 2-5 ton
setiap hektarnya.
Pemupukan organik berikutnya
setelah
penanaman
padi,
tepatnya
sehari
sebelum
penyiangan.
Penyemprotan
Penambahan pupuk organik cair
(kandungan P dan K tinggi) saat
fase generatif, 60 hari.
Penyemprotan pestisida organik
dilakukan
apabila
terjadi
serangan hama dan penyakit.
Pengairan
Pengairan awal dilakukan sesaat
sebelum
pencangkulan
pematang
sawah
dan
pembajakan pertama.
Pengairan
dilakukan
untuk
pelembutan tanah agar lembut
dan mudah dibajak.
Pengairan dihentikan pada saat
pemberian
pupuk
organik,
kondisi tanah dalam kondisi
macak.
Pengairan
diberikan
kembali
pada saat pembajakan ketiga, air
diusahakan tidak keluar.
Tanaman padi bukan tanaman
air, tetapi membutuhkan air yang
cukup.

rantai nilai ini terbagi menjadi tiga


tahap,
yaitu
input-proses-output
dimana lahan adalah faktor kunci
(input) dalam klaster padi organik AlBarokah
ini. Selanjutnya pada
tahapan proses terbagi menjadi tiga
proses yaitu; pengolahan lahan;
penanaman; perawatan; serta panen
dan pascapanen. Lebih jelasnya
penjelasan rantai nilai serta skema
rantai yang dapat di Klaster padi
organik Al-Barokah dapat dilihat di
bawah ini.

Pengolahan Lahan :
Pencangkulan
Pencangkulan
pematang
dilakukan untuk memperbaiki
batas tanah.
Pencangkulan selanjutnya untuk
membuat area persemaian benih
dengan kedalaman 30 cm.
Pencangkulan berikutnya untuk
meratakan
area
persawahan
sebelum penanaman.
Pembajakan
Pembajakan
sawah
secara
modern (traktor) atau tradisional
(sapi/kerbau).
Pada
pertanian
organik
pembajakan secara tradsional
memberikan hasil yang lebih
baik.
Pembajakan
pertama
untuk
pembalikan
tanah,
sekaligus
pemberantasan gulma.
Pembajakan
kedua
dilakukan
seminggu setelah pembajakan
pertama.
Pembajakan
kedua
dilakukan
untuk melembutkan tanah.
Pembajakan ketiga dilakukan 4
hari setelah pembajakan kedua.

Penanaman
Pemilihan Varietas
Varietas lokal, seperti: pandan
wangi, rojolele, menthik wangi,
ketan, beras merah.

13

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Pemilihan varietas lokal karena


alami
dan
untuk
mempertahankan
keanekaragaman hayati.
Pembenihan
Benih yang murni, kering, sehat,
bebas dari penyakit, dan bebas
dari biji rerumputan.
Benih yang mempunyai daya
kecambah mencapai 90 %,
kebutuhan benih 20-30 kg setiap
hektarnya.
Benih terpilih dikecambahkan
dahulu dengan direndam dalam
air bersih selama sekitar dua
hari.
Perendaman
benih
sekaligus
dilakukan
pemilahan,
benih
terpilih akan tenggelam.
Setelah direndam, benih diperam
sekitar
dua
hari
agar
berkecambah.
Benih
yang
berkecambah
disebarkan ke permukaan tanah
persemaian secara merata.
Benih di area persemaian sekitar
15-22 hari, untuk selanjutnya di
tanam di area persawahan.

