DI DISTRIBUSI FARMASI
PT. MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL Tbk.
(26 SEPTEMBER - 11 OKTOBER 2023)
OLEH:
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI (PKP) APOTEKER
DI DISTRIBUSI FARMASI
PT. MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL Tbk.
(26 SEPTEMBER - 11 OKTOBER 2023)
Disetujui Oleh:
apt. Ni Ketut Melysa Cahyani, S.Farm. apt. Ni Kadek Santi Maha Dewi, S.Farm., M.Pharm.Sci
SIPA: 00052.05/05/2024/AP-J/2019 NIP. 199612230722001
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Millenium Pharmacon International Tbk. Cabang
Denpasar yang dilaksanakan pada tanggal 26 September – 11 Oktober 2023 tepat
waktu. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas bagi
mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk meraih gelar Apoteker.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan berkah-Nya kepada penulis dari
awal hingga laporan PKPA ini dapat selesai dengan tepat waktu.
2. Ibu Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. apt. I Gusti Ngurah Agung Dewantara Putra, S.Farm., M.Sc.
selaku Koordinator Program Studi Profesi Apoteker Fakultas MIPA
Universitas Udayana yang telah mengupayakan terselenggaranya PKPA di
PT. Millenium Pharmacon International Tbk. Cabang Denpasar.
4. Ibu apt. Ni Kadek Santi Maha Dewi, S.Farm., M.Pharm.Sci. selaku dosen
pembimbing PKPA PBF yang telah memberikan membimbing dalam
pelaksanaan PKPA PBF dan penyelesaian laporan ini.
5. Bapak Suyono selaku Kepala Cabang PT. Millenium Pharmacon
International yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan PKPA di PT. Millenium Pharmacon International Tbk. Cabang
Denpasar
6. Ibu apt. Ni Ketut Melysa Cahyani, S.Farm. selaku preseptor sekaligus
Apoteker Penanggung Jawab PT. Millenium Pharmacon International Tbk.
Cabang Denpasar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dalam pelaksanaan PKPA PBF dan penyelesaian laporan ini.
iii
7. Seluruh karyawan PT. Millenium Pharmacon International Tbk. Cabang
Denpasar yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama
pelaksanaan PKPA.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan
laporan PKPA ini. Semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viiI
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan PKP Apoteker di PBF .......................................................... 2
1.3 Manfaat PKP Apoteker di PBF ........................................................ 3
1.4 Pelaksanaan PKP Apoteker di PBF ................................................. 3
BAB II. TINJAUAN MENGENAI PBF PT. MILLENIUM PHARMACON
INTERNATIONAL Tbk ........................................................................ 4
2.1 Pedagang Besar Farmasi ..................................................................4
2.1.1 Pengertian Pedagang Besar Farmasi .....................................4
2.1.2 Landasan Hukum Pedagang Besar Farmasi .......................... 5
2.2 Syarat Bangunan dan Peralatan ....................................................... 6
2.2.1 Bangunan ............................................................................... 6
2.2.2 Peralatan ................................................................................ 7
2.3 Aspek Manajemen Pedagang Besar Farmasi ...................................7
2.3.1 Manajemen Mutu...................................................................8
2.3.2 Manajemen Risiko Mutu ....................................................... 9
2.3.3 Organisasi dan Personalia...................................................... 9
2.3.4 Sistem Komputer .................................................................12
2.3.5 Kualifikasi dan Validasi ...................................................... 13
2.4 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) ......................................13
2.4.1 Kualifikasi Pemasok ............................................................ 14
2.4.2 Kualifikasi Pelanggan .......................................................... 14
2.4.3 Pengadaan ............................................................................ 15
2.4.4 Penerimaan .......................................................................... 15
2.4.5 Pemisahan Obat ...................................................................16
2.4.6 Pemusnahan Obat ................................................................ 16
2.4.7 Penerimaan Pesanan ............................................................ 17
2.4.8 Pengambilan, Pengemasan, dan Penerimaan....................... 17
2.4.9 Penanganan Keluhan, Obat Kembalian, dan Penarikan
Obat ..................................................................................... 19
2.4.10 Pencatatan dan Pelaporan .................................................... 22
2.5 Penjaminan Mutu ........................................................................... 23
2.5.1 Evaluasi Mutu ......................................................................26
2.5.2 Produk Rantai Dingin (Cold Chain Product/CCP) ............. 26
v
vi
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Logo PT. Millenium Pharmacon International Tbk ........................... 29
Gambar 2.2 Stuktur Organisasi di PT. Millenium Pharmacon International Tbk. .29
Gambar 3.1 Stuktur Organisasi PT. Millenium Pharmacon International Tbk.
Cabang Denpasar. ............................................................................... 42
vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan di PBF PT. Millenium Pharmacon International Tbk
Cabang Denpasar ................................................................................... 30
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan PKPA di PT. MPI Cabang Denpasar ........... 64
Lampiran 2. Dokumen- dokumen di PT. MPI Cabang Denpasar .......................... 68
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
BesarFarmasi
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika,
danPrekursor Farmasi
16. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
Baik.
17. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2019
Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalah
gunakan
kontrak terlus. Harus terdapat area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan
obat yang menunggu keputusan lebih lanjut statusnya seperti obat yang diduga
palsu, dikembalikan, ditolak, yang akan dimusnahkan, ditarik dan yang kadaluarsa
dari obat yang dapat disalurkan. Area penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman
harus terpisah, terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik yang
dilengkapi dengan peralatan memadai. Akses masuk ke area penerimaan,
penyimpanan, dan pengiriman hanya dapat diberikan kepada personil yang
berwenang. Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri, maka
harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan tersebut harus menjadi
tanggung jawab dari fasilitas distribusi (BPOM RI, 2020).
2.2.2 Peralatan
Bangunan dan peralatan harus mampu menjamin keamanan dan mutu obat
maupun bahan obat. Bangunan PBF harus dirancang dan disesuaikan untuk
memastikan dapat diperolehnya kondisi penyimpanan yang baik, memiliki
keamanan yang memadai, kapasitas yang cukup untuk penyimpanan dan
penanganan obat yang baik, serta area penyimpanan yang dilengkapi dengan
pencahayaan yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan
secara akurat dan aman. Apabila banguna bukan milik sendiri maka harus tersedia
kontrak terlus. Harus terdapat area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan
obat yang menunggu keputusan lebih lanjut statusnya seperti obat yang diduga
palsu, dikembalikan, ditolak, yang akan dimusnahkan, ditarik dan yang kadaluarsa
dari obat yang dapat disalurkan. Area penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman
harus terpisah, terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik yang
dilengkapi dengan peralatan memadai. Akses masuk ke area penerimaan,
penyimpanan, dan pengiriman hanya dapat diberikan kepada personil yang
berwenang. Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri, maka
harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan tersebut harus menjadi
tanggung jawab dari fasilitas distribusi (BPOM RI, 2020).
tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang
dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/atau
bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi.
Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus
divalidasi dan didokumentasikan. Sistem mutu harus mencakup prinsip manajemen
risiko mutu. Pencapaian sasaran mutu merupakan tanggung jawab dari penanggung
jawab fasilitas distribusi, membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi aktif serta
harus didukung oleh komitmen manajemen puncak (BPOM RI, 2020).
2.3.1 Manajemen Mutu
Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup
tanggung jawab, proses, dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan
yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan
integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi. Seluruh kegiatan
distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan semua tahapan
kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus divalidasi dan
didokumentasikan. Pencapaian sasaran mutu merupakan tanggung jawab dari
penanggung jawab fasilitas distribusi, membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi
aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak (BPOM RI, 2020).
Sistem mutu harus diterapkan dengan cara yang sesuai dengan ruang
lingkupdan struktur organisasi fasilitas distribusi. Sistem mutu harus memastikan
bahwa:
1. Obat diperoleh, disimpan, disediakan, dikirimkan atau diekspor dengan
carayang sesuai dengan persyaratan CDOB.
2. Tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas.
3. Obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam jangka waktu yang
sesuai.
4. Kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut
dilakukan.
5. Penyimpangan terhadap prosedur yang sudah ditetapkan
didokumentasikan dan diselidiki.
9
berdasarkan FEFO. Nomor batch obat harus dicatat. Pengecualian dapat diizinkan
jika ada kontrol yang memadai untuk mencegah pendistribusian obat kadaluarsa.
Pengemasan obat menurut Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik Obat harus dikemas sedemikian
rupa sehingga kerusakan, kontaminasi dan pencurian dapat dihindari. Kemasan
harus memadai untuk mempertahankan kondisi penyimpanan obat selama
transportasi. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang akan dikirimkan harus
disegel.
Pengiriman obat dan bahan obat harus ditujukan kepada pelanggan yang
mempunyai izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan BPOM Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, pengiriman harus dilakukan langsung ke
alamat yang tertera pada dokumen pengiriman dan harus diserahkan langsung
kepada penanggung jawab sarana atau tenaga kefarmasian lain sebagai penerima.
Obat atau bahan obat tidak boleh ditinggalkan di tempat penyimpanan sementara
yang tidak mempunyai izin PBF. Prosedur tertulis untuk pengiriman obat atau
bahan obat harus tersedia. Prosedur tersebut harus mempertimbangkan sifat obat
serta tindakan pencegahan khusus. Penerima harus membubuhkan tanda tangan,
nama jelas, SIPA/SIPTTK dan stempel sarana pada dokumen pengiriman.
Penyaluran obat ke pihak yang berwenang seperti penelitian, special access
dan uji klinik, harus dilengkapi dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama
obat, bentuk sediaan, nomor bets, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan
alamat pemesan atau penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan harus
sesuai dengan persyaratan obat dari industri farmasi. Dokumentasi harus disimpan
dan mampu tertelusur. Dokumen pengiriman obat harus mencakup sekurang-
kurangnya informasi berikut:
1. Tanggal pengiriman
2. Nama lengkap, alamat, nomor telepon dan status penerima
(misalnyaApotek, rumah sakit atau klinik)
3. Deskripsi obat (misalnya nama, bentuk sediaan dan kekuatan)
19
dilaksanakan.
6. Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan
dilakukan trend analisis terhadap keluhan.
b. Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian
1. Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat
dan/atau bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal berikut:
- Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan
suratpengiriman barang dari sarana yang mengembalikan
- Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus
dicatat dalam catatan penerimaan dan pengembalian barang.
2. Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian
sesuai dengan persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain.
Kedua belah pihak harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
proses pengembalian obat tidak memungkinkan masuknya obat
dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.
3. Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat
yang bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu
yang diperlukan sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh
industrifarmasi.
4. Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat
dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci
serta diberi label yang jelas sampai ada keputusan tindak lanjut.
5. Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat dan/atau
bahan obat tersebut harus dilakukan oleh personil yang berwenang.
6. Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara
lain jika:
- Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang
memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan
- Obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan
penyimpanan ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan
- Obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh
21
sebelum disimpan
6. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat
harus memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan dan memungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai
kategorinya; obat dan/atau bahan obat dalam status karantina,
diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau diduga palsu
7. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai
dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah
First Expired First Out (FEFO).
8. Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campurbaur.
Obat dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkandi lantai.
9. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara
fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukansecara
berkala.
10. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname
secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.
11. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang
ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-baur, kesalahan
keluar-masuk, pencurian, penyalahgunaan obat dan/atau bahan obat.
Dokumentasi yang berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan untuk
jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Pengendalian Suhu
Untuk produk rantai dingin (Cold Chain Product) harus dipastikan
disimpan dalam ruangan dengan suhu terjaga, cold room / chiller (2 s/d 8oC),
freezer room / freezer (- 25 s / d -15oC), dengan persyaratan sebagaiberikut:
1. Ruangan dengan suhu terjaga, cold room dan freezer room
2. Mampu menjaga suhu yang dipersyaratkan
3. Dilengkapi dengan sistem auto-defrost yang tidak mempengaruhi suhu
selama siklus defrost
25
30
31
- Pemberi kontrak
memberikan informasi
tertulis yang harus
dilakukan penerima kontrak
c. Penerima kontrak
- Penerima kontrak harus
memiliki tempat, personal
yang kompeten, peralatan,
pengetahuan dan
pengalaman sesuai kontrak
- Penerima kontrak tidak
boleh mengalihkan tugas
kepada pihak ketiga
sebelum dievaluasi dan
disetujui oleh pemberi
kontrak
- Penerima kontrak harus
menghindari aktivitas lain
yang dapat menghasilkan
pengaruh kepada obat/bahan
obat
- Harus melakukan pelaporan
kejadian apapun yang akan
mempengaruhi obat/bahan
obat
d. Dokumen kontrak
- Penanganan kehilangan/
kerusakan produk obat
selama pengiriman dan
dalam kondisi tidak terduga
- Kewajiban penerima
37
kontrak untuk
mengembalikan obat
dan/atau bahan obat apabila
ada kehilangan atau
kerusakan
- Kehilangan oleh penerima
kontrak harus dilaporkan
kepada pemberi kontrak
- Pemberi kontrak berhak
untuk melakukan audit
terhadap penerima kontrak
setiap saat
Kamis, 5 Penanganan keluhan, Praktik penanganan barang
Oktober 2023 obat dan/atau bahan kembalian atau retur obat meliputi:
obat kembalian, diduga a. Pengecekan barang retur
palsu dan penarikan b. Pencatatan nama obat
kembali c. Pencatatan nomor faktur
d. Pencatatan nomor batch
e. Pencatatan tanggalkadaluwarsa
f. Pencatatan jumlah barang yang
diretur
g. Pengecekan kondisi barang
yang diretur
h. Pengecekan cap dan tanda
tangan outlet yang
mengembalikan barang
i. Penulisan berita acara barang
retur
Jumat, 6 Transportasi dan a. Produk rantai dingin (CCP)
Oktober 2023 pengantaran obat disimpan pada suhu 2-8°C
38
penanggung jawab dengan sales supervisor diartikan bahwa adanya peran apoteker
penanggungjawab yang mengontrol kualifikasi pelanggan yang direkomendasikan
oleh bagian sales. Garis tegas antara apoteker penanggung jawab dengan bagian
finance dan administration mengartikan bahwa apoteker memiliki tugas dalam
memastikan bahwa pelanggan melakukan pembayaran dengan menggunakan
rekening resmi outlet untuk mencegah kemungkinan terjadinya suatu tindakan yang
tidak bertanggung jawab. Personil bagian logistik terdiri atas logistic supervisor,
kepala gudang, staf gudang, staf ekspedisi, dan kurir(delivery man). Personil pada
bagian logistik memiliki peran yang sangat penting dalam penjaminan mutu sistem
distribusi obat. Garis tegas antara apoteker penanggung jawab dengan logistik
supervisor mengartikan bahwa apoteker penanggung jawab memastikan bahwa
kegiatan distribusi obat berjalan sesuai CDOB yang berlaku.
permohonan izin usaha berupa sertifikat distribusi cabang farmasi kepada Dinas
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Syarat yang
wajib dimiliki oleh PBF Cabang untuk membuka izin yaitu :
1. Sertifikasi Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB)
2. Memiliki secara tetap apoteker berkewarganegaraan Indonesia sebagai
penanggung jawab
3. Sertifikat distribusi farmasi (izin usaha) yang dimiliki oleh PBF pusat
Setelah mengajukan semua persyaratan yang diperlukan dalam mengajukan
permohonan izin tersebut, DPMPTSP akan meminta surat permohonan
rekomendasi dari BPOM dan Dinas Kesehatan Provinsi untuk menindaklanjuti
pengeluaran izin usaha PBF. PBF MPI Cabang Denpasar mengelola persedian
farmasi dan alat kesehatan yang dimana untuk persediaan farmasi dikelola oleh
Apoteker Penanggung Jawab dan alat kesehatan dikelola oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian Penanggung Jawab.
3.4 Operasional
3.4.1 Kualifikasi Pemasok
PBF dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB). Obat yang disalurkan harus memenuhi persyaratan khasiat,
keamanan, dan mutu. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam distribusi
obat bertanggung jawab untuk memastikan mutu obat serta mempertahankan
integritas rantai distribusi selama proses distribusi berlangsung sesuai dengan
standar CDOB (Oktavia, 2022). Sehingga diperlukan adanya kualifikasi khususnya
kualifikasi pemasok. Kualifikasi pemasok bertujuan untuk memastikan bahwa
calon pemasok sesuai, kompeten, dan dapat dipercaya untuk memasok obat.
Sebelum memulai kerjasama dengan pemasok baru, fasilitas distribusi harus
melakukan pengkajian guna memastikan calon pemasok tersebut sesuai, kompeten
dan dapat dipercaya untuk memasok obat dan/atau bahan obat. Dalam hal ini,
pendekatan berbasis risiko harus dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Reputasi atau tingkat keandalan serta keabsahan operasionalnya
2. Obat dan/atau bahan obat tertentu yang rawan terhadap pemalsuan
3. Penawaran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar yang biasanya
hanya tersedia dalam jumlah terbatas
4. Harga yang tidak wajar
(BPOM, 2020)
PBF PT. MPI Denpasar tidak melakukan pengadaan secara mandiri kepada
PBF lain maupun pabrik sehingga pemasoknya bersifat tunggal yaitu dari PT. MPI
Pusat di Jakarta. PT. MPI pusat telah melakukan kualifikasi pemasok berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3.4.2 Kualifikasi Pelanggan
Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat hanya
disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke
masyarakat. Bukti kualifikasi pelanggan harus didokumentasikan dengan baik
(BPOM, 2020). PBF harus memantau tiap transaksi yang dilakukan dan melakukan
penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi obat dan/atau bahan obat
49
pesanan akan analisa serta membutuhkan konfirmasi dari PBF seperti sales
supervisor untuk mengetahui kelayakan outlet yang boleh atau tidak dilayani.
Selain itu membutuhkan konfirmasi dari bagian finance terkait ada atau tidaknya
overload piutang (piutang lebih besar dibandingkan daya bayarnya) serta
konfirmasi dari Apoteker Penanggung Jawab terhadap segala aspek administrasi
kelengkapan dari format surat pesanan tersebut. Apabila surat pesanan tersebut
telah mendapat persetujuan, maka pesanan akan dimasukkan oleh bagian Entry
Data Process (EDP) untuk mencetak faktur. Setelah faktur dicetak, Apoteker
kembali melakukan pengecekan kemudian berdasarkan faktur tersebut dilakukan
pengeluaran barang oleh staf gudang/logistik. Bagian fakturis akan mengelola
faktur yang akan ditagih nantinya hingga telah jatuh tempo pelunasan.
3.4.4 Pengadaan
Tahapan pengadaan dimulai dari pembuatan ASR oleh logistic supervisor
dengan ditandatangani oleh logistic supervisor, apoteker penanggung jawab dan
kepala Cabang PBF, selanjutnya dikirim ke PBF MPI Pusat untuk diproses.
Kemudian ASR diunggah ke sistem pooling, lalu PBF pusat akan membuatkan
gabungan jumlah barang dipesan oleh semua Cabang dengan sistem PO lalu
mengirimkan data tersebut ke principal (industri atau pabrik) yang dituju. Principal
kemudian mengirimkan jumlah yang dipesan ke PBF pusat (sistem delivery order),
kemudian PT. MPI Pusat membagi pesanan tersebut berdasarkan ASR yang
diajukan oleh masing-masing Cabang sebelumnya. Sistem pooling mengirimkan
nota alokasi ke PBF Cabang sebagai berkas bukti pengiriman barang
3.4.5 Penerimaan Barang dari Pemasok
Sediaan farmasi, alat kesehatn dan BMHP yang sudah datang akan disimpan
pada ruang penerimaan khusus kemudian dilakukan pengecekan oleh bagian
gudang/logistik. Proses pengecekan dilakukan untuk menyesuaikan barang yang
diterima antara fisik dan berkas-berkas penyertanya. Penerimaan barang juga
dilengkapi dengan nota alokasi dan surat penerimaan barang. Kesesuaian yang
dicek antara lain:
1. Kesesuaian nama pemasok yang telah disetujui
2. Kesesuaian nama dan jenis bentuk barang
51
3. Jumlah yang dikirim baik itu berbentuk master box maupun eceran.
4. NIE (Nomor Ijin Edar)
5. Nomor bets
6. Tanggal kedaluwarsa
7. Kondisi keutuhan fisik kemasan sekunder dan tersier barang
8. Pencatatan dilakukan pada checklist penerimaan barang
Barang yang telah melalui tahap pengecakan fisik dan berkas, kemudian
dicatat jumlahnya pada sistem secara komputerisasi maupun kartu stok manual.
3.4.6 Penyimpanan Obat
Penyimpanan dilakukan terpisah antara obat dan alat kesehatan di PBF MPI
Denpasar. Setiap ruangan penyimpanan dilengkapi dengan rak-rak susun bertingkat
yang ditempatkan berdasarkan asal pabrik obat atau alat kesehatan. Setiap rak
berisikan box kardus untuk masing-masing obat atau alat kesehatan yang dilengkapi
dengan identitas produk berupa merk sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan
sediaan. Penyusunan box obat atau alat kesehatan farmasi dilakukan dengan
mengurutkan nama sediaan secara alfabetis dengan urutan dari A-Z untuk
memudahkan pada saaat pencarian dan pengambilan sediaan. Penyimpanan obat
pada masing-masing rak asal pabrik disusun berdasarkan bentuk sediaan obat,
dimana obat diurutkan dari atas ke bawah yaitu sediaan padat seperti tablet dan
kapsul, sediaan injeksi, dan sediaan cair berupa sirup, suspensi, atau drop.
Peletakkan sediaan cair atau yang berbentuk cairan pada bagian rak paling bawah
bertujuan untuk meminimalkan risiko kerusakan sediaan (pecah) akibat kesalahan
dalam proses penyimpanan atau pengambilan.
Produk yang telah kedaluwarsa, rusak, ditarik atau diduga palsu disimpan
pada ruang karantina. Produk yang mengalami karantina nantinya akan diretur
dalam kurun waktu sesuai dengan batas waktu retur yang telah ditentukan oleh
setiap principal. Sistem penyimpanan obat menggunakan sistem FEFO dan FIFO.
Sistem FEFO berlaku ketika produk yang memiliki waktu kedaluwarsa lebih awal
akan diletakkan pada bagian terluar atau bagian paling depan pada box
penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk membantu agar menjamin bahwa produk
yang lebih mendekati waktu kedaluwarsanya akan terlebih dahulu terjual atau
52
Suplemen dan vitamin disimpan pada satu rak yang sama dengan
mengelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis.
e. Produk Obat Tradisional
Produk obat tradisional dari semua pabrik disimpan pada satu rak yang
sama dengan mengelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun
secara alfabetis.
f. Kosmetik
Produk kosmetik dari semua pabrik disimpan pada satu rak yang sama.
Penyimpanan sediaan farmasi di PBF PT. MPI Denpasar juga dilakukan
berdasarkan stabilitas dan syarat suhu penyimpanan yang dimiliki masing-
masing sediaan.
3.4.7 Pemusnahan Obat
PT. MPI Denpasar tidak melakukan pemusnahan obat atau alat kesehatan
baik itu yang rusak, palsu, diduga palsu maupun yang telah memasuki masa
kedaluwarsanya. Produk yang sudah mendekati masa kedaluwarsanya akan
dilakukan proses retur ke PT. MPI Pusat yang kemudian akan dilakukan retur ke
pabrik sesuai dengan ketentuan setiap pabrik. Retur ke PT. MPI Pusat dilakukan
antara 3-6 bulan sebelum masa kedaluwarsa produk.
3.4.8 Penyiapan Produk Pesanan Pelanggan
Penyiapan produk yang dipesan oleh pelanggan dimulai dari pengambilan
barang yang didasarkan pada permintaan dalam faktur pesanan. Faktur tersebut
mencantumkan nama dan alamat outlet pelanggan yang memesan, nomor faktur
untuk memudahkan pelacakan pemesanan, nama obat dan kode obat yang dipesan,
nomor bets, bulan dan tahun kedaluwarsa, jumlah yang dipesan, rincian harga, serta
tanda tangan apoteker penanggung jawab sebagai bukti bahwa pesanan tersebut
dapat didistribusikan ke outlet pelanggan.
Petugas gudang akan memisahkan faktur berdasarkan jenis obat (obat
regular atau obat yang tergolong psikotropika) serta lokasi pengiriman obat (dalam
kota atau luar kota) untuk memudahkan dalam pengemasan nantinya. Kemudian
dilakukan pengambilan obat atau alat kesehatan menggunakan keranjang lalu
dilakukan pencatatan pada kartu stok yang terdapat pada masing-masing box
54
penyimpanan setelah pengambilan. Informasi yang dituliskan pada kartu stok yaitu
tanggal, nomor dokumen, nama outlet, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah
yang diambil (out) dan mengurangi jumlah obat pada stok yang tertera pada kolom
saldo, dan paraf dari personil yang mengambil. Setelah itu, dilakukan proses
pengemasan sebelum didistribusikan ke masing-masing outlet pemesan.
Pengemasan dilakukan menggunakan kemasan tersier yang menyesuaikan
dengan alamat outlet pemesan. Pengemasan obat reguler ke dalam wilayah
Denpasar dikemas dalam kemasan plastik atau kardus yang dilengkapi dengan
faktur, dan dikirimkan langsung oleh delivery man. Pengemasan obat reguler
apabila akan dikirimkan ke luar wilayah Denpasar maka pesanan tersebut dikemas
menggunakan kemasan berupa kardus yang dipastikan tertutup rapat dan diberikan
surat pengantar kepada ekspedisi pengirim. Pengemasan pengiriman khusus untuk
Cold Chain Product (CCP) dilakukan menggunakan cooling box atau styrofoam
box. Pengiriman dilakukan dengan menyertakan form kontrol suhu, surat pengantar
ke ekspedisi, serta copy faktur sebagai penyedia informasi untuk memastikan
kesesuaian pesanan yang dipesan dan yang diterima oleh outlet pemesan.
3.4.9 Dokumentasi dan Pelaporan
Dokumentasi terdiri dari dokumen tertulis yang berkaitan dengan proses
distribusi mulai dari pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan prosedur
tertulis seperti faktur, surat pesanan (SP) dan pencatatan kartu stok. Selain itu,
dokumentasi juga berupa dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu serta
semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan dan data, dalam bentuk kertas
maupun elektronik. PBF PT. MPI Denpasar sudah melakukan proses dokumentasi
yang jelas dan rinci untuk setiap personil dalam melaksanakan kegiatannya sesuai
uraian tugas, dokumen tersebut berupa prosedur-prosedur (SOP) dan instruksi kerja
(IK) yang rinciannya terangkum dalam daftar induk dokumen internal. Prosedur
tertulis tersebut telah disetujui, ditandatanganidan diberi tanggal oleh personil yang
berwenang.
PBF PT. MPI Cabang Denpasar juga telah dilakukan beberapa kali revisi
dokumen seperti revisi SOP ataupun IK, setiap revisi telah ditandatangani dan
diberi tanggal revisi. Semua dokumentasi yang ada pada PBF PT. MPI Cabang
55
Denpasar disimpan dan dipelihara pada tempat yang aman, yaitu dimasukkan ke
dalam map plastik yang kemudian map disusun berdasarkan nomor atau tanggal
dokumen, lalu diletakkan pada rak yang tersedia. Hal ini dilakukan untuk mencegah
dari perubahan yang tidak sah, kerusakan dan/atau kehilangan dokumen.
Kegiatan pelaporan oleh PBF PT. MPI Cabang Denpasar dilakukan
berdasarkan golongan obat yang terdistribusi maupun pada jenis instansi. Setiap
bulannya PBF PT. MPI Cabang Denpasar melakukan pelaporan obat yang termasuk
prekursor, psikotropika, dan OOT pada web yang dikelola BPOM, yaitu serta e-
Report yang dikelola oleh Kemenkes RI. Pelaporan obat oleh setiap PBF untuk obat
Psikotropika, Prekursor dan OOT pada web SI ODIE maupun e- Report dilakukan
setiap sebulan sekali. Sedangkan untuk pelaporan umum untuk semua jenis obat
yang diterima dan didistribusikan oleh PBF PT. MPI pada web SI ODIE dan e-
Report dilaksanakan setiap 3 bulan sekali sebagai laporan triwulan.
dalam melakukan distribusi obat golongan ini adalah seorang apoteker. Obat-obat
tersebut disimpan dengan sistem FIFO-FEFO, alfabetis, dan bentuk sediaan. Selain
itu untuk penyimpanan psikotropika dan prekursor farmasi juga harus dipisahkan
dan diberikan status yang jelas
3.6.3 Penyaluran
Penyaluran obat khusus seperti psikotropika dan prekursor harus lebih ketat
dan memiliki persyaratan yang lebih lengkap dibandingkan penyaluran/distribusi
obat reguler. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mencegah terjadinya
penyimpangan atau kehilangan obat narkotika, psikotropika, dan prekursor dari
jalur distribusi resmi (CDOB, 2020). PBF MPI Cabang Denpasar sendiri
menyalurkan obat – obatan khusus tersebut melalui surat pesanan khusus dari outlet
pemesan. Legalitas surat pesanan dari outlet harus diperhatikan dan memuat
setidaknya judul dan nomor surat, informasi pemesan (nama, SIPA, dan jabatan),
informasi PBF yang dituju, informasi apotek, informasi obat serta tanda tangan
apoteker penanggung jawab outlet. Pemesanan golongan obat ini di PBF MPI
Cabang Denpasar akan diproses jika surat pesanan sudah sampai ke pihak PBF dan
diterima oleh Apoteker Penanggung Jawab, jika belum sampai maka pemesanan
tidak akan berjalan. Proses penyiapannya dimulai dari apoteker melakukan skrining
SP dahulu, kemudian Apoteker Penanggung Jawab menyetujui SP serta dibuatkan
faktur pesanan barang, Pengambilan barang dilakukan oleh Apoteker Penanggung
Jawab yang menguasai ruang khusus penyimpanan obat tersebut dan kemudian
dikemas oleh bagian gudang dan dilakukan evaluasi atau pemeriksaan terhadap
kebenaran nama obat, jenis, kekuatan, isi kemasan, jumlah, nomor bets, tanggal
kadaluwarsa dan nama industri farmasi, kondisi kemasan termasuk penandaan dan
segel dari obat, serta kelengkapan keabsahan dokumen dan kebenaran dan tujuan
pengiriman.
3.6.4 Pelaporan
Pelaporan obat dilakukan kepada BPOM melalui SIODIE dan kepada
Kemenkes melalui E-Report PBF. Keduanya dilakukan pelaporan setiap 3 bulan
sekali melalui website masing-masing. Pelaporan melalui SIODIE (Sistem
Informasi Obat Dengan Izin Edar) dilakukan sebelum tanggal 10 untuk obat PPO
58
ini akan dikirimkan ke bagian gudang PBF untuk diperiksa dan dilakukan
perhitungan jumlah produk yang dikembalikan. Bagian gudang PBF melakukan
pemeriksaan terhadap kualitas produk yang dikembalikan, apakah produk
dikembalikan karena terjadi salah pemesanan, kerusakan produk ataupun produk
sudah mendekati masa kadaluwarsa. Bagian gudang PBF juga melakukan
dokumentasi mengenai nomor bets, tanggal kadaluwarsa produk tersebut dan
jumlah produk kembalian. Seluruh dokumentasi dilakukan secara elektronik dan
non elektronik. Obat kembalian yang terjadi karena salah pemesanan,
didokumentasi oleh bagian gudang PBF, kemudian dilakukan proses pembukaan
faktur baru kembali apabila ingin menukar obat tersebut.
Selain itu PBF juga berperan penting dalam melakukan penarikan obat.
Penarikan kembali obat dapat dijalankan oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
atau oleh BPOM (mandatory recall). Proses penarikan dilakukan dengan
menghubungi outlet yang melakukan pembelian obat recall tersebut. Penarikan obat
dari outlet disertai dengan surat pemberitahuan penarikan dari BPOM maupun
pemilik izin edar. Outlet kemudian menyiapkan faktur pembelian dan melakukan
pemisahan obat recall tersebut. Setelah seluruh obat ditarik, apoteker membuat
laporan Pengembalian Barang yang Ditarik dari Peredaran. Sedangkan untuk obat
yang diduga palsu ditangani dengan cara melaporkan langsung kepada instansi
berwenang yakni industri farmasi atau pemegang izin edar. Sebelum dilaporkan,
apoteker akan melakukan skrining identitas obat terlebih dahulu, Jika ada terjadi
perubahan tanpa adanya pemberitahuan oleh principal, maka dapat dikatakan
bahwa obat tersebut diduga palsu.
3.8 Transportasi
Selama proses transportasi harus diterapkan metode transportasi yang
memadai. Apapun jenis transportasi yang dipilih harus dapat menjamin agar obat
tidak mengalami perubahan kondisi selama dalam perjalanan yang dapat
mempengaruhi mutu obat (CDOB, 2020). PT. MPI Cabang Denpasar menggunakan
ketiga jenis jalur transportasi yaitu jalur darat, jalur laut, dan jalur udara.
Transportasi jalur darat yang digunakan berupa mobil dan sepeda motor,
60
pengiriman dengan kontainer box yang tertutup. Kontainer harus memiliki label
yang memberikan informasi mengenai penanganan, persyaratan, penyimpanan, dan
tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa obat dapat ditangani dengan benar.
Transportasi laut dilakukan untuk pengiriman di luar Provinsi Bali, yang
bekerja sama dengan ekspedisi bernama Bali Semesta Agung. Transportasi udara
ditujukan untuk pengiriman obat CCP berupa vaksin ataupun obat injeksi, yang
bersifat termolabil, sehingga diperlukan transportasi yang lebih cepat seperti
pesawat. Ekspedisi yang bekerjasama sudah dipastikan sebelumnya memiliki
standar CDOB dalam proses pengirimannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan PKP Apoteker di Pedagang Besar Farmasi
(PBF) PT. Millenium Pharmacon Internasional Tbk Cabang Denpasar, penulis
dapat mengetahui dan memahami mengenai:
1. Tupoksi apoteker di PBF selaku penanggung jawab adalah bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pengelolaan sediaan farmasi meliputi
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menjaga mutu produk tetap terjaga.
2. Calon Apoteker memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di bidang
distribusi obat. Hal tersebut didapatkan melalui praktik yang dilakukan
sehingga diperoleh gambaran nyata terkait pekerjaan kefarmasian yang
dilakukan di fasilitas distribusi melalui PKPA
3. Peran apoteker sangat diperlukan dalam pengembangan strategi yang
dilakukan di PBF PT. Millenium Pharmacon Internasional Tbk Cabang
Denpasar, dimana seorang apoteker harus mampu mengelola kegiatan
operasional distribusi di PBF agar sesuai dengan pedoman CDOB.
4. Calon Apoteker sebagai tenaga kefarmasian yang professional di PBF
harus mampu menjalankan peran, tugas, dan fungsi dengan penuh
tanggung jawab dan senantiasa mentaati peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
5. Terdapat beberapa permasalahan yang umumnya terjadi di PBF
diantaranya yaitu ketidaksesuaian anatara jumlah stok yang berbeda
antara stok fisik dan stok di sistem PBF, ketidaksesuaian nomor batch
antara barang fisik dan di faktur barang yang akan menyebabkan
61
62
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan PKPA yang telah dilaksanakan, adapun saran
yang dapat diberikan yaitu:
1. Diharapkan PBF PT. Millenium Pharmacon Internasional Tbk Cabang
Denpasar senantiasa bekerja sama dengan institusi pendidikan dalam
rangka pengenalan terkait CDOB yang diterapkan dalam jalur distribusi
obat.
2. Diharapkan PBF PT. Millenium Pharmacon Internasional Tbk Cabang
Denpasar senantiasa mengikuti perkembangan peraturan perundangan –
undangan yang terkait dengan PBF.
3. Untuk pelaksanaan CDOB sudah memenuhi ketentuan, tetapi perlu
dilakukan pelatihan CDOB secara rutin agar mutu senantiasa terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2020. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 tahun
2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 9 tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obatyang Baik. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Deddy., Annalisa, Y., dan Iza, R. 2021. Tanggung Jwab Hukum Pedagang Besar
Farmasi terhadap Distribusi Obat Generik Kepada Apotek. Jurnal Ilmu Ilmu
Hukum. 1(1): 344-354.
Mustaqimah., Rina, S., dan Ali, R.H. 2021. Implementasi Distribusi Obat yang Baik
di Pedagang Besar Farmasi. Jurnal Surya Medika. 6(2): 119-124.
Oktavia, S, dan Ida, S. 2022. Analisis Kualifikasi Pemasok Obat di Salah Satu
Pedagang Besar Farmasi (PBF) di Kota Bandung. Majalah Farmasetika,
7 (5) 2022, 469 477. https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v7i5.39626.
63
LAMPIRAN
Ruang karantina dan Rak karantina dan retur Gudang farmasi 1 (suhu
retur produk non PPO produk non PPO ruang 25℃-30℃)
64
65
Rak penyimpanan produk Area karantina dan retur Rak penyimpanan produk
psikotropika produk psikotropika obat tradisional (suhu
ruang 25℃-30℃)
66
Gudang farmasi 3 (suhu Area suhu sejuk 15℃- Rak penyimpanan produk
ruang 25℃-30℃) 25℃) obat suhu sejuk
Faktur
Surat pesanan
69
Nota Alokasi