A.
PENDAHULUAN
meningkatnya
jumlah
penduduk
miskin
dan
pengangguran
di
pedesaan,
dan
8)
terjadinya
kesenjangan sosial di masyarakat.
Pembangunan
di
Indonesia
yang pada masa lampau lebih
menekankan
pada
pertumbuhan
ekonomi,
telah
menimbulkan
dampak negatif terhadap kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan.
Untuk
menjaga
keberlanjutan
pembangunan di masa mendatang,
diperlukan reorientasi paradigma
pembangunan dari segi strategi
maupun kebijakan, terutama bidang
pertanian. Paradigma pembangunan
pertanian
berkelanjutan
dapat
menjadi solusi alternatif dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan
rakyat
tanpa
mengabaikan
kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan.
Pembangunan
berkelanjutan akan makin optimal
jika disinergikan dengan komitmen
untuk membangun kemitraan di
antara pelaku agribisnis.
Masalah
tersebut
muncul
karena pembangunan selama ini
cenderung biasa pada pemacuan
pertumbuhan produksi disertai peran
pemerintah dan swasta yang sangat
dominan. Masyarakat petani hanya
berperan sebagai obyek, bukan
sebagai
subyek
pembangunan.
Bidang pertanian juga tidak lagi
ditempatkan
sebagai
fondasi
ekonomi nasional, tetapi sebagai
penyangga untuk menyukseskan
industrialisasi
sebagai
lokomotif
pertumbuhan
ekonomi.
Sebagai
penyangga,
bidang
pertanian
berperan
untuk
mendongkrak
produksi
pangan
dalam
negeri
secara cepat dan tidak berisiko
secara politik.
Di
Indonesia
banyak
tantangan yang dihadapi dalam
produksi beras dan ini ditunjukan
dari status Indonesia sebelumnya
yaitu sebagai negara pengimpor
beras untuk jangka waktu yang
cukup lama. Salah satu hambatan
utama dalam budidaya padi di
Indonesia antara lain adalah masalah
pengairan
selain
hambatanhambatan lainnya. Sudah banyak
cara dan metode yang diperkenalkan
kepada petani untuk meningkatkan
hasil
produksinya.
Semakin
meningkatnya
permasalahan
lingkungan hidup dan rusaknya
keseimbangan
alam
mendorong
semakin digalakkannya pertanian
organik termasuk pertanian padi
dengan pola kemitraan.
mereka
berusaha
mengaitkan
tentang pertanian organik. Pertanian
organik menurut Djojosuwito (2000)
adalah segala usaha penggunaan
pupuk kimia seminimal mungkin
digabungkan dengan pupuk dan
pestisida organik yang terbuat dari
bahan-bahan
alami,
sehingga
mampu menghasilkan pangan dan
serat yang cukup berkualitas dan
usahatani
berkelanjutan.
Sistem
usahatani
padi
organik
akan
menghasilkan produk beras residu
kimia dan berkualitas lebih baik,
sehingga mempunyai pasar tinggi
dan
harga
jual
lebih
mahal
dibandingkan produk pertanian padi
anorganik.
Sedangkan
Marshall
(1919)
mendefinisikan suatu sentra industri
(industrial district) sebagai kluster
produksi
yang
berdekatan.
Menurutnya
terdapat
3
jenis
penghematan
eksternal
yg
memunculkan sentra industri, yaitu:
(1) terkonsetrasinya tenaga terampil;
(2) berdekatannya para pemasok
spesialis; dan (3) berkembangnya
pengetahuan produksi & organisasi.
Karakteristik klaster sekurangkurangnya dapat dilihat dari 3 aspek,
yaitu; (1) yang langsung bisa diamati
antara lain, kedekatan dalam ruang,
kepadatan
kegiatan
ekonomi,
keberadaan sejumlah usaha dalam
kegiatan yang sama, serupa, atau
kegiatan
yang
melengkapi
(subsidiary); (2) karakteristik daasar
umum antara lain, keterkaitan antarusaha di antara perusahaan sebagai
hasil
dari
adanya
subkontrak
(vertikal), keterkaitan antar-usaha di
antara perusahaan sebagai bentuk
dari adanya kerjasama (horisontal),
adanya spesialisasi dalam tingkatan
tertentu; dan (3)
karaketristik
menurut kaidah teoritis antara lain,
sejaran sosial yang bertautan, proses
belajar
yang
mutualistik/kolektif,
jejaring sosial yang melekat pada
proses transaksi, eksternalitas dari
keterkaitan dan jaringan, peran
kelembagaan
lokal/
tradisional,
peran
pemerintah
lokal,
latar
belakang budaya yang serupa/sama,
adanya lingkungan kelembagaan
yang mendukung, lingkungan yang
baik
untuk
membangun
kepercayaan, atmosfer kepercayaan
dan kurangnya sikap oportunistik,
tingkatan penguasaan teknis yang
sama, adanya proses imitasi produk,
keberadaan
tenaga
kerja
yang
merata, kompetensi teknis yang
merata dan bisa dibagi.