Padi
yang
telah
dipotong,
dirontokkan
dengan
mesin
perontok.
Harga padi yang telah panen
dikendalikan
oleh
koperasi,
diatas HET GKS.
Pasca panen
Padi yang telah dipotong dan
dirontokkan,
kemudian
dikeringkan 2-3 hari.
Pengilingan padi menjadi beras
menggunakan mesin.
PEMASARAN BERAS ORGANIK
Pengemasan
beras
organik
menggunakan plastik (berat 5
kg) dan karung plastik (berat 20
dan 50 kg).
Penjualan
beras
organik
dilakukan melalui koperasi.
Harga
beras
dikendalikan
koperasi, diatas harga beras
anorganik.
Tabel 1
Biaya Produksi Padi Organik AlBarokah

Perawatan
Penyulaman
dilakukan
untuk
mengganti padi yang mati,
maksimal 2 minggu setelah
tanam.
Penyiangan
dilakukan
untuk
meminimalisir tanaman liar.
Penambahan pupuk organik cair
(kandungan P dan K tinggi) saat
fase generatif, 60 hari.
Penyemprotan pestisida organik
dilakukan
apabila
terjadi
serangan hama dan penyakit.

N
o.

Jenis
Kegiatan

1.

Sewa lahan

2.

Pencangkul
an
Tenaga
Pembibitan
Benih

Musi
m
Tana
m
Kali

Paket

Kg

Pembajaka
n
Pupuk
Kandang
Tenaga
tabur
pupuk
Penanaman

Kali

50
0
2

Kg

3.
4.
5.
6.
7.

Panen Dan Pasca Panen


Panen
Panen dilakukan pada saat yang
tepat, apabila butir padi telah
keras berisi.
Pemanenan dilakukan dengan
sabit.

8.
9.
10
.
11
.
12
.

14

Volume

Satua
n
(Rp.)
250.0
00

Jumla
h
(Rp.)
250.0
00

40.00
0
50.00
0
7.500

Kali

40.00
0

80.00
0
50.00
0
22.50
0
120.0
00
50.00
0
80.00
0

Paket

Penyulama
n
Penyiangan

Paket

Paket

Pengairan

Paket

Penyemprot
an

Kali

40.00
0
20.00
0
40.00
0
50.00
0
40.00
0

40.00
0
20.00
0
40.00
0
50.00
0
120.0
00

40.00
0
100

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

13
.

Pestisida
Organik

Liter

10.00
0

TOTAL

kualitas dan kuantitas produk yang


diinginkan dan dibutuhkan oleh
konsumen.

10.00
0
932.5
00

Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2011.

4. Stakeholder Yang Terlibat.

Asumsi-asumsi (lahan 1.000 m) :


1. Padi kering sawah 600 kg;
2. Padi kering jemur 500 kg;
3. Beras pecah giling 300 kg;
4. Beras siap kemas 250 kg
5. Menir 50 kg setara dengan biaya
tenaga pasca panen.
6. Bekatul 40 kg setara dengan
biaya transportasi giling
7. Biaya produksi setiap kg beras
siap kemas: Rp. 932.500,00/250
kg = Rp. 3.730,00

Dalam rantai nilai klaster padi


organik al-barokah tentunya terdapat
banyak aktor-aktor yang terlibat
dalam proses perkembangannya.
Berikut
ini
adalah
gambaran
komponen aktor-aktor yang terlibat
dalam klaster padi organik albarokah,
baik
secara
langsung
maupun tidak langsung terbagi
menjadi beberapa bagian proses :
1. Pasokan bibit, Pupuk dan Alat
dan mesin Pertanian :
Koperasi Serba Usaha.
Supllier pertanian lain
Pedagang/ pemasaran, dan
Peternak
2. Bantuan Modal :
Koperasi Serba Usaha Gardu
Tani Al-Barokah
Lembaga
Keuangan
Mikro
Agrobisnis
3. Penguatan Kapasitas Klaster :
Pemerintah
Kabupaten
Semarang;
Bappeda
Dinas Pertanian
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
4. Proses Pendampingan :
FDEP Kabupaten Semarang
Perguruan Tinggi
5. Penyokong Dukungan :
SPPQT
LSM
Asosiasi Pertanian Organik
6. Pemasaran Produk Klaster :
Koperasi
Toko
Pedagang
Swalayan
Konsumen
Paguyuban Petani Al-Barokah dalam
pengembangan klaster usahanya
telah
melaksankan
kebijakan
strategis, melalui RUBANI (Rapat

Tabel 2
Harga Produksi Beras Organik
N
o.
1.

Jenis
Biaya

Volum
e

Satu
an
(Rp.)
3.730

Jumla
h
(Rp.)
3.730

Beras
1 K
siap
g
kemas
2. Biaya
1 K
500
500
giling
g
beras
3. Biaya
1 K
400
400
kemas
g
Total
4.630
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2011.

Dalam menghadapi persaingan


usaha,
setiap
perusahaan
di
Indonesia sudah harus mengubah
strategi bisnis, Implikasinya, yaitu
melakukan hal-hal yang berbeda dan
lebih baik daripada pesaingnya.
Sudah saatnya usaha-usaha di
Indonesia tidak hanya memfokuskan
usahanya pada pencapaian target
biaya/pengeluaran
yang
rendah.
Tetapi
mulai
memberikan
nilai
tambah pada produk (barang atau
jasa) yang ditawarkannya kepada
para konsumen di pasar. Dalam
memberikan
nilai
tambah
ini,
perusahaan-perusahaan
tersebut
harus
memperhatikan
dan
memahami
kebutuhan
para
konsumennya secara mendalam,
sehingga mengetahui dengan pasti
15

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Umum Anggota Paguyuban Petani)


sebagai
bagian
dari
proses
perencanaan,
lebih
jelasnya
gambaran stakeholder yang terlibat
di klaster padi organik al-barokah
dapat dilihat pada gambar 6 berikut
ini.

16

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Gambar 5
Rantai Nilai Klaster Pertanian Padi Organik
Al-Barokah

Quality
Control

Tenaga Kerja dan


Alsintan

PENGOLAH
AN LAHAN
L
A
H
A
N

Pengairan
Pembenaha
n Pematang
Pembajakan

PENANAMA
N:
Pemilihan
Varietas
Pembeniha
n

PERAWATA
N:
Penyulaman
Pemberanta
san Hama
Penyakit

Pemupukan
Penyiangan

PANEN &
PASCA
PANEN
Pemotongan
padi
Perontokan padi
Pengeringan
padi
Penggilingan
padi
Pengepakan
Beras

PADI /
BERAS
ORGANIK
Pemasaran
Produk
Promosi
Koperasi

Pestisida
Organik

Keterangan :

Pupuk
Organik

Transpot

Ternak

Komponen Input
Garis Proses
Garis Output

Gambar 6
Stakeholder yang Terlibat Dalam Klaster
17
Pertanian
Organik Al-Barokah

Pedagang

Swalayan
Konsumen

Pengembangan Klaster Padi Organik Al-Barokah

Institusi
Pendamping :
FDEP Kab.
Semarang
Perguruan Tinggi

PemKab.
Semarang :
Bappeda
Dinas Pertanian
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Penguatan
Kapasitas
Klaster

Proses
Pendampingan

Produsen Primer
Bahan Baku :
Klaster Padi
KSU Koptan
Pasokan Bibit,
Organik
Supllier Pertanian
pupuk dan
(Al-Barokah)
Lain
Alsintan
Petani
Pedagang/
Kelompok Tani
Pemasaran
Petani Non Anggota
Peternak
(sapi)
Bantuan
Modal
Lembaga Keuangan :
KSU Gardu Tani AlBarokah
LK-MA (Mikro Agrobisnis)

18

Asosiasi
Nasional :
SPPQT
LSM
Asosiasi Petani
Organik
Penyokong
Dukungan

Pemasaran
produk Klaster

Koperasi
Toko
Pedagang
Swalayan

Konsumen

Paguyuban
Petani
Al-Barokah
dalam
pengembangan klaster usahanya telah
melaksankan kebijakan strategis, melalui
RUBANI (Rapat Umum Anggota Paguyuban
Petani)
sebagai
bagian
dari
proses
perencanaan.

D. POTENSI,

DAN

kerjasama untuk pemasaran dan


pengembangan teknologi.

