Anda di halaman 1dari 43

PENGUJIAN TOTAL BAKTERI ASAM LAKTAT Pediococus lolii PADA

SNACK BAR PROBIOTIK

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

OLEH
ANNYSA VERO STYANINGRUM
NIM 160342606295

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JULI 2019
PENGUJIAN TOTAL BAKTERI ASAM LAKTAT Pediococus lolii PADA
SNACK BAR PROBIOTIK DI BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI
BAHAN ALAM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan matakuliah Pratek Kerja Lapangan (PKL)

OLEH
ANNYSA VERO STYANINGRUM
NIM 160342606295

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JULI 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) oleh Annysa Vero Styaningrum yang
berjudul ” Pengujian Total Bakteri Asam Laktat Pediococus lolii Pada Snack
Bar Probiotik” Di Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Gunungkidul Yogyakarta” ini telah diperiksa dan
disetujui,

Yogyakarta, 04 Juli 2019


Pembimbing Lapangan

Ervika Rahayu Novita Herawati STP., M.Sc


NIP. 198511272008012002

Yogyakarta, 04 Juli 2019


Pembimbing Kampus

Dr. Betty Lukiati M.S


NIP. 195702271982032002

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Jurusan Biologi, Dekan FMIPA UM

Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si Dr. Hadi Suwono, M.Si


NIP. 196706121992032001 NIP.196705151991031007

RINGKASAN
Styaningrum, Annysa Vero. 2019. Pengujian Total Bakteri Asam Laktat
Pediococus lolii Pada Snack Bar Probiotik Di Balai Penelitian Teknologi
Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Gunungkidul
Yogyakarta. Laporan PKL, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Pembimbing
Lapangan: Ervika Rahayu Novita Herawati STP., M.Sc, Pembimbing
Kampus: Dr.Betty Lukiati M.Si.
Kata Kunci: Bakteri Asam Laktat, Snack Bar, Probiotik, Praktek Kerja
Lapangan.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Pengujian Total Bakteri Asam Laktat
Pediococus lolii Pada Snack Bar Probiotik” di Balai Penelitian Teknologi Bahan
Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Laporan PKL ini disusun sebagai bentuk bukti pelaksanaan kegiatan PKL
yang telah dilakukan selama 32 hari efektif. Dalam penulisan laporan ini penulis
mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Betty Lukiati M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam
pelaksanaan praktik kerja lapangan
2. Ibu Ervika Rahayu Novita Herawati STP., M.Sc selaku pembimbing lapangan
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam
melaksanakan praktek kerja lapangan di Balai Penelitian Teknologi Bahan
Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
3. Teknisi Laboratorium Mikrobiologi dan Pangan Bu Sri Endartini, Mbak Tuti.
Serta seluruh keluarga besar Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Terimakasih atas bantuan dan
petunjuk selama melaksanakan praktek kerja lapangan
4. Bapak, Ibu dan teman-teman Ainun Nadzhifa, Amila Safira yang tidak
berhenti memberikan doa dan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan praktik kerja lapangan
5. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun.
Yogyakarta, 04 Juli 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berperan


dalam mempersiapkan mahasiswa menjadi generasi penerus bangsa. Tri
Dharma Perguruan Tinggi yaitu: pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian masyarakat dengan tujuan mencetak sarjana yang dapat menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi secara praktis, teoritis serta mampu berperan
dalam kehidupan masyarakat dan bersaing dalam dunia kerja. Untuk
menyesuaikan antara dunia industri yang membutuhkan tenaga kerja dengan
perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja. Maka, pemerintah dan
institusi perguruan tinggi di Indonesia telah menetapkan Program Praktek
Kerja Lapang (PKL).
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah non
teori yang harus diikuti oleh mahasisawa. Kegiatan ini merupakan
pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung didunia kerja. Praktek Kerja
Lapangan ini nantinya akan memberikan wawasan kepada mahasiswa sebelum
memasuki dunia kerja, mahasiswa akan dilatih bekerja secara professional,
disiplin, dan bertanggung jawab. Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan
bertujuan untuk menambah wawasan yang baru bagi mahasiswa serta melatih
mahasiswa dalam lingkungan kerja agar dapat bersaing didunia kerja dengan
kualitas terbaik.
Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia merupakan salah satu lembaga penelitian khususnya bergerak
dibidang mikrobiologi dan pangan. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di
BPTBA diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengenal dan mengetahui tentang pengembangan teknologi poses dan
pengolahan pangan lokal. Hal ini merupakan salah satu penerapan untuk
mendukung program ketahanan pangan pemerintah, generasi muda khususnya
mahasiswa dengan sifat kritis, kreatif, dan inovatif.

B. Alasan Pemilihan Objek PKL


Objek yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan ini adalah tentang uji
kualitas mikrobiologi pada makanan snack bar untuk mengetahui total bakteri
asam laktat dalam produk makanan snack bar probiotik yang dipengaruhi oleh
suhu dan lama penyimpanannya. Seiring dengan berkembangnya zaman, snack
bar semakin menjadi tren makanan sehat yang banyak diminati oleh semua
kalangan masyarakat.
1. Diabetes mellitus
2. Gembolo
3. Garut
4. Ketan hitam
5. Daya minat snack bar
C. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Teknologi Bahan
Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai berikut.
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman baru tentang cara beradaptasi,
berkomunikasi, dan berinteraksi
2. Melatih mahasiswa dalam bekerjasama dengan tim, baik dengan peneliti,
teknisi, maupun dengan staff di Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam
3. Melatih kemampun berpikir kritis mahasiswa dalam memecahkan berbagai
macam persoalan
4. Melatih mahasiswa menjadi tenaga kerja yang disiplin, kreatif, jujur dan
bertanggung jawab
5. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung dan pengaplikasian teori yang
didapat selama perkuliahan kedalam dunia kerja
6. Mengetahui lama penyimpanan dan pengaruh suhu terhadap total bakteri asam
laktat pediococus lolii dalam produk snack bar probiotik melalui uji Angka
Lempeng Total di Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam.

BAB II
PELAKSANAAN
2.1 Kadaan Umum BTPBA
a. Sejarah Singkat BTPBA
Berdasarkan Undang-undang No.6 tahun 1959, pemerintah mendirikan majelis
Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) yang bertugas sebagai badan pusat
pembimbing perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dengan ketetapan
MPRS No.11/1960, MIPI kemudian dimasukkan ke dalam lingkungan Pemerintah
Agung dan ditugaskan untuk mendirikan Lembaga-lembaga penelitian nasional
dibidang kimia, fisika, geologi dan pertambangan, metalurgi, elektronika, dan
ekonomi kemasyarakatan. Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 94
tahun 1962 menetapkan adanya Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS)
yang kemudian diubah statusnya menjadi Lembaga Riset Nasional pada tahun
1966. Lembaga Riset Nasional dibubarkan dan dibentuk Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI didirikan pada tanggal 2 Agustus 1967
sebagai badan yang bertugas di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam merupakan salah satu lembaga
dibawah naungan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia yang sebelumnya bernama
UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) di bawah
Kedeputian bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI sejak 25 Februari 2016
sesuai Peraturan Kepala LIPI nomor 6 tahun 2016 tanggal 25 Februari 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam.
BPTBA LIPI berlokasi di Jl Jogja – Wonosari KM 31,5 Desa Gading, Kecamatan
Playen, Kabupaten Gunungkidul, D.I.Yogyakarta.
Dalam sejarahnya, BPTBA LIPI Yogyakarta merupakan satuan kerja yang
dibentuk dari peleburan tiga unit UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK)
LIPI di tiga lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Awal mulanya pada 26
Juni 1983 dengan dibentuknya Stasiun Percontohan dan Pengembangan Teknologi
Pembuatan Bahan Makanan Campuran Ternak untuk sapi (SPPT – BMCT) yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak terutama ruminansia di
Gunungkidul dan sekitarnya. Pada 8 Mei 1987 dengan berkembangnya kegiatan
riset maka SPPT – BMCT berubah nama menjadi Balai Diseminasi Hasil
Penelitian dan Pengembangan Bahan Olahan Kimia (BBOK). Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI memiliki tiga unit yang berada di tiga lokasi yaitu
Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Unit BBOK LIPI yang berkedudukan di
Lampung kegiatan utamanya adalah implementasi teknologi pada bidang
pertanian. Sementara unit yang berada di Cisitu, Bandung menjadi pusat kegiatan
administrasi dan eksperimen laboratorium. Sedangkan unit yang berada di
Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan
pangan.
Surat Keputusan Kepala LIPI nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002
tentang organisasi dan tata kerja balai pengembangan proses dan teknologi kimia,
dilakukanlah reorganisasi BBOK dengan melebur tiga unit BBOK menjadi Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia - Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta. Tugas Fungsi
UPT BPPTK LIPI adalah melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan
penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia dan lingkungan,
pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.

Semakin majunya kegiatan pengembangan dan riset di UPT BPPTK LIPI


maka sesuai Peraturan Kepala LIPI nomor 6 tahun 2016 tanggal 25 Februari 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam, maka
nama UPT BPPTK berubah nama menjadi Balai Penelitian Teknologi Bahan
Alam (BPTBA) LIPI. BPTBA LIPI Yogyakarta berfokus pada penelitian
teknologi bahan alam yang dirinci menjadi penelitian dibidang pangan, bioaditif
pangan, dan proses bahan alam.

Gambar 7. Halaman tampak Depan P3GI


Sumber: Dokumen Pribadi, 2018
B

Gambar 8. Gedung Perpustakaan P3GI, (B) Tampak luar, (C) Tampak


dalam.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018

D
Gambar 9. Rumah Kaca P3GI
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018

Gambar 10. Gedung G P3GI (Laboratorium Kultur Jaringan Tebu)


Sumber: Dokumen Pribadi, 2018
VISI

Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian,


pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan daya
saing bangsa.

MISI

1. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan yang dapat mendorong inovasi


dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi bangsa.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk konservasi
dan pemanfaatan Sumber Daya berkelanjutan.

3. Meningkatkan pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan.

4. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui aktivitas Ilmiah.

FUNGSI BPTBA
BPTBA LIPI mempunyai tugas melakukan penelitian di bidang teknologi
bahan alam. Dalam melaksanakan tugas, BPTBA LIPI menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan penelitian di bidang teknologi bahan alam;


2. Pemanfaatan hasil penelitian di bidang teknologi bahan alam;

3. Pengelolaan sarana dan prasarana penelitian;

4. Pelaksanaan layanan jasa dan informasi;

5. Diseminasi hasil penelitian di bidang teknologi bahan alam; dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

b. Profil Organisasi BPTBA LIPI

Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam merupakan salah satu lembaga


dibawah naungan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia di bawah Kedeputian
bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI. BPTBA LIPI Yogyakarta berfokus
pada penelitian teknologi bahan alam yang dirinci menjadi penelitian dibidang
pangan, bioaditif pangan, dan proses bahan alam.

Struktur organisasi BPTBA LIPI berdasarkan Peraturan Kepala LIPI Nomor:


06 Tahun 2016 tanggal 25 Februari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Penelitian Teknologi Bahan Alam merupakan satuan kerja setingkat eselon IIIA.
Berdasarkan Peraturan Kepala LIPI tersebut, BPTBA LIPI dipimpin oleh seorang
Kepala dibantu oleh 4 Eselon IV dibawahnya yaitu Kasubbag Tata Usaha, Kepala
Seksi Pemanfaatan Teknologi, Kepala Seksi Pelayanan Jasa dan Informasi, dan
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Teknis serta kelompok jabatan fungsional,
secara lebih lengkap struktur organisasi digambarkan pada Gambar 2. Kelompok
fungsional yang ada tahun ini dibagi menjadi 5 (lima) kelompok penelitian
(Keltian) yaitu Pangan Fungsional, Teknologi bioaditif Pakan, Proses Bahan
Alam, Teknologi Kimia dan Lingkungan, dan Pengemasan Makanan Tradisional.
Masing-masing Keltian dikoordinir oleh Kepala yang bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Balai. Berikut adalah bagan struktur organisasi Balai
Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI masing-masing jabatan struktural dan
kelompok fungsional berdasarkan deskripsi di atas:

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, menyiapkan kebijakan


nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas BPTBA LIPI, menetapkan
kebijakan teknis pelaksanan tugas BPTBA LIPI yang menjadi
tanggungjawabnya, serta membina dan melaksanakan kerjasama dengan
instansi atau organisasi lain.

a. Sub Bagian Tata Usaha


Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, umum, dan kerumahtanggaan di BPTBA LIPI.
b. Seksi Pemanfaatan Teknologi
Seksi Pemanfaatan Teknologi mempunyai tugas melakukan pemanfaatan
hasil penelitian teknologi bahan alam.

c. Seksi Sarana dan Prasarana Teknis


Seksi Sarana dan Prasarana Teknis mempunyai tugas melakukan
perencanaan, pengelolahan, dan pengembangan sarana dan prasarana
penelitian.

d. Seksi Pelayanan Jasa dan Informasi


Seksi Pelayanan Jasa dan Informasi mempunyai tugas melakukan pelayanan
jasa dan informasi, dokumentasi, promosi, dan diseminasi hasil penelitian
teknologi bahan alam, serta kerjasama.

e. Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabtan fungsional peneliti dan
setumah jabatan fungsional lainnya yang tervbagi dalam berbagai kelompok
jabtan fungsional berdasarkan bidang masing-masing sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Masing-masing kelompok jabatan fungsional
dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional jenjang tertinggi atau pejabat
structural yang ditunjuk oleh Kepala Balai. Jumlah pejabat fungsional
ditentukan berdasrkan kebutuhan dan beban kerja.

a. Lokasi : Jalan Pahlawan No.25, Pasuruan 67126, Jawa Timur. Telp


(0343)421086, Fax (0343) 421178
b. Tahun Beroperasi : 1887 – Sekarang
c. Motto: Penelitian, Pelayanan, dan Pengembangan.
3.2 Waktu Pelaksanaan PKL
Praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan selama 32 hari efektif yaitu hari
senin sampai jum’at dimulai pada tanggal 17 Juni 2019 sampai 31 juli 2019.
3.3 Deskripsi dan Sekuensi Aktivitas Selama Pelaksanaan PKL
Tempat pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di
Labolaturium Mibrobiologi dan pangan BPTBA LIPI. Kegiatan dilakukan pada
hari kerja yaitu senin sampai hari jum’at. Kegiatan setiap harinya dicatat didalam
jurnal harian dan ditanda tangani oleh pembimbing lapangan. Berapa tahapan
pelaksanaan PKL di BPTBA LIPI, antara lain:
3.3.1 Tahap Perizinan
Tahap perizinan dimulai dengan pembuatan surat izin dan penyusunan
proposal PKL yang dilaksanakan ± 3 bulan sebelum PKL yang disetujui oleh
Wakil Dekan I FMIPA, Ketua Jurusan, dan ketua anggota PKL. Proposal
pengajuan PKL dikirim melalui e-Layanan Sains Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia beserta dokumen persyaratan lainnya seperti CV, identitas, transkip
nilai, dan surat pengantar PKL.
2.3.2 Tahap Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan praktek yang dilakukan selama pelaksanaan praktek kerja
lapangan meliputi:
a. Studi literatur tentang kultur jaringan tebu, budidaya tebu dan kendala-kendala
dalam kultur jaringan di perpustakaan P3GI.
b. Pembersihan laboratorium kultur jaringan dan sterilisasi tabung kultur.
c. Pegenalan karakteristik tanaman tebu varietas PS 093 di lapangan.
d. Pembuatan medium kultur jaringan tebu (MS-I).
e. Persiapan bahan tanam (eksplan tebu varietas PS 093).
f. Penanaman eksplan ke medium MS-I.
g. Pelaksanaan penelitian yaitu Analisis kecepatan pertumbuhan kalus dan tunas
serta tipe kalus.
h. Analisis karakteristik pertumbuhan dan kendala-kendala yang ditemukan
dalam kultur jaringan tumbuhan.
i. Subkultur kalus tebu varietas PS 093
Kegiatan tambahan yaitu membantu pengamatan diameter, panjang, jumlah
ruas, tipe lubang, tipe voos dan jumlah penggerek batang tebu serta massa nira
tebu dan membantu proses penggilingan tebu berbagai varietas baru yang diteliti
di P3GI
Tabel 2. Jadwal kegiatan selama PKL di Balai Penelitian Teknologi Bahan
Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
No Hari/ Kegiatan
Tanggal
1. Senin, 1. Sterilisasi cawan petri menggunakan autoclave dengan
17 Juni suhu 121oC selama 15 menit
2. Mengukur pH sampel aloevera dengan pH meter
2019
2. Selasa, 1. TPC Sampel Snack Bar
 Sampel yang digunakan berupa produk snack bar
18 Juni
dengan perlakuan
2019
a. Penyimpanan pada suhu 4oC terdapat 3
sampel (P, A, dan O)
b. Penyimpanan pada suhu 10oC terdapat 3
sampel (P, A, dan O)
c. Penyimpanan pada suhu 25oC terdapat 3
sampel (P, A, dan O)
 Sampel ditimbang sebanyak 10 gram
 Sampel dihaluskan dangan NaCl 0,85% steril
sebanyak 90 mL dengan cara di blander
 Setelah homogeny sampel dimasukkan kedalam
enlemayer dan diberi label 10-1
 Kemudian dari 10-1 diambil sebanyak 1mL untuk
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9mL
NaCl 0,85% steril dan diberi label 10-2
 Dilakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-6
(untuk sampel suhu 4oC dan 10oC diambil
pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 untuk diinokulasikan.
Sedangkan sampel suhu 25oC diambil pengenceran
10-1, 10-2, dan 10-3)
 Hasil dari pengenceran kemudian diambil sebanyak
1mL tiap pengencerannya lalu diinokulasikan
kedalam cawan petri
 Setelah diinokulasikan dituang medium mRSA
secukupnya kedalam cawan petri
 Setelah medium menjadi agar, cawan petri di cill
lalu di inkubasi dalam incubator secara terbalik
dalam suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
*ket:
a. Suhu 4oC = penyimpanan dalam kulkas
b. Suhu 10oC = penyimpanan dalam showcase
c. Suhu 25oC = penyimpanan dalam Ruang
d. Sampel A = menggunakan gula aren
e. Sampel P = menggunakan gula pasir
f. Sampel O = tidak menggunakan gula/ original
3. Rabu, 1. Pembekalan PKL
 Profil LIPI
19 Juni
 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2019  Tata Tertib PKL
4. Kamis, 1. Enumerasi sampel snack bar
 Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk
20 Juni
2019 enumerasi seperti: kain hitam, tally counter, dan
spidol
 Mengambil sampel yang akan di enumerasi dalam
incubator
 Menghitung koloni pada masing-masing sampel
 Mencatat hasil enumerasi tiap sampelnya
5. Jum’at, 1. pengeringan labu kuning untuk ditepungkan
 Labu dikupas kemudian diserut
21 Juni
 Kulit, biji, dan serutan labu diletakkan pada nampan
2019
sarangan yang berbeda, kemudian dioven
 Setelah kering, masing-masing komponen
dikumpulkan kedalam wadah yang berbeda dan siap
untuk ditepungkan
6. Senin, 1. pembuatan larutan pengencer NaCl 0,85%
 Menimbang serbuk NaCl sebanyak 14,45 gram
24 Juni
 Memasukkan serbuk NaCl kedalam erlenmayer
2019
ukuran 2L
 Menambahkan aquadest sebnyak 1700 mL
 Menghomogenkan menggunakan magnetic stirer
dengan kecepatan 500 rpm
 Setelah homogen, memasukkan kedalam 90mL
NaCL 0,85% pada 10 erlenmayer
 Measukkan 9mL NaCL 0,85% pada 100 tabung
reaksi
 Tabung reaksi dan erlenmayer di tutup menggunakan
sumbat dan dilapisi menggunakan alumunium foil
kemudian di cill
2. Pembuatan media mRSA
 Menimbang mRSA instan sebanyak 102,3 gram
kemudian dimasukan kedalam erlenmayer
 Menambahkan aquadest sebanyak 1500 mL
 Medium dipanaskan dan dihomogennkan
menggunakan stirer
 Setelah mendidih medium disumbat menggunakan
sumbat dan dilapisi alumunium foil kemudian di cill
3. Sterilisasi media mRSA dan larutan Pengencer
 Larutan pengencer dan mRSA dimasukkan kedalam
keranjang autoclave
 Autoclave diset dengan suhu 121oC selama 15 menit
 Setelah sterilisasi selesai larutan pengencer dan
media di simpan dalam kulkas
7. Selasa, 1. TPC Sampel Dark chocolate
 Sampel yang digunakan berupa produk dark
25 Juni
chocolate dengan perlakuan
2019
d. Penyimpanan pada suhu 4oC terdapat 3
sampel (P, A, dan K)
e. Penyimpanan pada suhu 10oC terdapat 3
sampel (P, A, dan K)
f. Penyimpanan pada suhu 25oC terdapat 3
sampel (P, A, dan K)
 Sampel ditimbang sebanyak 10 gram
 Sampel dihaluskan dangan NaCl 0,85% steril
sebanyak 90 mL dengan cara di blander
 Setelah homogeny sampel dimasukkan kedalam
enlemayer dan diberi label 10-1
 Kemudian dari 10-1 diambil sebanyak 1mL untuk
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9mL
NaCl 0,85% steril dan diberi label 10-2
 Dilakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-6
(untuk sampel suhu 4oC dan 10oC diambil
pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 untuk diinokulasikan.
Sedangkan sampel suhu 25oC diambil pengenceran
10-2, 10-3, dan 10-4)
 Hasil dari pengenceran kemudian diambil sebanyak
1mL tiap pengencerannya lalu diinokulasikan
kedalam cawan petri dengan 2x ulangan
 Setelah diinokulasikan dituang medium mRSA
secukupnya kedalam cawan petri
 Setelah medium menjadi agar, cawan petri di cill
lalu di inkubasi dalam incubator secara terbalik
dalam suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
*ket:
a. Suhu 4oC = penyimpanan dalam kulkas
b. Suhu 10oC = penyimpanan dalam showcase
c. Suhu 25oC = penyimpanan dalam Ruang
d. Sampel A = menggunakan gula aren
e. Sampel P = menggunakan gula pasir
f. Sampel K = menggunakan gula kelapa
8. Rabu, 1. Enumerasi sampel snack bar
 Sampel yang di enumerasi berupa produk snack bar
26 Juni suhu 25oC dengan 3 sampel A, O, dan P
 Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk
2019
enumerasi seperti: kain hitam, tally counter, dan
spidol
 Mengambil sampel yang akan di enumerasi dalam
incubator
 Menghitung koloni pada masing-masing sampel
 Mencatat hasil enumerasi tiap sampelnya
9. Kamis, Enumerasi sampel Dark chocolate
 Sampel yang di enumerasi berupa produk dark
27 Juni
chocolate
2019
 Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk
enumerasi seperti: kain hitam, tally counter, dan
spidol
 Mengambil sampel yang akan di enumerasi dalam
incubator
 Menghitung koloni pada masing-masing sampel
 Mencatat hasil enumerasi tiap sampelnya
10. Jum’at, 1. destruk cawan petri
 Cawan petri yang telah digunakan untuk plating,
28 Juni
kemudian di destruk bertujuan untuk mematikan
2019
bakteri
 Memasukkan cawan petri kedalam keranjang
autoclave
 Di destruk dengan suhu 121oC selama 30 menit
11. Senin, 1 1. uji sensoris (organoleptic) kastangel
 Menyiapkan sampel yang akan diuji yaitu kastangel
Juli
 Menyiapkan mangkuk kecil dan diberi label sesuai
2019
denga sampel yang akan diuji
 Menaruh kastangel pada mangkuk sesuai dengan
kodenya
 Menaruh mangkuk berisi kastangel pada nampan,
bersamaan dengan air mineral, tissue, sendok, dan
form uji sensoris
 Setelah siap ditaruh pada ruang sensoris
 Setelah uji sensoris selesai dibersikan alat yang telah
digunakan
2. TPC rendang dan sayur tahu
 Sampel yang akan di uji berupa 2 sampel
rendang dan 2 sampel sayur tahu
 Masing-masing sampel di blander, kemudian
ditimbang sebanyak 10 gram dan dicampur
dengan NaCl 0,85% sebanyak 90mL dan diberi
label 10-1
 Mengambil sebanyak 1mL dari 10-1 lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berisi 9mL NaCl 0,85%
steril dan diberi label 10-2, diambil 1mL dari 10-2 lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9mL
NaCl 0,85% steril dan diberi label 10-3
 Diinokulasikan sampel pada cawan petri sebanyak
1mL (tiap sampel diinokulasikan pada 2 cawan petri)
 Menuang medium PCA secukupnya kedalam cawan
petri yang telah diinokulasikan
 Setelah medium menjadi agar, cawan petri di cill
lalu di inkubasi dalam incubator secara terbalik
dalam suhu 35oC selama 2 x 24 jam
12. Selasa, 2 1. membuat medium mRSB
 Menimbang serbuk mRSB sebanyak 104 gram
Juli
 Menambahkan dengan 2L aquadest
2019  Menghomogenkan medium dengan stirer dengan
kecepatan 300 rpm
2. mengamati kondisi BAL
 mengamati kondisi BAL dilakukan secara aseptic
 menyiapkan kaca benda dan kaca penutup dan
dibersihkan menggunakan alcohol
 mengambil BAL dalam flakon dengan
menggunakan mikropipet
 mengamati dibawah mikroskop
3. Pembuatan Skim
 Menimbang serbuk skim sebanyak 200 gram 2x
 Tiap 200 gram dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 1L
 Di stirer dan dipanaskan menggunakan hot plate
4. Streilisasi Skim
 Skim dimasukkan kedalam keranjang autoclave
 Disteril dengan suhu 121oC selama 15menit
5. menumbuhkan BAL
 menumbuhkan BAL secara aseptic
 BAL diinokulasikan dalam botol flakon 15mL
yang berisi mRSB
 Setelah diinokulasikan diinkubasi didalam
incubator dengan suhu 37oC
13. Kamis, 1. Pengamatan eksplan :
a. 5 tabung mengalami browning : 1,13, 23,18,19
31 Mei
b. 6 tabung sudah merespon untuk pembentukan kalus
2018
ditandai dengan adanya tonjolan warna putih pada
eksplan:7, 1, 25, 15,14, 22
14. Senin, 4 1. Pengamatan eksplan:
a. 5 tabung mengalami browning : 1,13, 23,18,19
Juni
b. 6 tabung sudah merespon untuk pembentukan kalus
2018
ditandai dengan adanya tonjolan warna putih pada
eksplan:7, 1, 25, 15,14, 22
15. Selasa, 5 Pengamatan eksplan:
a. 6 tabung mengalami browning : 1, 3, 13, 23,18,19
Juni
b. 6 tabung sudah merespon untuk pembentukan kalus
2018
ditandai dengan adanya tonjolan warna putih pada
eksplan:7, 1, 25, 15,14, 22
c. Pada pengamatan eksplan yang tidak disebutkan
masih mengalami perubahan memekar.
16. Rabu, 6 1. Pengamatan eksplan:
a. 6 tabung mengalami browning : 1, 3, 13, 23,18,19
Juni
b. 6 tabung sudah merespon untuk pembentukan kalus
2018
ditandai dengan adanya tonjolan warna putih pada
eksplan:7, 1, 25, 15,14, 22
c. Pada pengamatan eksplan yang tidak disebutkan
masih mengalami perubahan memekar.
2. Membantu proses pendataan tanaman tebu beberapa
varietas
17. Kamis, 1. Pengamatan eksplan:
a. 7 tabung mengalami browning : 1, 3, 10, 13,
7 Juni
23,18,19
2018
b. 6 tabung sudah merespon untuk pembentukan kalus
ditandai dengan adanya tonjolan warna putih pada
eksplan: 7, 1, 25, 15,14, 22
c. Pada pengamatan eksplan yang tidak disebutkan
masih mengalami perubahan memekar.
2. Membantu proses pendataan tanaman tebu beberapa
varietas
18. Jum’at,Pengamatan eksplan:
a. 6 tabung mengalami browning : 1, 3, 13, 23,18,19
8 Juni
b. 6 tabung sudah merespon untuk pembentukan kalus
2018
ditandai dengan adanya tonjolan warna putih pada
eksplan:7, 1, 25, 15,14, 22
c. Pada pengamatan eksplan yang tidak disebutkan
masih mengalami perubahan memekar.
19. Kamis, 1. Melakukan sub kultur pada tabung:
a. Tabung nomer 8 : 3 tabung
21 Juni
b. Tabung nomer 11 : 3 tabung
2018 c. Tabung nomer 3 : 3 tabung
d. Tabung nomer 5 : 3 tabung
2. Pengambilan data minggu ke-4
a. Terdapat 3 tabung ekpslan yang mengalami
kontaminasi
Bakteri : 2 botol yaitu no 11 dan 7
Kapang : 1 botol no 21

20. Jum’at, 1. Melakukan sub kulturpada nomer 2 dengan prosedur


22 Juni sebagai berikut.
a. Memilih eksplan yang sudah ditumbuhi kalus atau
2018
medium telah menipis
b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk sub kultur kemudian semua alat dan bahan di
UV selama 1 jam
c. Menyiapkan tabung yang telah berisi medium MS1
yang sama dengan penanaman awal eksplan
d. Kemudian mematikan UV pada LAF dan menyalakan
blower
e. Mensterilkan aluminium foil yang digunakan untuk
memotong kalus dengan alkohol 95% dan
membahakar di atas api bunsen
f. Mengambil eksplan yang telah ditumbuhi kalus
menggunakan jarum inoculum yang sebelumnya telah
disterilkan
g. Mensterilkan scalpel diatas api bunsen yang
sebelumnya telah disterilkan
h. Mensterilkan scalpel diatas api Bunsen yang
sebelumnya telah dicelupkan dengan alkohol 95%
i. Memotong bagian eksplan yang ditumbuhi kalus
sehingga bagian kalus dan daun menggulung terpisah
j. Mensterilkan tutup tabung dan jarum inoculum diatas
api Bunsen
k. Memasukkan potongan kalus kedalam tabung berisi
medium kemudian menutup dengan aluminium steril
l. Menyimpan eksplan keruang tabor
2. Pengamatan eksplan
Pengambilan data minggu keempat terus tumbuh kalus
3. Pembuatan medium sebanyak 1 L
21. Senin, Melakukan sub kultur:
a. Tabung nomer 13 : 3 tabung
25 Juni
b. Tabung nomer 4 : 3 tabung
2018 c. Tabung nomer 19 : 3 tabung
22. Selasa, Melakukan sub kultur:
a. Tabung nomer 9 : 3 tabung
26 Juni
b. Tabung nomer 24 : 3 tabung
2018
23. Kamis, Pengamatan sub kultur
a. Sub kultur tanggal 21 Juni 2018 8 tabung kalus mulai
28 Juni
membengkak .
2018
b. Sub kultur tanggal 25 Juni 2018 kalus belum ada
perubahan
c. Sub kultur tanggal 26 Juni 2018 kalus belum mengalami
perubahan
24. Jum’at, Pengamatan sub kultur
a. Sub kultur tanggal 21 Juni 2018 8 tabung kalus mulai
29 Juni
membengkak, 3 browning dan 1 kontaminasi.
2018
b. Sub kultur tanggal 25 Juni 2018 9 tabung mulai
berkembang
c. Sub kultur tanggal 26 Juni 2018 4 tabung
mulaiberkembang.
d. Melakukan sub kultur
a. Tabung 6 : 3 tabung
b. Tabung 19 : 3 tabung

25. Senin, 2 Pengamatan sub kultur:


a. Sub kultur tanggal 21 Juni 2018 8 tabung kalus mulai
Juli
membengkak, 3 browning
2018
b. Sub kultur tanggal 25 Juni 2018 9 tabung mulai
berkembang
c. Sub kultur tanggal 26 Juni 2018 4 tabung mulai
berkembang
d. Sub kultur tgl 29 belum ada perubahan
Sub kultur : 2 tabung
26. Selasa, 3 Pengamatan sub kultur
a. Sub kultur tanggal 21 Juni 2018 8 tabung kalus
Juli
mulai membengkak, 3 browning
2018
b. Sub kultur tanggal 25 Juni 2018 9 tabung mulai
berkembang
c. Sub kultur tanggal 26 Juni 2018 4 tabung mulai
berkembang.
d. Sub kultur tanggal 29 belum ada perubahan
e. Sub kultur tanggal 2 belum ada perubahan
27. Rabu, 4 Pengamatan sub kultur
a. Sub kultur tanggal 21 Juni 2018 9 tabung kalus mulai
juli 2018
membengkak, 3 browning
b. Sub kultur tanggal 25 juni 2018 9 tabung berkembang
1 browning
c. Sub kultur tanggal 26,29 juni dan 2 juli belum ada
perubahan .
28. Kamis, Pengamatan sub kultur
Sub kultur tgl 21,25,26,2 masih sama seperti pengamatan
5 juli
sebelumnya belum ada perubahan.
2018
29. Jum’at, Pengamatan sub kultur
Sub kultur tgl 21, 25, 26,dan 2 masih sama seperti
6 juli
pengamatan sebelumnya belum ada perubahan.
2018
Sub kultur tgl 29 : 3 tabung mengamali perubahan yaitu
mulai berkembang
30. Senin, 9 Pengamatatan sub kultur
Sub kultur tgl 21,25,26 dan 29 masih sama seperti
juli 2018
pengamatan sebelumnya belum ada perubahan.
Sub kultur tgl 2 mengalami perubahan mulai membesar.
31. 10 juli Pengamatan sub kulltur
sub kultur tgl 21,25,26,29 dan 2 julimasih sama seperti
2018
pengamatan sebelumnya belum ada perubahan.
32. 11 juli Pengamatan sub kultur
Sub kultur tgl 21, 25, 26,29 masih sama seperti sebelumnya
2018
Sub kultur tgl 2 juli 2 tabung mulai membesar dan tumbuh
kalus.
1. Konsultasi mengenai laporan PKL kepada pembimbing
lapangan.
Ramah tamah perpisahan kepada pembimbing lapangan
beserta staf-staf Laboratorium Kultur Jaringan Tebu P3GI
beserta pemberian cindera mata
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data dan Hasil Pengalaman Kerja
Tabel 3.1 Data total bakteri asam laktat Pediococus lolii pada snack bar probiotik
Sampel Suhu Lama penyimpanan
5 bulan 6 bulan
4oC 7 cfu
7,5 x 10 /g 5,0 x 107 cfu/g

Sampel A 10oC 4,1 x 107 cfu/g 7,3 x 107 cfu/g

25oC

4oC 9,6 x 107 cfu/g 7,3 x 107 cfu/g

Sampel P 10oC 1,9 x 107 cfu/g 6,0 x 107 cfu/g

25oC 1,1 x 107 cfu/g

4oC 2,5 x 107 cfu/g 6,1 x 107 cfu/g

Sampel O 10oC 1,4 x 107 cfu/g 9,2 x 107 cfu/g

25oC 3,6 x 106 cfu/g


3.2 Pembahasan
3.2.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan
Selama pelaksanaan PKL terdapat faktor pendukung yang memperlancar
kegiatan dan faktor penghambat yang menghambat kegiatan. Faktor pendukung
PKL adalah adanya bantuan teman-teman sesama PKL di P3GI Pasuruan,
pembimbing lapangan, dan staf pegawai P3GI khususnya di Laboratorium Kultur
Jaringan .
Alat dan bahan yang dibutuhkan selama penelitian tidak menjadi penghambat
karena adanya bantuan dari pembimbing dan staf pegawai Lab Kultur Jaringan
lainnya dalam penyediaan segala kebutuhan seperti alat yang digunakan untuk
pembuatan larutan uji (ph meter, neraca analitik, dll), dan bahan untuk pengujian (
tebu varietas ps 093 yang ada di P3GI Pasuruan Jawa Timur, media hormon, dll).
Adanya bimbingan, arahan, dan saran pembimbing lapangan dapat mengurangi
potensi terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan penelitian, serta pihak Universitas
dan kepala P3GI Pasuruan Jawa Timur yang mempermudah proses administrasi.
Selama PKL menggunakan metode tanam yang penanaman eskplan
menggunakan alas dari alumunium foil yang ditempatkan di laboratorium dengan
suhu yang sudah ditentukan, hal ini dapat mempermudah dalam standarisasi
kondisi lingkungan karena kondisi lapang yang sulit diseragamkan. Faktor
penghambat selama penelitian yaitu varietas ps 093 setelah ditanam untuk kultur
jaringan pertumbuhan kalusnya tidak secepat varietas yang lainnya.

3.2.2 Temuan- temuan untuk Pengembangan


Temuan-temuan pengembangan pada praktek kerja lapangan ini antara lain
Alas penanaman eksplan menggunakan aluminium foil, Sterilisasi menggunakan
alkohol 95%, pemberian medium MS-1 dan hormone berpengaruh terhadap
pertumbuhan kalus tebu, varietas yang digunakan adalah varietas yang baru
dikenalkan dan mempunyai keunggulan tersendiri. Mekanisme kerja antiseptik
antara lain merusak lemak pada membran sel bakteri atau dengan cara
menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang berperan dalam biosintesis
asam lemak (Isadiartuti & Retno, 2005). Menurut Siswaandono dan Sukardjo,
mekanisme kerja antiseptik antara lain penginaktifan enzim, denaturasi protein,
mengubah permeabilitas membrane, interkalasi ke dalam
Tabung yang digunakan pada saat penanaman di Lab kultur jaringan dalah
tabung yang panjang karena untuk mempurmudah saat pertumbuhan saat menjadi
planlet, penutup tabung menggunakan aluminium foil untuk menghindari
kontaminasi yang terjadi Rak tabung kultur yang digunakan ditutup dengan kain
hitam, penanaman eksplan menggunakan jarum osea, kecepatan blower pada LAF
yang digunakan Suhu AC pada ruang kultur jaringan yang berfungsi beradaptasi
dengan lingkungan selama penanaman.
3.2.3 Data dari Kajian Teoritis
A. Kultur Jaringan Tumbuhan
a) Metode Kultur Jaringan Tumbuhan

Metode kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman secara vegetatif


merupakan alternative untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat
sama dengan tanaman induknya. Salah satu perbanyakan scara vegetative adalah
kultur jaringan.kultur jaringan sering disebut perbanyakan vegetatif secara in –
vintro, yaitu budidaya tanaman yang dilaksanakan dalam botol-botol dengan
media kultur dan alat serba steril. kemajuan teknologi yang didasarkan paa tehnik
in-vintr atau kultur jaringan sangat nyata dan dampaknya dalam peningkatan
kualitas produksi pada komoditas pertanian kultur jaringan tersebut mempunyai
dua kegunaan utama. Pada pemahaman yang sederhana “ culture” mengandung
arti merupakan budidaya tanaman dalam botol. Pengertian yang lebi luas dari
istilah itu ialah teknik budidaya sel, aringan dan organ tanaman dalamsuatu
lingkungan yang terkendali dalam keadaan aseptic atau bebas dari mikrooganisme
sehingga in-vintro ulture dianggap mengandung arti yang lebih bersifat umum dan
luas tentang berbagai budidaya yang dilakukan secara in-vintro.

B. Faktor-Faktor yang Mendukung Keberhasilan Kultur Jaringan


a. Bahan Tanam / Eksplan

Salah satu kunci keberhasilan untuk mendapatkan bahan tanam yang


responsive dan dapat diperbanyak dengan kultur in-vintro adalah dengan
menggunakan bahan tanam yang masih muda . untuk tanaman kehutanan maupun
tanaman tahunan bahan tanam sangat diperhatikan. Kegiatan pertama yang harus
dilakukan adalah memilih tanaman teersebut haruslah jelas jenis, spesies,
varietasnya, serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit.

b. Zat Pengatur Tumbuh

Faktor lain yang ikut menunjang keberhasilan pertumbuhan tanaman yang


dikulturkan adalah zat pengatur tumbuh. Abidin (1995) mengemukakan bahwa
zat pengatur tumbuh pada tumbuh pada tanaman adalah senyawa organic yang
bukan harayang dalam jumlah yang sedikit dapat mendukung dan menghambat
dan merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengaturtumbuh sangat diperlukan
sebagai komponen medium bagipertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa penambahan
zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan sangat terhambat bahkan
mungkin tidak tumbuh sama sekali. Pembentukan kalus, tunas dan organ-organ
ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut .
diantara zat pengatur tumbuh yang tergolong sitokinin yang sering ditambahkan
dalam medium antaralain adalah BAP, kinetin, dan zeatin. Sedangkan golongan
auksin yang sering ditamabahkan dalam medium adalah 2,4D, Indol Asam Asetat
(IAA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan Indol Butirik Asetat (IBA).
(Hendaryono dan Wijayani, 1994)

c. Media MS

Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan


tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang dikulturkan (Yusnita, 2003). Sebelum membuat medium, maka terlebih
dahulu kita harus menentukan medium apa yang akan kita buat. Jenis medium
dengan komposisi unsur kimia yang berbeda dapat digunakan untuk media
tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda pula (Hendaryono dan Wijayani,
1994).
Medium MS yang direvisi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah yang paling
luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium MS yang
direvisi-selanjutya disebut MS-banyak digunakan, terutama pada mikropropagasi
tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu dikarenakan medium MS
memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi daripada media lain,
disamping kandungan nitratnya juga tinggi (Zulkarnain, 2009).

d. Lingkungan In-Vitro

Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman


dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya
dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur
jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas,
Kualitas cahaya mempengaruhi arah diferensiasi jaringan (Yusnita, 2003). Suhu
juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu yang
umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah 26 + 20C.
Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 20 0C) dapat
menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32 0C)
menyebabkan tanaman merana. (Yusnita, 2003)
C. Keuntungan dan Kerugian Kultur Jaringan
 Keuntungan Kultur Jaringan Tumbuhan
1) Untuk memperbaiki proses fisiologis tanaman
2) Untuk perbanyakan cepat dalam jumlah yang banyak dan seragam sesuai
dengan induknya. Perbanyakan secara kultur jaringan menawarkan
peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak
dalam waktu yang relative singkat sehingga lebih ekonomis ingan.
3) Bibit hasil kultur jaringan diproduksi memaluli proses sertifikasi yang
menjamin bibit bebas dari penyakit.
4) Menghasilkan kultivar-kultivar baru yang unggul dalam perbaikan
tanaman
5) Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tidak memerlukan tempat
yang luas.
6) Perbaikan sifat genetic tanaman
7) Pelestarian plasma nuftah (Cahyarini, 2006)
 Kekurangan Kultur Jaringan Tumbuhan
1) Dibutuhkan biaya awal yang relative tinggi untuk labolaturium dan bahan
kimia
2) Dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya
3) Tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik dan terbiasa hidup
ditempatyang berkelembapan tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi
kelingkungan eskternal.
4) Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan , aklimatisasi
planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering terjadi menjadi
kendala dalam produksi bibit secara masal. (Cahyarini, 2006)

D. Pertumbuhan Kalus
 Tanaman Tebu Varietas PS 093

Tebu (Saccharum hybrid, L.) varietas PS 091 merupakan varietas terbaru yang
telah menerima hak PVT oleh Pusat PVTPP pada 24 Oktober 2017. Varietas
PS093 ini memilki cirri-ciri
Batang
Bentuk ruas silindris dengan susunan berbiku, warna hijau kuning
kecolkatan, lapisan lilin sedang, retakan tumbuh tidak ada, cincin tumbuh
melingkar datar dibagian belakang, teras masi, bentukbuku ruas konis, alur mata
tidak ada, kerapatan tingggi (9-11 batang/m), diameter sedang (2,5-2,7cm). Daun
Warna hijau , lebar sedang, lengkung daun kurang dari ½ panjang daun,
telinga daun ada dan lemah posisi tegak, bulu bidang lebat dan condong dengan
lebar <1/4 lebar pelepah tidak mencapai puncak pelepah sifat lepas pelepah daun
agak mudah, warna sendi segitiga daun hijau kuning kecoklatan. Mata
Letak mata pada bekas pangkal pelepah daun, bentuk mata bulat panjang,
sayap mata bulat panjang, sayap mata berukuran bagian basis lebi lebar, rambut
jambul tidak ada, rambut tepi basal tidak ada, pusat tumbuh diatas tengah mata.
Sifat-sifat khusus lainnya adalah ketahanan terhadap hama penyakit
diantaranya: toleran terhadap penggerek batang, toleran terhadap penggerek pucuk
dan toleran terhadap pokkahbung. Sedang terhadap mosaic dan mosaic bergaris,
sedang terhadap blendok dan rentan terhadap luka api.
Gambar 6. Tebu (Saccharum hybrid, L.) Varietas PS 093
Sumber: Pusat PVTPP, 2018
1.2.4 Analisis Kegiatan

BAB IV
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
3.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohanan PKL di P3GI Kota Pasuruan

Lampiran 2. Presensi Selama PKL


Lampiran 3. Surat Balasan dari P3GI Kota Pasuruan
Lampiran 4. Surat Keterangan Dosen Pembimbing PKL
Lampiran 5. Data Mentah Pertumbuhan Kalus Tanaman Tebu Varietas PS 093

Keterangan:
b : Browning
kb : Kalus bening
kbb : Kalus bening banyak
kp : Kalus putih
kpb : Kalus putih banyak
ke : Kalus embriogenik
kne : kalus non-embriogenik
ka : kalus apnormal
Lampiran 6. Data Mentah Subkultur Kalus Tanaman Tebu Varietas PS 092
Keterangan:
b : Browning
kb : Kalus bening
kbb : Kalus bening banyak
kp : Kalus putih
ke : Kalus embriogenik
kne : kalus non-embriogenik
Lampiran 7. Dokumentasi Alat, Bahan, dan Ruangan di P3GI

Gambar 2. Larutan A-G untuk


Gambar 1. Bahan kimia pembuatan medium MS1
pembuatan medium

Gambar 4. Bagian pucuk


tanaman tebu varietas PS 093

Gambar 6. Tabung Ukur

Gambar 8. pH meter
Gambar 7. Magnetic stirer
untuk menghomogenkan
larutan medium

Gambar 9. Autoklaf

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan PKL

Anda mungkin juga menyukai