B. TEORI
KLASTER
DAN
GAMBARAN
UMUM
KLASTER AL-BAROKAH
1. Kajian Teori Tentang Klaster
Mengacu pada Porter (1998),
Klaster adalah konsentrasi dari
kegiatan ekonomi yang saling terkait
dan lembaga penunjangnya, untuk
jenis kegiatan ekonomi yang saling
berkaitan, sebagai strategi untuk
meningkatkan
daya-saing.
Gambar 1
Model Generik Klaster Industri
Dari
gambar
diatas
dapat
dijelaskan bahwa kelompok yang
bergerak di bidang industri pertanian
yang berlokasi di Desa Ketapang,
Kabupaten Semarang (Paguyuban Al
Barokah) merupakan salah satu
model klaster pertanian. Hal ini
terlihat dari proses/siklus produksi
pertanian yang melibatkan beberapa
proses
kegiatan
yang
saling
berhubungan dalam suatu klaster.
Paguyuban
ini
kemudian
berusaha menyebarkan pengetahuan
dan keterampilan pertanian organik
keseluruh petani anggota maupun
petani
diluar
anggota
dengan
harapan agar muncul kesadaran
terhadap usaha-usaha peningkatan
kualitas lingkungan dan kesehatan
manusia sekaligus kesejahteraan
ekonomi bersama melalui konsep
kedaulatan pangan.
serta
jasa
pengemasan.
penyelipan
dan
Gambar 2
Gambaran Lokasi Wilayah Studi
Terdapat kelembagaan/organisasi
petani baik didalam maupun di luar
paguyuban yang berkaitan dengan
pengembangan Al Barokah, antara
lain:
1) Kelompok Tani
2) Koperasi Serba Usaha (KSU)
Gardu Tani:
Menyediakan
kebutuhan
anggota untuk berwirausaha
(petani/home industry)
Upaya pemupukan modal usaha
anggota
koperasi
melalui
pinjaman kepada koperasi dan
atau lembaga lain
Upaya
menampung
hasil
pertanian/ usaha anggota yang
dipasarkan melalui koperasi
Gardu Tani Al-Barokah
Mengupayakan
informasi
peluang
pasar
untuk
memasarkan
hasil
produksi
anggota
Selanjutnya
paguyuban
ini
berusaha
meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial
beberapa
anggotanya
sekaligus
mampu meraih beberapa prestasi
tingkat regional dan Nasional. Dalam
perkembangannya
tidak
hanya
menitikberatkan inti usahanya pada
produksi
beras
organik
untuk
melayani permintaan yang terus
meningkat dari pasar beras organik,
namun adapula spesifikasi usaha
produksi beras organik ini dalam
perkembangan
selanjutnya
mendorong
adanya
perbaikan
kualitas
produk
maupun
pengembangan produk-produk dan
aktivitas
turunan
(derivative
products), seperti pupuk organik,
produksi biogas, makanan olahan,
penjualan bibit, penggemukan sapi,
29
4
Menjalin
kemitraan
dengan
pihak ketiga, promosi, temu
usaha, lelang expo agribisnis
(pameran-pameran dsb)
3) SPPQT
4) Forum Rembug Klaster
memiliki kesamaan
organisasi;
BDS
Drs. Mustofa
KETUA
Muslih M
SEKRETARIS
Ihkwani
Nur Aziz
Mustofa / Arif R
Advokasi Kebijakan
Pertanian ( IOF)
Royani / Fathurrohman
Ahmadi
Pemberdayaan Pemuda
dan Perempuan
M. Toat / Rondhiyah
Gardu Tani
Fahrudin / Salamah
dalam
yang
BENDAHARA
RUBANI
misi
Basirun M
Dalam
menjalankan
sistem
organisasinya,
setiap
tahunnya
pengurus dan anggota Paguyuban AlBarokah mengadakan RUBANI atau
Rapat
Umum
Anggota
Petani.
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
menyusun
program
tahunan
organisasi. Pengurus terdiri dari
Dewan Pleno Paguyuban dan Ketua
Pelaksana Paguyuban (Eksekutif)
dipilih secara langsung melalui
Pemilu dengan masa jabatan tiga
tahun dan dapat dipilih kembali
untuk dua kali masa jabatan.
visi
RUBANI
Mengesahkan
Tata
Tertib
Musyawarah Umum Anggota
Paguyuban.
Menetapkan atau mengesahkan
penerimaan atau penolakan
atas
laporan
pertanggung
jawaban
Ketua
Pelaksana
Paguyuban.
Mengesahkan
penerimaan
/
pemberhentian
anggota
Paguyuban.
Menetapkan
Amandemen
Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Paguyuban.
Menetapkan
Program
Kerja
Paguyuban.
Menetapkan
keputusankeputusan strategis yang sesuai
visi dan misi Paguyuban.
Menetapkan pengangkatan dan
pemberhentian
Pengurus
Dewan Pleno Paguyuban.
Menetapkan
pemberhentian
Ketua
Dewan
Pelaksana
Paguyuban.
Mengesahkan
Rencana
Anggaran Paguyuban.
Dewan
Pelaksana
(DPP) / Ketua;
Paguyuban
BDS;
Memfasilitasi jejaring antara AlBarokah
terhadap
berbagai
institusi
eksternal,
meliputi
dunia pendidikan, pengusaha
dan individu
Sekretaris;
Mencatat
hasil-hasil
yang
diperoleh dari kegiatan Rapat
Umum
Melakukan
kegiatan
pengarsipan
terhadap
6
Menjalin
kemitraan
dengan
pihak ketiga, promosi, temu
usaha, lelang espo agribisnis,
dan pameran-pameran
Menampung
hasil
pertanian/usaha anggota yang
dipasarkan melalui koperasi
Mengupayakan
informasi
peluang
pasar
untuk
memasarkan
hasil
produksi
anggota.
C. HEKSAGONAL
PENGEMBANGAN EKONOMI
LOKAL DAN RANTAI NILAI
DALAM
KLASTER
AL
BAROKAH
Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL) merupakan proses kemitraan
antara pemerintah daerah dengan
para stakeholders termasuk sektor
swasta
secara
kolektif
untuk
meningkatkan kualitas kehidupan
(quality of life) dengan menciptakan
kondisi yang lebih bbaik dalam
rangka
pertumbuhan
ekonomi,
memperbaiki ketenagakerjaan dan
membantu pemerintah daerah dalam
menyediakan pelayanan yang lebih
baik bagi warganya.
Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL)
dimaksudkan
untuk
menggambarkan
proses
saat
pemerintah
daerah
maupun
masyarakat mengorganisasi aktifitas
bisnis maupun lapangan kerja untuk
tujuan
bersama.
Pendekatan
strategis
untuk
mengatasi
permasalahan industri kecil dan
menengah
adalah
melakukan
kerjasama antar semua pelaku.
Kerjasama tersebut untuk mencapai
skala ekonomis, saling berbagi
pengetahuan untuk meningkatkan
kualitas produk dan memperbaiki
posisi
kompetisinya
dan
pada
akhirnya akan menghasilkan produk
unggulan
yang
berbasis
pada
ekonomi lokal.
Ciri utama PEL titik beratnya
pada
kebijakan
pengembangan
dan
Melakukan
kegiatan
pengorganisasian
pemuda
wirausaha dalam meningkatkan
ekonomi anggota
Memberi
pendidikan
terkait
pemuda
wirausaha
dalam
meningkatkan ekonomi anggota
Melakukan
kegiatan
usaha
simpan
pinjam
anggota
kelompok untuk memperkuat
peran pemuda dan perempuan
Seksi Ekonomi dan Kesejahteraan
/ Gardu Tani;
Melakukan kegiatan ekonomi
kerakyatan
dalam
bentuk
koperasi (KSU Gardu Tani Al
Barokah) dan LKM Agribisnis
Menyediakan
kebutuhan
anggota untuk berwirausaha
(petani/home industry)
Mengusahakan
pengumpulan
modal usaha anggota koperasi
melalui
pinjaman
kepada
koperasi dan atau lembaga lain
potensi
lokal
(endogenous
development)
dengan
mendayagunakan potensi sumber
daya lokal, institusional dan potensi
fisik
setempat.
Pembangunan
ekonomi lokal bersifat processoriented
dengan
mendorong
pembentukan
lembaga-lembaga
baru,
pengembangan
industri
alternatif, pengingkatan kapasitas
tenaga kerja, identifikasi pasar baru,
transfer teknologi dan memelihara
atau
mengembangkan
unit-unit
usaha.
kompleksitas
pengembangan
ekonomi
lokal
serta
mempertimbangkan trade off dan
kemungkinan konflik yang ada dalam
pengembangan ekonomi lokal.
Heksagonal
pengembangan
ekonomi lokal di Klaster Beras
Organik Al Barokah terdiri dari unsurunsur dibawah ini yaitu:
1. Kelompok sasaran pengembangan
ekonomi lokal.
Kelompok sasaran pengembangan
ekonomi lokal adalah investor luar,
pelaku usaha lokal, dan pelaku
usaha baru. Kelompok sasaran
yang
terlibat
dalam
pengembangan klaster pertanian
organik Al Barokah hanya pelaku
usaha lokal yaitu para penyedia
bibit,
penyedia
pupuk
yang
umumnya dihasilkan dan dikelola
oleh petani/masyarakat setempat.
Investor luar belum terlibat hal ini
disebabkan
karena
kurangnya
informasi prospek bisnis yang
mendukung keberadaan klaster ini
sehingga para investor belum ada
yang tertarik terhadap kegiatan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan
mandiri
dari
masyarakat
setempat. Dari segi permodalan
menurut informasi dari pengurus
klaster dikatakan bahwa klaster
pertanian organik Al Barokah tidak
mendapatkan bantuan dana dari
pihak pemerintah. Al-Barokah ini
telah berbadan hukum dan telah
diakui oleh pemerintah daerah
setempat
dengan
adanya
pemberian izin usaha dengan
demikian Klaster Al Barokah ini
telah memiliki kekuatan hukum
dan
peluang
untuk
semakin
berkembang dimasa yang akan
datang.
Namunpun
demikian
Klaster
ini
tetap
perlu
disosialisasikan ke dunia luar
melalui media massa dan melalui
kegiatan
interaktif
misalnya
melalui
temu
usaha
atau
pameran. Dan saat ini Klaster Al
Barokah telah berupaya untuk
mempromosikan hasil produksinya
1. Heksagonal
Pengembangan
Ekonomi Lokal
Konsep yang sebagian besar
menjadi
dasar
pengembangan
ekonomi lokal adalah konsep Jorg
Meyer
Stamer
(2004)
konsep
Hexagonal pengembangan ekonomi
lokal. Heksagonal pengembangan
ekonomi
lokal
merupakan
alat
analisis yang dapat digunakan untuk
menggambarkan
dan
mengukur
kondisi
pengembangan
ekonomi
lokal
di
suatu
wilayah,
yang
kemudian
dilakukan
analisis
terhadap
komponen
heksagonal
pengembangan ekonomi lokal yang
berperan sebagai faktor pengungkit
(leverage factor), yaitu faktor yang
berpengaruh
besar
terhadap
pengembangan ekonomi lokal dan
selanjutnya
disusun
strategi
pengembangan ekonomi lokal.
Diketahui ada 6 unsur yang
merupakan
komponen
pengembangan ekonomi lokal yang
secara
keseluruhan
membentuk
heksagonal yang berfungsi untuk
mengorganisasikan konsep utama
dan
instrumen
pengembangan
ekonomi lokal. Dalam hal ini
heksagonal dapat membantu praktisi
dan stakeholder untuk memahami
8
ekonomi
masyarakat/anggota
klaster dapat menjadi lebih baik.
2. Faktor lokasi
Faktor lokasi adalah faktor yang
menggambarkan daya tarik dari
sebuah
lokasi
bagi
penyelenggaraan kegiatan usaha
yaitu
faktor
lokasi
terukur
(tangiable factor), faktor lokasi
tidak terukur (intangible factor)
bagi pelaku usaha dan faktor
lokasi tidak terukur (intangible
factor) individual.
Faktor
lokasi
terukur
merupakan penyediaan fasilitas
infrastruktur yang mempermudah
akses
dan
kegiatan
proses
produksi sehingga hasil produksi
dapat lebih optimal. Mengingat
lokasi lahan pertanian klaster Al
Barokah yang menyebar sehingga
membutuhkan sarana transportasi
untuk mengangkut pupuk serta
hasil pertanian dari lahan ke
tempat
penggilingan,
pengumpulan dan untuk distribusi
pemasaran. Dalam peningkatan
produktifitas
hasil
pertanian
dibutuhkan pula tenaga kerja yang
terampil dalam bidang pertanian
organik. Dalam hal ini Klaster Al
Barokah memiliki kader/tenaga
profesional yang telah terlatih dan
kemudian kembali mentransfer
ilmu kepada para petani dengan
tujuan agar para petani memiliki
keterampilan dalam bertani secara
organik.
Faktor lokasi tak terukur untuk
klaster dapat dilihat dari adanya
peluang
kerjasama
dalam
menunjang
kegiatan
klaster
pertanian organik ini. Dengan
adanya pertanian organik Al
Barokah telah mampu mendorong
munculnya
usaha-usaha
lain
seperti usaha pupuk organik,
usaha peternakan, industri plastik
untuk pengepakan. Bahkan telah
menjadi
pendorong
berkembangnya
koperasi
di
daerah Susukan sehingga kondisi
organik
ini
adalah
tetap
mempertahankan kearifan lokal
sehingga
dapat
mengurangi
permasalahan lingkungan.
5. Tata kepemerintahan
Tata
kepemerintahan
adalah
merupakan
hubungan
antara
pelaku usaha dan masyarakat
dibangun atas berlangsungnya
reformasi
sektor
publik
dan
pengembangan organisasi pelaku
usaha.
Dalam hal ini Pemerintah daerah
berperan dalam penyediaan irigasi
untuk mengairi persawahan milik
petani.
Untuk
promosi
dan
perdagangan
hasil
produksi
pertanian organik para petani
bermitra dengan koperasi dengan
tujuan keseragaman harga dan
para petani dapat terhindar dari
permainan
harga.
Dengan
demikian para petanipun diikat
untuk
tetap
mempertahankan
kualitas produk.
Gambar 4
Heksagonal Pengembangan
Ekonomi Lokal
6. Proses manajemen,
Proses Manajemen terdiri dari
aspek
Diagnosa
secara
partisipatif,
Perencanaan
dan
implementasi secara partisipatif,
Monitoring dan evaluasi secara
partisipatif.
Dalam kegiatan pertanian organik
ini melibatkan para stakeholder
dengan fungsi dan perannya
masing-masing untuk peningkatan
klaster ini.
Selain itu Para anggota klaster Al
Barokah secara rutin mengadakan
pertemuan dengan maksud untuk
memecahkan
masalah
yang
kemungkinan
muncul
dalam
kelompok
mereka
disamping
untuk mengevaluasi hasil yang
telah dicapai.
dihasilkan
yang
dapat
dilakukan
melalui
iklan,
promosi, pemilihan distributor,
dan penentuan harga.
- Aktivitas
jasa
(service),
meliputi
aktivitas
pemeliharaan
dan
mempertinggi
nilai
produk
setelah masa penjualan.
b) Aktivitas Sekunder
- Aktivitas
pembelian
(procurement),
krgiatan
pembelian bahan baku dan
peraltan pendukung termasuk
aset perusahaan.
- Aktivitas
pengembangan
teknologi
(technlogy
development),
dilakukan
melalui penyediaan kebutuhan
akan teknologi, prosedur dan
teknik terbaru yang diperlukan
oleh tiap-tiap aktvitas.
- Aktivitas
SDM
(human
resources
management),
penyeleksian,
promosi,
penempatan,
penilaian,
penghargaan
dan
pengembangan
karyawan
serta menjaga hubungan antar
karyawan.
- Aktivitas
infrastruktur
perusahaan
(firm
infrastructure),
pengelolaan
masalah
perencanaan,
keuangan, manajemen umum,
akuntansi,
hukum,
dan
hubungan dengan pemerintah.
Dalam menghadapi persaingan
usaha,
setiap
perusahaan
di
Indonesia sudah harus mengubah
strategi bisnis, Implikasinya, yaitu
melakukan hal-hal yang berbeda dan
lebih baik daripada pesaingnya.
Sudah saatnya usaha-usaha di
Indonesia tidak hanya memfokuskan
usahanya pada pencapaian target
biaya/pengeluaran
yang
rendah.
Tetapi
mulai
memberikan
nilai
tambah pada produk (barang atau
jasa) yang ditawarkannya kepada
para konsumen di pasar. Dalam
11
memberikan
nilai
tambah
inii,
perusahaan-perusahaan
tersebut
harus
memperhatikan
dan
memahami
kebutuhan
para
konsumennya secara mendalam,
sehingga mengetahui dengan pasti
kualitas dan kuantitas produk yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh
onsumen.
Dalam konteks klaster industri,
pada rantai nilai terdapat spesialisasi
usaha
yang
dibentuk
untuk
memberikan nilai tambah pada suatu
produk. Adanya spesialisasi ini
sangat
menguntungkan
bagi
perusahaan dan pengembangannya,
karena adanya fokus pada satu
bidang
kerja.
Sehingga
pengembangan pada tiap bagian
dalam aktivitas produksi dapat
dilakukan secara optimal. Untuk itu
antar unit usaha harus kooperatif
dalam
menciptakan
kapasitas
kolektif untuk meningkatkan daya
saing
perusahaan.
Karakteristik
perusahaan berdaya saing tinggi:
- Kemampuan merespon dengan
cepat perubahan-perubahan pada
lingkungan usahanya yang tidak
dapat
dihindari
dan
terus
bergerak.
- Kemampuan
merespon
kebutuhhan konsumen
- Kemampuan menjalankan proses/
aktivitas usaha
- Suatu budaya peningkatan yg
beranjut
(perlu
diingat
:
peningkatan
berlanjut
=
ketidakpuasan
berlanjut
=
ketidaknyamanan terus menerus)
- Kemampuan
kritikal
terhadap
perusahaan secara jujur dan
menjadikan kritik tersebut sebagai
dasar identifikasi masalah dan
analisis sebab akibat.
Disamping
itu
dalam
mengoptimalkan fungsi rantai nilai,
klaster
menarik
perusahaanperusahaan dari luar yang sifatnya
mendukung
kegiatan
produksi
klaster,
salahsatunya
adalah
pemasok bahan baku atau material.
12
Pengolahan Lahan :
Pencangkulan
Pencangkulan
pematang
dilakukan untuk memperbaiki
batas tanah.
Pencangkulan selanjutnya untuk
membuat area persemaian benih
dengan kedalaman 30 cm.
Pencangkulan berikutnya untuk
meratakan
area
persawahan
sebelum penanaman.
Pembajakan
Pembajakan
sawah
secara
modern (traktor) atau tradisional
(sapi/kerbau).
Pada
pertanian
organik
pembajakan secara tradsional
memberikan hasil yang lebih
baik.
Pembajakan
pertama
untuk
pembalikan
tanah,
sekaligus
pemberantasan gulma.
Pembajakan
kedua
dilakukan
seminggu setelah pembajakan
pertama.
Pembajakan
kedua
dilakukan
untuk melembutkan tanah.
Pembajakan ketiga dilakukan 4
hari setelah pembajakan kedua.
Penanaman
Pemilihan Varietas
Varietas lokal, seperti: pandan
wangi, rojolele, menthik wangi,
ketan, beras merah.
13
Padi
yang
telah
dipotong,
dirontokkan
dengan
mesin
perontok.
Harga padi yang telah panen
dikendalikan
oleh
koperasi,
diatas HET GKS.
Pasca panen
Padi yang telah dipotong dan
dirontokkan,
kemudian
dikeringkan 2-3 hari.
Pengilingan padi menjadi beras
menggunakan mesin.
PEMASARAN BERAS ORGANIK
Pengemasan
beras
organik
menggunakan plastik (berat 5
kg) dan karung plastik (berat 20
dan 50 kg).
Penjualan
beras
organik
dilakukan melalui koperasi.
Harga
beras
dikendalikan
koperasi, diatas harga beras
anorganik.
Tabel 1
Biaya Produksi Padi Organik AlBarokah
Perawatan
Penyulaman
dilakukan
untuk
mengganti padi yang mati,
maksimal 2 minggu setelah
tanam.
Penyiangan
dilakukan
untuk
meminimalisir tanaman liar.
Penambahan pupuk organik cair
(kandungan P dan K tinggi) saat
fase generatif, 60 hari.
Penyemprotan pestisida organik
dilakukan
apabila
terjadi
serangan hama dan penyakit.
N
o.
Jenis
Kegiatan
1.
Sewa lahan
2.
Pencangkul
an
Tenaga
Pembibitan
Benih
Musi
m
Tana
m
Kali
Paket
Kg
Pembajaka
n
Pupuk
Kandang
Tenaga
tabur
pupuk
Penanaman
Kali
50
0
2
Kg
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
14
Volume
Satua
n
(Rp.)
250.0
00
Jumla
h
(Rp.)
250.0
00
40.00
0
50.00
0
7.500
Kali
40.00
0
80.00
0
50.00
0
22.50
0
120.0
00
50.00
0
80.00
0
Paket
Penyulama
n
Penyiangan
Paket
Paket
Pengairan
Paket
Penyemprot
an
Kali
40.00
0
20.00
0
40.00
0
50.00
0
40.00
0
40.00
0
20.00
0
40.00
0
50.00
0
120.0
00
40.00
0
100
13
.
Pestisida
Organik
Liter
10.00
0
TOTAL
10.00
0
932.5
00
Tabel 2
Harga Produksi Beras Organik
N
o.
1.
Jenis
Biaya
Volum
e
Satu
an
(Rp.)
3.730
Jumla
h
(Rp.)
3.730
Beras
1 K
siap
g
kemas
2. Biaya
1 K
500
500
giling
g
beras
3. Biaya
1 K
400
400
kemas
g
Total
4.630
Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2011.
16
Gambar 5
Rantai Nilai Klaster Pertanian Padi Organik
Al-Barokah
Quality
Control
PENGOLAH
AN LAHAN
L
A
H
A
N
Pengairan
Pembenaha
n Pematang
Pembajakan
PENANAMA
N:
Pemilihan
Varietas
Pembeniha
n
PERAWATA
N:
Penyulaman
Pemberanta
san Hama
Penyakit
Pemupukan
Penyiangan
PANEN &
PASCA
PANEN
Pemotongan
padi
Perontokan padi
Pengeringan
padi
Penggilingan
padi
Pengepakan
Beras
PADI /
BERAS
ORGANIK
Pemasaran
Produk
Promosi
Koperasi
Pestisida
Organik
Keterangan :
Pupuk
Organik
Transpot
Ternak
Komponen Input
Garis Proses
Garis Output
Gambar 6
Stakeholder yang Terlibat Dalam Klaster
17
Pertanian
Organik Al-Barokah
Pedagang
Swalayan
Konsumen
Institusi
Pendamping :
FDEP Kab.
Semarang
Perguruan Tinggi
PemKab.
Semarang :
Bappeda
Dinas Pertanian
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Penguatan
Kapasitas
Klaster
Proses
Pendampingan
Produsen Primer
Bahan Baku :
Klaster Padi
KSU Koptan
Pasokan Bibit,
Organik
Supllier Pertanian
pupuk dan
(Al-Barokah)
Lain
Alsintan
Petani
Pedagang/
Kelompok Tani
Pemasaran
Petani Non Anggota
Peternak
(sapi)
Bantuan
Modal
Lembaga Keuangan :
KSU Gardu Tani AlBarokah
LK-MA (Mikro Agrobisnis)
18
Asosiasi
Nasional :
SPPQT
LSM
Asosiasi Petani
Organik
Penyokong
Dukungan
Pemasaran
produk Klaster
Koperasi
Toko
Pedagang
Swalayan
Konsumen
Paguyuban
Petani
Al-Barokah
dalam
pengembangan klaster usahanya telah
melaksankan kebijakan strategis, melalui
RUBANI (Rapat Umum Anggota Paguyuban
Petani)
sebagai
bagian
dari
proses
perencanaan.
D. POTENSI,
DAN
4 Kelembagaan
petani
mempermudah
akses
berbagi
informasi dan pengetahuan.
Kelembagaan
petani
yang
terorganisir dengan baik dalam
naungan
Al
Barokah
mempermudah
organik akses
berbagi
informasi
dan
pengetahuan.
Proses
tersebut
dilakukan melalui pertemuan rutin,
rapat dan pelatihan.
KENDALA
STRATEGI
dapat
dikompensasi
dengan
harga byang lebih tinggi.
- Keberadaan petani penggarap
yang tergantung kepada pemilik
lahan, jadi penggarap menurut
kepada pemilik lahan.
- Ingin
praktis
dalam
mendapatkan hasil yang baik,
sudah terbiasa dengan budaya
orde baru yang konsumerisme,
petani tidak mau repot. Tidak
mau repot membuat pestisida
organik sendiri, lebih suka yang
sudah instan.
- Terhentinya
pembinaan
menyebabkan
petani
yang
semula sudah organik kembali
lagi menjadi petani anorganik
Sedangkan faktor yang menjadi
kendala/penghambat berkembangnya
pertanian
organik
diantaranya
adalah:
1. Kurangnya dukungan pemerintah
desa dan dualisme kebijakan
pertanian
Pemerintah di tingkat desa
kurang
memberikan
dukungan
sejak awal perintisan pertanian
organik karena program Al Barokah
dianggap bertentangan dengan
program pemerintah. Tanggapan
baik baru datang ketika Al Barokah
mendapatkan penghargaan tingkat
nasional. Dukungan sempat datang
ketika kepala desa merupakan
orang yang perhatian terhadap
potensi pertanian organik di Al
Barokah.
Namun,
pergantian
kepemimpinan
kepala
desa
menyebabkan berkurangnya iklim
baik karena kepala desa yang baru
dianggap tidak memiliki perhatian
yang cukup.
Pemerintahan
di
tingkat
perumus
kebijakan
juga
memberikan pengaruh negatif .
Terdapat
dualisme
kebijakan,
dimana pada satu sisi pemerintah
sangat
mendukung
pertanian
organik dengan mencanangkan
program Go Organic 2010. Disisi
7. Petani
sekitar
belum
bertani
secara organik
Kondisi
lingkungan
orang
sekitar atau tetangga yang tidak
memiliki kesamaan aktivitas dalam
bertani yaitu belum melakukan
pertanian organik. Karena kegiatan
bertani lebih baik jika dilakukan
secara serentak di tiap tahapnya
untuk mengurangi resiko gagal
panen.
Analisis dalam menentukan
Strategi
sampai program kegiatan
untuk kegiatan pertanian organik Albarokah menggunakan perencanaan
strategis dengan alat analisis SWOT.
Analisis SWOT (strength, weakness,
opportunity, threat).
Strenght :
1. Kondisi tanah cocok untuk
pertanian padi
2. Tokoh dan pengurus inovatif dan
berjiwa sosial
3. Ada lembaga yang dapat
mengases informasi dari luar
4. Niat melestarikan kearifan lokal
Weakness
1. Tanggapan kurang bersahabat
dari masyarakat sekitar
2. Lahan penggarap sempit, lokasi
terpencar, sulit dijangkau
3. Ketergantunganpada pemilik
lahan
4. Etos kerja rendah dan ingin
praktis
5. Kepercayaan pada pengurus
luntur
Opportunity
1. Permintaan pasar cukup besar
2. Peluang peningkatan
kesejahteraan masyarakat
petani
3. Usaha ikutan dapat berkembang
Threat
1. Kurang dukungan dari
pemerintah desa dan kurangnya
pembinaan
Tabel 3
Analisis S W O T (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Rencana Strategis Program Kegiatan Pertanian Organik Al-barokah
STRENGTHS (S)
Faktor Internal
THREATS (T)
OPPORTUNITIES (O)
Faktor Eksternal
Permintaan
pasar cukup
besar
Peluang
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
petani
Usaha ikutan
dapat
berkembang
O1
O2
WEAKNESSES (W)
Kondi
si
tanah
cocok
untuk
perta
nian
padi
Tokoh
dan
pengur
us
inovatif
dan
berjiwa
sosial
Ada
lembaga
yang
dapat
mengas
es
informas
i dari
luar
Niat
melest
arikan
kearifa
n lokal
Tangga
pan
kurang
bersah
abat
dari
masyar
akat
sekitar
S1
S2
S3
S4
W1
Lahan
Ketergan
penggarap tunganpa
sempit,
da
lokasi
pemilik
terpencar,
lahan
sulit
dijangkau
W2
W3
Etos
kerja
rendah
dan
ingin
praktis
Keperc
ayaan
pada
pengur
us
luntur
W4
W5
Strategi SO
Memperluas areal tanam padi organik
dan mengintensifkan penanaman padi
organik (S1, S4, O1, O2)
Mengembangkan peluang usaha
sebagai dampak dari penanaman padi
secara organik (S2, S3, O3)
Strategi WO
Meningkatkan sosialisasi bertani organik (W1, W4, O2)
Meningkatkan kesadaran akan lingkungan dan
membina kegiatan ikutan bertani organik(W4, O3)
Strategi ST
Strategi WT
O3
Kurang
dukungan dari
pemerintah
desa dan
kurangnya
pembinaan
T1
Kelangkaan
T2
STRENGTHS (S)
Faktor
Internal
pupuk
organik
Persepsi
terhadap
T3
serangan
hama
Faktor
Eksternal
Sumber : Hasil
Analisis Kelompok, 2011.
WEAKNESSES (W)
Merumuskan
Strategi
Untuk
Mengelola Isu-Isu.
Strategi didefinisikan sebagai
pola tujuan, kebijakan, program,
tindakan, keputusan, atau alokasi
sumber daya yang menegaskan
bagaimana organisasi, apa yang
dikerjakan
organisasi,
mengapa
organisasi harus melakukan hal
tersebut. Setelah pada pembahasan
di atas teridentifikasi isu-isu strategis
yang di hadapi, maka selanjutnya
untuk melihat kestrategisannya isuisu
tersebut
akan
diurutkan
berdasarkan urutan prioritas, logis,
atau
urutan
temporal
sebagai
pendahuluan bagi pengembangan
strategi dalam langkah berikutnya.
Untuk itu dipergunakan alat yang
akan dipergunakan adalah tes litmus,
yaitu
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk setiap
isu. Tes Litmus ini terdiri dari 9
pertanyaan, dan pertanyaan ke-4
terbagi menjadi 4 bagian, sehingga
secara keseluruhan terdapat 13
pertanyaan
untuk
setiap
isu.
Kemudian
setiap
jawaban
dari
pertanyaan diberi skor 1-3, skor 1
memiliki arti bahwa isu tersebut lebih
bersifat operasional, skor 3 memiliki
arti bahwa isu tersebut bersifat
strategis, sedangkan skor 2 berarti
bahwa isu tersebut terletak diantara
operasional dan strategis.
Lebih jelasnya rekapitulasi hasil
tes Litmus terkait dengan isu
strategis pengembangan ekonomi
lokal klaster padi organik Al-Barokah
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Adapun tabel-tabel pertanyaan tes
Litmus terkait dengan klaster padi
organik al-barokah dijelaskan pada
bagian lampiran.
Tabel 4
Hasil Tes Litmus Untuk Isu-Isu
Strategis Pengembangan
Pertanian Padi Organik
Al-Barokah
Skor
Tiap
Pert.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jumlah
1
3
1
3
1
3
3
3
2
3
1
2
1
27
2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
1
1
1
17
3
3
1
3
1
1
1
3
1
3
1
2
2
25
3
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
2
2
34
1
3
2
1
1
1
3
3
2
3
3
2
3
28
2
2
1
3
1
1
3
3
1
2
1
2
2
23
1
2
2
1
1
1
3
3
1
1
2
2
2
22
1
1
1
1
1
1
3
3
1
1
1
2
1
18
1
2
2
1
1
1
3
3
2
2
2
2
2
24
1. Rendahnya
kesadaran
akan
lingkungan dan membina kegiatan
ikutan bertani organik
2. Kurangnya
dukungan
dari
pemerintah terhadap pertanian
organik
3. Kurangnya
areal
tanam
padi
organik
dan
mengintensifkan
penanaman padi organik
Sehingga kebijakan yang diambil
meliputi :
1. Kebijakan peningkatan kesadaran
akan lingkungan dan membina
kegiatan ikutan bertani organik
dengan strategi :
Penyuluhan tentang lingkungan
hidup
Pelatihan bertani organik
Pelatihan
pembuatan
pupuk
organik, obat hama secara
organik
Pengembangan
ternak
yang
dapat dimanfaatkan kotorannya
sebagai pupuk
2. Kebijakan memberikan dukungan
dari pemerintah kepada pertanian
organik dengan strategi
Menciptakan
iklim
bertani
organik melalui pengurangan
pupuk
anorganik
dan
menggantinya dengan pupuk
organik.
Membentuk
kelompok
tani
organik dan membantu promosi
Menjaga
harga
padi
hasil
pertanian organik
3. Kebijakan perluasan areal tanam
padi organik dan mengintensifkan
penanaman padi organik dengan
strategi :
Penyuluhan pertanian organik
dan promosi.
Bantuan peralatan pertanian
organik
KESIMPULAN :
pendukung
kegiatan
utama
pertanian organik.
Pertanian
organik
dapat
membangkitkan kegiatan usaha
pupuk, ternak, obat hama organik
yang dapat diproduksi secara
lokal yang berbeda dengan pupuk
anorganik yang hanya dibuat oleh
pabrik besar.
Keadaan
lingkungan
dapat
terpelihara dengan baik dengan
adanya penggunaan bahan-bahan
organik, keanekaragaman hayati
setempat dapat terjaga.
Dukungan pemerintah dibutuhkan
dalam
mempromosikan
dan
mengembangkan
pertanian
organik terutama dalam menarik
investor
melalui
program
kemitraan antara privat dengan
masyarakat petani.
Pemerintah punya peranan dalam
membudayakan konsumsi beras
organik.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, Agus. 2002. Budi Daya Padi
secara Organik. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Dendi,
Astia,
dkk.
2004.
Menanggulangi
Kemiskinan
melalui
Pengembangan
Ekonomi
Lokal-Beberapa
Pelajaran dari Nusa Tenggara.
Kantor PROMIS-NT Mataram.
Djojosuwito, S. 2000. Azolla Pertanian
Organik dan Multiguna. Jakarta:
Kanisius.
Prakoso, Hendra Yudho, 2008 Rantai
nilai Dalam Aktivitas Produksi
Kluster Genteng Kab. Grobokan
Jawa Tengah
Sani, Endiena Bulan Mutiara, 2010.
Faktor-faktor
Penentu
Keberhasilan
Inovasi
Pengembangan
Pertanian
Organik Di KecamatanSusukan
Kab. Semarang.
-----------,
Panduan
Revitalisasi
Pengembangan Ekonomi Lokal
Point slide
Halaman Judul
Peran Pertanian organik dalam Ek
Lokal
Gambaran Umum
Rantai nilai
Stake holder
Added value pertanian organik
Heksagonal
Potensi
Masalah yang dihadapi
Kebijakan, strategi
Kesimpulan
Daftar Pustaka