Dari kondisi yang ada, terdapat


potensi dan kendala yang dihadapi Al
Barokah
dalam
mengembangkan
pertanian organik.
Potensi tersebut antara lain:
1 Kondisi fisik alam yang cocok
untuk pertanian.
Kecamatan Susukan memiliki
kondisi fisik yang mendukung
untuk pertanian khususnya padi.
Kondisi tersebut meliputi adanya
luas lahan pertanian, tanah yang
subur, iklim yang mendukung,
ketersediaan air cukup serta lokasi
yang berada di hulu sehingga
cocok
dikembangkan
untuk
pertanian organik karena tingkat
pencemaran
lingkungan
yang
masih rendah.

4 Kelembagaan
petani
mempermudah
akses
berbagi
informasi dan pengetahuan.
Kelembagaan
petani
yang
terorganisir dengan baik dalam
naungan
Al
Barokah
mempermudah
organik akses
berbagi
informasi
dan
pengetahuan.
Proses
tersebut
dilakukan melalui pertemuan rutin,
rapat dan pelatihan.

KENDALA

STRATEGI

2 Potensi pasar beras organik yang


sangat luas.
Dengan meningkatnya tren
gaya hidup sehat maka produk
pertanian organik banyak dicari
terlihat
dengan
meningkatnya
permintaan dari kota-kota besar
bahkan permintaan ekspor dari
Belanda. Namun daerah yang
mampu
memproduksi
belum
terlalu banyak sehingga suplay
yang
ada
belum
mampu
memenuhi demand yang terus
bertambah.
3 Pengurus dan tokoh konseptor
yang inovatif.
Beberapa tokoh dan pengurus
di Al Barokah memiliki jiwa
inovator yang tinggi. Terobosanterobosan baru banyak tercipta
dalam
hal
teknologi,
pengembangan SDM, penciptaan
usaha turunan hingga inovasi
dalam
penyebaran
informasi.
Selain itu beberapa tokoh aktif
dalam
memperluas
jaringan

5 Rasa sosial yang tinggi


Rasa sosial dimiliki masyarakat
di Desa Ketapang cukup tinggi
telah
mendasari
beberapa
aktivitas yang dikerjakan secara
sukarela.
misalnya
keaktifan
pengurus yang tanpa dibayar,
pendirian sekolah Alternatif yang
6 Niat melestarikan potensi dan
kearifan lokal
Benih yang dibudidayakan Al
Barokah adalah beih lokal yang
sudah ada sejak dahulu. Sedikitnya
ada 17 benih lokal yang berhasil
diidentifikasi untuk dikembangkan.
Inovasi
usaha
turunan
yang
dilakukan
juga
untuk
mengembangkan hasil pertanian
lokal seperti singkong dan menir.
Namun masyarakat mempunyai
preferensi
menyenai
alasan
mengapa
tidak
melakukan
pertanian
organik
diantaranya
adalah :
- Kurangnya persediaan pupuk,
alasannya
hasil
tidak
memuaskan
dan
susah
membawa pupuk ke sawah dan
kurangnya pupuk kandang.
- Kendala
serangan
hama,
kaarena umur padi lebih panjang
daripada padi anorganik kuatir
diserang tikus karena yang lain
panen sedangkan organik belum
panen, sedangkan umur panjang

dapat
dikompensasi
dengan
harga byang lebih tinggi.
- Keberadaan petani penggarap
yang tergantung kepada pemilik
lahan, jadi penggarap menurut
kepada pemilik lahan.
- Ingin
praktis
dalam
mendapatkan hasil yang baik,
sudah terbiasa dengan budaya
orde baru yang konsumerisme,
petani tidak mau repot. Tidak
mau repot membuat pestisida
organik sendiri, lebih suka yang
sudah instan.
- Terhentinya
pembinaan
menyebabkan
petani
yang
semula sudah organik kembali
lagi menjadi petani anorganik
Sedangkan faktor yang menjadi
kendala/penghambat berkembangnya
pertanian
organik
diantaranya
adalah:
1. Kurangnya dukungan pemerintah
desa dan dualisme kebijakan
pertanian
Pemerintah di tingkat desa
kurang
memberikan
dukungan
sejak awal perintisan pertanian
organik karena program Al Barokah
dianggap bertentangan dengan
program pemerintah. Tanggapan
baik baru datang ketika Al Barokah
mendapatkan penghargaan tingkat
nasional. Dukungan sempat datang
ketika kepala desa merupakan
orang yang perhatian terhadap
potensi pertanian organik di Al
Barokah.
Namun,
pergantian
kepemimpinan
kepala
desa
menyebabkan berkurangnya iklim
baik karena kepala desa yang baru
dianggap tidak memiliki perhatian
yang cukup.
Pemerintahan
di
tingkat
perumus
kebijakan
juga
memberikan pengaruh negatif .
Terdapat
dualisme
kebijakan,
dimana pada satu sisi pemerintah
sangat
mendukung
pertanian
organik dengan mencanangkan
program Go Organic 2010. Disisi

lain pemerintah tetap mendukung


berjalannya pertanian anorganik
dengan kebijakan-kebijakan yang
dihasilkan. Salah satu kebijakan
yang
secara
tak
langsung
menghambat
pengembangan
adalah kebijakan pengadaan dan
penyaluran
pupuk
bersubsidi
melalui kelompok tani. Kebijakan
tersebut menimbulkan reaksi yaitu
mulai
munculnya
gabungan
kelompok tani (gapoktan) versi
pemerintah pada tahun 2008 yang
lebih
condong
memfasilitasi
penyelenggarakan pertanian non
organik. Setelah itu ada beberapa
kelompok tani yang keluar dari
Paguyuban Petani Al Barokah dan
ikut ke gapoktan tersebut. Ada pula
petani anggota yang akhirnya lebih
aktif di kelompok tani versi
pemerintah.
2. Tanggapan kurang bersahabat dari
masyarakat sekitar
Tidak semua program dari Al
Barokah diterima dengan baik
masyarakat misalnya cemoohan
dari petani
di luar paguyuban
yang terkadang membuat petani
anggota
goyah
untuk
mulai
menerapkan prinsip organik. Selain
itu diawal perintisan pelopor sering
mendapatkan
ancaman
dari
masyarakat
setempat
yang
menjual pupuk buatan karena
dianggap membahayakan mata
pencaharian
mereka
sebagai
pedagang. Tanggapan negatif lain
hadir muncul mengomentari proses
belajar mengajar
di sekolah
alternatif yang dianggap mainmain. Padahal Sekolah Alternatif
memiliki metode induktif dalam
sistem pembelajaran dan tidak
menekankan pada perolehan nilai
akademis, namun bukan berarti
tidak serius dalam proses belajar
mengajarnya.
3. Lahan yang diolah petani kecil dan
berpencar dengan aksesibilitas
yang kurang baik.

Rata-rata lahan yang dimiliki


atau diolah petani tidak luas.
Lahan kecil tersebut terpencar di
berbagai tempat bukan dalam satu
hamparan.
Karena sempit dan
terpencar
tersebut
berarti
pengelolaan lahan harus mengikuti
dengan mayoritas tetangga sekitar
lahan.
Aksesibilitas lahan juga
kurang baik, jauh dari jalan yang
bisa dilewati sarana pengangkut
sehingga menghambat distribusi
pupuk ke sawah
4. Status buruh tani yang terkait
dengan kondisi ekonomi dan
kepemilikan lahan
Sebagian
besar
anggota
merupakan buruh tani sehingga
berpengaruh
pada
kondisi
keterbatasan
ekonomi
yang
menghambat
petani
dalam
mengusahakan
pupuk.
Mereka
kurang mampu untuk membeli
ternak. Status kepemilikan tanah
pertanian yang tidak dimiliki buruh
tani membuat posisi tawar yang
sepadan dengan Si pemilik lahan.
5. Etos kerja petani yang buruk
Petani cenderung memiliki
rasa malas dan tidak sabar dalam
menyikapi proses berorganik yang
hakikatnya memakan waktu lama
dan tenaga yang lebih. Perlu
banyak tenaga dan waktu untuk
mengolah pupuk atau mengikuti
standar pertanian organik.
6. Lunturnya kepercayaan
antara
anggota dengan pengurus
Muncul
ketidakpercayaan
anggota terhadap Al Barokah
mengenai tranparansi pemberian
bantuan seiring dengan semakin
besarnya nama Al Barokah dan
semakin banyaknya penghargaan
yang
diberikan
kepadanya.
Anggota menganggap keuntungan
hanya di nikmati pihak tertentu
yang berada di kepengurusan
pusat paguyuban.

7. Petani
sekitar
belum
bertani
secara organik
Kondisi
lingkungan
orang
sekitar atau tetangga yang tidak
memiliki kesamaan aktivitas dalam
bertani yaitu belum melakukan
pertanian organik. Karena kegiatan
bertani lebih baik jika dilakukan
secara serentak di tiap tahapnya
untuk mengurangi resiko gagal
panen.
Analisis dalam menentukan
Strategi
sampai program kegiatan
untuk kegiatan pertanian organik Albarokah menggunakan perencanaan
strategis dengan alat analisis SWOT.
Analisis SWOT (strength, weakness,
opportunity, threat).
Strenght :
1. Kondisi tanah cocok untuk
pertanian padi
2. Tokoh dan pengurus inovatif dan
berjiwa sosial
3. Ada lembaga yang dapat
mengases informasi dari luar
4. Niat melestarikan kearifan lokal
Weakness
1. Tanggapan kurang bersahabat
dari masyarakat sekitar
2. Lahan penggarap sempit, lokasi
terpencar, sulit dijangkau
3. Ketergantunganpada pemilik
lahan
4. Etos kerja rendah dan ingin
praktis
5. Kepercayaan pada pengurus
luntur
Opportunity
1. Permintaan pasar cukup besar
2. Peluang peningkatan
kesejahteraan masyarakat
petani
3. Usaha ikutan dapat berkembang
Threat
1. Kurang dukungan dari
pemerintah desa dan kurangnya
pembinaan

2. Kelangkaan pupuk organik


3. Persepsi terhadap serangan
hama
Strategi SO (Strenght-opportunity)
adalah strategi mencapai tujuan
dari pemecahan masalah dengan
menggunakan kekuatan dari dalam
(internal) untuk meraih peluang
yang ada atau peluang yang
mungkin dapat diraih.
Strategi
WO
(Weaknessopportunity)
adalah
strategi
pencapaian
tujuan
dengan
memperbaiki
kelemahan
dari
dalam (internal) untuk mencapai
peluang yang ada dan mungkin
dapat dicapai.
Strategi
ST
(Strenght-Threat)
adalah strategi yang menggunakan
kekuatan dari dalam (internal)
untuk mengatasi atau menghadapi
ancaman dari luar (eksternal).
Strategi
WT
(Weakness-Threat)
adalah merupakan strategi yang
diterapkan dengan memperbaiki
kelemahan dari dalam (internal)
untuk menghadapi ancaman dari
luar (eksternal).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.

Tabel 3
Analisis S W O T (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Rencana Strategis Program Kegiatan Pertanian Organik Al-barokah
STRENGTHS (S)
Faktor Internal

THREATS (T)

OPPORTUNITIES (O)

Faktor Eksternal

Permintaan
pasar cukup
besar
Peluang
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
petani
Usaha ikutan
dapat
berkembang

O1

O2

WEAKNESSES (W)

Kondi
si
tanah
cocok
untuk
perta
nian
padi

Tokoh
dan
pengur
us
inovatif
dan
berjiwa
sosial

Ada
lembaga
yang
dapat
mengas
es
informas
i dari
luar

Niat
melest
arikan
kearifa
n lokal

Tangga
pan
kurang
bersah
abat
dari
masyar
akat
sekitar

S1

S2

S3

S4

W1

Lahan
Ketergan
penggarap tunganpa
sempit,
da
lokasi
pemilik
terpencar,
lahan
sulit
dijangkau

W2

W3

Etos
kerja
rendah
dan
ingin
praktis

Keperc
ayaan
pada
pengur
us
luntur

W4

W5

Strategi SO
Memperluas areal tanam padi organik
dan mengintensifkan penanaman padi
organik (S1, S4, O1, O2)
Mengembangkan peluang usaha
sebagai dampak dari penanaman padi
secara organik (S2, S3, O3)

Strategi WO
Meningkatkan sosialisasi bertani organik (W1, W4, O2)
Meningkatkan kesadaran akan lingkungan dan
membina kegiatan ikutan bertani organik(W4, O3)

Strategi ST

Strategi WT

Meningkatkan dukungan dari


pemerintah (S1, S4, T1)
Mengembangkan ternak sebagai
sumber pupuk organik (S2, S3, T2)
Mengembangkan obat-obatan

Meningkatkan penyuluhan tentang pertanian organik


(W1, W4, T1 )
Meningkatan pelatihan pembuatan pupuk organik dan
obat hama organik (W4, T2, T3)

O3

Kurang
dukungan dari
pemerintah
desa dan
kurangnya
pembinaan

T1

Kelangkaan

T2

STRENGTHS (S)
Faktor
Internal
pupuk
organik

tanaman secara organik (S4, T3)

Persepsi
terhadap
T3
serangan
hama
Faktor
Eksternal
Sumber : Hasil
Analisis Kelompok, 2011.

WEAKNESSES (W)

Merumuskan
Strategi
Untuk
Mengelola Isu-Isu.
Strategi didefinisikan sebagai
pola tujuan, kebijakan, program,
tindakan, keputusan, atau alokasi
sumber daya yang menegaskan
bagaimana organisasi, apa yang
dikerjakan
organisasi,
mengapa
organisasi harus melakukan hal
tersebut. Setelah pada pembahasan
di atas teridentifikasi isu-isu strategis
yang di hadapi, maka selanjutnya
untuk melihat kestrategisannya isuisu
tersebut
akan
diurutkan
berdasarkan urutan prioritas, logis,
atau
urutan
temporal
sebagai
pendahuluan bagi pengembangan
strategi dalam langkah berikutnya.
Untuk itu dipergunakan alat yang
akan dipergunakan adalah tes litmus,
yaitu
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk setiap
isu. Tes Litmus ini terdiri dari 9
pertanyaan, dan pertanyaan ke-4
terbagi menjadi 4 bagian, sehingga
secara keseluruhan terdapat 13
pertanyaan
untuk
setiap
isu.
Kemudian
setiap
jawaban
dari
pertanyaan diberi skor 1-3, skor 1
memiliki arti bahwa isu tersebut lebih
bersifat operasional, skor 3 memiliki
arti bahwa isu tersebut bersifat
strategis, sedangkan skor 2 berarti
bahwa isu tersebut terletak diantara
operasional dan strategis.
Lebih jelasnya rekapitulasi hasil
tes Litmus terkait dengan isu
strategis pengembangan ekonomi
lokal klaster padi organik Al-Barokah
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Adapun tabel-tabel pertanyaan tes
Litmus terkait dengan klaster padi
organik al-barokah dijelaskan pada
bagian lampiran.

Tabel 4
Hasil Tes Litmus Untuk Isu-Isu
Strategis Pengembangan
Pertanian Padi Organik
Al-Barokah
Skor
Tiap
Pert.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah

No. isu Strategis


1

1
3
1
3
1
3
3
3
2
3
1
2
1
27

2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
1
1
1
17

3
3
1
3
1
1
1
3
1
3
1
2
2
25

3
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
2
2
34

1
3
2
1
1
1
3
3
2
3
3
2
3
28

2
2
1
3
1
1
3
3
1
2
1
2
2
23

1
2
2
1
1
1
3
3
1
1
2
2
2
22

1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
2
1
18

1
2
2
1
1
1
3
3
2
2
2
2
2
24

Sumber : data diolah

Tabel di atas menunjukkan


bahwa diperoleh 5 (lima) isu strategis
yang diprioritaskan untuk segera
ditangani, yaitu isu yang memiliki
skor paling tinggi untuk semua
dimensi, yaitu :
Nomor 4 : Kurangnya kesadaran
akan lingkungan dan membina
kegiatan ikutan bertani organik.
Nomor 5 : Kurangnya dukungan
dari pemerintah.
Nomor 1 : Kurang luasnya areal
tanam
padi
organik
dan
mengintensifkan penanaman padi
organik.
Berdasarkan skala prioritas isu
strategis dengan analisis SWOT yang
diuji dengan uji litmus didapatkan
tiga skala prioritas isu berdasarkan
kepentingannya, yaitu :

1. Rendahnya
kesadaran
akan
lingkungan dan membina kegiatan
ikutan bertani organik
2. Kurangnya
dukungan
dari
pemerintah terhadap pertanian
organik
3. Kurangnya
areal
tanam
padi
organik
dan
mengintensifkan
penanaman padi organik
Sehingga kebijakan yang diambil
meliputi :
1. Kebijakan peningkatan kesadaran
akan lingkungan dan membina
kegiatan ikutan bertani organik
dengan strategi :
Penyuluhan tentang lingkungan
hidup
Pelatihan bertani organik
Pelatihan
pembuatan
pupuk
organik, obat hama secara
organik
Pengembangan
ternak
yang
dapat dimanfaatkan kotorannya
sebagai pupuk
2. Kebijakan memberikan dukungan
dari pemerintah kepada pertanian
organik dengan strategi
Menciptakan
iklim
bertani
organik melalui pengurangan
pupuk
anorganik
dan
menggantinya dengan pupuk
organik.
Membentuk
kelompok
tani
organik dan membantu promosi
Menjaga
harga
padi
hasil
pertanian organik
3. Kebijakan perluasan areal tanam
padi organik dan mengintensifkan
penanaman padi organik dengan
strategi :
Penyuluhan pertanian organik
dan promosi.
Bantuan peralatan pertanian
organik
KESIMPULAN :

Pertanian organik memberikan


nilai tambah dan menumbuhkan
kegiatan ekonomi sampingan bagi
masyarakat sekitarnya sebagai

pendukung
kegiatan
utama
pertanian organik.
Pertanian
organik
dapat
membangkitkan kegiatan usaha
pupuk, ternak, obat hama organik
yang dapat diproduksi secara
lokal yang berbeda dengan pupuk
anorganik yang hanya dibuat oleh
pabrik besar.
Keadaan
lingkungan
dapat
terpelihara dengan baik dengan
adanya penggunaan bahan-bahan
organik, keanekaragaman hayati
setempat dapat terjaga.
Dukungan pemerintah dibutuhkan
dalam
mempromosikan
dan
mengembangkan
pertanian
organik terutama dalam menarik
investor
melalui
program
kemitraan antara privat dengan
masyarakat petani.
Pemerintah punya peranan dalam
membudayakan konsumsi beras
organik.

DAFTAR PUSTAKA
Andoko, Agus. 2002. Budi Daya Padi
secara Organik. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Dendi,
Astia,
dkk.
2004.
Menanggulangi
Kemiskinan
melalui
Pengembangan
Ekonomi
Lokal-Beberapa
Pelajaran dari Nusa Tenggara.
Kantor PROMIS-NT Mataram.
Djojosuwito, S. 2000. Azolla Pertanian
Organik dan Multiguna. Jakarta:
Kanisius.
Prakoso, Hendra Yudho, 2008 Rantai
nilai Dalam Aktivitas Produksi
Kluster Genteng Kab. Grobokan
Jawa Tengah
Sani, Endiena Bulan Mutiara, 2010.
Faktor-faktor
Penentu
Keberhasilan
Inovasi
Pengembangan
Pertanian
Organik Di KecamatanSusukan
Kab. Semarang.
-----------,
Panduan
Revitalisasi
Pengembangan Ekonomi Lokal

-----------, Pola Tani Alami Terpadu.


2004. Yogyakarta: Sampurna
Agro.
http://ukmsentral.com

Point slide
Halaman Judul
Peran Pertanian organik dalam Ek
Lokal
Gambaran Umum
Rantai nilai
Stake holder
Added value pertanian organik
Heksagonal
Potensi
Masalah yang dihadapi
Kebijakan, strategi
Kesimpulan
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai