Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN KANDUNGAN HARA N,P,K,S TANAH TERHADAP

PRODUKSI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN PANGARIBUAN,


SIMANGUNBAN, MUARA, PAHAE JULU, DAN ADIANKOTING
KABUPATEN TAPANULI UTARA

USULAN PENELITIAN

OLEH :

WINNER WINATA

190301129

AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
HUBUNGAN KANDUNGAN HARA N, P, K, S TANAH TERHADAP
PRODUKSI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN PANGARIBUAN,
SIMANGUNBAN, MUARA, PAHAE JULU, DAN ADIANKOTING
KABUPATEN TAPANULI UTARA

USULAN PENELITIAN

OLEH :

WINNER WINATA

190301129

AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Melakukan Penelitian
dalam Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
Judul Penelitian : Hubungan Kandungan Hara N,P,K,S Tanah Terhadap
ProduksiTanaman Kopi Arabika Pada Kecamatan
Pangaribuan, Simangunban, Muara, Pahae Julu,
Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

Nama : Winner Winata

NIM : 190301129

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Posma Mangasi Pintaria Marbun MP.)

NIP. 196707121993032002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroteknologi

(Dr. Nini Rahmawati SP.,M.Si)

NIP. 197202152001122004
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Hubungan Hara
N,P,K,S Tanah Terhadap Produksi Kopi Arabika Pada Kecamatan
Pangaribuan, Simangunban, Pahae Julu, Muara, Dan Adiankoting
Kabupaten Tapanuli Utara“ yang merupakan salah satu syarat untuk melakukan
penelitian sehingga dapat menyusun skripsi di Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Ir. Posma Mangasi Pintaria Marbun MP., selaku dosen pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, dan saran kepada Penulis hingga tersusunnya usulan
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Dr. Nini
Rahmawati SP., M.Si., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi yang telah
mendukung Penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini..
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih
banyak kekurangan. oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Penulis
harapkan demi kesempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata Penulis ucapkan
terima kasih.

Medan, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

PENDAHULUAN............................................................................................

Latar Belakang....................................................................................

Tujuan Penulisan...................................................................................

Kegunaan Penulisan.............................................................................

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................

Unsur Hara Makro................................................................................

Nitrogen (N).........................................................................................

Fosfor (P)..............................................................................................

Kalium (K)............................................................................................

Sulfur (S)...............................................................................................

Kopi ......................................................................................................

BAHAN DAN METODE PENELITIAN........................................................

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian...........................................

Bahan dan Alat.....................................................................................

Metode Penelitian.................................................................................

Pelaksanaan Penelitian..........................................................................

Tahapan Persiapan...................................................................

Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data.........................

Parameter Amatan.................................................................................

Analisis Data........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan ekspor andalan Indonesia
dalam perannya sebagai penghasil devisa negara dan juga sangat digemari di
kalangan masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri,pulau Sumatera merupakan
sentra produksi kopi terbesar. Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi untuk
menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbesar setelah Sumatera Selatan dan
Lampung sesuai dengan data produksi tanaman (ribu ton) tahun 2021 dan 2022
yaitu 80,9 ribu Ton dan 87 ribu ton dengan luas areal pertanaman yaitu 97,2 ribu
ha dan 98,1 ribu ha (BPS 2023). jenis kopi yang paling dikenal dan dibudidayakan
di perkebunan di Sumatera Utara yaitu jenis kopi arabika. Kopi arabika memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan kopi jenis lainnya dalam hal kualitas
dan cita rasa meskipun harganya relatif lebih tinggi. (Putri et al.,2018).
Kopi arabika tersebar di beberapa kabupaten di wilayah Sumatera Utara.
Salah satu kabupaten yang memiliki potensi dalam hal pengembangan kopi
arabika adalah kabupaten Tapanuli Utara dengan produksi tahun 2021 sebesar
16.036 ton dengan luas tanaman perkebunan rakyat sebesar 16.474 ha (BPS
2021). Luas areal tanaman perkebunan kopi Arabika pada tahun 2020 di Tapanuli
Utara yaitu seluas 16,47 ribu ha, dengan total produksi 15.220 ton, rata-rata
produksi 1.207,937 kg/ha/tahun. Perkebunan kopi di wilayah Tapanuli Utara
masih berupa perkebunan rakyat karena sumber penghasilan utama masyarakat
disana sangat bergantung pada kebun tersebut.
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sendiri juga memiliki
beberapa kecamatan yang menjadi sentra penghasil kopi. Beberapa kecamatan
tersebut adalah kecamatan Pangaribuan, kecamatan Simangunban, kecamatan
Muara, kecamatan Pahae Zulu, dan kecamatan Adiankoting. Kecamatan tersebut
telah mengalami penurunan produksi kopi dari tahun 2020 yang memiliki jumlah
produksi 4.396,8 ton menjadi 3.522,01 ton pada tahun 2021 dan juga penurunan
luas areal lahan pada tahun 2020 yaitu 4.399,39 ha menjadi 3.708,4 ha pada tahun
2021. Penurunan luas lahan kopi secara langsung akan mempengaruhi produksi,
ini berdampak pada pendapatan masyarakat dan berpotensi kehilangan sumber
penghasilan.
Lahan yang semakin berkurang memaksa masyarakat harus mengambil
tindakan inovatif guna mempertahankan produksi yang optimal. salah satunya
yaitu memelihara ketersediaan unsur hara makro tanah pada areal perkebunan
aktif. Seperti pada manusia, tanaman memerlukan makanan yang disebut juga
dengan hara tanaman. Manusia menggunakan bahan organik sedangkan pada
2

tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan


pertumbuhan. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman diatasnya (Mahmud dkk, 2017).
Pengaruh unsur hara makro Nitrogen tanaman kopi arabika untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta berperan memacu pertumbuhan vegetatif
tanaman, menyusun dari banyak senyawa, sebagai inti dari klorofil dan
meningkatkan kualitas daun (Rachman dkk.,2008). Fosfor berperan sebagai
pertumbuhan tunas dan akar tanaman sedangkan kalium berperan dalam proses
fisiologi tanaman seperti aktivator enzim, fotosintesis, transport hara dan air,
meningkatkan daya tahan tanaman (Rahardjo 2012). Sedangkan unsur hara
Sulfur(S) berfungsi mengikat nitrogen di udara pada proses produksi. Belerang
(sulfur) sangat membantu perkembangan pucuk, akar dan buah, memperbaiki rasa
dan warna hasil panen, memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama
penyimpanan, tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan
(hama, penyakit, kekeringan), jadi semuanya berhubungan dengan peningkatan
produktivitas (Thamrin, 2014).
Peningkatan produksi dalam lahan yang terbatas dapat ditingkatkan apabila
unsur hara makro dalam tanah tersedia untuk tanaman tumbuh dan berproduksi
secara optimal. Hingga kini, beberapa penelitian dan pengkajian hubungan unsur
hara makro tanah terhadap produksi tanaman kopi sudah banyak dilakukan di
Indonesia. Namun, penelitian hubungan unsur hara makro tanah terhadap
produksi tanaman kopi di kecamatan Pangaribuan, kecamatan Simangunban,
kecamatan Muara, kecamatan Pahae Zulu, dan kecamatan Adiankoting masih
sangat sedikit informasi yang tersedia. Atas pertimbangan tersebut, perlu kiranya
dilakukan penelitian terkait hubungan unsur hara makro tanah terhadap produksi
tanaman kopi di kecamatan - kecamatan tersebut.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan hara N,P,K,S tanah terhadap produksi kopi
Arabika di kecamatan Pangaribuan, Simangunban, Pahae Julu, Muara, dan
Adiankoting kabupaten Tapanuli Utara

Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Unsur Hara Makro


Tanaman sangat bergantung pada bahan anorganik dalam tanah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kebutuhan energi. Pertumbuhan merupakan
proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel yang bersifat tetap. Unsur hara adalah
nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk kation dan anion dari dalam
larutan tanah. Jumlah produksi tanaman tidak luput dari kualitas tanah dan
ketersediaan unsur hara. Unsur hara makro adalah unsur hara essensial tanaman
yang dibutuhkan dalam jumlah banyak (konsentrasi 1000 mg/kg).(Agustina, R.M,
2022). Kebutuhan unsur hara pada setiap jenis tanaman memiliki
tingkatan yang berbeda-beda untuk kebutuhan optimalnya. Apabila unsur hara
diberikan dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan toksisitas pada tanaman
yang ditandai dengan pertumbuhan dan produksi yang abnormal. Sedangkan
tanaman akan mengalami gejala kahat atau defisiensi hara apabila tidak diberikan
dalam jumlah minimumnya. Oleh karena itu, keseimbangan unsur hara harus
diperhatikan guna mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Mekanisme untuk perubahan suatu unsur hara menjadi senyawa
organik atau energi disebut metabolisme. Unsur hara makro merupakan unsur
hara essensial tanaman yang berarti unsur tersebut langsung terlibat dalam fungsi
metabolisme tanaman. Apabila terjadi kekurangan unsur, unsur hara essensial
tidak dapat digantikan oleh unsur yang lain. Kekurangan unsur hara essensial
berdampak langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah
paling banyak oleh tanaman, nitrogen berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan
perkembangan daun, cabang, dan produksi buah. Nitrogen merupakan komponen
dasar dalam sintesis protein, enzim, asam amino, asam nukleat, dan bagian 12
integral dari klorofil, yang juga berperan dalam mengontrol semua reaksi
4

metabolisme di dalam tanaman (Stefanelli et al. 2010).


Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena anion selalu
berada di dalam larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Oleh karena ion
nitrat selalu berada didalam larutan tanah, maka ion nitrat lebih mudah tercuci
oleh aliran tanah. Sebaliknya untuk ion amonium yang bermuatan positif terikat
oleh koloid tanah. Ion ammonium dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah
melalui proses pertukaran kation. Oleh karena ion amonium bermuatan positif,
maka ion ini tidak mudah hilang oleh proses pencucian (Wiyantoko et al., 2017).
Kandungan Nitrogen total tanah merupakan jumlah nitrogen yang terdapat di
dalam tanah. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3 - dan NH4 + .
Nitrogen (N) merupakan unsur esensial bagi tumbuhan. N dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak (Hanafiah et al., 2010). N di dalam tanah dan tanaman
bersifat mudah bergerak, sehingga keberadaan N di dalam tanah cepat berubah
atau bahkan hilang. Kehilangan N dapat melalui denitrifikasi, volatilisasi,
pengangkutan hasil panen atau pencucian dan erosi permukaan tanah. Menurut
Nariratih (2013) Perbedaan jenis tanah berpengaruh sangat nyata dan pemberian
bahan organik berbeda berpengaruh nyata terhadap kadar N-Total. Rendahnya
kandungan N dalam tanah dapat terjadi karena diserap oleh tanaman, menguap
atau tercuci. Penambahan bahan organik dari bahan baku berbeda memberikan
respon berbeda dalam menyediakan hara N dalam tanah, dimana pupuk kandang
kotoran ayam lebih cepat terdekomposisi sehingga menyediakan N lebih cepat
dalam tanah dibandingkan dengan kompos jerami padi dan kulit kakao.

Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan salah satu hara essensial bagi tanaman. Tanaman
sangat membutuhkan fosfor untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, ketersediaan
fosfat yang dapat diserap tanaman di dalam tanah sangatlah rendah. yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik. Barrow (1972) dan
Dierolf et al. (2001) mengemukakan bahwa unsur P tidak mudah hilang dari
5

dalam tanah karena proses pencucian (kecuali pada tanah sangat berpasir) tetapi
tetap terjerap pada permukaan koloid tanah Selain sebagai unsur hara esensial
penyusun beberapa senyawa utama fosfor juga berfungsi sebagai katalis reaksi
reaksi biokimia penting di dalam tanaman. Fosfor berperan di dalam penangkapan
dan pengubahan energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna
bagi tanaman. Di dalam tanah, fosfor berasal terutama dari hasil disintegrasi dan
dekomposisi batuan yang mengandung mineral apatit [Ca10(PO4)6(F,CI,OH)2].
Di dalam tanah dikenal tiga macam mineral apatit, yakni flour (F) apatit, khlor
(Cl) apatit, dan hidroksi (OH) apatit (Taisa et al., 2021) Fospor (P) tersedia
merupakan P yang siap diambil tanaman yaitu bentuk H2PO4 - , HPO 2- , dan
PO4 3- dalam larutan tanah. P-labil merupakan bentuk H2PO4, HPO4 2- , dan
PO4 3- yang berada dalam kompleks jerapan tanah (Anwar et al., 2009). P dalam
tanah berasal dari desintegrasi mineral yang mengandung P seperti apatit, dan
dekomposisi bahan organik. Kelarutan senyawa P anorganik dan P organik di
dalam tanah umumnya sangat rendah, sehingga hanya sebagian kecil P tanah yang
berada dalam larutan tanah (P tersedia). Di samping itu juga dapat disebabkan
karena pH tanah yang rendah sehingga kelarutan Aluminium 14 (Al) yang tinggi
menyebabkan P menjadi tidak tersedia (Munawar, 2013)

Kalium (K)
Kalium relatif banyak dibutuhkan tanaman agar tumbuh normal dan
berproduksi secara optimal. Unsur K sangat menentukan kuantitas dan kualitas
hasil tanaman karena hara ini berperan penting di antaranya dalam proses dan
translokasi hasil fotosintesis, sintesis protein, dan peningkatan ketahanan tanaman
terhadap cekaman biotik (hama/penyakit) dan abiotik (kekurangan air dan
keracunan besi atau Fe), serta perbaikan kondisi fisik dan komposisi kimia produk
pertanian (Subandi, 2013). Ketersediaan unsur kalium di dalam tanah sangat
penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur ini diserap tanaman
dalam bentuk ion K+ . Ketersediaan K di dalam tanah sangat bervariasi dan
6

jumlahnya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam


yang mudah larut seperti KCl, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Kebutuhan unsur
ini cukup tinggi bagi tanaman, apabila K-tersedia dalam jumlah terbatas, maka
gejala kekurangan unsur hara segera terlihat pada tanaman (Budi dan Sari, 2015).
Di dalam tanah terdapat empat bentuk kalium yang berada dalam keseimbangan
yang dinamis yaitu, K-terlarut (dalam larutan tanah), K-dapat dipertukarkan, K-
tidak dapat dipertukarkan, dan K-mineral. Dalam kaitannya dengan kemudahan
kalium diserap oleh tanaman, K-terlarut dikenal sebagai K segera tersedia, K-
dapat dipertukarkan sebagai K cadangan yang mudah dimobilisasi, K-tidak dapat
dipertukarkan atau K-tersemat (fixed) mineral lempung sebagai K simpanan
lambat disediakan, dan K-mineral sebagai K cadangan semipermanent. Jumlah K-
terlarut dan K-dapat dipertukarkan hanya 1- 15 2% dari total K di dalam tanah, K-
tidak dapat ditukar sekitar 1-10%, dan Kmineral 90-98% (Subandi, 2013)

Sulfur (S)
Sulfur merupakan penyusun asam-asam amino esensial (sistin, sistein,
methionin) yang terlibat dalam pembentukan klorofil, dan dibutuhkan dalam
sintesis protein dan struktur tanaman (Mengel and Kirby 1987). Sulfur juga
sebagai penyusun koenzim A dan hormon biotin dan thiamin yang dibutuhkan
dalam metabolisme karbohidrat (Dobermann and Fairhurst 2000). Kahat S
menghambat sintesis protein dan menurunkan kualitas produk tanaman. Lebih
lanjut, asam-asam amino yang tidak mengandung S seperti asparagin, gluitamin,
dan arginin terakumulasi pada tanaman kahat S yang berakibat pada buruknya
aktivitas fotosintesis dan gula yang dihasilkan (Mamaril 1994). Tanaman supaya
dapat tumbuh secara normal juga membutuhkan unsur hara makro, sekunder yaitu
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S), hanya jumlah yang dibutuhkan
umumnya tidak sebanyak dibandingkan dengan unsur hara primer(Supriyadi,
2013). Salah satu unsur hara makro sekunder adalah S (Sulfur). Unsur Sulfur yang
lebih dikenal dengan nama Belerang diserap tanaman dalam bentuk Sulfat (SO2-).
7

Sulfur berkontribusi terhadap peningkatan hasil tanaman yaitu dengan


memberikan hara secara langsung, memberikan hara secara tidak langsung
sebagai bahan perbaikan tanah terutama tanah dengan pH tinggi (Aisyah et al.,
2017). Sulfur berpengaruh terhadap pembentukan klorofil yang berperan dalam
proses fotosintesis. Sulfur berfungsi dalam sintesis protein, dan berperan dalam
beberapa reaksi metabolisme karbohidrat dan lemak (Wiyati et al., 2015). 16
Prioritas perhatian terhadap penggunaan pupuk masih bertumpu kepada unsur
makro, seperti Nitrogen, Phospor, dan Kalium, sedangkan penggunaan unsur hara
lainnya terutama Sulfur agak terabaikan. Kehilangan 1 mm bagian atas tanah,
akan diikuti kehilangan sedikitnya 4 kg S/ha/tahun (Hartanto, 2010). Kehilangan
unsur hara Sulfur dalam tanah dapat terjadi kerena pelindian dan penguapan
(Yuwono, 2004).

Botani Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L)


Klasifikasi tanaman kopi (coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah
sebagai berikut : Kingdom: Plantae; Sub kingdom: Tracheobionta; Super Divisi:
Spermathopyta; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Sub Kelas:
Asteridae; Ordo; Rubiales; Famili: Rubiaceae; Genus: Coffea; Species: Coffea sp.
(Coffea arabica L., Coffea canephora, Coffea liberica, Coffea excels).
Daun tua berwarna hijau gelap, daun muda berwarna coklat kemerahan.
Bentuk daun oval memanjang runcing, pangkal daun runcing, ujung meruncing,
tepi daun bergelombang tegas, apabila naungan kurang (tanpa penaung) helai
daun mengatup ke atas. Saat awal berbunga adalah satu tahun setelah ditanam di
lapangan. Berbunga beberapa kali mengikuti pola sebaran hujan sepanjang tahun.
Buah muda oval memanjang berwarna hijau bersih, buah tua berbentuk bulat
memanjang berukuran besar, diskus kecil tanpa perhiasan buah, buah masak tidak
serempak, mengikuti pola pembungaan yang terus menerus, buah masak berwarna
merah tua cerah. Jumlah buah per ruas 10 - 16, berat 100 buah masak merah 148
gram, letak buah dalam pohon tersembunyi di balik daun. Bentuk biji oval agak
8

memanjang, berat 100 butir biji 16,4 gram, nisbah biji buah 14,9; biji normal
80%, biji gajah 2%, biji bulat 6%, biji triase 7% dan biji hampa 5%. Sangat rentan
serangan nematode parasit, agak rentan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix)
dan rentan terhadap serangan bubuk buah kopi (PBKo). Produktivitas 2.000 kg/ha
- 2.500 kg/ha untuk populasi 2.000 pohon/ha di ketinggian tempat > 1.000 m dpl.
Mutu fisik biji cukup baik, mutu seduhan baik (good). Keunggulannya adalah:
pembuahan terus menerus, ukuran buah dan biji besar, cocok untuk iklim basah.
Kelemahannya adalah: tidak tahan kering, rentan serangan bubuk buah kopi
(PBKo).

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika

Iklim

Kopi Arabika menghendaki ketinggian tempat antara 700-2.000 meter dpl.


Namun demikian ketinggian tempat berbeda di setiap daerah penanaman
(Baon,1988). Menurut Syahir (2010), kopi Arabika dapat tumbuh pada ketinggian
600-2.200 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan 1.200-2.200
mm/tahun dan suhu 15C-24C. Di Uganda kopi Arabika dibudidayakan pada
ketinggian tempat 1.300 - 2.300 meter dpl, suhu optimal 170C - 250C, curah
hujan merata sepanjang tahun (sekitar 9 bulan) sebesar 1.200 - 1.500 mm/tahun.
Saat ini ketika suhu udara di Uganda telah mengalami kenaikan sebesar 20C maka
terjadi pengurangan secara drastis luas lahan yang sesuai bagi tanaman kopi
(Kangire et al, 2013). Di Aceh Tengah penanaman kopi Arabika catimor tumbuh
baik pada ketinggian 1.000 - 1.300 meter dpl dan hingga saat ini masih
menunjukkan produksi yang baik, curah hujan 1.500 - 2.500 mm/tahun, dan
musim kering 2 - 3 bulan (Karim, 1999).
Penyinaran secara langsung sebenarnya tidak dikehendaki kopi Arabika,
karena dapat memperbesar penguapan air dari tanah dan daun, sehingga dapat
mengganggu keseimbangan air tanaman terutama pada musim kemarau
9

(Yahmadi, 1976 dalam Karim, 1999). Selain terhadap fotosintesis, sinar matahari
berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga. Adanya sinar matahari
yang banyak akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Itulah sebabnya
apabila sepanjang tahun kopi Arabika mendapat penyinaran matahari langsung
secara terus menerus, akan terbentuk bunga sepanjang tahun. Akibatnya
pembungaan menjadi tidak teratur dan menghasilkan bunga melebihi
kemampuannya, sehingga hanya sedikit bunga berhasil menjadi buah dan buah
inipun mutunya menjadi rendah, karena hal inilah diperlukan naungan yang juga
harus dibudidayakan dengan baik (Hartobudoyo, 1990 dalam Karim, 1999).

Tanah

Struktur tanah yang baik penting untuk tanaman kopi Arabika, karena
tanaman kopi Arabika menghendaki banyak oksigen. Semakin baik pertumbuhan
akar dalam tanah, maka bagian-bagian tanaman di atas tanah pun akan semakin
baik. Susunan akar kopi Arabika adalah sebagai berikut : akar tunggang (lurus
kedalam tanah, gunanya untuk tegaknya tanaman dan menjaga kekeringan), akar
lebar (akar yang keluar dari akar tunggang dengan arah ke samping), akar rambut
dan bulu-bulu akar (akar yang keluar dari akar, berguna untuk menyerap air dan
makanan) (Subandi, 2011).
Jenis tanah yang berbeda berdampak terhadap sifat fisik kimia tanah dan
produksi. Marbun et al., (2020a) menyatakan bahwa kesuburan dan jenis tanah
berkorelasi positif dengan produksi kopi Arabika. Entisol memiliki Produktivitas
865,28 kg/ha/tahun, Inseptisol 834,56 kg/ha/tahun, Ultisol 747,52 kg/ha/tahun.
10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian direncanakan di Kecamatan Pangaribuan, Simangunban,
Muara, Pahae Julu, Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Analisis karakteristik
lahan akan dilakukan di laboratorium analitik PT.Socfin Indonesia, Medan.
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan April 2022 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dan biji kopi
Arabika yang diambil dari setiap SPL Kecamatan Pangaribuan, Simangunban,
Muara, Pahae Julu, Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara pada tanaman kopi
Arabika yang berumur 10-15 tahun, SPL (Satuan Peta Lahan) hasil overlay dari
peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat yang ada di
Kecamatan Pangaribuan, Simangunban, Muara, Pahae Julu, Adiankoting sebagai
penuntun lokasi pengambilan sampel tanah, tabel kriteria sifat kimia tanah sebagai
penentu rendah, sedang, tinggi nya sifat kimia tanah, plastik sebagai wadah
sampel. Label untuk menandai sampel, dan bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam analisi tanah di laboratorium. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System (GPS) untuk
mengetahui titik koordinat lokasi penelitian, cangkul/bor dan ring tanah
digunakan untuk mengambil sampel tanah, ember sebagai wadah pencampuran
tanah, pisau untuk mengambil tanah dari bor tanah, kamera untuk mengambil
dokumentasi kegiatan selama di lapangan, karet gelang untuk mengikat kantong
plastik yang sudah berisi sampel tanah, dan alat tulis serta peralatan analisis di
laboratorium.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan mengambil
sampel tanah secara acak. Begitu juga data produksi dengan metode yang sama
dari 5 sampel pohon kopi. Data hara makro di klasifikasikan rendah, sedang dan
11

tinggi kemudian di regresikan terhadap bobot 100 biji kering dan produksi per
hektar melalui regresi linier berganda.

Pelaksanaan Penelitian
Tahapan persiapan dimulai dari konsultasi dengan dosen pembimbing,
pengumpulan pustaka, penyusunan usulan penelitian survei lokasi penelitian, peta
jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta ketinggian tempat, satuan peta lahan.

Pengambilan Sampel Tanah


Sampel tanah diambil dengan cara di cangkul/bor pada masing-masing SPL
yang dianggap mewakili sifat tanah di lokasi tersebut. Masing-masing SPL
diambil sebanyak 2 sampel. Sampel tanah diambil secara acak dengan kedalaman
0-30 cm dan dikompositkan dari beberapa lokasi. Kemudian, sampel tanah yang
telah diambil dimasukkan kedalam kantong plastik dengan berat masing-masing ±
2 kg. Kantong plastik diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis
kimia tanah.

Pengambilan Data Produksi


Pengambilan data dalam produksi kopi di beberapa kecamatan di Kecamatan
Pangaribuan, Simangunban, Muara, Pahae Julu, Adiankoting Kabupaten Tapanuli
Utara dengan mengambil biji kopi yang sudah memasuki kriteria matang pada
tanaman kopi yang sudah berusia 10 – 15 tahun sebanyak 1 kg tiap sampel, dan 1
SPL masing-masing diambil 2 sampel.

Analisis Data
Data karakteristik kimia tanah dengan produksi kopi arabika dianalisis
dengan menggunakan regresi linear berganda dengan IBM SPSS Statistik v.20.

Parameter Amatan
12

1. N total tanah (%) dengan metode Kjeldahl

2. P tersedia tanah (ppm) dengan metode Brang II

3. K total tanah (%) dengan metode ekstraksi asam asetat (NH4OAc) pH 7

4. S tanah (%) dengan metode 0,5 molar NahCO3 pH 3,5

5. Bobot 100 biji kering (g)

6. Produksi (kg/ha)
13

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R.M. 2022. Kajian Unsur Hara Makro Dan Mikro Pada Pertumbuhan
Tanaman. Pendidikan Biologi. Raden Intan Lampung : Universitas Islam
Negeri

Barrow NJ. 1972. Influence Of Solution Concentration Of Calcium On The


Adsorption Of Phosphate, Sulphate, And Molybdate By Soils. Soil Sci. Soc.
Am. J., 113:175-180.

Baon, J. B. 1988. Lahan-lahan yang cocok untuk tanaman kakao dan kopi. Warta
Balai Penelitian Perkebunan, Jember. No. 7.

Budi, S. dan S. Sari. 2015. Ilmu dan Implementasi Kesuburan Tanah. Malang:
UMM Press

Dierolf T, Fairhutst, Mutert E. 2001. Soil Fertility Kit. A Toolkit for Acid Upland
Soil Fertility Management in Southeast Asia. Handbook Series. GT2GmbH,
Food and Agriculture Organization, P. T. Jasa Katon and Potash & Phosphate
Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). First Edition.
Printed by Oxford Graphic Printer, 150 pp.

Kangire, A., P. Kucel., M. P. E. Wetala., G. Hakiza., G. Kagezi., R. Matovu., H.


Luzinda., A. K. Nalukenge., P. Aluka and P. C. Musoli. 2013. Climate
Change : Implication for Coffee Research and Production in Uganda.
National Crop Resources Research Institute, Coffee Research Centre,
Mukono, Uganda.

Karim, A., U. S.Wiradisastra., Sudarsono., dan S. Yahya. 1996. Evaluasi kriteria


klasifikasi kesesuaian lahan kopi arabika catimor di Aceh Tengah. J. Tanah
Trop, No. 3: 74-82.

Stefanelli, D., Goodwin, I. and Jones, R. 2010. Minimal Nitrogen and Water Use
in Horticulture: Effects on Quality and Content of Selected Nutrients. Food
Research International 43:1833-1843.

Subandi, M. 2011. Budidaya Tanaman Perkebunan (Bagian Tanaman Kopi).


Gunung Djati Press. Bandung.

Syahir, M. 2010. Budidaya dan pasca panen kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Bogor, hal 4-5.
14

Marbun, P. 2019. Evaluasi Produktivitas Lahan Kopi Arabika dan Robusta pada
Daerah Sentra Produksi Kopi Sumatera Utara. Disertasi. Fakultas Pertanian.
USU.

Marbun, P,, Nasution, Z,, Hanum, H,, & Karim, H, (2020a). The Classification,
Characteristics, and Assessment of Soil Profile Fertility on Coffea Arabica
productivity in North Sumatra, Bulgarian Journal of Agricultural
Science,26(3), 622-632

Munawar, A. 2013. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor.

Nariratih, I., Damanik,M., Sitanggang,S.2013. Ketersediaan Nitrogen pada Tiga


Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya pada
Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1(3). ISSN No. 2337-
6597.

Subandi. 2013. Peran dan Pengelolaan Hara Kalium untuk Produksi Pangan di
Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 6 (1): 1-10.

Supriadi, H., Randriani, E, dan Towaha J. 2016. Korelasi Antara Ketinggian


Tempat,Sifat Kimia Tanah, Dan Mutu Fisik Biji Kopi Arabika Di Dataran
Tinggi Garut. J. TIDP 3(1), 45–52. Balai PenelitianTanaman Industri dan
Penyegar

Wiyati, I., Suntoro, H. Widijanto, dan Sudadi. 2015. Pengaruh Abu Vulkanik
Kelud dan Pupuk Kandang terhadap Ketersediaan dan Serapan Sulfur pada
Jagung di Tanah Alfisol. Jurnal EKOSAINS Vol. 7, No. 2. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta

Wiyantoko, B., Kurniawati, P., dan Purbaningtias, T. E. (2017). Pengujian


Nitrogen Total, Kandungan Air Dan Cemaran Logam Timbal Pada Pupuk
Anorganik Npk Padat. JST (Jurnal Sains Dan Teknologi), 6 (1).

Yuwono, N. W. 2004. Kesuburan Tanah. Universitas Gadjah Mada


Press.Yogyakarta.
15
16

Agus, F., Yusrial, Sutono. 2006. Penetapan Tekstur Tanah. Sifat Fisik Tanah
dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal.
43.
Alista, F. A., dan Soemarno. 2021. Analisis Permeabilitas Tanah
Lapisan Atas dan Bawah di Lahan Kopi Robusta. Jurnal Tanah
dan Sumberdaya Lahan. Vol. 8 No. 2: 493-504.
Anhar, A., Abubakar, Y., Widayat, H. P., Muslih, A. M., & Baihaqi, A.
2021. Altitude, Shading, and Management Intensity Effect on
Arabica Coffee Yields in Aceh, Indonesia. Open Agriculture,
6(1), 254-262.
Antil, R. S., & Singh, M. 2007. Effects of Organic Manures and
Fertilizers on Organic Matter and Nutrients Status of The Soil.
Archives of Agronomy and Soil Science, 53(5), 519-528.
Bangun, R. H. 2020. Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi
Kopi Arabika terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara. Jurnal Agriuma. 2 (1) April 2020.
Barus, B. J. A., Razali, dan Sitanggang, G. 2015. Evaluasi Kesesuaian
Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var
Kartika Ateng) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli
Utara. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 3, No. 4
Bertrand, B., Alpizar, E., Lara, L., Santacreo, R., Hidalgo, M.,
Quijano, J. M., & Etienne, H. 2011. Performance of Coffea
Arabica F1 Hybrids in Agroforestry and Full-sun Cropping
Systems in Comparison with American Pure Line Cultivars.
Euphytica, 181, 147-158.
Bote, A. D., & Struik, P. C. 2011. Effects of Shade on Growth,
Production and Quality of Coffee (Coffea arabica) in Ethiopia.
Journal of Horticulture and Forestry, 3(11), 336-341.
Departemen Kehutanan RI. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana
Teknik Rehabikirasi dan Konservasi Tanah DAS. Kementerian
Kehutanan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Pedoman Teknis Budidaya
Kopi yang Baik. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Ditjenbun. 2020. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021.
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Direktorat Jenderal
Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Hal. 19-20.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011.
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditi Pertanian.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan
Litbang Pertanian, Bogor. 36p.
Hanafiah, K. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo
17

Persada.
Jakarta.
Haryanto, B., Basri, H., Thohar, A., Widodo, D., Wibowo, N. S., dan
Juniawan. 2017. Kurikulum Nasional dan Modul Pelatihan
Budidaya Berkelanjutan (Good Agricultural Practices-GAP)
dan Pascapanen(Post-Harvest) Kopi Arabika. Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementerian
Pertanian RI bekerjasama dengan SCOPI, GCP dan ICCRI.
Havlin, J. L., Beaton, J. D., Tisdale, S. L., & Nelson, W. L. 2005. Soil
Fertility and Fertilizers: An Introduction to Nutrient
Management Prentice Hall. New J.
Herawati, T. 2010. Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah
DAS Cisadane Kabupaten Bogor. Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam, Bogor.
Karim, A., Hifnalisa, Rusdi, M., Fazlina, Y. D., dan Izzati, R. 2021.
Production Variability and Yield Quality of Four Arabica
Coffee Genotypes in Gayo Lues District, Aceh Province,
Indonesia. International Journal of Applied Science. 4, 2, 1-13.
Karolinoerita, V., dan Yusuf, W., A. 2020. Salinisasi Lahan dan
Permasalahannya di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.
14 No. 2 : 91-99.
Lanamana, W., & Fatima, I. 2018. Effects of Different Land Status on
Conservation Land and Income of Upland Rice Farming in
Mausambi Village, Maurole Subdistrict, Ende Regency.
Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture, 33(2), 126-
135.
Marbun, P., Nasution, Z., Hanum, H., & Karim, A. 2020.
Classification, Physicochemical, Soil Fertility, and
Relationship to Coffee Robusta Yield in Soil Map Unit
Selected. Coffee Science, Vol. 15, e151818.
Marbun, P., Nasution, Z., Hanum, H., & Karim, H. 2020. The
Classification, Characteristics, and Assessment of Soil Profile
Fertility on Coffea arabica Productivity in North Sumatra.
Bulgarian Journal of Agricultural Science, 26(3), 622-632.
Maroeto, Priyadarshini, R., Siswanto, Idhom, M., & Santoso, W. 2022.
Study on The Potential of Forest Areas in Aspects of Land
Fertility in Wonosalam District, Jombang Regency. Seminar
Nasional Agroteknologi FakultasbPertanian UPN Veteran Jawa
Timur 2021. NST Proceedings. Pages 22-30. doi: 10.11594/
nstp.2022.2004.
Prawito, P. 2016. Petunjuk Unib Soil Judging Contest. Universitas
Bengkulu.
18

Bengkulu.
Ritung, S., Wahyunto, Agus, F., dan Hidayat, H. 2007. Panduan
Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian
Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.
Indonesia.
Sari, N. P., Teguh, I. S., dan Surip, M. 2013. Sebaran Tingkat
Kesuburan Tanah pada Perkebunan Rakyat Kopi Arabika di
Dataran Tinggi Ijen-Raung Menurut Ketinggian Tempat dan
Tanaman Penaung. Pelita Perkebunan. 29(2): 93-107.
Satriawan, H. 2010. Evaluasi Tingkar Bahaya Banjir dan Erosi serta
Strategi Penganggulangannya di Kabupaten Nagan Raya.
Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi. Vol. 10 No. 1.
Siahaan, A. S., Harahap, E. M., Hanum, C., Karim, A., & Satriawan, H.
2022. The Correlation of Elevation, Soil Chemical Properties
and Yield of Coffea arabica L. in Shaded Conditions: Yield of
Coffea arabica L. in Shaded Conditions. Biological Sciences-
PJSIR, 65(3), 282-291.
Sihombing, J. E., Marbun, P., dan Marpaung, P. 2019. Pemetaan Status
Kesuburan Tanah pada Lahan Kopi Arabika di Kecamatan
Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Jurnal
Agroekoteknologi FP USU. Vol 7. No. 1 : 239 – 245.
Siswanto. 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit UPN Press.
Surabaya. Siswoyo, H., Juwono, P. T., dan Taufiq, M. 2018. Potensi
Bahaya Salinitas dan
Bahaya Alkalinitas Sumber Daya Air Tanah untuk Irigasi di
Kabupaten Mojokerto. SNITT Politeknik Negeri Balikpapan.
Sitompul, R., Harahap, F. S., Rauf, A., Rahmawaty dan Sidabukke, S.
H. 2018. Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Areal Penggunaan
Lain di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak
Bharat untuk Pengembangan Tanaman Cabai Merah
(Capsicum annuum L.). Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.
Vol. 5. No. 2 : 829-839.
Soekamto, M. H. 2015. Kajian Status Kesuburan Tanah di Lahan
Kakao Kampung Klain Distrik Mayamuk Kabupaten Sorong.
Jurnal Agroforestri. Volume X Nomor 3.
Somporn, C., Kamtuo, A., Theerakulpisut, P., & Siriamornpun, S. 2012.
Effect of Shading on Yield, Sugar Content, Phenolic Acids and
Antioxidant Property of Coffee Beans (Coffea Arabica L. cv.
Catimor) Harvested from North‐Eastern Thailand. Journal of
the Science of Food and Agriculture, 92(9), 1956-1963.
Sudharta, K. A. M., Hakim, A. L., Fadhilah, M. A., Fadzil, M. N.,
19

Prayogo, C., Kusuma, Z., & Suprayogo, D. 2022. Soil Organic


Matter and Nitrogen in Varying Management Types of Coffee-
pine Agroforestry Systems and Their Effect on Coffee Bean
Yield. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 23(11),
5884-5891.
Suhana, S. N., dan Cahyadi, A. 2015. Penaksiran Kesesuaian Kualitas
Air Tanah untuk Irigasi di Sebagian Mata Air Kabupaten
Rembang. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Lingkungan. 20 Mei 2015. Semarang. Hal. 39 – 47
Sukarman, Sofyan, R., Markus, A., dan Erna, S. 2017. Pedoman
Pengamatan Tanah di Lapangan. IAARD Press. Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Supriadi, H., Randriani, E., & Towaha, J. 2016. Korelasi antara
Ketinggian Tempat, Sifat Kimia Tanah, dan Mutu Fisik Biji
Kopi Arabika di Dataran Tinggi Garut. Jurnal Tanaman
Industri dan Penyegar, 3(1), 45- 52.
Syachroni, S. H. 2019. Kajian Beberapa Sifat Kimia Tanah pada Tanah
Sawah di Berbagai Lokasi di Kota Palembang. SYLVA.
Volume VIII – 2 : 60
– 65.
Tarigan, E. S., Guchi, H., dan Marbun, P. 2015. Evaluasi Status Bahan
Organik dan Sifat Fisik Tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu
Tanah) pada Lahan Tanaman Kopi (Coffea sp.) di Beberapa
Kecamatan Kabupaten Dairi. Jurnal Online Agroekoteknologi.
Vol. 3, No. 1: 246 – 256.
Wilson, Supriadi, dan Guchi, H. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah
pada Lahan Kopi di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal
Online Agroekoteknologi. Vol. 3, No. 2: 642-648.
Wischmeier, W. H. dan D. D. Smith. 1978. Predicting Rainfal Erosion
Losses- A Guide to Conservation Planning. US Department of
Agriculture. Agriculture Handbook NO.537.
White, R. E. 2005. Principles and practice of soil science: the soil as
a natural resource. John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai